PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Jelas bahwa di kantornya sendiri seorang ketua akan tampil menjadi komunikator,
dan pada kesempatan itu ia memberikan penerangan, penjelasan, himbauan,
ajakan, dan lain-lain.
1. Komunikasi Internal
2. Komunikasi Horizontal
3. Komunikasi Eksternal
Majalah organisasi
Press release
Pidato radio
Pidato televisi
Film dokumenter
Brosur
Leaflet
Poster
Konferensi pers
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa teori yang mendukung atau bisa digunakan untuk menjelaskan proses
komunikasi organisasional yang dimaksud, yakni information systems
approach (pendekatan sistem informasi), organizational
assimilation/sosialization (sosialisasi organisasional), cultural
approach (pendekatan budaya), dan critical approach to
organization (pendekatan kritis aas organisasi). Teori-teori dengan pendekatan
lain tentu masih ada, namun itulah yang sempat kami catat. Anda pun bisa
menambahkan lagi pendekatan lain yang lebih pas untuk dunia informasi.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK DAN
ORGANISASIONAL KONTEKSTUAL
1. 2. Constellation Models
Teori ini dikemukakan oleh Steven A. Beebe dan Jhon T. Masterson pada tahun
1997. Model kontstelasi dari Beebe dan Materson ini digunakan untuk
menjelaskan suatu kelompok dari persfektif sistem, dengan tujuan agar suatu
kelompok itu berhasil maka ia harus mempertimbangkan semua aspek atau
tepatnya vaariabel yang mungkin terkait dengan kelompok yang bersangkutan,
misalnya aspek pengirim, penerima, aspek pesan, dan juga aspek lainnya.
Dilihat dari segi konsistensinya, teori ini cukup konsisten, yakni adanya
keyakinan bahwa secara normal, suatu kelompok dan juga berfungsinya suatu
kelompok, sangat ditentukan oleh sejumlah keahlian yang tersedia di kelompok
yang bersangkutan, juga bergantung kepada aspek komunikasi dari para
anggotanya.
Double-Interact : “Bagus, mari kita pesan satu dus mie instan untuk pesta nanti
malam.”
Gambaran dialog di atas sangat sederhana. Tidak ada yang kompleks di dalamnya.
Kekompleksannya adalah jika terjadi pada kelompok yang lain, yang anggota-
anggotanya memiliki sifat, kebutuhan, keinginan, dan selera yang berbeda satu
sama lain.
1. 5. Developmental Models
Dikembangkan oleh tim performance model: Drexter/sibber: Forming, stroming,
norming, performing (Tuchman 1965). Model ini membantu menjelaskan atau
meramalkan bagaimana pola dari hubunbgan antara individu dalam kelompok,
atau hubungan antartim keanggotaan dalam kelompok yang diadakannya.
Contoh kasus dalam keseharian kita adalah ketika seorang karyawan baru masuk
ke lingkungan kerja kita, misalnya di perpustakaan, di jurusan keilmuan suatu
perguruan tinggi, atau dimanapun kelompok itu berada, orang baru tadi tentu
banyak mendapatkan arahan tertentudari beberapa orang yang berbeda, baik dari
atasan langsungnya, dari para seniornya, atau dari orang lain yang ada dalam
kelompok tersebut. Orang tersebut memahami bahwa arahan-arahan dari orang-
orang tersebut semuanya masuk akal dan bisa digunakan sebagai patokan
kerjaannya, namun jika semua arahan diterapkan secara sekaligus pada saat yang
bersamaan, akan menimbulkan ketidak cocokan tertentu.
1. 7. Dramatism Theory
Teori ini dikemukakan oleh Kenneth Burke pada tahun 1968. Teori ini mengklaim
bahwa komunikator harus bertindak dan berprilaku seolah-olah ia sebagai aktor
dalam sebuah drama, dimana mereka mencoba mencapai audiens guna menerima
pandangan-pandangan dari mereka tentang kehidupan nyata. Stidaknya ada lima
unsur pokok dalam drama manusia yang serupa dengan model pendekatan kepada
audiens, yakni act/response, scene/situation, agent/seubject, agency/stimulus, dan
purpose/target. Namun, metode ini tidak selamanya bisa diterapakan secara pas
untuk situasi kelompok yang berbeda-beda.
Contohnya, ketika ada tugas kelompok akademik dari dosen tentang pembuatan
suatu usulan penelitian atau makalah ilmiah, maka baik kita sebagai dosen
maupun mahasiswa, bisa menggunakan model analisis perspektif fungsional yang
meliputi empat unsur tersebut.
Berikut adalah bebarapa teori yang mendukung atau yang bisa digunakan untuk
menjelaskan proses komunikasi organisasional yang dimaksud:
Contoh kasusnya. waktu, tenaga, pikiran, dan seluruh potensi yang kita miliki,
tidak mutlak milik organisasi atau lembaga tempat kita bekerja. Ketika kita
sedang berada dikantor atau tempat kerja, potensi kita milik kantor, meskipun
tidak semuanya. Adakalanya kita juga bertindak dan berfikir untuk yang lain. Kita
juga berinteraksi dengan kolega kita bukan tentang pekerjaan saja, melainkan
tentang pribadi kita masing-masing, keinginan kita, kebutuhan kita, hal-hal yang
baik dan buruk mengenai lembaga kita, dan lain-lain. Kebiasaan kita dan budaya
kita ketika di kantor kira-kira seperti itu keadaannya.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa teori yang mendukung atau bisa digunakan untuk menjelaskan proses
komunikasi organisasional yang dimaksud, yakni information systems
approach (pendekatan sistem informasi), organizational
assimilation/sosialization (sosialisasi organisasional), cultural
approach (pendekatan budaya), dan critical approach to
organization (pendekatan kritis aas organisasi). Teori-teori dengan pendekatan
lain tentu masih ada, namun itulah yang sempat kami catat. Anda pun bisa
menambahkan lagi pendekatan lain yang lebih pas untuk dunia informasi.
Contoh-contoh teori yang sudah dijelaskan di ataspada prinsipnya cocok
digunakan untuk menjelaskan kasus-kasus atau permasalahan keseharian dalam
lingkup kelompok kecil baik yang belum terstruktur ataupun yang mengarah
kepada bentuk-bentuk organisasi.
DAFTAR PUSTAKA