Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS Januari 2022

DEMAM TIFOID

Nama : dr. MUHAMAD ARIEF


Pembimbing : dr. I Made Sutanaya, M.Biomed.,Sp.OG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO


PARIGI
2022

Laporan Kasus : Demam Tifoid


Tanggal Kegiatan :
Presenter : dr. MUHAMAD ARIEF
Pendamping : dr. I Made Sutanaya, M.Biomed.,Sp.OG
Tanggal Presentasi :
Tempat Presentasi :

Subjective (S) :
A. Identitas : Ny. Rohani Ismail; 41 tahun 3 bulan; 161 cm; 58 kg
Anamnesis : Pasien datang ke RS dengan keluhan muntah-muntah >3x
sejak 5 hari SMRS. Keluhan disertai demam (+) sejak 5 hari
SMRS, demam dirasakan naik turun terutama naik saat
malam hari dan turun pada pagi hari, penurunan nafsu
makan (+), pusing (+), BAB (+) susah. Keluhan sakit kepala
(-), sesak (-), nyeri dada (-), BAK (+) lancar. Riwayat HT
(-), DM (-), alergi (-)

Objective (O) :
B. Pemeriksaan Fisik
KU : E4M6V5
TTV : TD : 104/71 mmHg
N : 78x/m, reguler, (kuat angkat)
RR : 20x/m
S : 37,90C
BB : 58 kg
TB : 161 cm
Kepala/leher : Kojungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax :
I : Simetris bilateral
P : Vocal fremitus kanan=kiri
P : Sonor diseluruh lapang paru
A : Vesikular (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : Tampak datar, distensi (-)
A : Peristaltic (+) kesan meningkat
P : Timpani (+) seluruh regio abdomen
P : Nyeri tekan (+) epigastrium
Ekstremitas :
Atas : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik
Bawah : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik

Pemeriksaan Penunjang :
DR : WBC 10,0 103/uL; RBC 4,95 106/uL, HGB 13,5 g/dL; HCT
42,1%;PLT 131 103/uL; Rapid Antigen Cov-19 (Non-Reaktif)
ALT : 21,2 U/L
AST : 21,6 U/L
CREAT : 0,78 mg/dL
Glu : 95,4 mg/dL
Urea : 17,1 mg/dL
Tubex :6

Assesment (A) :
C. Diagnosis : Demam Tifoid
Berdasarkan kasus diatas, pasien datang dengan keluhan muntah-
muntah >3 kali disertai demam yang dirasakan naik terutama saat malam
hari dan turun pada pagi hari sejak 5 hari SMRS. Keluhan disertai
penurunan nafsu makan, pusing, dan BAB susah. Pada hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital ditemukan suhu 37,90C nadi 78 kali ber menit yang
menandakan bradikardi relatif. Pada hasil laboratorium ditemukan
peningkatan leukosist 10,0 103/uL dan tubex 6. Hal tersebut telah sesuai
dengan teori, dimana seseorang dikatakan mengalami demam tifoid
memiliki trias tifoid yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada saluran
cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta
bradikardia relatif. Keluhan lainnya yang dapat dirasakan pada minggu
pertama seperti nyeri kepala, pusing, mialgia, anoreksia, rasa tidak nyaman
di perut, batuk, dan epistaksis. Adapun pada pemeriksaan laboratorium
menggunakan darah perifer dapat ditemukan leukopenia, leukosit normal,
atau leukositosis dan pada pemeriksaan tubex dengan nilai ≥ 6 dianggap
sebagai positif kuat.

Plan (P) :
D. Tatalaksana :
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 40 mg/24 jam/IV
- Inj. Ondancentron 4 mg/8 jam/IV
- Farbion 1 amp/24 jam/IV drips
- Paracetamol 500 mg 3x1 (KP)

Konsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam:


Advice : Ceftriaxone 3 gr/24 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc (H1)
FOLLOW UP

Rabu, 5 Januari 2022


S : Demam (-), nyeri ulu hati (+), BAB (+), pusing (-)

O : KU : E4M6V5
TTV : TD : 108/88 mmHg
N : 88x/m, reguler, (kuat angkat)
RR : 20x/m
S : 36,70C
Kepala/leher : Kojungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax :
I : Simetris bilateral
P : Vocal fremitus kanan=kiri
P : Sonor diseluruh lapang paru
A : Vesikular (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : Tampak datar, distensi (-)
A : Peristaltic (+) kesan meningkat
P : Timpani (+) seluruh regio abdomen
P : Nyeri tekan (+) epigastrium
Ekstremitas :
Atas : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik
Bawah : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik

A : Demam Tifoid

P : - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 40 mg/24 jam/IV
- Ceftriaxone 3 gr/24 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc (H2)
- Antasida syr 3x1C
- Paracetamol 500 mg 3x1 (KP)
Kamis, 6 Januari 2022
S : Demam (-), nyeri ulu hati (-), BAB (+), pusing (-)

O : KU : E4M6V5
TTV : TD : 110/90 mmHg
N : 98x/m, reguler, (kuat angkat)
RR : 20x/m
S : 36,80C
Kepala/leher : Kojungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax :
I : Simetris bilateral
P : Vocal fremitus kanan=kiri
P : Sonor diseluruh lapang paru
A : Vesikular (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : Tampak datar, distensi (-)
A : Peristaltic (+) kesan meningkat
P : Timpani (+) seluruh regio abdomen
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Atas : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik
Bawah : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik

A : Demam Tifoid

P : - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 40 mg/24 jam/IV
- Ceftriaxone 3 gr/24 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc (H3)
- Antasida syr 3x1C
- Paracetamol 500 mg 3x1 (KP)
Jumat, 7 Januari 2022
S : Demam (-), nyeri ulu hati (-), BAB (+), pusing (-)

O : KU : E4M6V5
TTV : TD : 106/92 mmHg
N : 8x/m, reguler, (kuat angkat)
RR : 20x/m
S : 36,80C
Kepala/leher : Kojungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax :
I : Simetris bilateral
P : Vocal fremitus kanan=kiri
P : Sonor diseluruh lapang paru
A : Vesikular (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba
P : Batas jantung normal
A : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen:
I : Tampak datar, distensi (-)
A : Peristaltic (+) kesan meningkat
P : Timpani (+) seluruh regio abdomen
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Atas : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik
Bawah : Hangat (+/+); Edema (-/-), turgor kulit <2 detik

A : Demam Tifoid

P : - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 40 mg/24 jam/IV
- Ceftriaxone 3 gr/24 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc (H4)
- Antasida syr 3x1C
- Paracetamol 500 mg 3x1 (KP)
- Boleh pulang
A. Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang
mengenai sistem retikulo-endotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan
kandung empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar
typhi (S.typhi) dan menular melalui jalur fekal-oral.

Dari data CDC tahun 2013, Demam tifoid di negara maju terjadi
mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya. Di Indonesia, demam tifoid banyak
dijumpai pada usia 3 – 19 tahun. Penularan demam tifoid dapat terjadi
melalui berbagai cara, yaitu dikenal dengan 5 F yaitu (food, finger, fomitus,
fly, feses). Kejadian di Indonesia berhubungan dengan rumah tangga
(riwayat keluarga dengan demam tifoid, tidak cuci tangan menggunakan
sabun, penggunaan piring bersama untuk makan, tidak tersedia tempat
buang air besar di dalam rumah).

Feses dan muntahan dari penderita demam tifoid dapat menularkan


bakteri Salmonella typhi kepada orang lain. Kuman tersebut ditularkan
melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dan melalui
perantara lalat, di mana lalat tersebut akan hinggap di makanan yang akan
dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar oleh
bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut
selanjutnya orang sehat tersebut akan menjadi sakit.

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk ke dalam tubuh


manusia melalui makanan yang telah terkontaminasi kuman. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus dan berkembang biak. Bila respon imun kurang baik maka kuman
akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina
propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak
di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus
torasikus, kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan
limpa.Di organ – organ ini, Salmonella akan meninggalkan sel fagosit,
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid, kemudian masuk kembali
ke sirkulasi darah menyebabkan bakteremia kedua disertai timbulnya tanda
dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Manifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan sangat bervariasi,
tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari,
gangguan pada saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan
kesadaran, serta bradikardia relatif. Pada minggu pertama gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut lain seperti demam, nyeri kepala, pusing,
mialgia, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, rasa tidak nyaman di
perut, batuk, dan epistaksis. Demam meningkat perlahan terutama sore
hingga malam. Gejala pada minggu kedua lebih jelas berupa bradikardia
relatif, lidah berselaput (kotor di bagian tengah dan tepi, kemerahan pada
ujung dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, hingga
perubahan status mental (somnolen, sopor, koma, delirium, psikosis). Rose
spot (ruam makulopapular, salmon-colored, dan pucat) dapat muncul
terutama di bagian dada pada akhir minggu pertama dan hilang setelah 2 – 5
hari.

Pemeriksaan gold standard untuk demam tifoid adalah kultur darah.


Organisme paling sering ditemukan pada 7 – 10 hari pertama. Sensitivitas
kultur darah sekitar 40 – 60% dan dapat dipengaruhi oleh pengobatan
antibiotik, pengambilan sampel, medium kultur, durasi inkubasi, dan variasi
bakteremia pada pasien. Pada pemeriksaan darah perifer dapat ditemukan
leukopenia, leukosit normal, atau leukositosis, aneosinofilia dan limfopenia,
juga anemia ringan dan trombositopenia. Laju endap darah meningkat.
SGOT dan SGPT sering meningkat dan akan normal setelahsembuh.
Pemeriksaan serologi seperti Widal dan IgM/IgG Salmonella dapat
digunakan untuk diagnosis.

Pilihan utama antibiotik tergantung pola kerentanan kuman S.typhi


dan S.paratyphi di area tertentu. Terapi first-line original adalah
kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim-sulfametoksazol. Antibiotik ini
efektif terhadap kuman yang sensitif, tetapi sering ditemukan resistensi
terhadap obat ini. Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan
angka kesembuhan mencapai 98%, angka relapsdan fecal carrier<2%, dan
efek terapi paling ekstensif adalah dengan siprofloksasin.Kebanyakan
pasien uncomplicated dapat diterapi di rumah dengan antibiotik oral dan
antipiretik. Pasien dengan muntah persisten, diare, dan distensi abdomen
harus dirawat dan diberi terapi suportif dan antibiotik parenteral
sefalosporin generasi ketiga atau fluorokuinolon, tergantung tingkat
kerentanan antibiotik setempat. Terapi selama 10 hari atau sampai 5 hari
setelah demam hilang.
Abstrak :

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan


terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi) dan menular melalui
jalur fekal-oral. Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu
dikenal dengan 5 F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feses).
Manifestasi klinis demam tifoid tidak khas dan sangat bervariasi, tetapi
biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu demam lebih dari 5 hari, gangguan pada
saluran cerna dan dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran, serta
bradikardia relatif.
Terapi first-line original adalah kloramfenikol, ampisilin, dan trimethropim-
sulfametoksazol. Fluoroquinolones adalah kelas yang paling efektif dengan angka
kesembuhan mencapai 98%, angka relaps dan fecal carrier <2%, dan efek terapi
paling ekstensif adalah dengan siprofloksasin. Kebanyakan pasien uncomplicated
dapat diterapi di rumah dengan antibiotik oral dan antipiretik. Pasien dengan
muntah persisten, diare, dan distensi abdomen harus dirawat dan diberi terapi
suportif dan antibiotik parenteral sefalosporin generasi ketiga atau fluorokuinolon.

Kata Kunci : Demam tifoid, demam, konstipasi, bradikardi relatif

Parigi, Januari 2022

Peserta Pendamping

dr. Susi Irmawati dr. I Made Sutanaya, M.Biomed.,Sp.OG

Anda mungkin juga menyukai