Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR K3


BIDANG MANUFAKTUR

DISUSUN OLEH :
WAHYU IRAWAN
202010120311071
TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS TEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia
masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, terdapat 123.000 kasus
kecelakaan kerja di tahun 2017 dan 157.313 kasus kecelakaan kerja di sepanjang
2018. Angka tersebut berasal dari beberapa kategori. Angka tersebut menunjukkan
tingkat kecelakaan kerja di Indonesia naik setiap tahunnya. Sementara itu, data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018, sebanyak 58,76 persen dari total angkatan
kerja Indonesia adalah tamatan SMP ke bawah. Hal tersebut berdampak pada
kesadaran pentingnya perilaku selamat dalam bekerja.
Rendahnya perhatian perusahaan dan sikap pekerja terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja menyebabkan tingginya angka kematian dan kecelakaan kerja.
Pelaksanaan K3 yang buruk di tempat kerja merupakan suatu proses yang dapat
menimbulkan kecelakaan, dimana akibat yang ditimbulkan tidak hanya berdampak
negatif terhadap tenaga kerja, akan tetapi dapat juga mempengaruhi penilaian
masyarakat atau pengguna jasa perusahaan tersebut.
Dengan pelaksanaan K3 yang baik dapat meningkatkan keselamatan dan
kesehatan pekerja, dan meningkatkan produktivitas kerja. Sehingga menjadikan K3
bukan hanya sebagai kewajiban perusahaan, tetapi menjadi kebutuhan pekerja dan
perusahaan untuk melindungi tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga
kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja
guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
C. Rumusan masalah
1. Mengetahui apa itu K3
2. Memahami fungsi K3
3. Menerapkan standar opersional prosedur dan K3 dengan baik

Dengan makalah ini diharapkan kita dapat menerapkan dan memahami


standar operasional prosedur dan K3 dengan baik sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan tidak terjadi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Standar Operasional Prosedur


Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan
prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja
dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan
sebuah panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit
perusahaan. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sistem yang disusun untuk
memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses
melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar
yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan
dalam suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus
kerja yang lebih baik, menjadi panduan untuk karyawan baru, penghematan biaya,
memudahkan pengawasan, serta mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-
bagian yang berlainan dalam perusahaan.

B. Pengertian K3
a. Dalam Filosopi yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
b. Dalam keilmuan semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan
pencemaran lingkungan.
C. Dasar Hukum dan Tujuan K3
UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3


Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif.

Tujuan K3 yaitu
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut.
c. Memeliharan sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien

D. Penyebab Kecelakaan Kerja Di Bidang Manufaktur


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan
nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan
yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh
diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk
menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan
setiap karyawan pabrik.

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,


ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat
dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan
pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti
latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,
menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu
saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

E. Faktor Kecelakaan Di Bidang Manufaktur


Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah
industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan
itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan
harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk
seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya
sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada
hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau
salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang
manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak
membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas
akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah
pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus
membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa
kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan
tersendiri.

F. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Bidang Manufaktur

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan


resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
a. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan
bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat
lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi
oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan,
sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
b. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya
perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban
kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease
& Work Related Diseases).

G. Peran Kesehatan Di Bidang Manufaktur


Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan
di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada
baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi
dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan
mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini
diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara
cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi :
1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan
pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status
kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari
segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum
dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah
dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam
pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus
diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal
memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja
atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

H. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI BIDANG MANUFAKTUR


PADA UMUMNYA
1. Sosialisasi Mengenai K3
Sosialisasi ini dilakukan dengan tujuan :
• Agar pekerja lebih berhati-hati dalam bekerja dan dapat saling
mengingatkan rekan-rekan kerjanya jika ada tindakan atau kondisi
yang tidak aman.
• Meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan agar pekerja selalu
teringat pentingnya keselamatan kerja.
• Memberikan wawasan kepada setiap pekerja tentang K3 agar para
pekerja merasa aman.
2. Mengikuti Pelatihan/Sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Selalu memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada pekerja lapangan.
Pelatihan/Sertifikasi K3 dilaksanakan oleh perusahaan dimana mereka sudah
mendapatkan lisensi dari Depnaker. Perusahaan sebelumnya sudah mengadakan
rapat internal kepada pihak manajemen mengenai membiayai sertifikasi kepada
para pekerja. Dikarenakan tidaklah murah dalam membiayai pekerja mengikuti
sertifikasi K3.
3. Melengkapi surat izin kerja untuk pekerjaan yang beresiko
Setiap pekerja harus memiliki surat ataupun sertifikat untuk masuk dan
melakukan pekerjaan.
4. Melakukan pengecekan kelayakan APD
Mengecek kelayakan dan kelengkapan alat-alat pelindung diri yang akan
digunakan pekerja
5. Pekerja Wajib Menggunakan Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan pekerja/team
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya. Perusahaan wajib memfasilitasi APD untuk karyawannya
yang bekerja dengan resiko yang tinggi. Kewajiban itu sudah disepakati oleh
pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun
bentuk dari alat tersebut adalah:
• Pelindung Kepala (Helmet)
• Body Harness
• Pelindung Pernafasan
• Pelindung Pendengaran
• Pelindung Kaki
• Pelindung Tangan
• dll
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Standar operasional prosedur (SOP) tidak dapat dipisahkan dari yang
namanya K3 karena kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain yaitu suatu standar
pekerjaan akan menggunakan dasar K3 untuk menyusunnya .
Standar operasional prosedur (SOP) digunakan untuk menghindari
kecelakaan kerja dan hal yang tidak diinginkan lainnya yang dapat merugikan
perusahaan.
Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja dengan cara
mematuhi SOP juga sebagai berikut :
• Sosialisasi mengenai K3
• Mengikuti Pelatihan/Sertifikasi K3
• Memastikan pekerja sudah tersertifikasi
• Melengkapi surat izin kerja
• Mematuhi rambu yang ada
• Pekerja wajib menggunakan APD yang layak
• Melakukan penanganan keadaan darurat
• Melakukan pemeriksaan atas perbaikan
• Membuat laporan harian kerja
• Melaksanakan inspeksi K3

Anda mungkin juga menyukai