Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Cinta
Cinta pada diri manusia
Mengenai cinta atau yang dalam bahasa Arab dikenal Mahabbah berasal dari kata
Ahabba-Yuhibbu-Mahabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam,
kecintaan, atau cinta yang mendalam (Yunus, 1990). Dalam Kitab Hubbul fil Qur'an
menjelaskan cinta pada manusia tidak semata-mata datang secara tiba-tiba seperti cinta
saat pada pandangan pertama. Cinta akan datang setelah adanya rasa takjub dimana
dalam pengertiannya, cinta adalah sebuah "kecenderungan" (maylun) setelah adanya rasa
takjub. Pengertian ini diambil dari dua ayat dalam Al-Qur'an yaitu annisa ayat 129 ‫فَاَل‬
‫ تَ ِم ْيلُوْ ا ُك َّل ْال َمي ِْل فَتَ َذرُوْ هَا َك ْال ُم َعلَّقَ ِة‬yang artinya "janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang
kamu cintai". Cinta pada ayat ini disifati setelah dia berbuah atau ada perkembangan,
kejadian, barulah cinta dapat dirasakan. Kemudian pada ayat kedua surah Al-Ahzab ayat
َ َ‫ َّولَوْ اَ ْع َجب‬yang artinya "meskipun kecantikannya menarik hatimu."Maksud dari
52: ‫ك ُح ْسنُه َُّن‬
ayat ini adalah janganlah kamu mendekati kecenderungan (cinta) meskipun kamu melihat
kecantikan yang menarik bagimu. Kemudian Ghazi Bin Muhammad (2018) mengatakan
tidak semua cinta terpuji atau baik. Tapi semua yang baik berhak mendapatkan cinta
sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah SWT pada surah Al-Baqarah ayat 216
yang artinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui."

Karakteristik cinta
Menurut Ghazi bin Muhammad (2018) cinta memiliki karakter yang khusus yaitu
manusia tidak bisa mencintai suatu dari hatinya dua hal secara bersamaan. Pernyataan ini
tersirat melalui surah Annisa ayat 129 yang berbunyi ْ‫َولَ ْن تَ ْست َِط ْيع ُْٓوا اَ ْن تَ ْع ِدلُوْ ا بَ ْينَ النِّ َس ۤا ِء َولَو‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫" َح َرصْ تُ ْم فَاَل تَ ِم ْيلُوْ ا ُك َّل ْال َمي ِْل فَتَ َذرُوْ هَا َك ْال ُم َعلَّقَ ِة ۗ َواِ ْن تُصْ لِحُوْ ا َوتَتَّقُوْ ا فَاِ َّن َ َكانَ َغفُوْ رًا ر‬Dan kamu tidak
‫َّح ْي ًما‬
akan dapat berlaku adil diantara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat
demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai),
sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang."
Meskipun pada ayat ini Allah mengingatkan kepada mereka yang ingin
berpoligami. Namun Ghazi bin Muhammad (2018) menjelaskan dalam kitabnya bahwa
manusia tidak bisa mencintai dua hal yang memiliki sifat yang sama misal seorang suami
tidak bisa mencintai dua istri yang sama dengan kadar yang adil.

Kadar cinta
Penulis kitab hubbu fil quran menjelaskan kadar cinta dengan kisah Nabi Yusuf
AS dengan Zulaikha pasangannya. Zulaikha adalah cobaan terberat bagi Nabi Yusuf.
Dimana Zulaikha juga memiliki paras yang cantik mengajaknya untuk berbuat zina.
Namun, saat itu Nabi Yusuf AS memilih untuk meninggalkannya karena ia memilih
cintanya kepada Allah SWT. Dalam surah Yusuf dijelaskan bahwasannya ketika Nabi
Yusuf ditanya, apakah penjara itu lebih baik daripada aku lebih memilih Allah. Lalu ia
menjawab "Aku lebih memilih Allah cinta kepada nafsu."(Surah Yusuf, 39).
Berdasarkan kisah ini didapatkan bahwa cinta itu bisa mengubah seseorang yang
mencintainya. Nabi Yusuf as dapat mengganti cintanya untuk Zulaikha dengan cinta yang
lebih besar yaitu kepada Allah SWT. Kadar cinta manusia yang paling tinggi dapat diukur
ketika manusia dapat menaklukkan dirinya demi hal yang ia cintai. Oleh karenanya,
orang yang memiliki kadar cinta kepada Allah lebih tinggi akan terhindar dari hal-hal
yang Allah SWT tidak sukai.

B. Dunia
Pengertian Dunia dalam Cinta Dunia
Ad-Dunya ada pada level orientasi dan ada pada level materi. Dunia, sebenarnya
memiliki level pada keputusan seseorang untuk mencintai dunia bukan di materinya. Tapi
dipersepsi dia di orientasi dia, bukan di materi. Misal, orang zuhud tapi kaya raya, punya
mobil mewah. Kita tidak bisa sebut mereka hubbud dunya karena dia orang yang zuhud
dan mengedepankan dunia. Prioritas dunia dan akhirat itu tidak nampak dalam wujud
fisik. Hidup saya bergelimang harta, indikatornya tidak bisa seperti itu. Bukan harta
disekitarnya yang membuat seseorang hubbud dunya tetapi di hatinya dia. Dunia yang
dimaksud disini ada didalam orientasi dia terhadap dunia. Bukan terhadap materi yang
dihitung, tetapi orientasi dan sikap dia.
C. Definisi dan Konsep Hubbud Dunya
Penulis dari kitab Al-hubbu fil Qur'an (2018) menjelaskan tentang cinta pada
dunia (hubbud dunya) tidak secara gamblang, melainkan ia membaginya menjadi 8
bagian yaitu:
1. Cinta manusia terhadap benda
2. Cinta manusia terhadap syahwat
3. Cinta manusia dengan kawannya
4. Cinta manusia dengan pasangannya
5. Cinta manusia dengan keluarga kerabatnya
6. Cinta manusia dengan mu'min
7. Cinta manusia dengan ahli kitab
8. Cinta manusia kepada seluruh manusia
Terkhusus pada poin empat hingga delapan, cinta kepada mereka memiliki efek
yang sama ketika kita cinta kepada Allah SWT. Sementara pada poin pertama hingga
keempat tidak memiliki efek yang sama ketika kita mencintai Allah SWT. Jika diulas
satu-satu (1) Cinta manusia terhadap benda tidak ada kaitannya dengan kecintaan kita
kepada Allah SWT, (2) Cinta kepada syahwat, cinta pada syahwat termasuk kasta cinta
paling rendah, cinta jenis ini akan mudah berubah tergantung dari keinginan syahwat
yang dimiliki, (3) Cinta kepada kawan, cinta jenis ini juga termasuk cinta yang tidak
memiliki relevansi terhadap cinta kepada Allah SWT. Karena cinta kepada kawan bisa
terbagi menjadi dua lagi, yaitu kawan yang baik dan yang buruk. Mencintai teman yang
buruk menurut kitab hubbu fil qur'an (2018) bersifat sementara. Sementara mencintai
kawan yang baik bersifat abadi terbawa hingga di akhirat. Dalilnya terdapat di surah
Az-Zukhruf ayat 67 yang berbunyi َ‫ْض َعد ٌُّو اِاَّل ْال ُمتَّقِ ْين‬ ُ ‫ࣖ ۗ ااَاْل َ ِخاَّل ۤ ُء يَوْ َم ِٕى ۢ ٍذ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬
"Sesungguhnya teman-teman didunia itu yang mereka (saling kerjasama dalam
keterpurukan) maka pada hari kiamat mereka saling menjadi musuh, kecuali orang yang
bertaqwa." Karena dari berteman itu yang dicari adalah al-mawaddah (kasih sayang)
dimana mawaddah tidak menuntut satu orang, melainkan ada dua orang yang saling
didalamnya. Sementara teman yang buruk tidak akan memberikan sesuatu hal yang baik.
Karena dia tidak memiliki efek timbal balik dalam kebaikan.
Selanjutnya, bentuk yang keempat adalah cinta kepada pasangan, cinta kepada
pasangan jika hanya karena perkara jasmani maka perubahan rasa cinta atau tendensi
untuk berpisah itu mudah. Sementara jika cinta pada rohaninya perubahan atau keinginan
berpisah itu menjadi sulit. Di dalam kitab love in the holy qur'an orang yang selalu
membutuhkan cinta (kepada selain Allah SWT) artinya mereka selalu merasa
kekurangan. Kalau manusia masih membutuhkan cinta dari orang lain sudah jelas ia tidak
akan memenuhi cinta yang dia inginkan, karena cinta manusia tidak akan pernah cukup.
Dikatakan demikian karena jika seseorang tidak membutuhkan sesuatu yang lebih berarti
mereka tidak kekurangan dan membutuhkan hal tersebut. Sebagaimana Allah SWT
katakan dalam surah Al-Fatir ayat 15 yang berbunyi ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اَ ْنتُ ُم ْالفُقَ َر ۤا ُء اِلَى هّٰللا ِ ۚ َوهّٰللا ُ هُ َو ْال َغنِ ُّي‬
‫ ْال َح ِم ْي ُد‬Yang artinya "Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan atau membutuhkan
Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji."
Dimana Allah SWT Yang Maha Kaya tidak membutuhkan apapun bahkan dari ibadah
yang kita lakukan. Sementara manusialah yang membutuhkan Allah SWT, dengan
manusia cinta kepada Allah SWT maka cintanya telah tercukupkan.

Dimensi Hubbud Dunya


Manusia kebiasaannya mendatangi hal yang ia senangi untuk mendapatkan
kesenangan dan lari dari segala sesuatu hal yang dibencinya untuk mendapatkan
kesenangan juga. Oleh karena itu menurut kitab hubbu fil qur'an cinta dunia dimensinya
akan lebih pada harta benda, perhiasan, dan syahwat.
Pendapat kedua menurut Rusdi (2022) hubbud dunya memiliki tiga dimensi, yang
pertama:
1. Materi (Harta, Kekayaan)
2. Pujian
Misal seperti anak-anak, biasanya terjadi pada orang tua yang membanggakan
anak-anaknya. Meskipun memiliki naluri seperti itu namun diperingatkan dalam
Al-Qur'an untuk tidak menyombongkan diri seperti itu.
3. Seksualitas (Ketertarikan dengan lawan jenis/mengekspresikan kecintaannya
terhadap lawan jenis)
Ketiga dimensi ini jika ingin di konstruk tidak bisa di total secara keseluruhan,
karena dimensi di atas memiliki dimensional yang berbeda-beda sehingga harus dilihat
dari berbagai dimensi. Ada orang yang hubbud dunya hanya pada aspek harta, setiap
orang memiliki kecintaan dunia pada dimensi yang berbeda-beda. Misal koruptor, yang ia
inginkan hanya harta, jika pujian tidak mungkin karena seharusnya malu. Ada orang yang
tidak peduli dengan harta, yang dipedulikan hanya pujian. Maka mereka akan
menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan pujian dan kekuasaan.

Indikator hubbud dunya


Rusdi (2022) menambahkan indikator hubbud dunya adalah sedalam emosi
manusia terlibat dalam kecintaan pada dunia. Hal ini bisa dilihat ketika seberapa sedih
manusia ketika aspek tersebut hilang, ketika ingin seberapa inginnya. Kesimpulannya,
indikator cinta dunia dapat dilihat dari seberapa sedih dan seberapa inginnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali. (1981). Ihya’ al-ghazali-ihya ulumuddin. Edisi ke 5. Diterjemahkan oleh:
Ismail. Semarang: CV Fauzan
Al-Hashimi, Talal bin. (2018). Love in The Holy Qur'an. Al-Hubbu fil Qur'an. Muslim
Council of Elders
Al-Munajjid, M. (2009). Hubb al-dunya. Jedah: Majmu’ah Zad li al-Nashr.
Azalea, L., Muna, L. N., & Rusdi, A. (2018). Kesejahteraan psikologis pada jemaah
pengajian ditinjau dari religiusitas dan hubbud dunya. Psikis: jurnal psikologi
islami, 4 (1), 35-44.
Al-Hashimi, Talal bin. (2018). Love in The Holy Qur'an. Al-Hubbu fil Qur'an. Muslim
Council of Elders

Anda mungkin juga menyukai