Anda di halaman 1dari 8

PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL:

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL

Social Welfare Development:


Society Empowerment in Social Worker Approach

M. J. Maspaitella
Universitas Kristen Indonesia Maluku

Nancy Rahakbauwi
Universitas Kristen Indonesia Maluku

Naskah diterima: 26 Agustus 2014


Naskah dikoreksi: 16 November 2014
Naskah diterbitkan: 22 Desember 2014

Abstract: Empowerment constitutes one of the ways to increase society’s ability to meet their need. The goal of
empowerment is to develop the potency and strength of the poor or the vulnerable group and transform them into
a strong group. Effort to identify the potency of the society can be done with various approach and strategy. One
of the approach or strategy is by the social work approach. Social worker as professional helper have the task to
revamp the socially dysfunction society through empowerment activity.
Key words: Empowerment, community, social work approach.

Abstrak: Pemberdayaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Efek pemberdayaan adalah mengembangkan potensi atau kekuatan kelompok
miskin atau rentan sebagai kelompok yang kuat. Pengakuan akan potensi diri dalam masyarakat diperoleh
melalui berbagai pendekatan dan strategi. salah satu pendekatan atau strategi yang digunakan secara tertulis
pendekatan pekerja sosial. Pekerja sosial sebagai pembantu profesional memiliki tugas untuk merubah
masyarakat yang tidak berfungsi secara sosial menjadi berfungsi melalui kegiatan pemberdayaan.
Kata kunci: Pemberdayaan, komunitas, pendekatan pekerja sosial.

Pendahuluan sekitar 40% pada tahun 1976 menjadi sekitar 11%


Di negara kita masih terdapat banyak penduduk pada tahun 1996, berdasarkan data Badan Pusat
miskin, yang tersebar di perkotaan dan perdesaan. Statistik. Kedua pada periode 2005-2009, diberikan
Di antara masyarakat miskin di pedesaan ini, yang kepada pemerintahan SBY yang menurut catatan
kondisi kemiskinannya paling rentan adalah yang World Bank bahwa penurunan jumlah penduduk
berdiam di wilayah terpencil, yaitu wilayah yang miskin di Indonesia termasuk yang tercepat
tidak terhubungkan dengan prasarana transportasi dibandingkan negara lainnya, dengan laju rata-
(darat, laut maupun udara) dan komunikasi dengan rata penurunan per tahun sebesar 0,8%, jauh lebih
pusat-pusat pertumbuhan terkecil sekalipun (yaitu tinggi dibandingkan dengan pencapaian negara lain
pusat desa atau kecamatan). Wilayah terpencil seperti Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang
berada di pulau-pulau kecil maupun di pedalaman. Di hanya berada di kisaran 0,1% per tahun (Prayitno,
beberapa wilayah perdesaan terpencil ini bermukim 2013:20). Angka kemiskinan di tahun 2005 adalah
masyarakat adat dan masyarakat umum. Mereka sebesar 15,97% atau sekitar 35,1 juta orang yang
adalah masyarakat yang masih sangat terbelakang, dapat ditekan menjadi 11,96% atau sekitar 29 juta
belum mampu mengembangkan pengetahuan untuk orang per Maret 2012. Hal ini menunjukkan telah
meningkatkan kualitas hidupnya dan sangat sedikit terjadi pengurangan jumlah penduduk miskin yang
menerima sentuhan pembangunan. mencapai 6 juta orang dengan tingkat konsistensi
Indonesia pernah dua kali mendapatkan penurunan yang terjaga. Jumlah ini dapat diturunkan
apresiasi dari Bank Dunia atas keberhasilannya lagi menjadi 11,66% atau sekitar 28.59 juta orang
mengurangi jumlah penduduk miskin. Penghargaan per Septemeber 2012. Atau dengan perkataan lain,
pertama diberikan kepada pemerintahan Orde Baru sepanjang 2005-2012 angka kemiskinan menurun
yang berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari rata-rata antara 1,16 persen hingga 1,27 persen per

M.J. Maspaitella dan Nancy Rahakbauwi, Pembangunan Kesejahteraan Sosial | 157


tahun dan mampu menyelamatkan sekitar 7 juta Indonesia. Ketidakmampuan masyarakat dalam
jiwa keluar dari lingkaran kemiskinan (Prayitno, memenuhi hak-hak dasar secara umum berkaitan
2013:20). dengan kegagalan kepemilikan aset terutama tanah
Upaya penanggulangan kemiskinan tersebut, dan modal; terbatasnya jangkauan layanan dasar
dapat dipandang sebagai bagian dari investasi terutama kesehatan dan pendidikan; terbatasnya
sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung;
mengembangkan kualitas SDM Indonesia, sehingga rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan
mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya modal masyarakat; lemahnya partisipasi
secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak masyarakat dalam pengambilan keputusan publik;
bagi kemanusiaan. Dalam hal ini, implementasi pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan,
strategi pembangunan sosial merupakan salah satu tidak berwawasan lingkungan dan kurang
solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial ekonomi melibatkan masyarakat; kebijakan pembangunan
serta berbagai kecenderungan primordialisme yang bersifat sektoral, berjangka pendek dan
dan eksklusivisme yang mengancam tatanan parsial; serta lemahnya koordinasi antarinstansi
hidup bangsa Indonesia. Jika hal ini diabaikan, dalam menjamin penghormatan, pelindungan dan
maka akan mengarah pada terjadinya friksi dan pemenuhan hak-hak dasar.
konflik horizontal, sehingga pada gilirannya dapat
menimbulkan disintegrasi sosial yang menurunkan Persoalan Pembangunan dan Pemberdayaan
harkat dan martabat bangsa. Pembangunan di Indonesia merupakan amanat
Salah satu upaya yang dilakukan dalam sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945,
proses pengentasan kemiskinan adalah dimana tujuan Negara Indonesia adalah untuk
pemberdayaan yang merujuk pada pengertian melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
perluasan kebebasan memilih dan bertindak. Bagi darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) melaksanakan ketertiban dunia. Perspektif kearah
dan ketidakberdayaan (powerlessness) dalam pencapaian pembangunan nasional juga diuraikan
hubungannya dengan negara dan pasar. secara garis besar di dalam dokumen perencanaan
Pengertian kemiskinan adalah multi dimensi pembangunan jangka panjang dan jangka menengah
yang menyangkut kebutuhan masyarakat miskin nasional sebagai suatu cara yang sistematis untuk
terhadap kemampuan pada tingkat individu, mencapai tujuan tersebut. Pembangunan nasional
maupun pada tingkat kolektif. Memberdayakan mencakup pula upaya peningkatan semua aspek
masyarakat miskin dan terbelakang menuntut kehidupan bangsa, dapat berupa pembangunan
upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan ideologi.
mereka meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam Pembangunan kesejahteraan sosial adalah
proses pemberdayaan ini diperlukan aktor yang usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi
dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat berbagai bentuk intervensi sosial dalam pelayanan
miskin terhadap sumber daya, yaitu pekerja sosial sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia,
profesional. Profesionalitas pelaku pemberdaya mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta
adalah kemampuan pelaku pemberdaya, yaitu memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto,
aparat pemerintah atau LSM, untuk mendengarkan, 1997). Tujuan Pembangunan Kesejahteraan
memahami, mendampingi dan melakukan tindakan Sosial (PKS) adalah untuk meningkatkan kualitas
yang diperlukan untuk melayani kepentingan hidup manusia secara menyeluruh. Ciri utama
masyarakat. Pelaku pemberdaya juga harus pembangunan kesejahteraan adalah komprehensif
mampu mempertanggungjawabkan kebijakan atau terpadu dalam arti setiap pelayanan sosial
dan tindakannya yang memengaruhi kehidupan yang diberikan senantiasa menempatkan penerima
masyarakat. pelayanan (beneficiaries) sebagai manusia, baik
Tinjauan ini bertujuan untuk memperlihatkan dalam arti individu maupun kolektivitas yang tidak
peran pekerja sosial dalam proses pemberdayaan terlepas dari sistem lingkungan sosial kulturalnya.
masyarakat yang pada akhirnya memberikan Sasaran Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS)
kontribusi terhadap berkurangnya penduduik adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan
miskin. Dengan pendekatan teori pekerjaan atau kelas sosial. Meskipun demikian, prioritas
sosial dan pemberdayaan masyarakat, tulisan ini utama PKS adalah kelompok-kelompok yang
diharapkan berkontribusi terhadap pengembangan kurang beruntung (disadvantage groups).
teori pembangunan pekerjaan sosial yang dewasa Sepanjang siklus kehidupan manusia, selalu
sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan dikelilingi oleh beragam masalah, baik itu masalah

158 | Aspirasi Vol. 5 No. 2, Desember 2014


internal (diri sendiri, keluarga) maupun eksternal masyarakat dalam konsep pemberdayaan selalu
(lingkungan Sosial). Masalah dalam kehidupan dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
manusia seringkali menimbulkan kecemasan, jaringan kerja dan keadilan. Sementara itu, Mc
keputusasaan, bahkan kehilangan orientasi hidup. Ardle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai
Menurut Mendoza (1981:4) masalah disebabkan proses pengambilan keputusan oleh orang-
oleh adanya ketidakmampuan individu atau orang yang secara konsekuen melaksanakan
kadangkala patologi yang membuat seseorang keputusan tersebut. Orang-orang yang telah
mengalami kesulitan untuk memenuhi tuntutan mencapai keputusan kolektif diberdayakan melalui
lingkungannya. Masalah menurut Jenssen (1992:42) kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan”
dalam Suharto (2006) disebabkan oleh adanya untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka
perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan
sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai
situasi yang seharusnya. tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan
Pada dasarnya setiap masyarakat mengalami dan hubungan eksternal.
proses perubahan, ada masyarakat yang berubah Mengembangkan pendekatan pemberdayaan
secara lambat dan ada masyarakat yang berubah masyarakat akan meningkatkan efektifitas dan
secara cepat. Masyarakat yang berubah sangat efesiensi penggunaan sumber daya pembangunan
lambat terkesan tidak berubah, sehingga dapat yang makin langka. Program-program pemerintah
dikatakan kondisinya statis, tetapi sebetulnya yang berbasis pemberdayaan akan menekan
tidak ada masyarakat yang statis sepenuhnya. biaya untuk suatu pekerjaan dengan kualitas
Banyak pemikiran yang ingin menjelaskan realita yang sama yang dikerjakan program non
perubahan dalam kehidupan bermasyarakat ini. pemberdayaan. Pendekatan ini akan meningkatkan
Perkembangan atau pembangunan masyarakat relevansi program pembangunan (pemerintah)
sebagai proses perubahan menunjukkan berprosesnya terhadap masyarakat lokal dan meningkatkan
masyarakat yang semakin dewasa dalam merespons kesinambungannya, dengan mendorong rasa
berbagai persoalan yang juga semakin berkembang memiliki dan tanggung jawab masyarakat. Selain
sejalan dengan proses perubahan itu sendiri. itu, pendekatan ini juga memiliki kontribusi
Dalam pengertian ini, terkandung makna kapasitas dalam meningkatkan kinerja staf pemerintah dan
masyarakat yang semakin meningkat yang kepuasan pelanggan atas pelayanan pemerintah
kemudian membawa dampak pada peningkatan (Prayitno, 2013:10)
taraf hidupnya. Peningkatan kapasitas di sini
termasuk meningkatnya dorongan dari dalam Konsep Pemberdayaan Masyarakat
diri masyarakat untuk berubah semakin baik, Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat
kapasitas untuk mengidentifikasi sumber daya, lazim digunakan oleh banyak kalangan seperti para
potensi dan peluang serta memanfaatkannya dan pembuat kebijakan dan keputusan, kalangan profesi
kapasitas untuk merespons berbagai tantangan dan praktisi, pekerja sosial termasuk kelompok-
yang muncul. Berbagai upaya yang dilakukan kelompok profesional berbagai argumentasi-
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat argumentasi praktis maupun ilmiah yang
hendaknya memperhatikan berbagai faktor yang ditampilkan melalui karya dan/atau tulisan tentang
memengaruhinya. pemberdayaan masyarakat tersebut kemudian
Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, dijadikan patokan dalam rangka menyiasati seluruh
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga peran dan gerak dalam merumuskan program-
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam program pemberdayaan kepada masyarakat. Dalam
(a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka kaitan ini, menjadi penting bagi pekerja sosial untuk
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan memahami konsep pemberdayaan masyarakat
saja bebas mengutarakan pendapat, melainkan dalam rangka menyelenggarakan tugas praktik
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan pekerjaan sosial di tengah-tengah masyarakat.
bebas dari kesakitan. (b) menjangkau sumber- Secara konseptual, pemberdayaan atau
sumber positif produktif yang memungkinkan pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan
keputusan-keputusannya yang memengaruhi kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang
mereka. kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
Sehakekat dengan konteks ini, (Hikmat, 2006:3) mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
mengemukakan bahwa wacana pembangunan kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.

M.J. Maspaitella dan Nancy Rahakbauwi, Pembangunan Kesejahteraan Sosial | 159


Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan definisi karena kondisi external (misalnya ditindas oleh
pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara- struktur sosial yang tidak adil).
cara pemberdayaan (Suharto, 1997:210-224) yaitu; Sennet, Cabb (1972) dan Conway menyatakan
pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan bahwa ketidakberdayaan ini disebabkan oleh
kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beberapa faktor seperti: ketiadaan jaminan
beruntung (Ife,1995). Lebih lanjut dikatakan ekonomi, ketiadaan dukungan finansial,
oleh Parson, et all (1994), pemberdayaan adalah ketiadaann pelatihan-pelatihan, dan adanya
sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup ketegangan fisik maupun emosional (Suharto,
kuat berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan 1997). Ketidakberdayaan menurut Seeman (1985),
atas dan memengaruhi terhadap kejadian-kejadian Seligman (1972) dan Learner (1986) meyakini
serta lembaga-lembaga yang memengaruhi bahwa ketidakberdayaan yang dialami oleh
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa sekelompok masyarakat merupakan akibat dari
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, proses internalisasi yang dihasilkan dari interaksi
dan kekuasaan yang cukup untuk memengaruhi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang diri mereka lemah, dan tidak berdaya, karena
menjadi perhatiannya. Swift dan Levin (1987) masyarakat memang menganggapnya demikian.
mengungkapkan bahwa pemberdayaan menunjuk
pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan Strategi Pemberdayaan
melalui perubahan struktur sosial. Person et.al. (1994:112-113) menyatakan
Konsep pemberdayaan masyarakat, banyak proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara
juga dikemukakan oleh ahli lain, yaitu salah satunya kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang
adalah Payne (1997:226), yang mengemukakan menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi
bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada dalam relasi satu lawan satu antara pekerja
intinya, ditujukan guna: “To help clients power of sosial dan klien dalam setting pertolongan
decision and action over their own lives by reducing perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti
the effect of sosial or personal blocks to exercising ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
existing power, by increasing capacity and self- kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi
confidence to use power and by transferring power utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak
from the environment too clients” (membantu klien semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan
memperoleh daya untuk mengambil keputusan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi,
dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara
yang terkait dengan diri mereka, termasuk individual; meskipun pada gilirannya ini pun
menguragi efek hambatan pribadi dan sosial dalam tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial
untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras
lain melalui transfer daya dari lingkungannya.) atau matra pemberdayaan (empoowerment setting):
Lebih lanjut dikatakan oleh Shardlow mikro, meso, dan makro.
(1998:32), pemberdayaan pada intinya membahas 1. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap
bagaimana individu, kelompok maupun masyarakat klien secara individu melalui bimbingan
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri konseling, stress management, krisis intervensi.
dan mengusahakan untuk membentuk masa depan Tujuan utamanya adalah membimbing atau
sesuai keinginan mereka. Ide atau gagasan yang melatih klien dalam menjalankan tugas-
sama juga disampikan oleh Biestek (1961), yang tugas kehidupannya. Model ini sering disebut
dikenal dalam pendidikan ilmu kesejahteraan sosial sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas
dengan nama ‘self determination’. Prinsip ini pada (Task Centered Approach).
intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri 2. Aras Meso. Pemberdayaan dilakukan pada
apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan
upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi dengan kelompok sebagai media intervensi.
sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
penuh dalam membentuk masa depannya. biasanya digunakan sebagai strategi dalam
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah keterampilan, dan sikap-sikap klien agar
yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi memiliki kemampuan memecahkan permasa-
internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun lahan yang dihadapinya.

160 | Aspirasi Vol. 5 No. 2, Desember 2014


3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai langkah-langkah logis berikutnya’. Dengan kata
Strategi sistem besar (large system strategy), lain, seorang perencana biasanya berusaha untuk
karena sasaran perubahan diarahkan pada mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang
sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan dihadapi sebelum memillih tindakan rasional dan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi tepat dilakukan (rational and feasible). Partisipasi
sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, dalam perencanaan sosial tidak “sekental” pada
manajemen konflik, adalah beberapa strategi pengembangan masyarakat. Perencanaan dalam
dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar pengumpulan dan penganalisaan data (fakta) bisa
memandang klien sebagai orang yang memiliki saja menggunakan tenaga di luar komunitas tersebut,
kompetensi untuk memahami situasi- begitu pula dalam upaya mengembangkan program
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih dan kegiatan yang akan dilakukan. Meskipun
serta menentukan strategi yang tepat untuk demikian, mereka tetap mendasari tugasnya
bertindak. berdasarkan fakta dari masyarakat tersebut.

Menghadirkan kembali
pengalaman yang
memberdayakan dan
tidak memberdayakan

Mendiskusikan alasan
Mengembangkan rencana mengapa terjadi
aksi dan pemberdayaan dan
mengimplementasikan penidakberdayaan

Mengidentifikasi
Mengidentifikasi basis suatu masalah ataupun
daya (kekuatan) yanng proyek
bermanna untuk
melakukan perubahan

Skema 1. Siklus Pemberdayaan


(Sumber: Hogan, 2000:20)
Dalam konteks kesejahteraan sosial, upaya c. Aksi Sosial
pemberdayaan digambarkan Hogan di atas tentu Strategi dari perubahan ini terlihat dari
juga terkait dengan upaya meningkatkan taraf ungkapan ”mari kita mengorganisasi diri agar
hidup masyarakat dari suatu tingkatan ke tingkat dapat melawan penekan kita”. Ungkapan tersebut
yang lebih baik. Tentunya dengan mengkaji faktor- merupakan kristalisasi isu-isu yang dihadapi
faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi masyarkat, yang kemudian membuat masyarakat
kurang berdaya (depowerment). mengenali “musuhnya” dan mengorganisasi diri
mereka dan membentuk aksi massa untuk ganti
Strategi Dasar dalam melakukan Perubahan memberikan tekanan terhadap kelompok sasaran
a. Pengembangan Masyarakat Lokal mereka. (Adi, 2008:128).
Dalam pengembangan masyarakat lokal, Sesungguhnya, dalam melakukan perubahan
strategi perubahannya dicirikan dengan ungkapan untuk memberdayakan suatu masyarakat ke
‘marilah kita bersama-sama membahas masalah arah memperbaiki dan meningkatkan kondisi
ini’.Dari ungkapan tersebut terlihat adanya upaya kesejahteraan tersebut menjadi penting untuk
mengembangkan keterlibatan warga sebanyak dilakukan sebuah perencanaan secara komprehensif.
mungkin dalam upaya menentukan kebutuhan Dikatakan demikian karena perencanaan sebagai
yang mereka rasakan (felt need) dan memecahkan suatu proses penyiapan seperangkat keputusan
masalah mereka. untuk dilaksanakan pada waktu akan datang
dan yang diarahkan pada pencapaian sasaran
b. Perencanaan Sosial
tertentu. Perencanaan mempunyai unsur-unsur: (a)
Strategi dasar dari model ini tergambar dalam
berhubungan dengan masa depan; (b) mendesain
ungkapan ‘marilah kita kumpulkan fakta dan lakukan

M.J. Maspaitella dan Nancy Rahakbauwi, Pembangunan Kesejahteraan Sosial | 161


seperangkat kegiatan secara sistematis; dan (c) mencegah terjadi eksploitasi kelompok kuat
dirancang untuk mencapai keinginan-keinginan terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan
dimasa depan berdasarkan kondisi masa lalu, saat harus diarahkan ada penghapusan segala
ini dan akan datang. Bahwa, perencanaan ini akan jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menghasilkan rencana-rencana sesuai dengan menguntungkan rakyat kecil.
tujuan yang ingin dicapai, (Ikhwanuddin, 2009:11). 4. Penyokongan: memberikan bimbingan
dan dukungan agar masyarakat mampu
Peran Pelaku Perubahan (Change Agent) menjalankan peranan dan tugas-tugas
Pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu
masyarakat juga dapat dilihat yang berkaitan dengan menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke
peran pelaku perubahan dalam diskursus komunitas. dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah
Dalam diskursus ini, pelaku perubahan memainkan dan terpinggirkan.
peran sebagai community worker ataupun enabler 5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang
(ife, 1997:53). Sebagai community worker, Ife kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
melihat sekurang-kurangnya ada empat peran dan distribusi kekuasaan antara berbagai
keterampilan utama yang nantinya secara spesifik kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan
akan mengarah pada teknik dan keterampilan harus mampu menjamin keselarasan dan
tertentu yang harus dimiliki community worker keseimbangan yang memungkinkan setiap
sebagai pemberdaya masyarakat. orang memperoleh kesempatan berusaha.
Keempat peran dan keterampilan tersebut
Debois dan Miley (1992:211) memberi
adalah:
beberapa cara atau teknik yang lebih spesifik yang
1. Peran dan keterampilan fasilitatif (facilitative
dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat.
roles and skills);
1. Membangun relasi pertolongan yang; (a)
2. Peran dan edukasional (educational roles and
merefleksikan respons empati; (b) menghargai
skills);
pilihan dan hak klien menentukan nasibnya
3. Peran dan keterampilan perwakilan
sendiri (self detemination);(c) menghargai
(representational roles and skills);
perbedaan dan keunikan individu; (d)
4. Peran dan keterampilan teknis (technical role
menekankan kerja sama klien (client
and skills).
partneerships).
2. Membangun komunikasi yang: (a)
Pendekatan Pemberdayaan
menghormati martabat dan harga diri klien; (b)
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
mempertimbangkan keragaman individu; (c)
pemberdayaan diatas dicapai melalui penerapan
berfokus pada klien; (d) menjaga kerahasian
pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
klien.
menjadi 5P, yaitu Pemungkinan, Penguatan,
3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang:
Pelindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan
(a) memperkuat partisipasi klien dalam
(Suharto, 1997:218-219):
semua aspek proses pemecahan masalah; (b)
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau
menghargai hak-hak klien; (c) merangkai
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
tantangan-tantangan sebagai kesempatan
berkembang secara optimal. Pemberdayaan
belajar; (d) melibatkan klien dalam pembuatan
harus mampu membebaskan masyarakat
keputusan dan evaluasi.
dari sekat-sekat kultural struktural yang
4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan
menghambat.
sosial melalui: (a) ketaatan terhadap kode etik
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan
profesi; (b) keterlibatan dalam pengembangan
kemampuan yang dimiliki masyarakat
profesional, riset dan perumusan kebijakan;
dalam memecahkan masalah dan memenuhi
(c) penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan
ke dalam isu-isu publik; (d) penghapusan
harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
segala bentuk diskriminasi dan ketidasetaraan
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
kesempatan.
yang menunjang kemandirian mereka.
3. Pelindungan: melidungi masyarakat terutama
Prinsip Pemberdayaan
kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas
Pelaksanaan pendekatan di atas berpijak pada
oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
pedoman dan prinsip pekerjaan sosial. Menurut
persaingan yang tidak seimbang (apalagi
beberapa penulis, seperti Solomon (1976),
tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan

162 | Aspirasi Vol. 5 No. 2, Desember 2014


Rappaport (1981, 1983), Swift (1984), Swift dan mengarah pada spesialisasi. Dalam model praktik
Levin (1987), Weick, Rapp, Sulivan, dan Kisthardt pekerjaan sosial tersebut tercermin tujuan-tujuan,
(1989), terdapat beberapa prinsip pemberdayaan nilai-nilai, pengetahuan, serta tindakan-tindakan
menurut perspektif pekerjaan sosial (Suharto, interventif yang teridentifikasi dalam profesi
1997: 216-217) pekerjaan sosial. Dalam model ini tercermin cara-
1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif, cara yang sama dalam memandang orang dan
karenanya pekerja sosial dan masyarakat harus situasinya, yang selalu terkait dengan kesadaran
bekerja sama sebagai partner. diri, dan disiplin profesional inividu sebagai praktisi.
2. Proses pemberdayaan menempatkan Praktik pekerjaan sosial dapat didefinisikan sebagai
masyarakat sebagai aktor atau subjek yang “konstelasi nilai, tujuan, sanksi, pengetahuan, dan
kompoten dan mampu menjangkau sumber- metoda”, yang dikembangkan dari seperangkat
sumber dan kesempatan-kesempatan. tujuan-tujuan profesional, sebagai yang diyakini
3. Masyarakat harus melihat diri meraka sendiri dan diakui oleh masyarakat umum. Praktik
sebagai agen penting yang dapat memengaruhi pekerjaan sosial setidaknya memiliki dua tingkatan
perubahan. sebagai berikut:
4. Kompotensi diperoleh atau dipertajam melalui a. Tindakan atau kegiatan interventif yang
pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang diarahkan pada tujuan-tujuan dan dibimbing
memberikan perasaan mampu pada masyarakat. atau disadari oleh nilai-nilai, pengetahuan-
5. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, pengetahuan, dan teknik-teknik yang secara
harus beragam dan menghargai keberagaman kolektif unik, dan diakui, diterima, serta
yang berasal dari faktor-faktor yang berada dikembangkan oleh profesi pekerjaan sosial.
pada situasi masalah tersebut. b. Merupakan penerapan ilmu pengetahuan
6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan mengenai tingkah laku yang ditujukan untuk
sumber dukungan yang penting bagi penurunan mengadakan perubahan terencana pada
ketegangan dan meningkatkan kompetensi individu-individu, kelompok-kelompok serta
serta kemampuan mengendalikan seseorang. sistem-sistem sosial.
7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam
Dengan demikian, pekerjaan sosial adalah
pemberdayaan mereka sendiri: tujuan, cara dan
praktik profesional dalam pengertian, bahwa
hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.
tindakan-tindakan serta pelayanan-pelayanan yang
8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam
diberikannya dilaksanakan oleh anggota-anggota
pemberdayaan, karena pengetahuan dapat
yang berpendidikan khusus dan secara formal diakui
memobilisasi tindakan bagi perubahan.
dan diterima oleh dan di dalam profesi pekerjaan
9. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap
sosial. Sebagai profesional, selain para pekerja
sumber-sumber dan kemampuan untuk
mengetahui hakekat tindakan-tindakannya, dan
menggunakan sumber-sumber tersebut secara
dapat menjelaskan dan mengkomunikasikannya,
efektif.
juga perlu didasari oleh prinsip-prinsip tertentu,
10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis,
standar kerja yang kompeten dan dengan kode etik
sinergis, berubah terus, evolutif; permasalahan
profesi. Dalam kaitan pemberdayaan masyakat,
selalu memiliki beragam solusi.
pekerja sosial memiliki tugas yang menurut
11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-
Schwartz (1961:157-158), terdapat 5 (lima) tugas
struktur personal dan pembangunan ekonomi
yang dapat dilaksanakan oleh pekerja sosial yaitu:
secara paralel.
1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi
masyarakat mengenai kebutuhan mereka
Pekerjaan Sosial: Model Praktik Profesional
sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang
Model praktik Pekerjaan Sosial ini muncul
dihadapi mereka.
dari adanya proses unifikasi karena terbentuknya
2. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-
Council on Social Work Education pada tahun
kesulitan yang menghambat dan membuat
1952. Sejak saat itu, profesi pekerjaan sosial
frustasi usaha-usaha orang untuk
mulai berusaha merumuskan konsepsi mengenai
mengidentifikasi kepentingan mereka dan
metodologi pertolongan yang digunakannya.
kepentingan orang-orang yang berpengaruh
Persoalan ini yang selain mencakup aplikasi
(significant others) terhadap mereka.
profesi ke dalam praktik pekerjaan sosial secara
3. Memberi kontribusi dari mengenai ide-
menyeluruh, adalah juga merupakan tingkatan
ide, fakta, nilai, konsep yang tidak dimiliki
konseptualisasi dan operasi profesi sebagai reaksi
masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka
terhadap pekerjaan sosial tradisional yang terlalu

M.J. Maspaitella dan Nancy Rahakbauwi, Pembangunan Kesejahteraan Sosial | 163


dalam menghadapi realitas sosial dan masalah Profesi pekerja sosial sebagai pemberi bantuan
yang dihadapi mereka secara profesional dalam rangka memecahkan
4. Membagi visi kepada masyarakat; harapan dan permasalahan sosial yang dapat meningkatkan
aspirasi pekerja sosial merupakan investasi ketidakberdayaan masyarakat menjadi berdaya
bagi interaksi antara orang dan masyarakat secara mandiri. Atau dengan kata lain mengalami
dan bagi kesejahteraan individu dan sosial. ketidakberfungsian sosial menjadi keberfungsian
5. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan- sosial.
batasan situasi dengan mana sistem relasi
antara pekerja sosial dan masyarakat
dibentuk. Aturan-aturan tersebut membentuk
konteks bagi ‘kontrak kerja’ yanng mengikat DAFTAR PUSTAKA
masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan
tersebut juga mampu menciptakan kondisi
yang dapat membuat masyarakat dan pekerja
sosial menjalankan fungsinya masing-masing. ---------. 2009. Pembangunan Masyarakat: Merangkai
Sebuah Kerangka. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Penutup Pelajar.
Memberdayakan masyarakat berarti Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan
melakukan investasi pada masyarakat, khususnya Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta: penerbit
masyarakat miskin agar aset dan kemampuan Humaniora.
mereka bertambah, baik kapabilitas perorangan Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan
maupun kapasitas kelompok. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi
masyarakat harus dapat berlangsung secara efektif, Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Jakarta:
maka harus dilakukan pada tingkat nasional maupun Penerbit Buku Pendidikan – Anggota IKAPI.
daerah. Berbagai peraturan, ketentuan, mekanisme
Ife, Jim, Tesoriero Frank. 2006. Community Development:
kelembagaan, nilai-nilai dan perilaku harus Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era
disesuaikan untuk memungkinkan masyarakat Globalisasi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
miskin berinteraksi secara efektif dengan
pemerintah. Pemberdayaan Masyarakat sebagai Ikhwanuddin, Mohammad Mawardi. 2009.Membangun
Daerah yang Berkelanjutan, Berkeadilan, dan
sebuah strategi atau model dalam rangka menggali
Berkelanjutan, Bogor: Penerbit IPB Press.
potensi dan kemampuan masyarakat untuk dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Isbandi, Adi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas
agar mereka dapat berdaya dalam memenuhi Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya
kebutuhan hidupnya baik secara ekonomi maupun Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali.
sosial. Proses pemberdayaan bagi masyarakat Prayitno, Ujianto Singgih (ed). 2013. Pemberdayaan
dilaksanakan bukan hanya dari pemerintahan Masyarakat. Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan
saja, namun dari kalangan profesi yang dapat Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI
melakukan perubahan bagi kehidupan masyarakat. dan Azza Grafika.
Implikasinya, pemberdayaan masyarakat menjadi Prayitno, Ujianto Singgih. 2013. “Peningkatan
bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Kesejahteraan Rakyat: Tinjauan Terhadap Program
praktik pekerjaan sosial dalam rangka memperbaiki Pengentasan Kemiskinan,” dalam Sali Susiana
kondisi kesejahteraan masyarakat. (ed), Kebijakan Pemerintah SBY, Jakarta: Pusat
Pelaku pemberdaya perlu mempunyai Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
kemampuan profesional yang tinggi, agar dapat Sekretariat Jenderal DPR RI dan Azza Grafika.
melakukan pendampingan secara baik. Pelaku Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.
pemberdaya yang potensial adalah organ pemerintah Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
daerah atau organisasi berbasis masyarakat lokal,
Suharto Edi. 2006. Membangun Masyarakat
yang mempunyai perhatian, komitmen, dan Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
kemampuan untuk membangun masyarakat miskin Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
dan terbelakang. Upaya pemberdayaan masyarakat Sosial. Penerbit PT Refika Aditama.
menuntut pola kerja yang fleksibel, tidak terhambat
oleh sistem administrasi penganggaran yang
ketat. Agar pelaku pemberdaya masyarakat dapat
bekerja secara profesional, maka mereka perlu
mendapat pelatihan dan pendidikan yang memadai.

164 | Aspirasi Vol. 5 No. 2, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai