Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVIDENCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


“EVIDENCE BASED CLINICAL DECISION MAKING AND SCOPE OF
PRATICE”

Dosen Pembimbing
Kosma Heryati, M.Kes

Oleh Kelompok II
Prodi Sarjana Terapan Kelas Alih Jenjang
1. Devi Sulihayati : P05140421005
2. Fhiyonita Oktarianie. S : P05140421010
3. Hilda Hazarani : P05140421013
4. Januarti Lita Suryani : P05140421016
5. Rigita Tiya Nora Nika : P05140421024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat tuhan yang maha esa atas
segala rahmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah Evidence Based Dalam
Praktik Kebidanan tentang “Evidence Based Clinical Decision Making And Scope
Of Pratice” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada dosen pengajar mata kuliah Evidence Based Dalam
Praktik Kebidanan, bunda Kosma Heryati, M.Kes yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari para pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Evidence based clinical decision making.....................................................3
B. Scope of practice..........................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Simpulan.........................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane
menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan
bukti-bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan
terkait dengan evidence based , diantaranya Evidence Based Medicine (EBM),
Evidence Based Nursing (EBN), dan Evidence Based Practice (EBP).
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil
keputuan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan yang valid. Oleh
karena itu EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke
dalam praktek sehingga bidan dapat meningkatkan “quality of care” terhadap
pasien.
Evidence based practice merupakan suat pendekatan pemecahan
masalah untuk pengambilan keputusan dalam organisasi pelaanan esehtan
yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang dengan
pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). Evidence
based practice dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta
memaksa untuk berpikir kritis dalam penerpan pelayanan secara bijaksana
terhadap pelayanan pasien individu, kelompon atau sistem.
Evidence based practice menyebabkan terjadinya perubahan besar
pada literatur, merupakan proses yang panjang dan mrupakan aplikasi
berdasarkan fakta terbaik untuk pengembangan dan peningkatan pada praktek
lapangan. Pencetus dalam penggunaan fakta menjadi pedoman pelaksanaa
praktek dalam memutuskan untuk mengintegrasikan keahlian klinikal indivu
dengan fakta terbaik berdasarkan penelitian yang sistematik.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang Evidence based clinical decision making ?

1
2. Jelaskan tentang Scope of practice ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Evidence based clinical decision making.
2. Menjelaskan tentang Scope of practice.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evidence Based Clinical Decision Making


Pengambilan keputusan berbasis bukti melibatkan penggabungan
pengetahuan yang timbul dari keahlian klinis seseorang, preferensi pasien, dan
bukti penelitian dalam konteks sumber daya yang tersedia. Pengambilan
keputusan berbasis bukti seperti semua pengambilan keputusan melibatkan
pemilihan dari berbagai pilihan yang terpisah, yang mana mungkin termasuk
tidak melakukan apa-apa atau strategi "tunggu dan lihat". Semua pilihan
tersebut diinformasikan oleh evaluasi informasi yang tersedia: proses
menggunakan penilaian klinis. Dalam membuat keputusan berbasis bukti,
bukti penelitian tidak boleh diambil begitu saja dan dipatuhi secara tidak
kritis, tetapi harus diberi bobot yang sesuai dalam keputusan tergantung pada
validitas internal dan eksternal.
Mengintegrasikan bukti penelitian ke dalam pengambilan keputusan
melibatkan pembentukan pertanyaan klinis terfokus dalam menanggapi
kebutuhan informasi yang diakui, mencari bukti yang paling tepat untuk
memenuhi kebutuhan itu, menilai secara kritis bukti yang diambil,
menggabungkan bukti ke dalam strategi tindakan, dan mengevaluasi efek dari
setiap keputusan dan tindakan yang diambil. Langkah-langkah ini merupakan
komponen penting dari proses aktif yaitu pengambilan keputusan berbasis
bukti.
Pengambilan keputusan berbasis bukti adalah pendekatan preskriptif
untuk membuat pilihan, yang didasarkan pada gagasan tentang bagaimana
teori dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan di dunia
nyata. Namun, sebelum merencanakan strategi untuk mencapai ideal ini,
penting untuk mengidentifikasi titik awal yaitu bagaimana bidan saat ini
menggunakan dan melihat informasi berbasis penelitian dalam pengambilan
keputusan.

3
1. Informasi Yang Diperlukan, “Perilaku Informasi,” dan Clinical Decision
Making
Salah satu tantangan dalam penelitian adalah bagaimana seseorang
menanggapi defisit informasi atau kebutuhan informasi. Kebutuhan
informasi adalah konstruksi yang hanya ada dalam pikiran orang yang
“membutuhkan.” Peneliti hanya dapat membuat hipotesis tentang
kemungkinan kebutuhan bidan berdasarkan apa yang mereka katakan, apa
yang dapat kita simpulkan dari mengamati perilaku mereka, atau
sebaiknya keduanya. Kebutuhan tidak lepas dari motif perilaku pencarian
informasi. Jika suatu kebutuhan informasi akan diubah menjadi tindakan
(misalnya, membaca kebidanan berbasis bukti atau mengakses
perpustakaan), maka individu harus memiliki motif untuk melakukannya.
Dalam mengembangkan motif, individu menggunakan kerangka
keyakinan dan nilai pribadi, yang berisi objek yang memenuhi kebutuhan
informasi di masa lalu.
Untuk pendukung pengambilan keputusan berbasis bukti, motif
utama terlibat dengan informasi berbasis penelitian adalah menemukan
penelitian yang relevan agar dapat meningkatkan kepastian individu
bahwa tindakan tertentu kemungkinan besar akan mengarah pada hasil
yang diinginkan. Namun, informasi baru juga dapat menjelaskan bahwa
mereka sebagai pembuat keputusan yang aktif dan berpengaruh. Bidan
sering melaporkan bahwa alasan mereka mencari bukti penelitian adalah
untuk mendukung praktik yang ada. Proses mencari, menilai, dan
mengintegrasikan informasi penelitian dengan pengetahuan yang ada telah
diberi label “perilaku informasi” oleh beberapa peneliti di bidang ilmu
informasi. Jenis keputusan klinis memberikan petunjuk tentang bagaimana
informasi penelitian dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
Keputusan merupakan konteks penting untuk penggunaan informasi.

4
2. Midwife’s’ Clinical Decisions: Tipologi
Tipologi keputusan klinis yang berasal dari wawancara dan
pengamatan oleh bidan perawatan akut dan primer. Keputusan ini
mewakili pilihan inti yang hanya merupakan bagian dari arsitektur konteks
pengambilan keputusan untuk menerapkan pengetahuan penelitian. Bidan
menggambarkan beberapa elemen lain dari keputusan klinis dan proses
pengambilan keputusan mereka.

3. Frequency of Decision Making


Jenis keputusan dan pertanyaan atau pilihan klinis yang dinyatakan
oleh bidan dalam frekuensi pengambilan keputusan. Jumlah dan jenis
keputusan yang dihadapi oleh bidan terkait dengan lingkungan kerja,
persepsi tentang peran klinis mereka, otonomi operasional, dan tingkat di
mana Pertimbangkan sejauh mana fitur penilaian dan pilihan dalam
konsultasi.

4. Decisional complexity
Tiga elemen kompleksitas keputusan yaitu:
a. Time limited decision making activity
Bidan menggambarkan situasi di mana keputusan cepat
diharapkan (fenomena yang dikenal sebagai waktu respons tersirat).
Akibatnya, peluang untuk mencari informasi di luar apa yang tersedia
dianggap sangat terbatas. Waktu yang terbatas adalah alasan utama
untuk "pemisahan" pengambilan keputusan sehari-hari dari pencarian
informasi dan penilaian.
b. Multiple and diverse decision goals
Sifat stepwise pengumpulan informasi dan pengambilan
keputusan dalam pertemuan pasien, serta kebutuhan untuk
menumbuhkan persepsi pasien tentang kepercayaan dan kredibilitas
pada bidan, berarti bahwa keputusan sering memiliki beberapa dan
tujuan keputusan yang bertentangan.

5
c. Conflicting decision elements
Selain membuat keputusan yang lebih kompleks, konflik juga
dapat menyederhanakan keputusan.

5. The Cognitive Continuum: The Decision As Driver For Information


Behaviour
Sejak 1960-an, psikolog kognitif dan ahli teori keputusan telah
mengembangkan gagasan kontinum kognitif. Model ini menunjukkan
bahwa penentu utama apakah seseorang terlibat dalam pengambilan
keputusan intuitif atau pengambilan keputusan rasional tergantung pada
keputusan "tugas" seperti memilih intervensi kebidanan, terletak pada
kontinum (kognitif).
Model kontinum kognitif menawarkan dasar teoritis untuk agenda
penelitian yang baru saja muncul dalam kebidanan. Menguraikan jenis
keputusan klinis hanyalah titik awal untuk agenda ini. Pekerjaan di masa
depan harus mencoba untuk mengeksplorasi dan menjelaskan pola
penggunaan informasi dalam keputusan yang ada peta yang jauh lebih
rinci. Selain itu, perlu adanya pengembangan berkualitas tinggi dan
evaluasi intervensi yang menargetkan penyediaan informasi berbasis bukti
pada individu-individu tersebut yang paling mungkin mempengaruhi
pilihan profesional

6. Decision Making And Models For The Implementation Of Research


Knowledge
Banyak model teoritis pemanfaatan penelitian secara implisit
mengakui pentingnya pengambilan keputusan sebagai langkah penting
dalam proses mengubah pengetahuan menjadi tindakan. Terlepas dari
pengakuan implisit ini, sebagian besar model gagal memperhitungkan
hubungan antara karakteristik keputusan, penggunaan informasi, dan
proses informasi. Beberapa peneliti telah menggunakan pertanyaan klinis

6
yang dihasilkan oleh keputusan klinis sebagai ekspresi dari (potensi)
kebutuhan informasi.

7. Conclusion
Bidan semakin dianggap sebagai pengambil keputusan utama
dalam tim kesehatan. Mereka juga diharapkan untuk menggunakan bukti
terbaik yang tersedia dalam penilaian dan keputusan mereka. Model
reseptif pengambilan keputusan berbasis bukti dan proses penerapan
penilaian pencarian yang menyertainya adalah proses aktif.

B. Scope Of Practice
1. Evidence Based Midwifery (Practice)
Evidence based adalah proses yang digunakan secara sistematik
untuk menemukan, menelaah atau mereview, dan memanfaatkan hasil-
hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Evidence
based merupakan keterpaduan antara :
a. Bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best
research evidence)
b. Keahlian klinis (clinical expertise)
c. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau
sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa
petimbangan baik dari acountable aspek metodologi maupun accountable
aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh
penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi.

7
2. Bukti klinis Pada Pelayanan Kehamilan
Fokus lama ANC :
a. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko
tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
b. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &
presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan
kategori resiko ibu.
c. Pengajaran atau pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko atau komplikasi.
Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita
tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang
tidak. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak
pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber
daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan
bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori
resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi
(Enkin, 2000 : 22). Sementara, bagi Bumil kelompok Resiko Rendah,
yaitu :
a. Tidak diberi pengetahuan tentang Resti.
b. Tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetric.
c. Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong
kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah
diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat
dilakukannya
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko adalah bahwa
setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa
diprediksi sehingga setiap bumil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu
diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat
dijangkau oleh setiap wanita hamil.

8
3. Isi Refocusing ANC
Penolong yang terampil atau terlatih harus selalu tersedia untuk :
a. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan
persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin,
keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk
ibu-bayi).
b. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri
menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan
membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi,
donor darah,) pada setiap kunjungan.
c. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan
persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia
mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di
RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan,
keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan
dapat dicegah.
d. Mendeteksi dan menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan
pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis,
malaria, dsb).
e. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan
kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong
yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
f. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian
BBL karena tetanus.
g. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia
ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi &
asam folat.
h. Untuk populasi tertentu:

9
1) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk
menurunkan insidens anemia berat.
2) Pencegahan atau terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko
terkena malaria di daerah endemic.
3) Suplementasi yodium
4) Suplementasi vitamin A
4. Pola Asuhan Kehamilan
Evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan :
a. Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika
diperiksa diprediksi oleh si dukun letak janinnya sungsang. Kemudian
si dukun melakukan tindakan pemutaran janin dengan manual.
Tindakan ini dilakukan karena diyakini akan merubah posisi janin.
Fakta : Tindakan merubah posisi dengan memutar tidak efektif
dilakukan dan berpotensi besar terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan, karena hal ini erat kaitannya dengan letak plasenta yang
tidak diketahui dukun tersebut. Jika nanti proses pemutarannya salah
atau tidak sesuai dengan keadaan di intra uteri maka akan
mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio plasenta.
Sehingga hal ini lebih membahayakan, karena bisa menyebabkan
kematian ibu dan janin.
b. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu
dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan
perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan
atau kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi.
Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,
gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena
psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat,
membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa
dibenarkan.

10
c. Membawa gunting kecil atau benda tajam lainnya di kantung baju si
Ibu agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu
melukai si Ibu.
d. Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang
akan mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut
sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-
biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu lama, apalagi
larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam
kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida
(CO2).
e. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang
dikandungnya tak terlilit tali pusat.
Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk
di leher dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis,
hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali
pusat karena ibunya terlalu aktif.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam membuat keputusan berbasis bukti, bukti penelitian tidak boleh
diambil begitu saja dan dipatuhi secara tidak kritis, tetapi harus diberi bobot
yang sesuai dalam keputusan tergantung pada validitas internal dan eksternal.
Mengintegrasikan bukti penelitian ke dalam pengambilan keputusan
melibatkan pembentukan pertanyaan klinis terfokus dalam menanggapi
kebutuhan informasi yang diakui, mencari bukti yang paling tepat untuk
memenuhi kebutuhan itu, menilai secara kritis bukti yang diambil,
menggabungkan bukti ke dalam strategi tindakan, dan mengevaluasi efek dari
setiap keputusan dan tindakan yang diambil. Langkah-langkah ini merupakan
komponen penting dari proses aktif yaitu pengambilan keputusan berbasis
bukti.
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh
penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan
lagi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, serta makalah ini
diharapkan menjadi sumber materi yang dapat menambahi ilmu bagi para
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hani,Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba Medika

Moegni EM, Ocviyanti D, editors. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO,
UFPA, UNICEF, Kemenkes RI, IBI, POGI; 2012.

Yuniati I. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi


Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran  Universitas Padjadjaran
Bandung; 2011.

McCaughan D. What decisions do nurses make? In Thompson C, Dowding D,


editors. Clinical decision making and judgement in nursing. Edinburgh:
Churchill Livingstone, 2001:95–108.

13

Anda mungkin juga menyukai