Abstract
In this paper surface optimization for the surface roundness has been done by considering
the cutting parameters as cutting speed, feed rate and depth of cut. The experiments were
performed on a CNC lathe, and the materials used for the experiment is steel St.60, with 100
mm length and 1" diameter. For design and optimize the results experiments used Taguchi
method, and to predict the level of significance tests that contribute to the unity of the surface is
done by ANOVA with Minitab 15 software. From this research the optimized values contributing
m mm
as cutting speed 60 /menit, feed 0.2 /rev and depth of cut 0,125 mm respectively. To find out
the extent to which the accuracy of the minimum values of surface roundness, then do
validation on parameter values corresponding to the optimization of the minimum value of the
parameter.
Keywords: roundness, cutting speed, feeding, depth of cut, Taguchi.
101
Proses Bubut terpotong dalam setiap tahap laju
Proses bubut merupakan proses pemakanan (mm)
pemesinan untuk menghasilkan produk-
produk berbentuk silindris yang dikerjakan METODE DESAIN EKSPERIMEN
dengan mesin bubut. Ada beberapa prinsip Desain eksperimen dewasa ini
dasar cara pembubutan, yaitu: mendapat perhatian yang meningkat
1. Bubut rata, dimana gerakan pahat sebagai alat manajemen dengan
sejajar dengan arah sumbu putar benda mengamati, menilai, membanding sifatsifat
kerja. (2). Bubut permukaan, dimana penting suatu produk dengan suatu bentuk
gerakan pahat tegak lurus dengan arah baku. Berbagai prosedur dalam optimasi
sumbu putar benda kerja. (3). Bubut karakteristik mutu suatu produk yang
tirus, dimana gerakan pahat membentuk banyak melibatkan cara sampling dan
sudut tertentu terhadap sumbu benda prinsip statistika, Pengguna utama desain
kerja. (4). Bubut kontur, merupakan eksperimen tentunya ialah perusahaan
pembubutan dengan cara memvariasi industri. Jelaslah sudah bahwa desain
kedalaman potong sehingga eksperimen adalah metode yang tepat guna
menghasilkan bentuk yang diinginkan. meningkatkan mutu produk yang sedang
dikerjakan dan menaikkan keuntungan.
Adapun parameter utama dalam Khususnya hal ini benar karena pada saat
proses pembubutan adalah: ini produk dibuat dalam jumlah besar.
Kecepatan potong (cutting speed = Cs) Secara umum tujuan desain
adalah merupakan jarak tempuh ekaperimen adalah:
pemotongan per satuan waktu, a Menentukan variabel input (faktor) yang
ditentukan oleh jenis benda kerja yang berpengaruh terhadap respons.
dibubut, dan jenis pahat yang digunakan. b Menentukan variabel input yang
Berikut ini adalah tabel kecepatan laju membuat respons mendekati nilai yang
pemakanan berdasarkan material benda diinginkan.
kerja dan material pahat: c Menentukan variabel input yang
menyebabkan variasi respon kecil.
Cs =
pdn
1000
(menit
m ) (1) Hasil eksperimen akan memungkinkan
pemodelan hubungan antara faktor dengan
karakteristik yang sedang diteliti.
Dimana:
Pengetahuan hubungan antara faktor
Cs = kecepatan potong (m/menit)
dengan karakteristik yang sedang diteliti
d = diameter benda kerja (mm)
digunakan untuk memperbaiki mutu produk
n = kecepatan putar benda kerja (rpm)
dan
proses dengan:
Gerak pemakanan (feed rate = f)
a Optimalisasi nilai ratarata karakteristik
merupakan jarak yang ditempuh pahat
produk/proses.
setiap benda kerja berputar satu kali
b Minimasi variasi karakteristik
(mm/menit).
f = n ´ ft ´ Nr( mm
menit
) (2)
produk/proses.
c Minimasi dampak dari variasi yang tidak
dapat dikendalikan [2].
Dimana:
F = gerak pemakanan (mm/menit) Langkah-langkah dalam desain
n = kecepatan putar benda kerja (rpm) eksperimen
ft = feet per teeth (mm) Dalam eksperimen memerlukan tahap-
Nr = Number of teeth tahap penting yang berguna agar desain
mengarah pada hasil yang diinginkan.
Kedalaman pemakanan (depth of cut =
Berikut adalah langkah-langkah melakukan
a) merupakan tebal benda kerja yang desain eksperimen:
102
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 101-108 ISSN 0216-468X
103
Menentukan jumlah level setiap faktor Tabel 2. Faktor dan level yang dipilih
a. Kecepatan potong(cutting speed) dalam pembubutan
Kecepatan potong ditentukan oleh jenis
material dan jenis pahat yang dipakai. Faktor 0 1 2
Berdasarkan table of turning speed (tabel Kecepatan potong (m/min) 45 52.5 60
1), dengan material carbon steel dan Gerak pemakanan 0.1 0.15 0.20
jenis pahat carbide, maka kecepatan (mm/mnt)
potongnya antara 45-60 m/menit. Level kedalaman pemakanan 0.125 0.25 0.375
yang diambil adalah: 45; 52,5 dan 60 (mm)
m/menit
Memilih matriks orthogonal yang dipakai
Tabel 1. Turning Cutting Speed
Matriks standar untuk eksperimen dengan
jumlah level 3 adalah:
4 13 40
L9(3 ), L27(3 ) dan L81(3 ). Matriks
orthogonal yang dipilih adalah matriks yang
memiliki nilai derajat kebebasan sama atau
lebih besar dari nilai derajat kebebasan
eksperimen.
4
Derajat kebebasan untuk matriks L9(3 )
Dimana:
L : rancangan bujur sangkar latin
9 : banyaknya baris atau eksperimen
3 : banyaknya level
4 : banyaknya kolom atau faktor
4
b. Gerak pemakanan (feed rate) Derajat kebebasan L9(3 ) = (banyak faktor) x
Gerak pemakanan yang biasa dipakai (banyak level = -1) = 4 x (3-1) = 8
dalam proses bubut di mesin CNC Bubut Jadi, matriks orthogonal yang dipilih adalah
4
merk F-1 Leadwell adalah antara 0.1 matriks L9(3 )
mm/putaran sampai 0.2 mm/putaran.
Angka tersebut diambil berdasarkan
pertimbangan kemampuan potong efektif
dari material pahat terhadap material Matriks Ortogonal Standar dengan 3
yang dikerjakan, sehingga level yang Level
diambil adalah: 0,1 ; 0,15 dan 0,20 Matriks ortogonal adalah suatu matriks
mm/menit yang elemen-elemennya disusun menurut
baris dan kolom. Kolom merupakan faktor
c. Kedalaman pemakanan (depth of cut) yang dapat diubah dalam eksperimen. Baris
Kedalaman pemakanan yang di ambil merupakan kombinasi level dari faktor
adalah kedalaman yang sering dalam eksperimen. (Soejanto, 2009)
digunakan dalam proses pembubutan di Tabel 3 menunjukkan matrik ortogonal
4
mesin CNC F-1 Leadwell dengan matriks L9(3 ), yang mempunyai 3 faktor
mengambil tiga level yaitu: 0,125; 0,250 dan 3 level.
dan 0,375
104
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 101-108 ISSN 0216-468X
4
Tabel 3. Matriks Orthogonal L9(3 )
H0 : tidak ada pengaruh perlakuan
Nomor Nomor Kolom H1 : ada pengaruh perlakuan paling
Eksperimen 1 2 3 4 sedikit ada satu yang tidak sama.
1 1 1 1 1
2 1 2 2 2 Apabila uji F lebih kecil dari nilai F
3 1 3 3 3 tabel, maka H0 diterima atau berarti tidak
4 2 1 2 3
ada pengaruh perlakuan. Namun jika uji F
5 2 2 3 1
6
lebih besar dari nilai F tabel, maka H0 ditolak
2 3 1 2
7 3 1 3 2
berarti ada pengaruh perlakuan.
8 3 2 1 3
9 3 3 2 1 Pooling up faktor
Basic mark a b ab ab
2 Pooling up dirancang untuk
Assignment A B e C mengestimasi variansi error pada analisis
varians. Pooling up akan mengakumulasi
beberapa variansi error dari beberapa
Analisis Varians (ANOVA) Dua Arah faktor yang kurang berarti.
Analisis varians dua arah digunakan
untuk data eksperimen yang memiliki dua Persen kontribusi
faktor atau lebih dan dua level atau lebih. Untuk mengetahui seberapa besar
Tabel analisis terdiri dari perhitungan derajat kontribusi yang diberikan oleh masing-
kebebasan, jumlah kuadrat, rata-rata jumlah masing faktor dan interaksi, terlebih dahulu
kuadrat, dan F-rasio. Berikut ini adalah dihitung SS¢:
langkah-langkah dalam ANOVA: SS¢Faktor = SSFaktor – MSerror (VV) (4)
105
pada variansi kebulatan. S/N untuk
CI = ± F(0.05:1:4 ´ MSerror ´ n 1 (8)
eff karakteristik yang digunakan adalah
Dimana: semakin kecil semakin baik (Smaller is
CI : interval kepercayaan Better) dimana persamaannya adalah
sebagai berikut:
m prediksi - CI £ m prediksi £ m prediksi + CI
æ1 ö
rasio S / N1 = -10 ´ log ç å y 2 ÷ (9)
HASIL DAN PEMBAHASAN èn ø
Dari percobaan didapatkan data-data Di bawah adalah contoh perhitungan
kebulatan dalam satuan µm (mikron) . dilakukan Rasio S/N pada eksperimen 1 dan
Tabel 6 menunjukkan Rasio S/N
Data hasil Percobaan keseluruhan, dalam hal sebanyak 9
Dari hasil percobaan yang dilakukan, percobaan dengan 2 replikasi.
kemudian dimasukkan dalam Tabel 4.
rasio S / N 1 = -10 ´ log
(134 + 145 + 115)2 = -42.41
seperti di bawah.
3
Tabel 4. Data hasil percobaan
Tabel 6 adalah tabel hasil perhitungan nilai
Exp. Cutting
Feed DOC
Roundness (µm) rasio S/N dari eksperimen 1 sampai
No Speed 1 2 3 eksperimen 9.
1 45 0.10 0.125 134.4 144.8 115.2
2 45 0.15 0.250 171.8 229.0 171.4
3 45 0.20 0.375 228.2 212.6 153.6
Tabel 6. Hasil Perhitungan Rasio S/N
4 52.5 0.10 0.250 142.2 289.4 183.6
5 52.5 0.15 0.375 Replicated
217.8 177.4 169.0 Ex Conditi Ave
6 52.5 0.20 0.125 119.2 92.6 115.2
(µm) S/N
No on rage
7 60 0.10 0.375 165.2 106.6 154.4 1 2 3
8 60 0.15 0.125 77.2 86.0 98.4 1 n1; f1;
134 145 115 131.5 -42.41
9 60 0.20 0.250 103.2 116.4 117.6 a1
2 n1; f2;
172 229 171 190.7 -45.70
Anova a2
Untuk mencaari ANOVA di gunakan 3 n1; f3;
perangkat lunak Minitab 15. Tabel 5 di 228 213 154 198.1 -46.05
a3
bawah menunjukkan nilai F dan P uji 4 n2; f1;
kontribusi dari parameter potong secara 142 289 184 205.1 -46.62
individu. a2
5 n2; f2;
218 177 169 188.1 -45.54
Tabel 5. Nilai F dan P Uji kontribusi a3
6 n2; f3;
119 92.6 115 109 -40.80
Source Seq Adj a1
DF F P
SS SS 7 n3; f1;
Cutting 165 107 154 142.2 -43.19
2 19334 19334 8.30 0.002 a3
Speed 8 n3; f2;
Feed Rate 2 1936 1936 0.83 0.450 77.2 86 98.4 87.2 -38.85
a1
Depth of
2 24412 24412 10.48 0.001 9 n3; f3;
cut 103 116 118 112.4 -43.03
Error 20 23301 23301
a2
Total 26 68983
Menghitung pengaruh level dari faktor
tehadap kebulatan
Menghitung Rasio S/N Perhitungan nilai rasio S/N kebulatan
Data yang ada kemudian melalui kombinasi level dari masing-masing
ditransformasikan ke dalam bentuk rasio faktor sebagai contoh dapat dilihat di bawah
S/N untuk mencari faktor yang berpengaruh ini
106
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.2 Tahun 2013: 101-108 ISSN 0216-468X
107
sehingga didapatkan nilai kebulatan sebagai DAFTAR PUSTAKA
hasil akhir.
[1] Rochim, Taufiq, 1994, Spesifikasi
Tabel 9. Nilai konfirmasi Geometris Metrologi Industri & Kontrol
Kualitas, KBK Teknik Produksi, Jurusan
Sampel kebulatan Teknik Mesin, FTI-ITB, Bandung.
1 60.2 [2] Vandenbrande, Willy. 2005. Perbaikan
2 58.3 Kualitas Pada Perancangan. Bandung,
3 59.1 ITB Bandung.
Rata-rata 59.2 [3] Rochim, Taufiq, 1997, Teori & Teknologi
Proses Pemesinan, Higher Education
Jadi nilai rata-rata kebualatan adalah Development Support Project, Teknik
59.2 µm dan nilai prediksi kebulatan 59.81 Produksi, Jurusan Teknik Mesin, FTI-
µm. ITB, Bandung.
59.81 - 59.2 [4] Boothroyd, G., (1975), Fundamental of
jadi Nilai Deviasi = = 1.02% Metal Machining and Machine Tool,
59.81 Hemissphre Publising Co.
[5] Montgomery, DC., and Peck, E.A.,
Di sini terlihat perbedaan minimum dari 1982Introduction Linear Regression
nilai diprediksi dan yang diamati nilai dari Analysis, New York.
percobaan konfirmasi ini adalah sebesar [6] Soejanto, Irwan, 2009, Desain
1.02% Eksperimen Dengan Metode Taguchi,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
KESIMPULAN
108