Anda di halaman 1dari 21

BUDIDAYA TANAMAN GANYONG (Canna edulis)

YANG BAIK

OLEH
TRISDAY YIIN…..

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan karena buku ini telah selesai disusun. Buku ini
disusun agar dapat membantu para mahasiswa dan aktifis
pertanian dalam mempelajari Budidaya Tanaman Ganyong
(Canna Edulis) Yang Baik beserta mempermudah dalam
menerapkannya bagi kaum awam yang belum mengenal
tanaman ganyong.
Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku
ini mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini
sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan
memberikan sebuah manfaat bagi pembaca.
Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik
dan saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis
kedepannya.

Penulis
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Daerah asal, sejarah, dan penyebaran..............................................................4
B. Manfaat dan kandungan nutrisi.......................................................................4
C. Produk olahan..................................................................................................6
D. Prospek pengembangannya.............................................................................8
II. TAKSONOMI DAN MORFOLOGI.................................................................10
A. Taksonomi.....................................................................................................10
B. Morfologi.......................................................................................................10
III. JENIS DAN VARIETAS.................................................................................12
A. Jenis...............................................................................................................12
B. Varietas..........................................................................................................12
IV. SYARAT TUMBUH.......................................................................................14
A. Iklim..............................................................................................................14
B. Tanah.............................................................................................................14
V. SOP BUDIDAYA TANAMAN GANYONG..................................................15
A. Tanah dan pengolahan tanah.........................................................................15
B. Penggunaan benih bermutu dan varietas unggul...........................................15
C. Penanaman.....................................................................................................15
D. Pemupukan....................................................................................................16
E. Perlindungan tanaman....................................................................................16
F. Pengairan........................................................................................................16
G. Panen.............................................................................................................16
H. Penanganan pascapanen................................................................................17
I. PENDAHULUAN Banyuwangi dan Malang yang cukup berlimpah yaitu
mencapai ±700 ton/tahun (Anggarini, Hidayat, & Mulyadi,
A. Daerah Asal, Sejarah Dan Penyebaran
2016).
Ganyong (Canna edulis Ker.) merupakan tanaman herba yang
Tanaman ini dibudidayakan secara teratur di daerah
berasal dari Amerika Selatan (Flach dan Rumawas, 1996).
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembudidayaan tidak teratur
Tanaman herba ini dibawa oleh bangsa Portugis ke beberapa
meliputi daerah D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa
wilayah dan saat ini telah tersebar di Asia, Australia, dan
Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan
Afrika. Ganyong (Canna edulis Kerr.) banyak tumbuh di
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
daerah tropis dan tumbuh liar di pekarangan maupun di hutan
Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan
(Ningsih, H et al 2015).
masih merupakan tumbuhan liar di pekarangan dan di pinggir-
Di Indonesia, sekurangnya ada dua propinsi sebagai
pinggir hutan (Koswara 2013).
sentral Ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan
B. Manfaat dan Kandungan Nutrisi
Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis,
Umbi ganyong biasanya dimanfaatkan dalam bentuk
Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang). Sedangkan
segar dan belum diolah menjadi produk olahan ganyong,
untuk propinsi Jawa Timur sentra produksi ganyong berada di
sehingga pemanfaatan sebagai bahan pensubstitusi tepung
daerah Malang dan Pasuruan (Hidayat, 2010). Keberadaan
terigu masih tergolong rendah (Rosalina, Suyanto, & Yusuf,
umbi ganyong juga bisa ditemukan di wilayah Jawa Timur
2018). Selama ini pemanfaatan umbi ganyong sebagian besar
wilayah seperti Trenggalek, Bojonegoro, Ngawi, Nganjuk,
hanya sebatas direbus untuk dibuat camilan, padahal umbi
ganyong memiliki kandungan gizi cukup tinggi (Rosida, industri, seperti sirup glukosa dan alkohol. Umbi ganyong
Sargiman, Widodo, & Sari, 2013). Tanaman ganyong dapat mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat
diolah menjadi tepung dan pati yang dapat meningkatkan nilai digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi glukosa dan
ekonomisnya 10 kali lipat dari umbi ganyong dalam keadaan fermentasi alkohol (Putri & Sukandar, 2008). Kandungan pati
mentah (Richana & Sunarti, 2004). dan gula yang cukup tinggi pada rimpang ganyong memiliki
Informasi tentang pemanfaatan umbi ganyong cukup potensi sebagai bahan bioetanol (Putri & Sukandar, 2008),
banyak dalam situs internet. Ganyong merupakan tanaman juga merupakan salah satu bahan dalam proses pembuatan
yang memiliki banyak manfaat. Umbi tua dimanfaatkan tekstil dan kertas (Yusuf dan Widodo, 2002).
sebagai sumber pati, umbi muda dibuat sayur atau dikukus, Tumbuhan dari genus Canna ini memiliki bagian
dan bagian tajuknya untuk pakan ternak. Tepung ganyong penyimpanan atau rimpang dengan kandungan pati yang
dapat diolah menjadi aneka makanan tradisional, seperti kue tinggi. Di wilayah Andes Venezuela, rimpang Canna secara
kering, roti, kerupuk, mie, dan makanan olahan lainnya seperti tradisional diproses di pabrik pengrajin kecil-kecilan pertanian
layaknya terigu, dengan rasa yang tidak berubah. Rimpang keluarga untuk menghasilkan pati. Pati jenis ini telah
ganyong bila sudah dewasa dapat dimakan dengan digunakan sejak zaman kuno di Amerika Selatan untuk
mengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya persiapan makanan bayi dan puding. (Lares & Erez, 2006).
sebagai bahan baku tepung sebagai alternatif pengganti terigu Umbi ganyong sangat baik untuk pertumbuhan anak balita
(Flach dan Rumawas, 1996). karena mengandung fosfor, zat besi, dan kalsium yang tinggi.
Selain terigu, kandungan pati ganyong sebagai bahan Umbi ganyong juga berkhasiat obat sebagai antipiretik dan
pangan alternatif juga menjadi peluang sebagai bahan baku
diuretik, serta untuk penyakit diare, hepatitis akut, hipertensi, 42,49% (db) dan kadar amilopektin sebesar 50,90% (db)
radang saluran kencing, dan panas dalam. (Anggarini et al., 2016).
Pati ganyong memiliki kadar karbohidrat 80% dan Umbi ganyong cukup berpotensi sebagai sumber
kadar air 18%. Pati ganyong memiliki warna putih kecoklatan karbohidrat. Data Direktorat Gizi Depkes RI (1991)
dan tekstur halus. Kadar pati yang tinggi menunjukkan bahwa menyebutkan bahwa kandungan gizi Ganyong tiap 100 gram
pati ganyong dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan secara lengkap terdiri dari kalori 95,00 kal; protein 1,00 g;
sirup glukosa (Putri & Sukandar, 2008). lemak 0,11 g; karbohidrat 22,60 g; kalsium 21,00 g; fosfor
Ganyong merupakan umbi-umbian berkadar 70,00 g; zat besi 1,90 mg; vitamin B1 0,10 mg; vitamin C
karbohidrat 84,34% dengan proporsi amilopektin mencapai 10,00 mg; air 75,00 g (Rosida et al., 2013).
50,54%. Kadar amilopektin yang cukup tinggi dan daya C. Produk Olahan
lengket yang kuat berpotensi dalam pembentukan sifat 1. Sohun
kekenyalan, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi dasar Mie atau Sohun
pemikiran sebagai bahan substitusi terigu dalam pembuatan ganyong adalah
mie ganyong (Pangesthi, 2009). Tepung ganyong tidak wujud produk
mengandung gluten dan rendah kadar proteinnya, hal ini akan diversivikasi
mempengaruhi daya putus dan mutu hedonik pada mie pangan sumber
(Rosalina et al., 2018). karbohidrat
Berdasarkan hasil penelitian Griyaningsih (2011), pati berbasis tepung
ganyong memiliki kadar total pati 93,30% (db), kadar amilosa komposit dari terigu dan pati ganyong (Pangesthi, 2009).
Sohun merupakan beragam produk olahan pangan dari bahan dodol biasanya dihidangkan saat hari raya seperti idul fitri,
dasar terigu, beras atau jagung dan pati. Makanan tersebut pernikahan, dan berbagai perayaan lainya. Saat ini dodol sudah
digemari oleh siapa saja, bahkan sudah menjadi bagian dipasarkan lebih luas, terutama di tempat - tempat pariwisata
makanan pokok kedua selain nasi bagi bangsa Indonesia. dengan kemasan yang menarik. Sehingga dodol tersebut dapat
Pati ganyong mempunyai karakteristik yang cocok menjadi ciri khas pada suatu daerah wisata dan banyak
untuk dijadikan sohun (Hasanah & Hasriani, 2018). Pati yang dijadikan buah tangan oleh para wisatawan.
ideal sebagai bahan baku sohun adalah pati berkadar amilosa Untuk membuat dodol yang berkualitas baik maka
tinggi, mempunyai tingkat penggelembungan granula terbatas, pilihlah umbi ganyong yang tidak cacat, tidak busuk dan sudah
breakdown rendah, dan mempunyai tipe kurva viskositas tua yaitu berumur 15- 18 bulan setelah tanam, sehingga akan
Brabender (Li & Vasanthan, 2003). Tepung dan pati ganyong menghasilkan dodol yang berkualitas baik. Cara penggunaan
mempunyai karakteristik yang cocok sebagai bahan baku umbi ganyong untuk bahan pembuatan dodol sebagai berikut:
sohun, karena mempunyai viskositas puncak yang tinggi a. Umbi ganyong dipilih yang tidak cacat, tidak busuk dan
selama gelatinisasi, mempunyai kandungan amilosa yang sudah tua.
tinggi (25-38%), dan retrogradasi gel yang tinggi (Hung & b. Umbi dibersihkan dari akar serabut dan tanah yang
Morita, 2005). menempel, kemudian dikupas dengan pisau yang tajam hingga
2. Dodol bersih.
Dodol merupakan makanan tradisional yang cukup populer. c. Umbi ganyong dicuci dengan air yang mengalir, kemudian
Makanan ini sudah dikenal sejak zaman dahulu, dibeberapa ditiriskan.
daerah dodol termasuk makanan khas. Di kota kudus misalnya
d. Siapkan panci kukusan yang berisi air dan tunggu hingga air potensi tanaman ganyong belum dikembangkan dengan baik
mendidih, setelah mendidih masukan umbi ganyong kemudian serta belum diusahakan secara serius dan intensif, karena
tutup rapat dan tunggu hingga beberapa saat hingga umbi kurang populer dibandingkan dengan tanaman berumbi
ganyong masak kemudian angkat dan biarkan hingga umbi lainnya. Selain itu kebanyakan petani menganggap ganyong
ganyong dingin. kurang memiliki nilai ekonomis sehingga sedikit petani yang
e. Umbi ganyong diiris tipis dengan pisau yang tajam atau alat mau membudidayakannya (Sutrisno & Djuwendah, 2011)
pengiris khusus dengan bentuk irisan melingkar melawan arah Karenanya pelaksanaan pengembangan ganyong di
serat. Kabupaten Ciamis terus berkembang seiring dengan
f. Blender umbi ganyong yang sudah diiris tipis dengan permintaan tepung ganyong yang semakin meningkat. Tahun
blender daging hingga bener-benar halus, dan umbi ganyong 2002 dibuat demplot di Desa Sindanglaya, Kecamatan
siap digunakan sebagai bahan dalam membuat dodol. Sukamantri seluas 0,5 ha, Tahun 2003 berkembang menjadi 5

D. Prospek Pengembangannya ha, Tahun 2004 menjadi 15 ha dan perkembangan terakhir

Indonesia memiliki potensi umbi-umbian sebagai sumber sampai saat ini seluas 178 ha tersebar di beberapa kecamatan

karbohidrat sekaligus bahan baku tepung lokal. Salah satu dengan rata-rata produksi 25 ton/ha 5 . Produktifitas ganyong

tanaman sumber pati lokal dan dapat digunakan untuk bahan di Kecamatan Sukamantri sendiri cukup tinggi jika

baku tepung adalah Ganyong (Canna edulis Ker.I). Ganyong dibandingkan dengan tanaman palawija lain yang di

merupakan tanaman umbi-umbian yang berpotensi untuk budidayakan di kecamatan tersebut (Sutrisno & Djuwendah,

menggantikan peran beras dan tepung terigu dalam pemenuhan 2011).

kebutuhan bahan pangan pokok. Namun sampai saat ini,


II. TAKSONOMI DAN MORFOLOGI seling. Bunga ganyong termasuk bunga sempurna yang

A. Taksonomi tumbuh dari ujung batang dan berbentuk seperti terompet,

Tanaman ganyong menurut Steenis (2005), merupakan berwarna merah dan kuning dibagian pangkalnya. buahnya

tanaman yang memiliki klasifikasikan sebagai berikut: berbentuk bulat kecil, tiap buah berisi 3 9 biji yang masih

Divisio : Spermatophyta muda berwarna hijau, sedangkan yang tua (matang) berwarna

Sub divisio : Angiospermae hitam mengkilap. Akar tanaman ganyong membesar berbentuk

Classis : Monocotyledoneae bonggol yang disebut umbi. Umbi ganyong berwarna putih

Ordo : Zingiberales dan merah kekuning-kuningan dan tidak beraturan. (Subandi,

Familia : Cannaceae 2003).

Genus : Canna Menurut Nuryadin (2008), terdapat dua kultivar

Spesies : Canna edulis Ker ganyong di Indonesia, yaitu ganyong merah dan ganyong
putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan
B. Morfologi
pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedangkan
Tanaman ganyong bersifat merumpun dan menahun, berbatang
ganyong putih ditandai dengan warna batang, daun dan
basah (herbaceus) dengan tinggi 0,9 m 1,8 m dan berbentuk
pelepahnya hijau dan sisik rimpangnya kecoklatan. Ganyong
bulat agak pipih yang merupakan kumpulan pelepah daun
merah memiliki batang lebih besar, agak tahan sinar dan tahan
(batang semu). Daunya lebar berwarna hijau atau kemerah-
kekeringan, serta sulit menghasilkan biji. Hasil rimpang basah
merahan dengan tulang daun menebal dan letaknya berselang
lebih besar tapi kadar patinya rendah. Rimpang lazim dimakan
segar atau direbus (Nuryadin, 2008). Ganyong putih lebih kecil
dan pendek, kurang tahan sinar tetapi tahan kekeringan, selalu
menghasilkan biji dan dapat diperbanyak menjadi anakan
tanaman. Hasil rimpang basah lebih kecil, tapi kadar patinya
tinggi dan hanya lazim diambil patinya (Nuryadin, 2008).
III. JENIS DAN VARIETAS Semua aksesi ganyong merah dan ganyong putih asal
Indonesia memiliki karakter kuantitatif yang hampir sama.
A. Jenis
Yang membedakan keduanya adalah ganyong putih
Di Indonesia dikenal dua jenis ganyong, yaitu ganyong merah
tanamannya lebih pendek, ukuran daun lebih kecil, dan hasil
dan ganyong putih. Disebut ganyong merah karena umbinya
umbi lebih kecil (Tabel 1). Dari informasi yang diperoleh,
berwarna merah keunguan, sedangkan ganyong putih umbinya
ganyong merah sulit menghasilkan biji dan kadar patinya lebih
berwarna putih. Ganyong merah memiliki daun (helai daun,
rendah daripada ganyong putih (BBPPBSGP, 2010).
tangkai daun, pinggiran daun, tulang daun) berwarna merah
keunguan, sedangkan ganyong putih berwarna hijau. Bunga
ganyong merah berwarna merah keunguan, sedangkan bunga
ganyong putih memiliki dua warna, yaitu kuning dan oranye
(jingga) (BBPPBSGP, 2010)

B. Varietas
Verdos (varietas putih)
warna sisik umbi kecoklatan, warna daun hijau terang, tangkai
dan pelepah daun hijau, dan warna bunga ada dua macam,
yaitu kuning dan orange. Ganyong putih ditemukan 23 aksesi daun merah hingga ungu, warna bunga merah, sisik umbi
(Suhartini, 2010). kecoklatan hingga ungu. Jumlah ganyong merah 27 aksesi
(Suhartini, 2010)

Varietas morados (varietas merah)


Varietas marados memiliki warna daun hijau kemerahan,
pinggiran daun ungu kemerahan, tangkai daun dan pelepah
IV. SYARAT TUMBUH

A. Iklim
Ganyong dapat tumbuh baik di berbagai iklim, dengan
penyebaran curah hujan tahunan 1000-1200 mm, akan
menghasilkan pertumbuhan yang memuaskan. Jenis tersebut
cenderung tumbuh pada daerah yang kering, tetapi bertoleransi
pada tempat-tempat basah (bukan tempat yang tergenang air),
juga sangat toleransi terhadap naungan. Pertumbuhan normal
terjadi pada suhu di atas 10°C, tetapi juga dapat hidup pada
suhu tinggi (30-32°C) dan bertoleransi pada kondisi sedikit
beku. Ganyong tumbuh mulai dari pantai sampai pada
ketinggian 1000-2900 m dpl (Flach dan Rumawas, 1996).

B. Tanah
Ganyong tumbuh dengan subur pada banyak tipe tanah,
termasuk daerah-daerah marginal (misalnya tanah latosol
asam), tetapi lebih menyukai tanah liat berpasir dalam, kaya
akan humus serta bertoleransi pada kisaran pH 4.5-8.0 (Flach
dan Rumawas, 1996).
V. SOP BUDIDAYA TANAMAN tanaman yang baik digunakan sebagai bibit pada perbanyakan
vegetatif adalah ujung ujung rhizome atau tunas umbi muda
A. Tanah dan pengolahan tanah
yang telah mencapai ukuran normal dan mengandung 1-2 mata
Budidaya tanaman ganyong, tanah yang baik digunakan yaitu
tunas sehat. Bibit dapat diperoleh sewaktu dilakukannya
tanah gembur, karena pada struktur tanah yang gembur umbi
panen. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk
dapat tumbuh dengan leluasa. Maka perlu dilakukan
umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada
pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau
larutan CuSO4 dengan konsentrasi 10 %.
mencangkul dengan kedalaman 20-30 cm agar bisa
C. Penanaman
menghasilkan tanah yang gembur. Pada tanah liat berat
Waktu tanam ganyong sebaiknya dilakukan menjelang
sebaiknya dibuat guludan sagar drainasernya dapat sempurna.
datangnya musim hujan. Bibit ditanam pada bedengan-
Sedang pada jenis tanah yang lainnya, tanah cukup dibuat
bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat
bedengan bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi 25-30 cm dan
tanam seperti tugal atau cangkul dengan kedalaman antara 8-
lebar parit 30-50 cm
15 cm. Jarak tanam 90 x 90 cm pada jenis tanah liat ringan.
B. Penggunaan benih bermutu dan varietas unggul
Untuk tanah liat berat digunakan jarak tanam 120 x 120 cm.
Tanaman ganyong diperbanyak secara generatif dan vegetatif.
Pada areal yang masih banyak terdapat rerumputan atau alang-
Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun
alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih
sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana
lebar, yaitu 135 x 180 cm.
jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Bagian
D. Pemupukan hasil panen ganyong adalah Calopodes ethilus dan Cobalus
Untuk pemupukan bisa menggunakan pupuk organik seperti cannae. Patogen yang menyerang adalah Fusarium spp,
kompos atau pupuk kandang sebanyak 25-30 ton/ha yang Puccina cannae dan Rhizoctonia spp. Dengan adanya serangan
diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk organik,
tersebut, umbi menjadi bercendawan dan busuk. Sebagai
juga pupuk sendiri yang terbuat dari pupuk buatan (pupuk
pencegahan, umbi sebaiknya jangan disimpan pada tempat
anorganik) yang diberikan yaitu Urea sebanyak 350-400
yang lembab.
kg/ha, SP-36 sebanyak 200-300 kg/ha dan KCL sebanyak
F. Pengairan
100-350 kg/ha atau sesuai tingkat kesuburan tanah.
Pengairan tidak begitu diperlukan oleh tanaman ini, karena
E. Perlindungan tanaman
masih dapat tumbuh dengan baik di tanah yang kering, hanya
Dalam budidaya tanaman ganyong perlu dilakukan penyiangan
perlu melihat dari kondisi tanaman saja.
untuk mengatasi serangan gulma, dilakukan dengan
G. Panen
penyiangan setiap bulannya terutama selama 3-4 bulan
Pada umur antara 6 – 12 bulan setelah tanam dengan ciri-ciri
pertama.
daun-daun menguning, mulai layu dan mati Cara panen dapat
Hama yang penting pada tanaman ini adalah kumbang
dilakukan dengan pencabutan jika batang tanamannya belum
dan belalang, serta ulat tanah (Agrotis spp.). Kumbang dan
rapuh. Jika sudah rapuh dan letak umbi yang letaknya agak di
belalang dapat diberantas dengan menggunakan insektisida
dalam tanah panen dilakukan dengan cara mendongkel.
Agrothion 50 dengan dosis 0.6-2 liter/ha. Sedangkan ulat tanah
Produktivitas Ganyong di Jawa ialah 7,5 ton/ha, sedangkan di
dapat dikendalikan dengan insektisida Dursban 20 EC,
Hawai mencapai 45 ton/ha pada umur 8 bulan.
Hostathion 40 EC, dan Phosvel 30 EC. Hama yang menyerang
H. Penanganan pascapanen
Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani secara hati-hati.
Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen.
Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyol akan menjadi
keras, kurang dapat dikonsumsi , dan tepung yang
dihasilkannya sangat rendah. Umbi yang sudah bersih dapat
disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering.
Untuk produksi tepung komersial, umbi diproses segera
setelah panen. Untuk memperoleh patinya, umbi diparut,
ditambahkan air, dan bubur patinya disaring, dipisahkan
melalui pengendapan dan selanjutnya dikeringkan.
DAFTAR PUSTAKA properties and enzymatic digestibility of starch from
edible canna (Canna edulis) grown in Vietnam.
Anggarini, D., Hidayat, N., & Mulyadi, A. F. (2016). Carbohydrate Polymers, 61(3), 314–321.
Pemanfaatan Pati Ganyong Sebagai Bahan Baku Edible
coating dan Aplikasinya pada Penyimpanan Buah Apel Li, J. H., & Vasanthan, T. (2003). Hypochlorite oxidation of
Anna ( Malus sylvestris ) ( Kajian Konsentrasi Pati field pea starch and its suitability for noodle making using
Ganyong dan Gliserol ) Canna Edulis Starch as the Raw an extrusion cooker. Food Research International, 36(4),
Material of Edible coating and It ’ s Applicati. 5(1), 1–8. 381–386.

BBPPBSGP. (2010). Ganyong, Bahan Pangan Alternatif. Ningsih, H., Yuniastuti, E., Parjanto. 2015. Kajian
Warta Penelitian Dan Pemnegmbangan Pertanian, 32(3). Sitogenetika Tanaman Ganyong (Canna edulis Ker.) El-
Vivo Vol.3, No.2, hal 41 – 49.
Flach, M. and F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South
East Asia No.9 Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Pangesthi, L. T. (2009). Pembuatan Mie Segar Sebagai Upaya
Prosea Foundation, Bogor. Penganekaragaman Pangan Non Beras. 1(1), 1–6.

Hasanah, F., & Hasriani, R. F. (2018). Pemanfaatan Ganyong ( Putri, L. S. E., & Sukandar, D. (2008). Konversi Pati Ganyong
Canna edulis KERR ) sebagai Bahan Baku Sohun dan (Canna edulis Ker.) Menjadi Bioetanol melalui Hidrolisis
Analisis Kualitasnya. Journal of Agro-Based Industry, Asam dan Fermentasi Starch. Biodiversitas, Journal of
35(2), 99–105. Biological Diversity, 9(2), 112–116.

Koswara, S. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian (2013). Richana, N., & Sunarti, T. C. (2004). Karakterisasi Sifat
Tropical Plan Curriculum (TPC) Project. Seafast Center Fisikokimiatepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi
IPB. Ganyong, Suweg, Ubikelapa Dan Gembili. J.
Pascapanen, 1(1), 29–37.
Hung, P. Van, & Morita, N. (2005). Physicochemical
Rosalina, L., Suyanto, A., & Yusuf, M. (2018). Kadar Protein ,
Elastisitas , dan Mutu Hedonik Mie Basah dengan
Substitusi Tepung Ganyong Protein levels , Elasticity ,
and Hedonic Quality of Wet Noodle With Substitutes of
Canna ’ s Flour. Jurnal Pangan Dan Gizi, 8(1), 1–10.

Rosida, D. A., Sargiman, G., Widodo, R., & Sari, M. S.


(2013). Dasar Tepung Ganyong Dan Tepung Terigu Pada
Berbagai Taraf. 1(1), 13–19.

Steenis, C. G. G. J. van. 2008. Flora Untuk Sekolah di


Indonesia. Cetakan Kedua Belas. (diterjemahkan oleh
Moeso Surjowinoto, dkk.). Pradnya Paramita, Jakarta

Suhartini, T. (2010). Keragaman Karakter Morfologi


Tanaman Ganyong. (3), 118–125.

Sutrisno, D., & Djuwendah, E. (2011). Prospek Agribisnis


Ganyong sebagai Bahan Pangan Alternatif.

Anda mungkin juga menyukai