Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Sebuah Proyek Promosi dan Preventif Kesehatan Berbasis Kolab asi Antar Profesi

JUDUL KEGIATAN :

ASUHAN PADA NY.I DENGAN HIPERTENSI DI KP.SITULAMPA RT 02 RW 16


KELURAHAN MARGAJAYA

TIM DOSEN

Angga Satria Pratama, S.Kep., Ners., M.Kep / 0404118804 (Ketua)


Mela Mustika Sari, Sst., M.Tr.Keb / 0412089001 (Anggota)

TIM MAHASISWA

Siti Hafshoh Syaepudin / 191FK01123 / D3 Keperawatan


Winda Widiyawati / 191FK06030 / D3 Keperawatan
Anjelin Laila Rohila / 191FF01031 / D3 Farmasi
Regina Marthatiana / 191FK06058 / D3 Keperawatan
Wulan Purnamasari / 191FI06031 / D3 Kebidanan
Eka Susanti / 191FK01038 / D3 Keperawatan
Mahendra Akbar Wibawa / 191FK01070 / D3 Keperawatan
Aa Rosidin / 191FF01057 / D3 Farmasi
Siti Aisah / 191FK01122 / D3 Keperawatan
Nurhasanah / 191FI08019 / D3 Kebidanan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


Universitas Bhakti Kencana
Januari 2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INTERPROFESSIONAL
EDUCATION

1. Judul : Asuhan Pada Ny.I Dengan Hipertensi di Kp.Situlampa


Rt 02 Rw 16 Kelurahan Margajaya

2. Bidang Pengabdian : Kesehatan


3. Ketua Tim Dosen
a. Nama Lengkap : Angga Satria Pratama, S.Kep., Ners., M.Kep
b. NIK/NIDN : 0404118804
c. Disiplin Ilmu : Manajemen Keperawatan
d. Pangkat / Golongan :
e. Jabatan Akademik : Asisten Ahli
f. Fakultas / Prodi : Keperawatan / Diploma III Keperawatan
4. Jumlah Anggota Dosen : 2 (Dua) Orang
5. Ketua Tim Mahasiswa
a. Nama Lengkap : Siti Hafshoh Syaepudin
b. NPM : 191FK01123
c. Fakultas / Prodi : Keperawatan / Diploma III Keperawatan
6. Jumlah Anggota Mahasiswa : 10 (Sepuluh) Orang
7. Lokasi Kegiatan :
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 2 (Dua) Bulan
9. Jumlah Belanja : Rp

Bandung, Januari 2022

Ketua Tim Dosen, Ketua Tim Mahasiswa,

Angga Satria Pratama, S.Kep., Ners., M.Kep Siti Hafshoh Syaepudin


NIDN : 0404118804 NPM : 191FK01123

Menyetujui,
Ketua LPPM UBK,

Dr. Fauzan Zein M, M.Si., Apt


0424117601
RINGKASAN

Hipertensi merupakan suatu keadaan dengan adanya gangguan system peredaran darah
dalam tubuh. Dimana tekanan darah mengalami kenaikan dari ambang batas nilai normal yaitu
140/90 bahkan lebih. Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual muntah, epitaksis dan kesadaran menurun.
Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh factor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang
menyebabkan hipertensi adalah genetik, umur, jenis kelamin, obesitas, konsumsi tinggi garam
atau kandungan lemak, alkohol, stress merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal, dan
diabetes melitus.
Tindakan masyarakat tentang penanganan kasus pencegahan pengendalian masalah
penyakit yaitu dengan penyuluhan dan edukasi masalah penyakit terhadap Ny I dalam bentuk
kunjungan secara langsung dan Leaflet. Metode yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat
IPE melibatkan mitra yang dilakukan secara langsung dengan mengunjungi kediaman Ny I
menggunakan bahan seperti Leaflet.
Tujuan dari pelayanan kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan individua tau
masyarakat untuk mengatasi , menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semuan
penyimpangan tentang kesehatan yang ada dalam masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat
Pendidikan dan keadaan social ekonomi masyarakat maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat
akan kesehatan semakin meningkat sehingga tidak ada lagi upaya yang dapat dilakukan selain
meningkatkan kinerja petugas kesehatan dan menyelengggarakan pelayanan kesehatan dengan
sebaik-baiknya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan program kerja serta penyusunan Laporan
InterProfessional Education (IPE) dengan judul “Asuhan Pada Ny. I Dengan Hipertensi di
Kp. Situlampa RT 02 RW 16 Kelurahan Margajaya”. Shalawat dan salam penyusun
sanjungkan kepada Rasulullah saw. beserta keluarga dan sahabat Beliau yang telah membawa
umat manusia dari alam kebodahan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Laporan ini merupakan pertanggung jawaban tertulis atas pelaksanaan Program
Interprofessional Education yang telah dilaksanakan pada Bulan Oktober - Januari 2022
dengan mitra dari Keluarga Ny.I di Kp. Situlampa RT 02 RW 16 Kelurahan Margajaya,
Kecamatan Sumedang, Jawa Barat. Program Interprofessional Education atau IPE ini dapat
terlaksana dengan baik berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
pelaksanaan program IPE, yaitu:

1. Bapak Dr apt Entris Sutrisno, MH.Kes selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana sekaligus
pelindung pelaksanaan Program IPE.
2. Keluaga Ny. I selaku keluarga mitra yang telah memberikan izin kepada mahasiswa untuk
melaksanakan Program Interprofessional Education atau IPE ini.
3. Bapak/Ibu Dosen Pembimbing yaitu Bapak Angga Satria Pratama, S.Kep., Ners., M.Kep
dan Ibu Mela Mustika Sari, Sst., M.Tr.Keb sebagai Dosen Pembimbing Lapangan, yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan dukungan kepada mahasiswa dan
mahasiswi selama pelaksanaan Program Interprofessional Education.
4. Segenap pihak yang telah membantu pelaksanaan Program Interprofessional Education
hingga pembuatan laporan, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Program Interprofessional ini masih


banyak kekurangan, dengan demikian kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Januari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah
sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Aryantiningsih & Silaen, 2018).

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg
atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Menurut Joint National Committee VII (2003) umumnya tekanan darah bertambah
secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada
populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90%, sampai dengan
umur 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan, dari umur
55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki yang menderita
hipertensi. Populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4%
(Joint National Committee VII, 2003).

Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi


peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta
pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi
sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit
hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan
yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif.
Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pasien dengan Hipertensi?
1.3 Tujuan
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Hipertensi
2. Mampu menegakan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pasien dengan
Hipertensi
3. Menyusun perencanaan dan melaksanakan tindakan dengan pasien Hipertensi

1.4 Manfaat
1. Diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam memberikan
asuhan keperawatan hipertensi
2. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam ilmu keperawatan dan dapat melalukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90
mmHg (Aspiani, 2016 : 211). Sedangkan menurut Kushariyadi (2008) menyatakan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti,
2010 : 101). Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin (Udjianti, 2010 : 101-102).

a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu berbaring
≥ 130/90 mmHg.
b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

2.2 Jenis Hipertensi


Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai
dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014):
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar
menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah
lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor
kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor
penyebab.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto,
2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di
dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono
Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan
darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek
samping ini akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas
pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal
ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak
jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.

2.4 Manifestasi klinis


Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang
dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis
identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan
untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan
peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita
bepergian dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik,
atau usia tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan
berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah memar,
penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi pada
keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor,
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).

2.6 Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-
unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan
kematian. Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan, hingga kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai hal yaitu
gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma
intrakranial, thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh
berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas
dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d.).

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung
dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan
darah.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk


menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi


efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016).
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Pemecahan Masalah


Solusi yang ditawarkan untuk masalah ini adalah memberikan penyuluhan terutama
dalam menerapkan gaya hidup sehat yang di mulai dari langkah kecil. Langkah ini
merupakan tindakan serta rencana yang bertujuan untuk memberbaiki pola hidup sehat
pada Ny I. Strategi ini terdiri dari prinsip-prinsip yang mendasari medis untuk mencapai
tujuan kesehatan Ny I pasca Hipertensi.
Untuk permasalahan yang dihadapi oleh Ny I tersebut diperlukan kepakaran khusus, untuk
itu kami tim kelompok 30 bekerja sama dengan dosen Universitas Bhakti Kencana untuk
melakukan kolabosi pelayanan kesehatan.

3.2 Realisasi Pemecahan Masalah


Realisasi pemecahan masalah yang kami lakukan di dasarkan atas permasalahan yang
terjadi pada mitra, yang mana kegiatan di fokuskan pada kegiatan penyuluhan edukasi
terkait dengan kondisi yang dihadapi oleh Ny I yakni Hipertensi yang dilaksanakan pada
tanggal 3 Januari 2022 secara offline. Penyuluhan ini memberikan informasi edukasi
pemahaman tentang Hipertensi serta terapi non Farmakologinya. Karena pentingnya
pemahaman dan perilaku masyarakat merupakan kunci dari penyelesaian masalah.

3.3 Khalayak sasaran


Anggota keluarga Ny I menjadi sasaran mahasiswa Universitas Bhakti kencana untuk
melakukan penyuluhan dan Demonstrasi terapi Non Farkologi tentang Hipertensi.

3.4 Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan adalah metode Luring (Luar Jaringan) berupa kegiatan
penyuluhan kesehatan yang di sampaikan langsung oleh mahasiswa kepada Ny I dengan
komunikasi dua arah.

3.5 Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari/Tanggal : Senin, 3 Januari 2022
Waktu : 13:00 WIB – 15:00 WIB
Tempat : Kp. Situlampa Rt 02 Rw 16 Kelurahan Margajaya

3.6 Sarana dan Alat yang digunakan


Alat yang digunakan : Leaflet, Spignomanometer, Stetoskop, Termometer.

3.7 Pihak-pihak Yang Terlibat


Dalam melaksanakan program penyuluhan ini kami hanya melibatkan mahasiswa
anggota kelompok 30, dosen pembimbing, dan khususnya keluarga Ny I.

3.8 Kendala dan Upaya Pemecahan Masalah


Pelaksanaan penyuluhan Hipertensi terhadap Ny I pada umumnya tidak mengalami
kendala kegiatan berjalan dengan lancar namun dikarenakan pelaksanaan penyuluhan ini
dilaksanakan secara langsung. Oleh karena itu upaya pemecahan masalah yang kami
lakukan yaitu dengan melaksanakan kegiatan penyuluhan secara offline.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul “Asuhan pada Ny I dengan
Hipertensi di kampung Situlampa Rt 2 Rw 16 Kelurahan Margajaya” yang dilaksanakan
di Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Sumedang provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan pengendalian penyakit Hipertensi kepada
masyarakat luas agar perkembangan penyakit ini bisa berkurang. Kegiatan ini perlu untuk
dilaksanakan mengingat bahwa jumlah penderita Hipertensi semakin meningkat dari hari
ke hari. Dengan sasaran salah satu keluarga di kampung Situlampa yaitu keluarga Ny I
yang menderita penyakit Hipertensi. Kegiatan ini dilakukan dengan observasi langsung ke
rumah Ny I dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi dan
mendemonstrasikan terapi non farmakologi pembuatan obat herbal menggunakan Timun.
Setelah dilakukannya kegiatan observasi langsung dan penyuluhan kesehatan
tentang Hipertensi kepada keluarga Ny I seperti edukasi pola makan yang sehat, gaya
hidup yang sehat, dan yang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat di simpulkan yaitu:
a. Peningkatan Hipertensi memerlukan perhatian serius oleh semua pihak baik pemangku
kebijakan maupun masyarakat
b. Peningkatan Hipertensi dapat di tekankan melalui pengendalian faktor resiko yaitu
mengindari makan berlemak, mengurangi asupan garam, olahraga yang cukup dan
meningkatkan aktivitas fisik
c. Upaya-upaya pencegahan penyakit Hipertensi dapat dilakukan oleh masyarakat secara
mandiri melalui kegiatan senam Hipertensi

5.2 Saran
Dengan tujuan untuk memberikan masukan serta partisipasi demi kemajuan dalam
meningkat taraf dan mutu organisasi, kami mahasiswa Universitas Bhakti Kencana
memberikan beberapa saran kepada berbagai pihak dalam pelaksanaan Interpropesional
Education ini yang diharapkan dapat berguna untuk peningkatan mutu dan kualitas semua
pihak antara lain sebagai berikut:
Untuk Masyarakat:
Bagi masyarakat kegiatan yang telah dilaksanakan agar di teruskan sebagai upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, dan mampu mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1069/1/KTI%20NOVIA%20PUSPITA%20SARI.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2130/1/KTI%20NI%20NYOMAN%20PARWATI.pdf
LAMPIRAN
DAFTAR HADIR

No Nama Tandatangan

1 Anjelin Laila Rohila

2 Nurhasanah

3 Wulan Purnamasari

4 Eka Susanti

5 Winda Widiyawati

6 Aa Rosidin

7 Mahendra Akbar Wibawa

8 Regina Marthatiana

9 Siti Aisah

10 Siti Hafsoh Syaepudin


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai