Anda di halaman 1dari 17

STATUS EPIDEMOLOGI

No. Catatan Medik : 10182


Nama : Tn. E. Y
Tempat, tanggal lahir : Nabire, 25 Oktober 1988
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku/Bangsa : Jayapura/WNI
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Nabire
Ruang Perawatan : Bangsal Akut Pria
Tanggal M.R.S.J : 14 September 2013
Tanggal Pemeriksaan : 14 September 2013
Yang Mengantar : Ibu Pasien
Alamat : Nabire
Pemberi Informasi : Ibu Pasien dan Teman Pasien
LAPORAN PSIKIATRI

I. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Autoanamnesa : Pasien merasa dirinya baik-baik saja.
Heteroanamnesa : (Ibu pasien)
Pasien suka bicara-bicara sendiri, jalan tanpa tujuan dan terlibat
pemukulan

B. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamesa : ibu pasien dan teman pasien dari
kepolisian)
Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Bhayangkara. Pasien diantar oleh
petugas kesehatan RS Bhayangkara, teman pasien dari kepolisian Nabire dan ibu
pasien. Pasien dibawa bersama kakaknya yang sudah kedua kalinya masuk RSJD.
Pasien dibawa ke RSJD abepura untuk pertama kalinya dengan keluhan pasien suka
bicara-bicara sendiri, jalan tanpa tujuan dan pasien memukul tentara pada 5
september 2013 minggu lalu. Menurut ibunya, pasien adalah anak yang pendiam,
penurut, kurang bergaul dengan teman-temannya. Setelah pulang sekolah pasien
langsung pulang ke rumah dan jarang keluar rumah. Selama SMA pasien mempunyai
seorang pacar. Setelah lulus SMA pasien mendaftar sekolah kepolisian di Jayapura
kemudian pasien lulus dan menjalani pendidikan di Jayapura selam 6 bulan dan
dilantik menjadi polisi pada bulan Desember 2008. Pada bulan Januari 2009 pasien
ditempatkan di Polres Mulia, Wamena. Sedangkan pacarnya kuliah di Jayapura.
Awal kerja pasien sering mengirimkan sebagian gajinya ke pacarnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup pacarnya. Namun pada akhir tahun 2011 pasien
mengetahui jika pacarnya selingkuh dengan anggota polisi juga di Jayapura.
Setelah beberapa bulan kemudian pasien kembali menjalin hubungan dengan
seorang wanita di Nabire, namun tidak direstui oleh kakak dari wanita itu. Sejak saat
itu, sekitar bulan Desember 2012 pasien putus dengan pacarnya dan mulai
menunjukkan perubahan tingkah laku seperti suka jalan tanpa tujuan dengan
menggunakan pakaian dinas, suka tertawa dan bicara sendiri. Akhirnya pada bulan
Mei 2013 pasien dipindahtugaskan ke Polres Nabire karena teman-teman anggota
dari pasien tersebut tidak bisa mengawasi tingkah laku pasien. Setelah di Nabire,
pasien tinggal bersam keluarganya dan menurut ibunya, pasien menunjukkan tingkah
laku berupa bicara sendiri, tidak mau mandi jika tidak disuruh, suka menyendiri di
kamar mandi, suka jalan-jalan dan minta rokok. Pada tanggal 5 September, pasien
pergi ke pasar dan memukul seorang tentara tanpa sebab yang jelas. Karena kasus
pemukulan tersebut pasien dimasukkan ke dalam sel selama 1 minggu. Kemudian
pasien dibawa berobat ke Jayapura diantar oleh anggota Polres setempat dengan
menggunakan kapal laut selama 2 hari.
Setelah tiba di Jayapura pasien langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara
untuk dilakukan pemeriksaan. Kemudian dari Rumah Sakit Bhayangkara, pasien di
rujuk ke Rumah Sakit Jiwa Abepura.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mempunyai riwayat penyakit malaria pada saat berumur 15 tahun. Namun
waktu itu sudah dibawa berobat ke Puskesmas dan sembuh. Pada waktu umur 16
tahun pasien pernah terkena tendangan bola di kepala bagian kiri, namun pada saat
itu ibu pasien sudah mengompresnya dengan air hangat.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut keterangan Ibu pasien, saat pasien berada dalam kandungan, ibu
pasien tidak pernah mengalami sakit. Pasien dilahirkan secara normal di rumah
sakit dan dibantu oleh bidan dan tidak ada penyulit selama proses persalinan.
Pada saat setelah dilahirkan pasien langsung menangis.
2. Masa Anak-Anak Awal (sejak lahir-usia 3 tahun)
Menurut ibu pasien, selama masa anak-anak awal (sejak lahir-usia 3 tahun)
pasien tidak pernah menderita sakit dan tidak mengalami gangguan mental.
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
3. Masa Anak-Anak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Menurut ibu pasien, selama masa kanak pertengahan pasien hanya mengalami
demam-demam biasa. Pasien tidak pernah menderita sakit yang serius. Pasien
tidak pernah mempunyai masalah dengan teman-temannya.
4. Masa Anak Akhir (Pubertas-Masa remaja)
Menurut ibunya, pasien merupakan anak yang pendiam, kurang bergaul dan
memiliki sedikit teman. Pulang sekolah pasien langsung ganti pakaian, makan
dan kemudian menyendiri di kamar.
5. Waktu Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dari TK sampai SMA di Nabire, kemudian pasien
mengikuti sekolah pendidikan polisi di Jayapura.
b. Riwayat kebiasaan
Menurut keterangan dari ibu pasien dan teman kerja pasien, pasien tidak
pernah minum alkohol dan tidak merokok.
c. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
d. Aktivitas sosial
- Menurut ibunya, sebelum pasien sakit, pasien adalah anak yang
pendiam dan susah bergaul, pasien lebih sering menyendiri di rumah,
pasien hanya keluar rumah jika ada teman yang datang ke rumah dan
mengajaknya jalan.
- Menurut teman kerjanya, pasien suka jalan tanpa tujuan menggunakan
pakaian dinas, tidur sembarang, terkadang pasien tidak pulang ke rumah
sampai 2 hari, selama sakit pasien tidak pernah masuk kerja.
e. Keagamaan
Pasien dan seluruh anggota keluarga beragama kristen protestan. Pasien
tidak selalu pergi ke Gereja, pasien pergi jika pasien mau saja.
f. Riwayat hokum
Menurut teman kerjanya, pasien terlibat pemukulan dengan tentara di
Pasar taggal 5 september 2013 dan pasien diamankan dinpolres setempat
untuk menghindari amukan massa dan keluarga korban.
g. Riwayat kehidupan psikoseksual
Pasien sama sekali tidak pernah mengalami masalah psikoseksual.

E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 2 orang kakak
yaitu 1 orang perempuan dan 1 orang laki-laki dan 1 orang adik laki-laki. Dalam
keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa yang sama
seperti pasien yaitu kakak pasien.
Pohon Keluarga :

Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal
: Perempuan : Pasien
: Perempuan meninggal

F. Situasi Psikososial Sekarang


Pada saat ini pasien tinggal dengan di rumah dengan ibunya dan 2 orang
saudaranya. Rumah yang ditempati oleh pasien adalah rumah pribadi yang
ditempati sejak pasien masih kecil.
Pasien belum menikah Pasien bekerja sebagai seorang polisi. Pasien sudah
bertugas menjadi polisi ± selama 6 tahun. Awalnya pasien bertugas di Distrik
Mulia, Wamena selama 5 tahun lebih. Kemudian sejak bulan mei 2013 pasien
dipindahkan ke Polres Nabire karena menunjukkan perubahan tingkah laku di
Wamena ± sejak Desember 2012 .

G. Tanggapan Pasien Tentang Dirinya


Pasien merasa dirinya tidak sakit dan dalam keadaan baik-baik saja, dan pasien
menyalahkan ibunya dengan mengatakan jika ibunya yang sedang sakit.
II. STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Kontak-Raport
Kontak terhadap pemeriksa : saat dilakukan pemeriksaan, pasien lebih
banyak membelakangi pemeriksa dan tidak menatap mata pemeriksa.
Raport Pemeriksa : kurang baik /inadekuat
2. Roman Muka : kesan pasien tampak kesal dan tidak mau diganggu
3. Penampilan
Seorang laki-laki umur 23 tahun dengan tinggi badan  165 cm dan BB 
53 kg, dengan perawakan sesuai usianya, kulit berwarna coklat, berambut
keriting berwarna hitam, bentuk wajah ovale datang dengan menggunakan
baju kaos berwarna abu-abu dan celana pendek berwarna hitam.
4. Kesadaran
Kualitas = Compos Mentis
Kuantitas = GCS 15 (E4V5M6)
5. Perilaku dan Aktifitas Psikomotor
Pasien tampak tenang saat di lakukan pemeriksaan dan cukup kooperatif
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan saat wawancara. Namun pasien
tidak mau mendekati pemeriksa, pasien hanya duduk ditempat tidur dan
membelakangi pemeriksa saat diwawancara. Psikomotor hipokinetik
karena pasien lebih berbaring dan duduk ditempat tidurnya
6. Bicara
Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa secara tidak spontan, dalam hal ini
pasien bicara hanya ketika diberikan pertanyaan (poverty of speech) dan
menjawab secukupnya.

B. Emosi
1. Mood :
Disforik (mood yang tidak menyenangkan)
2. Ekspresi Afektif (Afek) :
Terbatas, penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah darpada
afek yang tumpul tetapi jelas menurun
3. Keserasian
Terdapat keserasian antara mood dan afek.
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : kesan (+) pasien tampak senyum-senyum sendiri.
2. Ilusi (-)

D. Proses Berpikir
1. Bentuk
Dalam kasus ini, kesan pemeriksa bentuk pikiran pasien adalah Autistik.
2. Isi Pikiran : waham (-)
3. Arus : koheren

E. Fungsi Kognitif
1. Orientasi
Orientasi dinilai berdasarkan waktu, tempat, dan orang
 Waktu: Baik, pasien mampu membedakan pagi, siang dan malam.
 Tempat: Baik, pasien tahu dimana ia berada.
 Orang: Baik, pasien mampu menyebutkan peranan orang-orang di
sekitarnya.
2. Memori
 Daya ingat jauh: Baik, pasien masih ingat masa lalunya ketika
masih di sekolah dasar dan mengingat nama orang tuanya.
 Daya ingat masa lalu yang belum lama:
Baik, pasien mampu menceritakan peristiwa penting yang terjadi
pada beberapa bulang terakhir.
 Daya ingat yang baru saja:
Baik, pasien mampu menceritakan kegiatan apa saja yang baru
terjadi sebelum di lakukan pemeriksaan.
 Penyimpanan daya ingat segera: baik, pasien tidak dapat
mengulangi kalimat yang di ucapkan pemeriksa.

3. Kosentrasi dan Perhatian


Pasien mampu menyebutkan hari senin-minggu dengan baik tetapi pasien
tidak mampu menyebutkannya terbalik (minggu-senin) dengan cepat dan
benar.
4. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien mampu membaca tulisan yang ditulis pemeriksa dan mampu
menulis identitasnya.
5. Pikiran Abstrak
Pasien mampu membedakan apel dan jeruk.
6. Kecerdasan dan Intelegensia
Pasien mampu menjawab perhitungan-perhitungan dengan benar yang di
berikan oleh pemeriksa.

F. Pertimbangan dan Tilikan


 Pertimbangan
Baik karena pasien mampu menilai situasi secara benar dan
bertindak secara tepat dalam suatu situasi yang ditanyakan oleh
pemeriksa.
 Tilikan 1
Karena pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Pemeriksaan Fisik
Status Interna
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHG
Nadi : 80 /menit
Respirasi : 16 /menit
Suhu Badan : 36,0 ˚C
4. Kepala/Leher : Rambut hitam, Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-), Pembesaran KGB (-)
5. Thorax : Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : paru-paru:sonor, jantung : pekak
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-), BJ I-II reguler;
6. Abdomen : Inspeksi : Simetris, supel
Palpasi : Nyeri Tekan (-), H/L dalam batas
normal
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Status Neurologis
Refleks Fisiologis : BPR (+/+), TPR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)
Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Schaeffer (-/-), Chaddok (-/-),
Oppenheim (-/-), Gonda (-/-), Gordon (-/-)

B. Pemeriksaan Labortorium
Darah Lengkap : Dievaluasi
Hemoglobin : 13,7 gr/dl
Leukosit : 7,2 x 103
Hematokrit : 35%
Trombosit : 242.000 sel/mm3
DDR : (-)

C. Wawancara Dengan Anggota Keluarga


Nama : Ny. Nelci Yarisetow
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Nabire
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien

Nama : Tn. Yudi Fahlefi


Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Anggota Polres Nabire
Alamat : Nabire
Hubungan dengan pasien : Teman kerja pasien
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki umur 23 tahun dengan tinggi badan  165 cm dan BB  53
kg, dengan perawakan sesuai usianya, kulit berwarna coklat, berambut keriting
berwarna hitam, bentuk wajah ovale datang dengan menggunakan baju kaos
berwarna abu-abu, celana pendek berwarna hitam dan memakai sendal.
Saat berada di rumah sakit dilakukan pemeriksaan fisik: keadaan umum
tenang, kesadaran Compos mentis. Tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, Nadi:
80X/menit, Respirasi: 16X/menit, suhu: 36,0OC, status interna dan pemeriksaan
neurologis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan psikiatri di dapatkan mood disforik, afek terbatas, bicara
poverty of speech. Kesan adanya halusinasi + karena pasien tampak senyum-
senyum sendiri, bentuk pikiran kesan autistik, isi pikiran tidak di temukan adanya
waham, arus pikiran terdapat koheren, tilikan I.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak keluarga
pasien, riwayat pskiatrik dan status mental pasien yang terangkum dalam ikhtisar
penemuan bermakna diatas, tidak ditemukan tanda-tanda atau gejala gangguan
mental organik.
Dari hasil heteroanamnesa dan hasil pemeriksaan status pskiatri, gejala dan
tanda yang dialami pasien serta onset dan perjalanan penyakit pada saat ini
memenuhi kriteria diagnostik F20.1 Skizofrenia Hebefrenik berdasarkan
Pedoman Penggolongan Diagnosis dan Gangguan Jiwa Indonesia III (PPDGJ III).

VI. DAFTAR MASALAH


A. Biologis/Somatik
Tidak terdapat gejala medis umum.
B. Psikologi
1. Mood disforik
2. Afek terbatas
3. Poverty of Speech
4. Bentuk pikiran Autistik
5. Kesan halusinasi +
6. Tilikan 1
C. Psikososial
Dalam hal ini berhubungan dengan kehidupan pribadi pasien yaitu pacar
pasien yang tidak direstui oleh pihak keluarga pacarnya.

VII. EVALUASI MULTIKASIAL


1. Aksial I : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
2. Aksial II : Tidak ada diagnosis
3. Aksial III : (-)
4. Aksial IV : - Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
- Masalah psikososial dan lingkungan lain.
5. Aksial V : GAF 40 - 31

VIII. DIAGNOSIS BANDING


F20.0 Skizofrenia Paranoid

IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia et Bohnam
Ad Fungtionam : Dubia et Bohnam
Ad Sanationam : Dubia et Bohnam

X. RENCANA TERAPI
1. Perawatan di rumah sakit
Risperidon tablet 2 x 2 mg
Thp tablet 3 x 2 mg
CPZ tablet 1 x 100 mg
2. Farmakoterapi
3. Terapi psikosososial

XI. DISKUSI/PEMAHAMAN
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriotating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual bianya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang.
Pedoman diagnostic

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) - “thought echo”= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran berulang, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertions or withdrawal” = isi pikiran yang asing yang masuk
dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya
b) – “ delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “ delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “ delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar ; (tentang dirinya = merujuk ke
pergerakan tubuh/ anggota gerak atau pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus)’
- “ delusional persepsition” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi auditorik :
 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien atau
 Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa ( misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
 Adanya gejala-gejala khas”tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih. (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi terhadap hilangnnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara
sosial.

Diagnosis Kerja Skizofrenia Hebefrenik menurut PPDGJ III


F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Pedoman Diagnostik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
 Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15 – 25 tahun).
 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
 Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases).
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren.
 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak
(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,
sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang
dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Diagnosis Banding
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di Rumah Sakit
Pada pasien ini dilakukan perawatan di Rumah Sakit (rawat inap). Indikasi utama
untuk perawatan di Rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien, keluarga pasien, dan orang-orang disekitar pasien.
2. Perawatan Antipsikotik
- Risperidon
- Chlorpromazin
- Triheksifenidil
3. Terapi Psikososial
Penatalaksanaan psikososial laiinya pada penderita skizofrenia berupa pelatihan
keterampilan sosial dan hidup mandiri, manajemen diri terhadap pengenalan gejala
dan medikasi, fungsi penderita dalam kehidupan sehari-hari, dukungan dari
lingkungan sekitar baik ditempat tinggal maupun tempat kerja pasien.
Monitor efek samping obat:
Gejala Parkinsonisme ( tremor, akinesia) yang dapat diatasi dengan obat anti peroral
(misal, trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari ).

FARMAKOTERAPI
RISPERIDON
- Indikasi : Skizofrenia akut dan kronik serta keadaan psikotik lainnya dengan gejala
halusinasi, delusi, kecurigaan, menarik diri serta sulit berbicara. Meringankan
gejala afekrif seperti depresi, perasaan bersalah serta cemas yang berhubungan
dengan skizofrenia.
- Efek samping : Insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, somnolen, fatigue. Kadang
ditemukan adanya hipotensi ortostatik, refleks takikardi atau hipertensi, serta gejala
ekstrapiramidal.
- Dosis : Untuk dewasa hari pertama 1 mg 2x/hari, hari kedua 2 mg 2x/hari, dan hari
ketiga 3 mg 2x/hari. Dosis optimum adalah 2 – 4 mg 2x/hari. Dosis awal yang
dianjurkan 0,5 mg 2x/hari, dapat ditingkatkan menjadi 1 – 2 mg 2x/hari.
- Interaksi obat : Obat bekerja secara sentral, mempunyai efek berlawanan dengan
levodopa dan agonis dopamin lainnya.

THP (Trihexyphenidyl)
- Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan obat SSP.
- Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi, retensi
urin, takikardia, dilatasi pupil, TIO meningkat, serta sakit kepala.
- Dosis : Parkinsonisme hari pertama 1 mg, hari kedua 2 mg, diberikan 2 – 3x/hari
selama 3 – 5 hari atau sampai tercapai dosis terapi. Pasca ensefalitis 12 – 15
mg/hari. Parkinsonisme akibat obat dosis harian total 5 – 15 mg, pada awal terapi
dianjurkan 1 mg/dosis. Pasien > 65 tahun perlu dosis lebih kecil.
- Interaksi obat : Potensial aksi dengan obat adrenergik lain. Bersifat antagonis
dengan chlorhydria (asam glutamat, betazol)
- Pemberian : Bersama makanan. Berikan sebelum makan jika timbul gejala mulut
kering, atau sesudah makan jika timbul gejala mual/air liur berlebihan. Berikan
pada jam yang sama setiap harinya.
- Perhatian : Penyakit jantung, hati dan ginjal, hipertensi, glaukoma, pria dewasa
kemungkinan hipertrofi prostat.

CHLORPROMAZINE
- Indikasi : Pengobatan umum : neurosis, gangguan SSP yang memerlukan penenang,
anestesia pramedikasi, hipotensi terkontrol, induksi hipotermia dan anti muntah.
Psikiatri : Skizofrenia, psikosis akut dan keadaan maniak akut. Gangguan
skizoafektif dan sindroma paranoid, gangguan perilaku karena terhambatnya
mental.
- Kontraindikasi : Pasien dengan depresi tulang belakang, gagal ginjal danhati yang
berat, hipersensitivitas pada penotiazin, vertigo, sindroma reye, koma yang
disebabkan oleh barbiturat dan alkohol. Jangan digunakan pada bayi < 6 tahun.
- Efek samping : Ikterus, hipotensi postural dan depresi pernapasan, diskrasia darah,
distonia akut, sedatif, gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik sering terjadi.
Dosis tinggi menyebabkan reaksi ekstrapiramidal (kekakuan otot leher, tremor,
kesulitan bicara) dan leukopeni.
- Dosis : Dewasa 10 25 mg tiap 4 - 6 jam, psikosis 200 – 800 mg/hari, anak-anak
0,5 mg/kgBB tiap 4 – 6 jam.
- Interaksi obat : Alkohol, depresan SSP, guanetidin, antikolinergik, propanolol.
- Pemberian : Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI, Sadock,BJ, Grebb,JA. Kaplan- Sadock Sinopis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh Jilid 1. 2010. Tangerang : Binarupa Aksara
Publisher

2. http://image.slidesharecdn.com/ppt05skizofreniapsikosisakut-111109002656-
phpapp02/85/slide-4-425.jpg?1320820595

3. Maslim, Rusdi. Diagnosi Gangguan Jiwa, Rujikan Ringkas PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa. 2001.Jakarta : FK-Unika Atmajaya.
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga.2007. Jakarta : FK Unika Atma Jaya

5. Mims edisi bahasa indonesia Volume 13 2012. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer

Anda mungkin juga menyukai