Oleh:
SARI
Kawasan pesisir Padang merupakan salah satu kawasan andalan yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Kawasan pesisir Pariaman - Padang
merupakan daerah pantai abrasi, disusun oleh endapan alluvial berupa kerikil, pasir, dan lempung
membentuk pantai lurus dan landai. Kawasan pesisir Padang – Bungus Teluk Kabung berupa pantai
teluk, stabil, disusun oleh batuan volkanik membentuk bentang alam perbukitan dan pantai terjal.
Abrasi terjadi di daerah telitian sebagai dampak perubahan iklim global dan aktivitas manusia
(anthropogenic) seperti dampak kerusakan terumbu karang terutama terjadi di kawasan pantai
Pariaman - Padang. Di Padang – Bungus Teluk Kabung sedimentasi terjadi akibat dampak perubahan
rona lingkungan di kawasan hulu sungai (hinterland) yang membawa sedimen ke perairan. Mangrove
dengan luasan kecil terdapat di kawasan Padang – Bungus Teluk Kabung,. Terumbu karang masih
banyak dijumpai di kawasan Bungus Teluk Kabung dan sekitarnya dalam kondisi 50% rusak akibat
pemboman dan perubahan kondisi air laut yang disebabkan oleh pencemaran dari limbah kapal,
industri dan rumah tangga. Kandungan Logam berat Hg sebagai zat pencemar yang terdapat pada
sedimen perairan Bungus Teluk Kabung mencapai 3500 ppb di atas baku mutu sedimen (410 ppb).
Kandungan logam lainnya yang punya nilai ekonomis yang terdapat di daerah telitian yaitu emas, Au
(4ppb – 22ppb) dan perak, Ag (1ppm – 2ppm).
Kata kunci: lingkungan pantai, pencemaran, logam berat, mineral ekonomis, Pariaman, Padang,
Bungus Teluk Kabung
ABSTRACT
The coastal area of Padang is one of the target coastal areas that have been prioritised to be developed
by the West Sumatra Government. The coastal area of Pariaman – Padang is an erosion coast of alluvial
deposits consisted of gravel, sand, and clay which form straight and gentle slope beaches. The coastal area
of Padang – Bungus Kabung Bay is a stable embayment coast consisted of volcanic rocks which form
undulated hilly land and cliff. Erosion occurred at the research area as impact of the global climate
changes and human activities (anthropogenic) for example impact of coastal reef destruction at the area of
Pariaman – Padang. At the coastal area of Padang – Bungus Kabung Bay sedimentation occurred as
impact of change environments in the hinterland, which transport sediment loads to the coast. Mangroves
of small square areas are distributed at the coastal area of Padang – Bungus Teluk Kabung. While coral
reef distributed in large area at the coast of Bungus Kabung Bay and adjacent area in 50% condition
impacted from explosion and change of sea water quality due to waste disposal from boats, industries,
and houses. Heavy metal content of mercury (Hg) as a toxic element in sediment of Bungus Kabung Bay
17
cangkang moluska antara 2% dan 30%. Ukuran kawasan ini berkekuatan rata-rata 9 knot – 11
butir rata-rata antara 4.2 phi dan 5.1 phi yang knot bertiup ke arah tenggara hampir sejajar
termasuk ke dalam kelas lanau. Pasir yang dengan garis pantainya. Angin timur relatif lebih
terdapat di satuan ini berasal dari sedimen lemah dengan kecepatan rata-rata 8 knot dengan
tersuspensikan, kemudian diangkut ke laut pola berubah-ubah namun arah dominannya
lepas oleh arus laut. Pada kondisi yang lebih hampir tegak lurus garis pantai. Lebih
tenang dimana gaya gravitasi lebih besar rendahnya kecepatan angin musim timur
partikel-partikel sedimen tersuspensikan dibandingkan angin barat karena mengalami
tersebut mengendap ke dasar laut dan pembelokan arah akibat gaya Coriolis pada saat
bercampur dengan lanau. ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) berada
di bagian selatan khatulistiwa (Nasrun, drr.,
Lanau 2001). Pengukuran arus dengan cara
Satuan lanau menempati daerah telitian Lagrangian dilakukan di daerah perairan
paling luas, tersebar di laut lepas pada Bungus Teluk Kabung untuk mengetahui pola
kedalaman air laut lebih dari 40m. Satuan ini arus permukaan. Berdasarkan hasi pengukuran,
berwarna hijau keabu-abuan, abu-abu kehijauan, arus permukaan relatif berarah ke pantai pada
terdapat cangkang moluska antara 1% dan 25%. saat air pasang. Arus permukaan relatif bearah
ke laut pada saat air surut dengan kecepatan
Padang – Bungus Teluk Kabung lebih besar dibanding saat pasang. Kondisi ini
Lanau menunjukkan bahwa sedimen yang berbutir
Kawasan dasar laut Padang – Bungus Teluk halus (lumpur) akan lebih banyak diendapakan
Kabung lebih dari 90% disusun oleh lanau dari jauh dari pantai. Ringkasnya pola angin yang
endapan laut pada ke dalaman air laut lebih dari membentuk arus dan gelombang laut
20m. Satuan ini berwarna abu-abu kecoklatan, merupakan salah satu penyebab abrasi, dan
terdapat cangkang moluska 1% dan 20%. Lanau banjir pasang (rob) di kawasan pesisir Pariaman–
yang tersebar pada kedalaman air laut antara 3m Bungus Teluk Kabung terutama pada angin
dan 10m berasal dari endapan sungai yang musim barat.
berwarna abu-abu kehitaman – hitam, terdapat
Pasang surut
sisa-sisa organik, akar tumbuhan dan butiran
Pasang surut merupakan salah satu
karbon. Lanau tersebut diangkut ke laut oleh
parameter yang mengontrol dinamika
sungai-sungai yang bermuara ke pantai terutama
lingkungan pantai. Perubahan tinggi muka air
terjadi pada saat banjir bandang atau musim
laut yang cukup tinggi akibat pasang surut
hujan. Pada kondisi biasa air sungai-sungai
merupakan salah satu penyebab terbentuknya
tersebut mengalir sangat tenang dengan kualitas
pantai terjal Berdasarkan perhitungan besaran
air sungai sangat jernih.
pasang surut maka didapat kedudukan air tinggi
Pola angin dan arus permukaan (HWS) pada pasang besar adalah 71.61 cm di
Arus laut yang diakibatkan oleh pasang atas duduk tengah (MSL) 210.3 cm. Air rendah
surut dan gelombang merupakan salah satu pada surut terbesar adalah 74 cm di bawah
parameter di dalam mengontrol dinamika duduk tengah. Perbedaan tinggi muka air pada
lingkungan pantai. Kawasan laut Pariaman – saat pasang maksimum dengan muka air pada
Bungus Teluk Kabung memiliki pola arus surut minimum yaitu antara 1.4 m dan 1.5 m.
permukaan yang dipengaruhi oleh pola angin Bilang formzal adalah 0.328 yang menunjukkan
geostropik atau angin muson. Berdasarkan tipe pasang surut campuran condong ganda
karakteristik iklim di belahan bumi selatan artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
(southern hemisphere), maka kawasan dalam sehari. Berdasarkan beda tinggi muka air
sepanjang pantai Pariaman – Bungus Teluk laut dan tipe pasang surutnya, maka pasang
Kabung dipengaruhi oleh angin musim barat surut di kawasang Pariaman – Bungus Teluk
yang bertiup bulan November sampai Maret dan Kabung juga berpengaruh terhadap perubahan
angin musim timur bertiup dari bulan Mei lingkungan pantai.
sampai September. Angin musim barat di
21
ACUAN Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bappeda, 2001: Laboran Penelitian Potensi Bandung
Budidaya Pantai dan Laut di Wilayah Folk R.L., 1968, Petrology of sedimentary rocks:
Pesisir Kabupaten Padang Pariaman. Hemphill, Austin Texas, 170p.
Kabupaten Padang Pariaman Kerjasama
dengan Puslitbang Perikanan Universitas Friedman, G.M., 1967, Dynamic processes and
Bung Hatta. statistical parameters compared for size
frequency distribution of beach and river
Darlan,Y., Kamiludin, U., Nasrun, dan sands. Jour. Sed. Petrology, v.37:327-354.
Hardjawidjaksana, K., 2004: Laboran
Kajian terpadu lingkungan dan sumber Hilman, D., 2007: Mencari Jejak Tsunami
daya mineral pesisir Padang dan Padang. Kompas Jumat, 21 September
sekitarnya – Sumatera Barat. Pusat 2007.
Penelitian dan Pengembangan Geologi mailto:bbett461@ecy.wa.gov: Sediment Quality
Kelautan (Laporan Internal). Chemical Criteria
Dolan, R., Hayden, B.O. and Vincent, M.K., Nasrun, Sarmili, L., Surachman, M., Rachmat,
1975, Classificataion of Coastal Landform B., Koesnadi, H.S., Prawirasasra, R.,
of the America, Zeithschr Geomorphology, Hartono, dan Hendro, 1999: Penyelidikan
in Encyclopedia of Beach and Coastal Geologi dan Geofisika Wilayah Pantai
Environments. Perairan Teluk Bayur dan sekitarnya.
Gafoer, S., drr, 1992: Peta Geologi Indonesia Pusat Pengembangan Geologi Kelautan,
Lembar Padang, skala 1:1000.000, Pusat PPGL (lapran Internal)