Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KECELAKAAN KERJA AKIBAT KERJA PADA PERAWAT

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Putri Amalia Indah (010116A002)
Binti Kholifah (010116A014)
Devy Arum Sari (010116A021)
DewiNovita R.F (010116A022)
Era Pijar Yanthi (010116A029)
Erlin Khoiriana (010116A030)
Eza Nagita Pramudita (010116A033)
Fitria NurKhoiriah (010116A036)
Friska Meilda (010116A039)
Ida Kusumawati (010116A045)
Linda Novitasari (010116A050)
Ovie Intan (010115A092)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan inayah-Nya serta solawat dan salam. Marilah senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi
Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keselamatan Pasien Dan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.
Tugas ini disusun sebagai tugas mata kuliah Keselamatan pasien dan keselamatan
kesehatan kerja dalam keperawatan dengan tujuan yang lebih khusus dari kelompok kami
untuk menambah pengetahuan tentang ” Kecelakaan Kerja Akibat Kerja Pada Perawat”.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga menyampaikan rasa
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini serta
arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah inii namun
masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Ungaran, 2 April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii


Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................ 1
A. Latar belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan ........................................................................................................... 3
a. Definisi Kecelakaan Kerja Akibat Kerja .............................................................. 3
b. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja ................................................... 4
c. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ............................................................................... 8
d. Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................................. 10
Bab III Penutup ................................................................................................................ 13
a. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
b. Saran ..................................................................................................................... 13
Daftar pustaka ................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sebuah industri jasa yang mempunyai beragam masalah
ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja
di rumah sakit berisiko terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja sesuaijenis
pekerjaannya (Wichaksana, 2002). Bahaya potensial di rumah sakit yangdisebabkan
oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial
dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja bagi pekerja,pengunjung, pasien
dan masyarakat di lingkungan sekitarnya dan pekerja rumah sakit juga mempunyai
risiko yang tinggi terjadi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) sehingga perlu adanya standar perlindungan bagi pekerja yang ada di rumah
sakit (Kemenkes RI, 2010).
Pekerja di rumah sakit sangat bervariasi dari segi jenis maupun jumlahnya
dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai bahaya
potensial,bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak
negatif keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
produktivitas kerjanya. Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya berdampak
pula terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Melihat kondisi
tersebut sudah sewajarnya masyarakat pekerja rumah sakit menjadi sasaran prioritas
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hamurwono, 2002).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan
kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
akibat kecelakaan kerja (Tarwaka, 2008). Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) adalah mencegah, mengurangi bahkan menihilkan risiko penyakit dan
kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan pekerja
sehingga produktivitas kerja meningkat (Suardi, 2007).

A. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi Kecelakaan Akibat Kerja!
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya KAK pada perawat?
3. Jelaskan klasifikasi KAK pada perawat?
4. Bagaimana pencegahan KAK pada perawat?

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu KAK
2. Untuk mengetahui faktor terjadinya KAK pada perawat.
3. Untuk mengetahui klasifikasi KAK pada perawat
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan KAK pada perawat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
a) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda.
b) OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang
dapat menyebabkan kematian.
c) Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi
menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan
akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat
dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).
d) Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak
direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan,
kerusakan atau kerugian lainnya
e) Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri
kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga
semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu
aktifitas (Husni, 2003).
f) Menurut Pemerintah Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi
dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
g) Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak diinginkan yang
mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat mengakibatkan luka
pada pada seseorang (Hinze, 1997)
h) Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya
(Rowislon dalam Endroyo, 2007)
Dari definisi sumber-sumber diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecelakaan akibat
kerja adalah suatu kejadian dalam bekerja yang tidak di kehendaki dan dapat menyebabkan
cedera, mengacaukan proses aktivitas kerja yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja


Potensi bahaya di rumah sakit yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, bencana gempa
bumi, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera
lainnya), radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gas anestesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
karyawan di rumah sakit, para pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan rumah
sakit (Depkes, 2007).
Bahaya fisik berupa tertusuk atau tergores benda tajam merupakan faktor penyebab
terbesar dalam kejadian kecelakaan kerja. Banyak benda tajam yang digunakan dalam
operasional RS sehari-hari, antara lain jarum suntik, jarum hecting, alat bedah, dan lain-lain.
Alat-alat ini berpotensi melukai tenaga kesehatan. Bahaya fisik ini tidak terlalu berbahaya,
dalam arti tidak sampai mengancam jiwa. Yang berbahaya adalah dampaknya secara biologi,
bahaya biologi ini erat kaitannya dengan infeksi. Masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko
terjadinya infeksi atau infeksi nosocomial atau Healthcare Assosiated Infections (HAIs),
yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit baik karena perawatan atau datang berkunjung ke
rumah sakit.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor
penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
a) Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b) Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c) Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena
metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan
sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari
keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d) Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan Rumondang
(1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat diduga“.
Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika
perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat secara
selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar yang
diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki
porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya
disebabkan oleh:
a) Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b) Keletihan
c) Gangguan psikologis
Beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja:
a) Teori domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan
dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan
lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh
manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila
manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor
karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan
lingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan
bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat
dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah:
 Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
 Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
 Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
 Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

b) Teori Bird & Loftus


Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat kesalahan
terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana
manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak terjadi
kecelakaan.
c) Teori Swiss Cheese
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen
yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan
sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian
menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal.

Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent
Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang
menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan
proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu
kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain
yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause
adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi
menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat
perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan
pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.
Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya
adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1. Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan
keparahannya:
a. Cidera fatal (fatality)
Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
b. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau
kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan
kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan hari kerja.
c. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk
kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk
hilang hari kerja karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan
hari kerja juga termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat
kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari
kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
d. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan
pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di
modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal
kerja.
e. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki
kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f. Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan
alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata
kemasukan debu, dan lain-lain.
g. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan
sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of
Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
 Kepala; mata.
 Leher.
 Batang tubuh; bahu, punggung.
 Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
 Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
 Sistem tubuh.
 Banyak bagian
Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang
spesifik adalah untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah terjadinya
cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata
pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab alami terjadinya
cidera karena kecelakaan kerja.

D. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Beberapa komponen pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat adalah salahsatu
tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan pasien yang intensitasnya paling tinggi
dibandingkan komponen lainnya. Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang
jumlahnya terbesar di rumah sakit (40-60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang
diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memliki peran kunci dalam
mewujudkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit (Depkes, 2003).
Salah satu faktor yang bisa membuat pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) dikelola dengan baik adalah adanya keterlibatan karyawan tentang K3. Keterlibatan
menggambarkan persepsi dan sikap yang berhubungan dengan K3 yaitu sejauh mana
memandang K3 merupakan hal penting terhadap keberhasilan suatu perusahaan (Setyawati,
2003)
Beberapa solusi pencegahan yang dapat ditawarkan untuk mengurangi resiko
kecelakaan kerja adalah membentuk panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja untuk
menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkupnya adalah:
a. Tata ruang kerja
Tata ruang di sekitar tempat perawat bekerja harus memperhatikan fungsi maupun
tata letaknya agar tidak menganggu aktivitas bekerja dan pergerakan perawat yang
lalu lalang dan fasilitas yang mendukung untuk bekerja akan mencegah timbulnya
kecelakaan kerja.
b. Pakaian kerja
Pakaian kerja harus dibuat senyaman mungkin agar tidak menganggu aktivitas
bekerja jangan terlalu longgar ataupun sempit, kemudian penggunaan aksesoris
pada pakaian, pemakaian sepatu juga harus disesuaikan agar tidak menimbulkan
potensi kecelakaan kerja
c. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri bagi perawat sangatlah penting untuk menghindari resiko
kecelakaan kerja, alat pelindung diri meliputi masker, jas ataupun handscoon.
d. Lingkungan kerja
Meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna, faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh pada aktivitas kerja . Maka dari itu lingkungan kerja harus di setting
sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan saat bekerja.
Contoh kasus kecelakaan kerja dan cara pencegahannya:
1. Terpeleset, biasanya karna lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di lingkungan kerja kesehatan, biasanya perawat
berpotensi mengalami kecelakaan ini karna perawat biasanya paling sering melakukan
mobilisasi dari ruang pasien ke ruang pasien lainnya ataupun ke unit kesehatan
lainnya. Akibat dari terpeleset atau jatuh adalah memar, fraktura, dislokasi, memar
otak dll.
Pencegahan:
 Memakai sepatu anti slip
 Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi atau tali sepatu longgar
 Berhati-hati saat berjalan di atas lanti yang basah, licin ataupun konstruksinya
tidak rata
 Lantai dan tangga harusnya dipelihara dan di perhatikan konstruksinya.
2. Mengangkat berat, kecelakaan kerja akibat mengangkat berat biasanya terjadi pada
aktivitas kerjaperawat membawa perlengkapan medis, obat ataupun membantu pasien
bergerak. Akibatnya dapat cedera pada punggung.
Pencegahan:
 Pertimbangkan berat benda dan kekuatan diri
 Meminta bantuan dengan orang lain jika beban terlalu berat
 Gunakanlah tekhnik mengangkat yang benar
3. Tertusuk jarum, kecelakaan kerja ini paling banyak terjadi untuk perawat karna
prosedur saat oprasi, melakukan tindakan menyuntik, menginfus ataupun mengambil
sampel darah menggunakan jarum suntik. Akibat yang dapat terjadi adalah terlukanya
bagian tubuh dan beresiko tertular infeksi.
Pencegahan:
 Menggunakan APD , berupa sarung tangan karet
 Meningkatkan ketelitian dalam melakukan tidakan
 Membuang atau menyimpan bekas jarum ke dalam safety box agar terhindar
dari tertusuk jarum bekas
 Menggunakan jarum suntik dengan perangkat keamanan yang tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kecelakaan akibat kerja untuk perawat adalah suatu kejadian atau kecelakaan dalam
bekerja atau menangani pasien yang tidak di kehendaki dan dapat menyebabkan cedera bagi
perawat, mengacaukan proses aktivitas kerja yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
yang mempengaruhi adalah faktor manusia, faktor material, faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
peralatan. Memperhatikan kecelakaan kerja sangat penting untuk melangsungkan proses
kegiatan kerja dan merawat pasien, oleh karena itu harus ditegakkannya peraturan dan
program yang mengatur keselamatan kerja.

B. Saran
Masih banyak faktor dilapangan yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, masih
banyaknya perawat dan instansi yang tidak memperhatikan bahaya kecelakaan kerja dan cara
mencegahnya. Oleh karena itu perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja yang dalam hal ini tentunya melibatkan banyak pihak. Tidak hanya bagi
perawat namun juga bagi instansi kesehatan dan masyarakat di dalamnya. Sehingga dapat
menekan kecelakaan kerja yang selama ini terjadi pada perawat, selain itu juga berdampak
pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-dra-badraningsih-lastariwati-mkes/
materi-ajar-k3-ft-uny-20152-kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-
l.pdf
http://eprints.ums.ac.id/41880/2/BAB%20I.pdf
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=88691&ftyp=potongan&poto
ngan=S2-2015-307047-introduction.pdf

Anda mungkin juga menyukai