Anda di halaman 1dari 11

Judul Skripsi

STUDI KOMPARASI PENDIDIKAN HUMANIS PAULO FREIRE DAN


MUHAMMAD IQBAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

ADHI KARUNIA

17112117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Membahas tentang pendidikan adalah sesuatu hal yang tidak ada habis-
habisnya. Hal ini berkaitan bahwasanya pendidikan telah melekat pada kehidupan
manusia secara umum. Seperti yang didapati pada aktivitas manusia tidak lepas pula
dari aktivitas dalam pendidikan. Rutinitas sehari-hari manusia mulai dari bangun
tidur hingga tidur lagi, tanpa disadari bahwasanya setiap aktivitasnya pun masih
bersinggungan dengan pendidikan. Lantas pendidikan memang dipandang menjadi
unsur terpenting dalam keberlangsungan hidup manusia. Hakikat pendidikan tidak
saja merupakan usaha membangun dan mewariskan nilai yang akan menjadi penolong
dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan, tetapi juga untuk
memperbaiki nasib dan peradabannya.1 Seyogyanya pendidikan dalam arti sempit
sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan manusia. Dalam arti luas pendidikan dapat
menjadikan manusia hidup sebagaimana fitrahnya manusia sebagai pelaku hidup
masing-masing.

Setiap negara memiliki gagasan terhadap arah dan cita-cita pendidikan bagi
rakyatnya. Dengan harapan pendidikan dapat menjadi penunjang berkembangnya
suatu negara dalam menjamin kehidupan masyarakatnya. Negara Indonesia telah
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi,

“Pendidikan nasional berfugsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demkoratis serta bertanggung
jawab.”2

1
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, “Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam”, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media), Cet. 1, 2011, hlm. 15.
2
UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Secara garis besar tujuan dan fungsi dari pendidikan di Indonesia sudah dapat
dikatakan memumpuni untuk menciptakan generasi emas di masa mendatang. Namun
realitanya gagasan tersebut belum dapat terealisasi dengan baik. Secara makro dapat
dilihat dalam aspek pengelolaan, peran pemerintah dan masyarakat, kurikulum atau
materi ajar, pendekatan dan metodologi pembelajaran, sumber daya manusia,
lingkungan kampus atau sekolah, dana, dan akreditasi.3

Seiring berkembangnya zaman, dimana tahun belakangan ini muncul konsep


baru yang desas-desusnya setiap aktivitas pekerjaan manusia dituntut lebih cepat
dengan menggunakan teknologi. Perubahan yang dialami manusia saat ini dinamakan
era revolusi industry 4.0 (Four Point Zero). Perubahan ini memiliki dampak positif
dan negative bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya, manusia akan semakin
mudah dan efisien dalam melakukan pekerjaannya atau aktivitasnya berkat bantuan
teknologi. Tentunya hal ini akan membantu khususnya dalam aspek perekonomian
yang didapati di perindustrian. Namun dampak negatifnya dapat di telusuri
bahwasanya, dengan mengandalkan kecanggihan dari teknologi maka manusia lambat
laun akan tersisih dari lapangan pekerjaan. Khususnya bagi para pekerja yang sedang
bekerja di perindustrian.Sebagai upaya untuk membendung dominasi teknologi yang
mengakibatkan manusia terdegradasi dalam peradaban. Negara Jepang mengusung
konsep yaitu berupa revolusi era society 5.0. Artinya pada masa society 5.0 ini
manusia dituntut untuk dapat lebih memiliki kemampuan memecahkan masalah
kompleks, berpikir kritis, dan kreativitas. 4 Pada prinsipnya era society 5.0 bukan
bentuk untuk menyaingi revolusi industry 4.0, namun bagaimana agar dengan
kemajuan teknologi tersebut, manusia dapat berjalan beriringan dalam aktivitas
pekerjaannya khususnya pada aspek ekonomi dan industry.

Berkembangnya teknologi tidak dapat dipungkiri bahwsanya merupakan


produk dari pendidikan. Kecemasan terhadap dampak revolusi industry 4.0 menjadi
media untuk kontemplasi dalam bidang pendidikan. Kondisi seperti diatas merupakan
salah satu dari banyaknya tantangan dalam dunia pendidikan. Khususnya di
Indonesia, dampak pandemi beberapa akhir tahun ini merubah tatanan konsep
pembelajaran. Semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online, sehingga

3
Munirah, “ Sistem Pendidikan di Indonesia: Antara Keinginan dan Realita”, Jurnal Pendidikan Dasar
Islam; Alduna, Vol. 2 No. 2, Desember Tahun 2015, hal. 244.
4
Dikutip dari tekno.tempo.co diakses pada tanggal 20 Januari 2022 pkl. 20.30
interaksi pendidik dengan peserta didik terbatas. Belum lagi ditambah kasus di
perguruan tinggi, seperti kasus pelecehan seksual terhadap mahasiswi kerap kali
dilakukan baik itu dari mahasiswa sendiri bahkan jajaran dosen. Selain itu, kerap kali
terjadi tawuran, kerusuhan dan tindak kekerasan di tingkat pelajar bahkan masyarakat
umum. Perbedaan suku, ras, agama, dan perbedaan dalam berpendapat menjadi salah
satu faktor timbulnya kerusuhan antar sesama rakyat. Hal ini bertentangan dengan
nilai-nilai ideologi dalam Pancasila, pada sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan
yang adil dan beradab”.

Manusia merupakan unsur terpenting dari berubahnya suatu peradaban,


namun disisi lain eksistensi manusia semakin dipertaruhkan. Dalam aspek ini,
pendidikan hendaknya kembali kepada idealitasnya yaitu proses memanusiakan
manusia. Maksudnya, melalui pendidikan manusia tidak hilang eksistensinya dalam
menghadapi perubahan zaman. Dengan kata lain perubahan zaman merupakan suatu
kelaziman beriringan dengan efektifitas pendidikan, namun tidak dapat
meninggalkan sosok manusia sebagai subjek utama dalam perkembangna tersebut.
Bukan justru pendidikan menjadi salah satu faktor yang menghilangkan eksistensi
manusia sebagai pelaku sejarah dari tiap perkembangan zaman. Pada perihal ini
hendaknya para praktisi pendidikan kembali melihat konsep pendidikan humanis
sebagai upaya untuk menghadapi kehidupan masa depan. Konsep pendidikan
humanis cenderung kepada upaya untuk memposisikan manusia dalam menghadapi
realita kehidupan manusia itu sendiri.

Berbicara terkait pendidikan, dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari


pengaruh tokoh pemikir pendidikan bernama Paulo Freire. Gagasan dan wacananya
merupakan wujud konkrit dari kontribusi pemikirannya dalam dunia pendidikan.
Pemikirannya terhadap pendidikan telah diakui dalam skala internasional dan
dipandang sebagai gagasan yang fenomenal. Dengan kondisi pendidikan pada waktu
itu, yaitu pendidikan yang bersifat dehumanisasi (tidak memanusiakan manusia),
gagasannya terkait pendidikan humanis terwujud dalam konsep pendidikan kaum
tertindas, narasi yang diusung berbunyi, “pendidikan untuk orang tertindas (adalah)
pendidikan yang harus dilaksanakan dengan, bukan untuk, kaum tertindas (individu
atau manusia secara keseluruhan) dalam perjuangan tanpa henti untuk meraih
kembali kemanusiaan mereka. Pendidikan ini membuat penindasan dan penyebabnya
menjadi objek refleksi kaum tertindas, dan dari refleksi itulah lahir pembebasan
(liberation)”5.

Bagi Paulo Freire, pendidikan menjadi suatu media untuk membuat


perubahan kehidupan manusia. Dimana situasi nyata yang melahirakan penindasan
itulah yang harus diubah. Konteks penindasan menurut Paulo Freire bukan berupa
pembunuhan terhadap manusia atau penjajahan seperti perampasan harta. Namun,
penindasan yang berupa pada penenggelaman kesadaran manusia terhadap
pandangan kritis hidupnya, seperti kebodohan, kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Pergolakan antara humanisasi dengan dehumanisasi menjadi landasan bagi Paulo
Freire terhadap konsep pendidikan yang harusnya dapat menolong manusia namun
justru menjadi sumber kemunduran dan kemandekan seseorang. Titik fokus
perhatiannya pada pendidikan humanis hendaknya memandang manusia adalah
manusia utuh lainnya bukan manusia sebagai penindas manusia lainnya. Seorang
siswa hendaknya mampu menyingkap realitas secara terus menerus, berfikir kritis
terhadap realitas, mencari pengetahuan sendiri dan menemukan dirinya sendiri6

Muhammad Iqbal merupakan tokoh filsuf muslim yang memikirkan tentang


gagasan humanis dalam pendidikan. Pemikiran Muhammad Iqbal percaya
bahwasanya manusia adalah pembuat takdir mereka sendiri dan bahwa kunci takdir
terletak pada karakter seseorang. Bagi Iqbal pendidikan adalah suatu keseluruhan
daya budaya yang memengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok
masyarakat, yang meliputi prinsip dasar: konsep individualitas, pertumbuhan
individualitas, keserasian jasmani dan ruhani, individu dan masyarakat, evolusi
kreatif, peranan intelek dan intuisi, pendidikan watak, tata kehidupan sosial islam,
suatu pandangan kreatif pendidikan.7 Dengan demikian pendidikan humanis menurut
Muhammad Iqbal yaitu pendidikan yang memandang manusia sebagai pelaku utama
dalam mengupayakan segala potensi yang dimiliki untuk diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat.

Pendidikan islam memandang peserta didik sebagai manusia atau makhluk


yang menjalani proses dalam kehidupan di dunia. Dalam perspektif falsafah

5
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppresed, (Harmondsworth: Narasi, 2019) , hlm 25
6
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppresed, (Harmondsworth: Narasi, 2019) , hlm 63-66
7
Saiyidain
pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup seluruh makhluk Allah Swt, seperti
malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. 8 pada hakikatnya, semua
manusia adalah makhluk yang senantiasa berada dalam proses perkembangan menuju
kesempurnaan, atau suatu tingkatan yang dipandang sempurna, dan proses itu
berlangsung sepanjang hayat.9 Kesimpulannya peserta didik tidak terbatas hanya
pada individu yang menempuh pendidikan di jalur formal saja melainkan semua
manusia yang hidup berada di bumi. Sehingga tidak cukup jika pendidikan hanya
dianalogikan sebagai pengisi bejana kosong, seperti halnya Socrates memandang
orang lain bukan sebagai “bejana kosong”, melainkan subjek yang berpengetahuan.10

Namun sayangnya pendidikan islam belum dapat direalisasikan secara


komprehensif oleh para peserta didik. Amin Abdullah menyoroti kegiatan Pendidikan
Agama yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain: 1) Pendidikan agama
selama ini lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan
yang bersifat kognitif semata; 2) Pendidikan agama kurang perhatian terhadap
persoalan bagaimana mengubah pengetahuan yang kognitif menjadi “makna” dan
nilai yang ada; 3) Isu kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar, tindak kekerasan,
premanisme, white collar crime; 3) Metodologi pendidikan agama tidak kunjung
berubah antara pra dan post era modernitas; 4) Pendidikan agama lebih banyak
menitikberatkan pada aspek korespondensi, tekstual yang lebih menekankan hafalan
teks-teks keagamaan yang sudah ada; 5) Sistem evaluasi, bentuk soal-soal ujian
agama Islam menunjukkan prioritas utama pada kognitif dan jarang pertanyaan
tersebut mempunyai bobot muatan “nilai” dan “makna” spiritual keagamaan yang
fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya pendapat dari kedua tokoh diatas dilanjutkan dengan perspektif


pendidikan islam merupakan acuan dasar dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat
studi komparasi, yang merupakan usaha untuk melihat persamaan dan perbedaan dari
kedua tokoh yang diteliti. Pendidikan ini berjudul Studi Komparasi Pendidikan
Humanis Menurut Paulo Freire dan Muhammad Iqbal Dalam Perspekti

8
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam: Membangun Kerangka Ontologi, (Bandung: Pustaka Media
Perintis, 2008),
9
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawy; Pesan-Pesan Alquran Tentang Pendidikan, (Jakarta: Amzah Bumi
Aksara, 2013)
10
Zen Istiarsono. Tantangan Pendidikan Dalam Era Globalisasi: Kajian Teoretik, (Jurnal Intelegensia:
FKIP Universitas Kutai Kartanegara) Volume 1, Nomor 2,
Pendidikan Islam. Dengan harapan melalui komparasi dari kedua tokoh, dapat
diambil relevansinya terhadap keberlangsungan dan pengembangan pendidikan
islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemikiran pendidikan humanis menurut Paulo Freire?


2. Bagaimana pendidikan humanis menurut Muhammad Iqbal?
3. Apa saja perbedaan dan persamaan pendidikan humanis menurut Paulo Freire dan
Muhammad Iqbal?
4. Apa relevansi pendidikan humanis menurut Paulo Freire dan Muhammad Iqbal dalam
perspektif pendidikan islam?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian menjadi dasar uttama untuk menentukan alasan peneliti terkait
fokus yang ditelitinya. Adapun tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan humanis menurut Paulo Freire

2. Untuk mengetahui konsep pendidikan humanis menurut Muhammad Iqbal

3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep pendidikan humanis


menurut Muhammad Iqbal

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian menjadi topik yang disuguhkan oleh peneliti terkait beberapa
hal yang dapat diambil dalam penelitian. Manfaat penelitian berupa

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini, yaitu sebagai khazanah kelimuan


dalam aspek pendidikan. Khususunya pada pemikiran Paulo Freire yang
konsen terhadap bagaimana idealnya pendidikan. Bagi pendidikan islam, dapat
dijadikan sebagai sumber referensi untuk meningkatkan mutu peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis pada penelitian ini berasal dari pemikiran tokoh


pendidikan yang dapat dimplementasikan serta direalisasikan. Supaya dalam
segi praktik di lapangan dapat efektif dan efisien bagi mutu peserta didik
dalam pendidikan islam.
E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut system aturan atau
tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah dan
mencapai hasil yang optimal. 11Metode penelitian menjadi bagian hal terpenting
dalam mengungkap permasalahan yang diajukan. Selain itu untuk mengetahui
kejelasan pada masalah untuk menghasilkan penelitian yang ilmiah.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu


penelitian yang mengumpulakn data dan informasi dengan bantuan bermacam-
macam materi yang terdapat yang terdapat dalam kepustakaan buku.12 Dengan
menggunakan pendekatan deskriptif analisis, yaitu pencarian berupa fakta, hasil
dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat
interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang
dilakukan.13

Data yang diteliti berupa naskah atau majalah-majalah yang bersumber dari
khasanah kepustakaan. Prosedur penelitian ini adalah untuk menghasilkan data
dekskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (concrete
analyze) dari suatu teks.14

Pendekatan berikutnya pada penilitian ini menggunakan pendekatan


filosofis. Menurut Karl Jaspers yang dikutip oleh Sudarto dalam bukunya
Metodologi Penelitian Filsafat, mengatakan bahwa “Filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki dan menentukan tujuan akhir serta makna terdalam dari realita
manusia. Ia juga menambahkan bahwa ilmu filsafat mempertanyakan substansi
atau obyek yang diselidiki, dan menempatkan obyek itu untuk dipahami secara
utuh totalitasnya.15

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif komparatif Analitik yakni


mendeskripsikan atau memberikan penjelasan, memberikan ulasan dan
menganalisis serta mengkomparasikan antara kedua pemikiran atau gagasan tokoh
tersebut dengan sistematis, terkait pembahasan dari dua tokoh tersebut, yang
memiliki setting social, segmentasi perjuangan dan pemikiran yang berbeda pada
masanya. Kemudian setelah diberikan sebuah ulasan antar kedua pemikiran tokoh
tersebut, selanjutnta dianalisis terkait persamaan dan perbedaan pandangan atau
gagasannya dalam pendidikan humanis.

2. Sumber Data

11
Anton Braker, Metode-Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisus, 1986), h. 55
12
Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta:Rineka CIpta, 1995) h. 310
13
Munzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rajawali Press, 1999), h.62
14
Steven Adam J. Moelong, Metodologi Penelitisn Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 3
15
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), h. 7-8.
a. Sumber Data Primer

Data primer adalah rujukan pokok yang digunakan dalam penelitian atau
sumber informasi yang secara langsung berkaitan dengan tema yang menjadi
pokok pembahasan.16 Adapun data yang dijadikan sunber data primer

1. Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed, yang diterjemahkan dalam bahasa


Indonesia dengan judul, Pendidikan Kaum Tertindas, Penerjemah Yuhda
Wahyu Pradana, Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2019.

2. Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam yang


diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Pembangunan Kembali
Alam Pikiran Islam, cetakan ketiga, Jakarta: N. V. Bulan Bintang.

b. Sumber Data Skunder

Sumber skunder adalah kesaksian atau data yang tidak berkaitan langsung
dengan sumbernya yang asli. Sumber data skunder bertujuan untuk melengkapi
data-data primer.17 Adapun dalam penelitian ini Sumber data skunder yang
digunakan yaitu:

1. Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka


Belajar, 2015.

2. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2006.

3. Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam,Bandung: CV Pustaka Setia,


2014, cet. Ke-2

4. M. Arfan Mu’ammar dan Abdul Wahid Hasan, dkk., Studi Islam:


Perspektif Insider/Outsider, Yogyakarta: IRCiSoD, 2012-2013.

5. Aulia Rahma, Pendidikan Humanis Paulo Freire Dalam Perspektif


Pendidikan Islam, IAIN Raden Intan Lampung: Skripsi, 2017.

6. Zaenal Abidin dan Muhammad Taufik Ismail, Perbandingan Tujuan


Pendidikan Untuk Membentuk Manusia Ideal Menurut Paulo Freire dan
Muhammad Iqbal, Jurnal Suhuf, Volume 30, Nomor 1.

7. Muhammad Iqbal H., Konsep Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama


Islam: Pemikiran Muhammad Iqbal, Jurnal Basicedu Vol. 5 No. 6, th.
2021.

8. Normuslim, Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh dan


Muhammad Iqbal , Anterior Jurnal, Vol. 12 No. 2 , 201.

16
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research (Bandung:Tarsiti, 2000), h. 78
17
Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 42
9. Noor Amirudin, Pendidikan Humanisme Dalam Perspektif Islam (Konsep
dan Implementasinya dalam Pendelolaan Kelas), Artikel Ilmiah, 2017.

10. Saifullah Idris dan Tabrani Z.A, Realitas Konsep Pendidikan Humanisme
Dalam Konteks Pendidikan Islam, Jurnal Edukasi , p-ISSN:2460

5. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau
keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen
yang akan mendukung penelitian.18
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data dan buku yang menjadi
sumber data primer dan skunder adapun data-data yang dikumpulkan dapat berupa
catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan
sebagainya.19 Penggunaan metode ini dengan alasan bahwa jenis penelitian ini
termasuk dalam penelitian kepustakaan (library reseach).
6. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu rangkaian kegiatan penelitian yang amat
penting dan menentukan. Menurut Patton analisis data yaitu suatu proses
mengatururutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar.20
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif. Metode ini dimaksudkan bahwa analisis bertolak dari data-data dan
bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Adapun tekhnik analisis datanya
menggunakan tekhnik analisis isi (content analysis) yaitu, penelitian yang dilakukan
terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik dalam gambar,
suara, maupun tulisan. Adapun langkah-langkah analisis data yaitu sebagai berikut:

a. Memilih dan menetapkan pokok bahasan yang akan dikaji

b. Mengumpulkan data-data yang sesuai dengan pokok bahasan melalui buku-

buku maupun sumber lainnya

18
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 83
19
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 220
20
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner (Yogyakarta: Paradigma, 2012) h.130.
c. Menganalisis dan mengklarifikasi

d. Mengkomunikasikannya dengan kerangka teori yang digunakan.21

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini pada dasarnya adalah kajian teoritis atas suatu pemikiran tokoh Paulo
Freire tentang konsep pendidikan. Pada bab satu akan diawali dengan pendahuluan yang
mencakup subab latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan metode penelitian.
Pada bab dua akan menyajikan berupa tinjauan pustaka dan landasan teori terkait
judul penelitian. Pada tinjauan pustaka akan menggali data-data berupa penelitian
terdahulu yang relevan serta hasil dari penelitian tersebut. Pada landasan teori akan
menjelaskan terkait variabel yang sedang diteliti.
Pada bab tiga akan membahas terkait dua tokoh yaitu Paulo Freire dan Muhammad
Iqbal melalui biografinya serta kondisi sosial kehidupannya. Hal ini menjadi salah satu
bab yang akan memaparkan tentang konsep pendidikan yang diusung oleh kedua tokoh
serta bagaimana kondisi sosial pada masa hidupnya.
Pada bab empat merupakan penyajian pembahasan relevansi pemikiran Paulo Freire
dan Muhammad Iqbal dalam perspektif pendidikan islam. Kemudian signifikasi
pemikiran Paulo Freire dan Muhammad Iqbal, serta implikasi pemikiran Paulo Freire dan
Muhammad Iqbal dalam dunia pendidikan. Pada bab ini akan menyajikan ulasan
mengenai eksplorasi pemikiran Paulo Freire dan Muhammad Iqbal serta kontribusinya
terhadap dunia pendidikan.
Pada bab lima adalah bagian terakhir yang berisi kesimpulan dari penelitian yang
bersumber dari rumusan masalah dan analisis data. Sehingga pada bab ini akan
memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai.

21
Suharismi Arikunto, Op. Cit. h.309.

Anda mungkin juga menyukai