Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pembangunan melalui pembiayaan kepada masyarakat merupakan

pembangunan ekonomi sebagai dari tujuan bangsa-bangsa di muka bumi guna

mensejahterahkan warga negaranya. di Indonesia pembangunan ekonomi yang

menjadi salah satu bentuk tujuan agar masyarakat adil dan makmur, berdasarkan

Pancasila dengan Undang-Undang Dasar 1945 Dalam mewujudkan, memelihara,

dan meneruskan pembangunan yang berkeseimbangan bagi para pelaku

pemerintah maupun masyarakat, baik seluruh para pihak yang ikut serta dalam

pembangunan perekonomian di Indonesia memerlukan dana yang sangat besar.

Didalam era pembangunan ekonomi ini poros masyarakat tidak terlepas dari

berbagai kebutuhan, yang pada umumnya sebagai makluk sosial tidak dapat hidup

sendiri, tetapi sangat membutukan peran orang lain, Tetapi seseorang tidak dapat

memenuhi kebutuhannya sendiri, dia membutuhkan bantuan dari pihak lain.

Dalam kasus seperti itu, tidak jarang timbul hutang dan pinjaman yang pada

akhirnya menggalang dana tambahan, terutama dalam iklim perekonomian saat

ini.

Pelaku usaha tidak terlepas dari jasa bank dan lembaga keuangan yang

menjadi partner dalam pengembangan dan kemajuan usahanya. Mode kerjasama

antara perusahaan jasa keuangan dan perbankan harus dilakukan secara

terkoordinasi, berdasarkan standar yang tinggi di antara keduanya. Pembentukan

aturan kepercayaan antara lembaga keuangan dan bank, serta antara operator

komersial, harus didukung oleh undang-undang final untuk membangun logika


hukum antara lembaga keuangan, kredit dan pelanggannya. Kegiatan pinjam-

meminjam berkaitan dengan persyaratan dalam memenuhi kelayakan pelaksanaan

jaminan (Bahsan, 2015:3).

Elemen kunci dari konsolidasi hutang adalah kepercayaan dalam arti

keyakinan kreditur bahwa pihak peminjam (debitur) dapat memenuhi apapun

yang akan disepakati nanti. Untuk memiliki kepercayaan dan keyakinan tersebut,

harus ada perintah dan sejauh mana konsep utang itu terpenuhi. Bagi masyarakat

yang membutuhkan uang dari pihak luar akan mengajukan permohonan

pendanaan yang disebut pinjaman lembaga, baik pinjaman bank maupun pinjaman

non bank. (Disebut kredit). Entah itu lembaga keuangan atau bank atau ketika

klien memberi uang, mereka benar-benar membutuhkan jaminan atau keamanan.

Debitur merupakan tindakan yang tidak asing lagi bagi masyarakat kita saat

ini. Debitur dipegang tidak hanya oleh orang-orang dengan perekonomian yang

lemah, tetapi juga oleh orang-orang dengan perekonomian yang relatif baik.

Hutang diberikan terutama atas dasar integritas atau kepribadian debitur, yaitu

seseorang yang menimbulkan rasa percaya diri kepada kreditur bahwa debitur

akan melaksanakan kewajiban pembayarannya dengan baik. Dimungkinkan untuk

memberikan kredit dari biro kredit untuk memberikan jaminan dan keamanan atas

objek yang dijamin oleh klien. (Anton Suyatno, 2016:77).

Namun, terkadang situasi keuangan seseorang tampak baik-baik saja, yang

tidak menjamin bahwa situasi keuangannya akan tetap sama ketika pinjaman

dilunasi. Dalam hal pemberi pinjaman (pemberi pinjaman) mendapatkan uang

mereka, ini bukan hanya tentang kepercayaan diri, ini juga tentang keamanan.
Dengan demikian, meminjam dan meminjamkan tanpa kepercayaan saja bisa

mahal, terutama jika itu mahal bagi pemberi pinjaman sebagai pemasok/produsen

jika gagal meminjamkan.

Namun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perkembangan ekonomi

masyarakat Indonesia saat ini dan tumbuhnya hutang memerlukan suatu bentuk

keamanan finansial dimana masyarakat membutuhkan pinjaman yang terjamin.

Seiring berjalannya waktu yang meningkatnya aktifitas pembangunan, dan

meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan yang sebagian besar diperlukan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer maupun skunder. Kegiatan

pengembangan dan pembangunan nasional tidak terlepas dari kegiatan

pembangunan ekonomi. Adanya aktivitas ekonomi dapat ditunjukkan melalui

pergerakan roda ekonomi antara masyarakat dengan dunia usaha (Huru, 2019).

Kegiatan ekonomi dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah

permodalan, khususnya dalam dunia ketenagakerjaan. Kekuatan permodalan

masyarakat berdampak signifikan terhadap kesanggupan masyarakat dibidang

dunia usaha guna meningkatkan modal melalui penyaluran kredit.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pinjaman adalah sesuatu

yang pembayarannya ditangguhkan atau ditempatkan sesuai dengan kesepakatan

dan pengaturan antara masing-masing pihak. Penggunaan uang bagi pemberi

pinjaman (lender) tidak hanya didasarkan pada kepercayaan, tetapi juga pada

agunan. Oleh karena itu dalam hal pinjam-meminjamkan uang, jika tidak hanya

mengandalkan (trust), tentunya akan ada konsekuensi terutama bagi pemberi

pinjaman, karena pihak yang akan memberikan, dan sebaliknya debitur akan
memberi sesuatu bentuk yang bernilai dan sesuai dengan besarnya pinjaman yang

diajukan menurut hemat kreditur. Sementara itu, untuk memenuhi keperluan

masyarakat, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan hutang didalam masyarakat

Indonesia modern memerlukan suatu system keamanan finansial dimana

masyarakat membutuhkan pinjaman yang terjamin. Oleh karena itu, pemerintah

harus berperan dalam menciptakan hukum ekonomi yang kuat (D. Y. Witanto,

2015:44).

Kami yakin bahwa pasar tidak akan melalui aturan ekonomi yang keras.

Kegagalan pasar disebabkan oleh dukungan hukum yang tidak memadai, sehingga

pasar tidak dapat beroperasi untuk kepentingan masyarakat umum. Keberadaan

berbagai lembaga keuangan nasabah memberikan dampak yang signifikan

terhadap kenaikan dan perkembangan ekonomi penduduk, spesifiknya pada

penduduk usia muda. Mengkoordinasikan kebutuhan masyarakat untuk

memastikan keamanan sebagai alat pengembangan bisnis dan kepercayaan hukum

pada pemangku kepentingan

Keamanan yang dapat diandalkan telah digunakan sebagai salah satu bentuk

kekuasaan di Indonesia sejak jaman Belanda. Metode penjaminan ini banyak

digunakan dalam proses mendapatkan dan menerima pinjaman, karena proses

pendanaannya sederhana, mudah dan cepat, tetapi tidak menjamin legalitas.

Berlakunya Undang-Undang Fidusia no 42 tahun 1999 mengatur tentang hak dan

kewajiban debitur dan kreditur untuk mendapatkan agunan dan pinjaman. Oleh

karena itu salah satu ciri hak milik, hak untuk mengikuti pemilik properti,
memberikan kesempatan kepada pemberi pinjaman jika orang tersebut memiliki

hak untuk memilikinya.

Memungkinkan pemberi pinjaman untuk mengelola pinjaman bilaman

sidebitur tidak malaksanakan kewajibannya dengan menerbitkan sertifikat oleh

kreditur membuat legal secara aturan yamng berlaku. Setelah UU Penjaminan

diberlakukan dengan benar, diharapkan UU ini sebagai terobosan bagi para

pelakku ekonomi dan penjamin yang aman dan berjangka panjang akan

memainkan peran penting sebagai penjamin dan mau tidak mau akan terlibat

dalam reformasi hukum. Namun, fokus reformasi hukum ini adalah bagaimana

dapat mempercepat kinerja perekonomian sebagai tujuan pembangunan ekonomi

melalui upaya praktis pembangunan ekonomi dengan penerapan ekonomi yang

adil dan transformasi ekonomi (Suadi, 2019:9).

Penjaminan adalah pembaharuan atau perolehan kontrak material yang akan

mengikat mereka untuk memenuhi ketentuan Pasal 4 UU No. 42 tahun 1999

tentang jaminan berikutnya dari fidusia yang memuat perjanjian pokok

merupakan perjanjian ikukan dari fidusia yang membuat kewajiban bagi pelaku

untuk melakukan sesuatu. Agar tidak terjadinya celah hukum yang menimbulkan

pertentangan maka para pelaku kreditur harus memgikuti keharusan didalam Pasal

5 UU No 42 tahun 1999, dengan sertifikat dan jaminan keamanan. Pendaftaran

jaminan adalah kewajiban pemberi pinjaman atas barang apa pun dengan

kewajiban jaminan yang diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang tentang Jaminan

fidusia.
Ada beberapa prinsip jaminan fidusia, yang mungkin tidak dengan prinsip-

prinsip ini bertentangan. Prinsip jaminan rahasia yang terdapat dalam undang-

undang tentang jaminan fidusia adalah asas khusus, asas likuidasi, asas jaminan

fidusia, yang baru dapat diterapkan setelah penjamin dilaksanakan, yaitu asas

kinerja. Prinsip prioritas kepatuhan pada prinsip keamanan fidusia kepatuhan pada

benda prinsip benda yang djamin adalah benda bergerak juga tidak bergerak yang

tidak membebankan kewajiban apa pun pada hipotek, dan prinsip yang Anda sewa

mungkin tidak tunduk pada jaminan kepercayaan. Penggunaan aturan hukum yang

berlaku untuk dimunculkan sebagai struktur pengamanan ditujukan untuk

memenuhi keinginan masyarakat khususnya mengatasi kesulitan masyarakat

khususnya pengusaha yang ingin menjadikan benda jaminan (Pratama, 2020).

Dalam kasus-kasus berikut ini benda yang menjadi jaminan berupa barang

bergerak dan tidak bergerak sebagai agunan pinjaman, contoh barang bergerak

kendaraan sepeda motor, namun jaminan ini hanya menjadi pengalihan hak milik

sementara selama kewajiban dilaksanakan hingga selesai pada ketentuan bersama,

namun benda jaminan tetap berada dalam penguasaan si pemilik jaminan tersebut.

Dengan demikian keberadaan lembaga pembiayaan untuk mengatasi sulitnya

masyarakat memperoleh pinjaman yang aman melalui pembentukan kepastian

UU. Namun dengan terbentuknya aturan ini masih banyak pihak yang tidak

menerapkan isi UU sehingga menimbulkan masalah yang membuat salah satu

pihak dirugikan atau terlanggarnya hak-hak dari mereka yang mengikatkan diri

dalam perjanjian. Jaminan merupakan sesuatu yang diberikan atau pengalihan hak
kepemilikan kepada pemberi pinjaman untuk memastikan bahwa penerima

pinjaman akan melaksanakan kewajiban keuangan yang timbul dari perjanjian.

Pemberi pinjaman, namun pada kenyataannya, Indonesia memiliki tempat

yang sangat besar dalam dunia pembiayaan. Sesuai dengan program pemerintah

untuk memajukan perekonomian maka lembaga pembiayaan sangat berperan

untuk menyalurkan pinjaman kepada kelompok yang kurang mampu secara

ekonomi dan usaha kecil, yang merupakan bagian penting dari pembangunan

ekonomi nasional, dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat dalam

bentuk modal kerja dan pinjaman konsumen. Pinjaman usaha diberikan kepada

peminjam untuk mendapatkan manfaat dari hutang tersebut, seperti modal awal,

tambahan modal atau manfaat lain yang terkait dengan pengajuan hutang, dan

pinjaman konsumen diberikan kepada peneri pinjaman untuk memenuhi

kebutuhan mereka. Sebagian besar pemberi pinjamannya adalah pengusaha kecil

dan menengah

Dalam sistem kepercayaan ini, penerima hipotek menjamin posisi kreditur

dengan debitur, yang terkait dengan kepercayaan, yang berarti kepemilikannya

terbatas. Jika pemberi pinjaman gagal memenuhi kewajibannya, pemberi

pinjaman menjaminnya karena agunan didasarkan pada bentuk hak milik, pemberi

pinjaman dapat melakukan banyak fungsi pemilik, seperti mengontrol kepastian

benda jaminan. karena kreditur yang mendapatkan hak dari pemilik bukanlah

pemilik dari harta yang dijaminkan, tetapi yang mengaturnya, dan dikuasai oleh

debitur. (Hidayat & Soegianto, 2019).


Oleh karena itu, kreditur adalah pihak yang berkepentingan, tetapi

kemampuan untuk memberikan jaminan tergantung pada utang tersebut dan ia

harus memiliki hak untuk mengontrol agunan tersebut agar tetap aman. Dalam hal

ini, menjadi kreditur utang dilakukan dengan cara menerima perjanjian pinjaman.

Perjanjian pinjaman dibuat secara manual dan bentuk perjanjian adalah standar

yang ditetapkan oleh pemberi pinjaman. Perjanjian tersebut memberikan rincian

para pihak, jumlah hutang, jangka waktu hutang, jumlah bunga, dll, serta Jenis

asuransi lainnya adalah keamanan. Keamanan benda jaminan diatur dalam

kontrak, sehingga perjanjian pinjaman harus diselesaikan terlebih dahulu, baru

perjanjian jaminan. Selain sertifikat fidusia, perusahaan asuransi lain, yaitu Hak

Tanggungan, juga digunakan, tetapi untuk meningkatkan keamanan jaminan

tersebut.

Keberadaan perusahaan asuransi dirancang untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, mengatasi kesulitan masyarakat khususnya pengusaha yang ingin

meminjam, untuk mengasuransikan barang atau aset yang dapat diperoleh dari

format tersebut. Namun dalam perkembangan selanjutnya, setiap orang yang

menjadi debitur tetap dibawah penguasaannya property tersebut, setelah mendapat

pinjaman, mereka dapat menggunakan aset tersebut untuk melanjutkan usahanya.

(Abdullah, 2016).

Kurangnya debitur dalam melaksanakan kewajibannya memungkinkan

kendala mencicil pinjaman yang telah disepakati, misalnya penundaan di tempat

kerja, penolakan pembayaran yang disengaja oleh debitur, kegagalan untuk

membayar secara efektif, debitur meninggal, hipotek rusak parah atau hilang. Jika
gagal bayar lebih awal karena kerusakan atau kehilangan agunan, nasabah

diwajibkan untuk menggantinya dengan jaminan baru dan harus membayar

kembali setiap saat sampai pinjaman dilunasi. Kebangkrutan karena sakit atau

kematian peminjam tidak membatalkan kewajiban untuk terus melunasi

hutangnya. Pasangan atau ahli waris masih harus membayar utangnya. Untuk

nasabah yang tidak ingin membayar atau tidak dapat mencicil, maka proses

penyelesaian utang dilakukan pada saat penarikan penjaminan dilaksanakan.

Dalam Pasal 29 UndangUndang 42 Tahun 1999, terdapat 3 (tiga) cara untuk

melaksanakan jaminan fidusia, sebagai berikut: (1) Dalam hal debitur tidak dapat

melaksanakan prestasinya yang tidak menjanjikan, maka pelaksanaan perkara

yang menjadi subyek jaminan fidusia dapat dilakukan oleh Sebuah hak yang dapat

diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 oleh penerima fidusia.

b) penjualan barang-barang dengan jaminan kepercayaan di tangan kewenangan

kreditur atas ketidak mampuannya debitur melalui pelelangan umum dan

penagihan piutang dari hasil penjualan; c) Penjualan barang jaminan yang

dilakukan atas dasar kesepakatan antara peminjam dan pemberi pinjaman, dengan

cara harga tertinggi yang dapat diperoleh untuk menguntungkan para pihak. (2)

Penjualan sebagaimana dimaksud dalam bagian 1 huruf c akan dilakukan setelah

jangka waktu 1 bulan sejak dikompirmasi oleh pemberi pinjaman dan pemberi

telah memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang berkepentingan dan

setidaknya dua kali telah diberitahukan dikoran yang beredar di daerah yang

bersangkutan. Konsekuensi yang didapat debitur akibat tidak terlaksanannya

prestasi maka dari mendaftarkan sertifikat yang dilakukan kreditur disebut fidusia
membuat kokohnya proses pengambilan barang jaminan tanpa bertentangan

dengan aturan hukum. Oleh karena itu, jika debitur setiap saat melakukan

pelanggaran kepercayaan, pemberi pinjaman tidak memiliki hak untuk

mengusulkan likuidasi hasil penjualan jaminan, hanya posisi kreditur tunggal.

Ketika debitur tidak dapat melakukan prestasi sebagaimanamestinya, dalam hal

ini terdapat hutang yang harus dilunasi maka dilakukan dalam bentuk eksekusi,

hal tersebut memerlukan benda jaminan, pengambilan dilakukan langsung oleh

beberapa pihak yang melakukan eksekusi dengan jaminan tanpa melalui perintah

pengadilan. Kasus pengambilan benda yang menjadi agunan tidak di dasari

adanya pendaftaran sertifikat fidusia dan tidak tercatat maka penerapan yang ada

pada pasal 29 tidak dapat dilakukan dengan argumentasi melanggar uu yang

berlaku.

Pada dasarnya jaminan atas utang bergantung pada kepercayaan antara para

pihak dan kemampuan yang berhutang untuk melakukan pembayaran sampai

selesai berdasar pada analis si pemberi hutang. Pemberi pinjaman percaya bahwa

si penerima mampu untuk berutang atas fakta-fakta yang dilakukan kreditur

berdasarkan survey terhadap debitur agar tidak terjadi hal yang mengakibatkan

kerugian pemberi pinjaman. Untuk perlindungan kreditor yang tidak mengatur

jaminan palsu, lahirnya jaminan kepercayaan sangat terkait dengan pendaftaran

dokumen tersebut, yang merupakan contoh dari prinsip deklarasi jaminan. Dalam

hal ini hasil dari banyak fakta di lapangan terkait dengan implementasi tidak

sesuai dengan dokumen preferensi yang ditentukan (Bahsan, 2015:52).


Didalam jaminan kepercayaan atau fidusia menjadikan sesuatu benda untuk

dijaminkan bukan berarti benda itu kemudian diberikan kepada pemberi hutang

melainkan benda tetap berada dalam kekuasaan debitur dengan pengawasan yang

dilakukan kreditur. Kegiatan pemberian modal kepada konsumen sebenarnya

memiliki landasan hukum dalam peraturan perundang-undangan yang mampu

untuk mendukung industri keuangan sehingga dapat mengantisipasi dangan

mengatasi permasalahan yang muncul. Masalah diantara konsumen dangan

lembaga keuangan seringkali muncul karena perbedaan pendapat hukum.

Posisi penjaminan dalam hubungan perdata sama pentingnya dengan

keberhasilan fundamental yang disepakati karena posisi penjaminan merupakan

upaya untuk mendapatkan penggantian (pelunasan) jika kewajiban utama tidak

dipenuhi oleh debitur, selain untuk menjamin utang dan juga kewajiban kerja.

dalam praktiknya, perlu juga memiliki nilai yang sama dengan atau lebih besar

dari nilai kewajiban yang ditanggung oleh pemberi pinjaman. Pinjaman dapat

dilakukan oleh siapa saja yang sesuai dengan syarat dan ketentuan pada masing-

masing kreditur juga harus seimbang pengajuan yang dilakukan debitur dengan

jaminan yang ditujukan.

Setelah ketentuan syarat terpenuhi serta kesepakatan tercapai maka pihak

yang berutang berkewajinban untuk melakukan seluruh kewajiban yang telah di

setujui/sepakat kedua pihak pada waktu yang ditentukan kreditur. Jika perjanjian

berjalan dengan baik maka tidak ada masalah untuk dibahas juga tidak akan

merasa relevan untuk membicarakan jaminan, karena apa yang disepakati dapat

berjalan dengan lancar, tetapi jika di tengah kemudian hari debitur mengalami
gangguan dan tidak lagi dapat menepati janjinya itu penting sebab akan timbul

masalah dalam penyelesaian utang tersebut. Pemikiran tentang keamanan,

nyatanya tidak hanya jenis dan posisi agunan saja yang mempengaruhi sejauh

mana penerima pinjaman mengembalikan dana yang diberikan kepada penerima

pinjaman. Jaminan hutang yang baik adalah jaminan yang dapat memposisikan

posisi kreditur sebagai pihak yang dapat menerima pelunasan penuh atas semua

rekomendasi dengan mudah dan bebas tanpa campur tangan pemberi pinjaman

lain. Jaminan hutang tidak membebankan kewajiban tertentu kepada debitur,

seperti kewajiban memelihara dan memperbaiki aset, membayar pajak, dan

sebagainya. Jika penerima pinjaman buruk dan telah menerima surat peringatan

yang tepat, jaminan hutang harus diberlakukan dengan menggunakan pola

penyitaan benda jaminan.

Untuk mendapatkan jaminan fidusia, benda bergerak yang dijamin harus

didaftarkan ke kantor jaminan fidusia untuk mendapatkan sertifikat jaminan

fidusia untuk melakukan pendaftaran elektronik. Namun, terkadang kreditor yang

mendapat jaminan kepercayaan tidak melakukan apa yang menjadi kewajibannya

untuk mendaftarkan jaminan kepercayaan. Bentuk wanprestasi atau janji yang

tidak dipenuhi bisa berupa ketidak mampunya debitor melakukan pembayaran

atas utang pinjaman, pembayaran, tapi terlambat, dan sebagainya. (Hadi, 2020).

Tentunya dengan tidak adanya pembayaran tersebut akan menimbulkan biaya

kerugian bagi kreditor, oleh karena itu kreditor harus mengejar tujuan yang

kredibel.
Penggunaan jasa penagihan utang oleh kreditor terkadang menimbulkan

masalah baru bagi kreditor dan debitur. Sebab, cara kreditor melakukan penarikan

benda jaminan serikali menggunakan jasa kolektor yang identic terhadap

kekerasan, intimidasi, bahkan perampasan jaminan memaksa, menbuat debitor

tidak nyaman dengan cara-cara yang melanggar aturan hukum tanpa

memperhatikan sejumlah prestasi debitur. Untuk itu, guna menghindari sengketa

berlarut-larut antara kreditor dan debitur antara kedua belah pihak, polisi

mengambil keputusan berupa memastikan penerapan penjaminan yang dapat

diandalkan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Kementerian Dalam Negeri.

Angka 2011 sehubungan dengan pelaksanaan jaminan fidusia. Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah alat negara yang misi dan tanggung jawabnya adalah

memelihara keamanan dan ketertiban umum, memelihara hukum dan ketertiban,

melindungi, membela, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Dengan demikian, para pihak yang berkepentingan yang telah mengikatkan

dirinya untuk mengadakan perjanjian dengan adanya system jaminan. Pemberi

jaminan mempunyai kewajiban dalam melaksanakan apa yang menjadi

kewajibannya. Kemudian, pemegang hak jaminan diberi kewenangan dan hak

untuk melindungi serta memelihara jaminan yang dititipkan oleh pemberi

jaminan. Apa bila salah satu diantaranya terdapat perbuatan tercelah yang oleh

pihak lain dirugikan, maka dapat menuntut ganti kerugian yang dialaminya sesuai

ketentuan yang berlaku.

Bilamana proses eksekutorial tidak di sertai akta fidusia maka pihak

eksekutor harus menunjukan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.


Namun dalam hal eksekutorial tidak didasari akta fidusia atau putusan pengadilan

maka eksekutorial tidak dapat terlaksana sebagai mana mestinya. Dengan

demikian, dalam penelitian ini penulis tertarik mengulas dengan judul “Analisis

Eksekusi Jaminan Fidusia Yang Tidak di Daftarkan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan apa yang penulis uraikan diatas, terdapat sejumlah

permasalahan yang menjadi, namun disini mengindentifikasi pada persoalan yang

acapkali muncul terjadinya:

1. Maraknya perampasan barang/benda milik penerima pinjaman/pemohon yang

pokoknya adanya keterlambatan pembayaran pinajaman/kredit kepihak

kreditur.

2. Sering terjadinya permasalahan terkait jaminan yang diberikan oleh

pemohon/debitur dalam melakukan peminjaman memuat akibat hukum dari

tidak di daftarkannya fidusia.

1.3. Batasan Masalah

Berkaitan dengan uraian diatas, tidaklah secara menyeluruh mengkaji

permasalahan secara detail akan tetapi berfokus pada:

1. menyangkut pengaturan pada akibat hukum pelaksanaan eksekutorial yang

tidak didasari oleh akta fidusia. Kajian komprehensif tentang penerapan

jaminan dilakukan terutama pada masalah manfaat agar tidak menimbulkan

masalah.
2. Pendaftaran jaminan dimaksudkan untuk menjamin keyakinan hukum, salah

satunya adalah keaslian pemberian amanah apabila debitur tidak dapat

memenuhi kewajibannya.

1.4. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan pokok permasalahan

yang akan di kaji dalam skripsi ini diantaranya :

1. Bagaimana kreditor dalam melaksanakan eksekusi jaminan yang tidak

didaftarkan?

2. Bagaimana akibat hukum terhadap pelaksanaan eksekutorial objek jaminan

fidusia dibawah tangan?

1.5. Tujuan Penelitian

Berikut tujuan dari penelitian ini sebagai pengetahuan diantaranya yakni:

1. Dalam mengetahui bentuk eksekusi jaminan fidusia yang tidak didaftarkan.

2. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap pelaksanaan eksekutorial objek

jaminan fidusia dibawah tangan.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap untuk dapat memperoleh pemahaman serta memberikan

manfaat bagi para pembaca dalam mengetahui pengaturan yang memuat

terdaftarnya jaminan fidusia guna perlaksanaan eksekutorial sesuai hukum yang

berlaku (Soekanto, 2015:110).

1.6.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis di dalam penelitian ini disampaikan sebagaimana berikut:


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadp Otoritas Jasa

Keuangan dalam menjalankan fungsinya sebagai pengaturan dan pengawas

dari kegiatan jasa keuangan di sector perbankan, sector pasar modal, dan sektor

IKNB (Indutri Keuangan Non Bank).

2. Universitas Putera Batam

Sebagai bagian yang mampu berfungsi untuk lembaga sosial kontrol dengan

sistem pendidikan formal yang berjalan diharapkan dapat memberikan gambaran

dan sumbangsih pemikiran logis yang berkaitan dengan pembahasan pendaftaran

dan pelaksanaan eksekutorial jaminan fidusia. Penelitian inipun diharapkan dapat

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang mendalam bagi mahasiswa.

3. Bagi peneliti

Berharap dapat menjadi bahan masukan dalam bidang hukum perdata serta

dapat dijadikan pedoman bagi praktisi hukum, dosen pengajar, mahasiswa

maupun pihak yang berkepentingan dalam pemberian jaminan fidusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori

Teori diperuntukkan dalam menjelaskan dan menerangkan apa yang

menjadi masalah spesifik atau proses tertentu terjadi. Teori, skripsi mengenai

sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan pendapat serta menjadi

perbandingan, pegangan teoritis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,


maka kerangka teori di arahkan secara hukum. Dalam mengkaji dan menganalisis

permasalahan terkait perlindungan hukum bagi debitur terhadap pelaksanaan

penarikan/eksekusi jaminan fidusia yang tidak di daftarkan yang merupakan

perjanjian di bawah tangan sebagaimana dalam ketentuan aturan hukum.

2.1.1. Kepastian Hukum

Menurut Utrecht, kepastian hukum memiliki dua definisi: adanya aturan

umum yang memungkinkan masyarakat mengetahui tindakan mana yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, dan kedua, yang menentang penyalahgunaan oleh

pemerintah. Itu ada dalam bentuk kepastian hukum. Anda dapat mengetahui apa

yang dapat Anda kenakan untuk individu.

Ajaran keamanan hukum ini didasarkan pada ajaran doktrinal hukum yang

dimulai di Sekolah Berpikir Positif dalam dunia hukum. Ajaran ini cenderung

memandang hukum sebagai otonom dan mandiri. Itulah mengapa hukum bukan

untuk mereka yang mengikuti ide ini. Ini lebih dari sekumpulan aturan. Tujuan

dibuatnya undang-undang bagi pengikut sekolah ini adalah untuk menjamin

kepastian hukum. Kepastian hukum dijelaskan dalam sifat hukum, yang hanya

menciptakan aturan umum hukum. Sifat umum norma hukum menunjukkan

bahwa tujuan hukum itu pasti daripada untuk mencapai definisi atau

kepentingannya.

Berbicara mengenai perlindungan hukum merupakaan salah satu unsur

terpenting dalam suatu negara karena ketika suatu negara terbentuk maka

seiringan dengan terbentuknya pula hukum yang mengatur warga-warganya.

Hampir setiap orang terlahir secara alamiah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
(YME) yang menikmati hak-hak dasar, seperti kebebasan, hak untuk hidup, hak

atas perlindungan dan sebagainya. (Sudikmo Mortokusumo, 2018:79).

Sertifikasi hukum digunakan untuk menentukan apakah sejumlah undang-

undang yang mengatur lembaga perbankan, lembaga keamanan tepercaya, dan

semua undang-undang dan peraturan yang berlaku memberikan keamanan,

informasi, dan pengungkapan, dalam terang masyarakat umum, terutama kegiatan

bisnis. Tentang apa yang harus dilakukan . lakukan apa yang seharusnya tidak

kamu lakukan. Konsep penegakan hukum digunakan untuk melihat apakah

berbagai aturan yang mengatur lembaga perbankan, keamanan yang dapat

diandalkan, dan semua peraturan perundang-undangan yang ditetapkan

memberikan keamanan penuh, verifikasi, pembatasan, dan informasi yang

komprehensif bagi masyarakat secara keseluruhan, terutama bagi para pengusaha

yang melakukannya. aktivitas bisnis mereka dalam hal apa yang seharusnya dan

tidak boleh mereka lakukan, tentunya dibandingkan dengan aktivitas bisnis

lembaga perbankan.

2.1.2. Perlindungan Hukum

Satjipto Raharjo menjelaskan tentang perlindungan hukum yang menjamin

perlindungan hak asasi manusia (HAM) yang merugikan orang lain dan

perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat menjalankan

semua hak hukumnya. Legislasi dapat berupaya memberikan perlindungan yang

tidak hanya fleksibel dan fleksibel, tetapi juga dapat ditegakkan. Salah satu

perlindungan hukum yang diberikan Negara melalui dikeluarkannya UUJF.

Dengan diberlakukannya pendaftaran fidusia, maka akan diterbitkan akta jaminan


fidusia yang memiliki kekuatan hukum yaitu kekuatan eksekutorial yang

mengikat bagi para pihak yang mana kekuatan hukum tersebut layaknmya

keputusan pengadilan (Satjipto Raharjo, 2000:53).

Jika tujuan yang dimaksudkan adalah misi wali amanat, maka makna

mencapai tujuan tersebut adalah secara efektif melaksanakan rencana atau acara

yang berkaitan dengan kekuasaan, fungsi dan fungsi majelis. Ditinjau dari bentuk

perlindungan, oleh karena masyarakat memiliki keinginan memperoleh sesuatu

sehingga didalamnya tercipta untuk memberikan berupa barang miliknya

dijadikan sebagai jaminan.

2.2. Kerangka Yuridis

Dalam analisis yuridis yang penulis jabarkan mengacu pada kegiatan

menemukan dan memecahkan masalah untuk dilakukan penelitian mendalam

tentangnya, kemudian mengaitkannya dengan hukum, asas hukum, dan norma

hukum untuk menyelesaikan masalah. Analisis yuridis merupakan kegiatan yang

mengambil serta mengumpulkan hukum dan juga mencari dasar-dasar lain yang

relevan dalam mengambil kesimpulan atas jawaban permasalahan.Analisis yuridis

bertujuan agar terbentuknya pola pikir atas pemecahan masalah yang mana sesuai

dengan hukum spesifiknya mengenai analisi eksekusi jaminan fidusia yang tidak

didaftarkan.

2.2.1. Perjanjian

Kontrak adalah sumber mandat yang mengatur satu atau lebih kontrak.

Kewajiban debitur memberikan hak kepada debitur untuk meminta penyelesaian

dan pelaksanaan keputusan yang diatur dalam kontrak. Dalam hal hutang tidak
memenuhi persyaratan perjanjian yang disepakati, peminjam berhak meminta agar

kontrak dilaksanakan secara penuh atau seluruhnya atau tidak dilaksanakan sesuai

dengan kontrak atau jumlah yang dibayarkan. peminjam, dalam bentuk kerugian

dan bunga atau tidak ada kompensasi.

Menurut Pasal 1313 KUHAP, disebutkan: "Kontrak adalah tindakan di

mana dua pihak atau lebih dipersatukan dalam suatu prjanjian." Artikel ini hanya

menjelaskan persyaratan kontrak. Perjanjian baru dianggap valid jika menghargai

kedua hal, yaitu hal praktis dan praktis. Faktanya adalah bahwa persyaratan

pertama dan kedua dari perjanjian yang disebutkan di atas Persyaratan pertama

adalah kontrak. Kesepakatan yang tertuang didalam kesepakatan merupakan

sarana untuk menunjukkan kemauan kedua belah pihak (Pratama, 2020).

Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kesepakatan dalam

perjanjian, maka salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut

menyampaikan terlebih dahulu mengenai apa yang di kehendaki oleh pihak

tersebut dengan segala macam persyaratan yang mungkin dan di perkenakan oleh

hukum untuk di sepakati oleh para pihak. Kesepakatan tidak boleh terdapat suatu

kekhilafan, paksaan dan penipuan, berdasarkan Pasal 1321 KUH Perdata.

Selain itu, termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata telah memberikan

batasan orang-orang mana saja yang di anggap tidak cakap untuk bertindak dalam

hukum, yang menyatakan bahwa “Tidak cakap untuk membuat perjanjian

diantaranya:

1. Anak yang belum dewasa;

2. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan;


3. Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang

dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk

membuat perjanjian tertentu.

Pada perikatan dalam hal memberikan seseautu, kebendaan yang akan

diserahkan berdasarkan suatu perjanjian tertentu, haruslah sesuatu benda yang

telah ditentukan secara pasti, paling tidak sudah ditentukan jenisnya, termasuk

juga barang yang baru tersebut dapat ditentukan atau dapat dihitung kemudian,

sehingga tidak akan menimbulkan keraguan mengenai benda yang dimaksud

tersebut dalam perjanjian (Yahya Harahap, 2012:339). Sebagai akibat ketertarikan

antara hukum perjanjian dan hukum kebendaan dimana hubungan hukum

perjanjian yang dibauat, maka dala hal dibuat atau diselenggarakannya perjanjian

yang berhubungan dengan peraliha hak kebendaan dan penciptaan hak kebendaan

dan penciptaan hak kebendaan baru, termasuk penjaminan, pencatatan dan

publikasi menjadi wajib.

Menurut R. Subekti Arti kontrak adalah sesuatu yang dijanjikan seseorang

dengan satu atau dua orang lain berjanji untuk melakukan sesuatu. Selain itu,

Wirjono Prodjodikoro menyatakan bahwa kontrak tersebut merupakan hubungan

hukum mengenai kepemilikan antara kedua pihak, yang dijanjikan atau dianggap

oleh salah satu pihak sebagai janji akan dilakukannya atau tidak, sedangkan pihak

lain berhak meminta pelaksanaan persetujuan. Dan Abdulkadir Muhammad

adalah kesepakatan di mana dua atau lebih pihak berkomitmen untuk melakukan

sesuatu demi perekonomian. Dalam hal debitur tidak dapat menjalankan fungsi
yang disepakati dalam kontrak pemberi pinjaman, tetapi debitur tidak dapat

memenuhi kewajiban, pemberi pinjaman dapat memberikan jaminan.

2.2.2. Eksekusi

Pada umumnya putusan perdata ditegakkan oleh pengadilan, yaitu putusan

hakim yang menyetujui atau menegakkan hukum, putusan arbiter yang digunakan

oleh pengadilan negeri, serta jenis sertifikat, obligasi dan dokumen sejenis

lainnya, sertifikat yang kuat yang dilaksanakan oleh ketua majelis. Pengadilan

Negeri. Butir 3 Pasal 10 UU No. 49P. P. Pada tahun 1960-an, departemen

keuangan PUPN dan BUPLN diizinkan untuk melakukan transaksi pendapatan

pemerintah yang berkualitas rendah, seperti halnya lembaga-lembaga untuk

praktik penerimaan pendapatan negara.

Dengan penguasaan piutang, pengelolaan surat dilakukan dengan keputusan

yang sama dan sertifikat antara debitur dengan PUPN, ada undang-undang tetap

tentang hutang PUPN secara bersama-sama dengan IRA-IRA berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam keterangannya, PUPN bisa mengeluarkan

perintah dan menyita unsur pelaksana milik debitur.

Menurut Pasal 195 HIR, penegakan hukum adalah proses pengadilan

terhadap pihak yang kalah dalam suatu gugatan. Eksekusi merupakan bagian atau

kelanjutan dari prosedur peninjauan kembali kasus. Berasal dari kata penegakan

yang berarti pelaksanaan suatu keputusan pengadilan (court decision). Yahya

Harahap mendefinisikan hukuman perintah sebagai pengadilan hukum terhadap

yang kalah dalam suatu kasus. Eksekusi putusan pengadilan tidak lebih dari
pelaksanaan isi putusan pengadilan dengan bantuan otoritas publik, jika yang

kalah tidak mau melakukannya secara sukarela.

Pada dasarnya, putusan pengadilan terlaksana apabila putusan mempunyai

kekuatan inkracht van gewijsde yaitu hukum tetap terhadap putusan yang bersifat

condemnatoir Pasal 209 HIR/Pasal 242 RBg. Pelaksanaan eksekusi hanya terjadi

apabila mereka yang kalah tidak menyerakan objek eksekusi. Terkait dengan

sumber hukum diatur dalam Pasal 195 sampai dengan Pasal 224 HIR atau Stb.

1941 no 44 yang berlaku di Madura dan pulau Jawa, sedangkan untuk daerah di

luar Madura dan pulau Jawa digunakan Pasal 206 sampai dengan Pasal 258 Rbg.

atau Stb. 1927 no 227.

Dalam surat Edaran Makahmah Agung (SEMA) no 4 tahun 1975 tentang

penyanderaan (gijzeling) sebagaimana diakui dalam Pasal 209 HIR/Pasal 242

RBg. tidak dibenarkan lagi untuk dilaksanakan di Indonesia karena bertentangan

dengan sila perikemanusiaan yang adil dan beradap. Tetapi kemudian dengan

diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2000 tentang Lembaga

Paksa Badan telah mencabut ketentuan di atas tentang pelarangan gijzeling di

mana terhadap debitur yang beretikad tidak baik dapat diterapkan peksa mereka

memasukan yang bersangkutan kedalam tahanan.

Meskipun prosedur untuk mematuhi apa yang disebut hukum kepatuhan

diatur oleh Pasal 195 hingga 224 dan HIR / 206 hingga 258, tidak semua

ketentuan di atas berlaku. Yang masih sangat penting, khususnya Pasal 195

sampai 208 Pasal 224. beberapa ketentuan atau sejumlah prinsip dalam

pelaksanaan eksekusi perdata di Indonesia, yaitu:


1. Adanya putusan ingkrah

yang telah dijatuhkan oleh hakim atau pengadilan tidak semua dapat

dimintakan eksekusi dengan mempunyai kekuatan hukum eksekutorial.

Dengan demikian dapat dipahami selama putusan belum mempunyai

penegakan, penuntutan dan penuntutan akhir tidak mengikat secara hukum dan

berlaku sejak tanggal putusan berdasarkan undang-undang, dan terdakwa

(kalah) tidak bersedia untuk menyerahkan putusan secara sukarela.

2 Condemnatoir

Sifatnya amar dan putusan didasari pada putusan declatoir dan contitutief tidak

mengandung adanya unsur penghukuman kepada seseorang atau para pihak

yang sedang bersengketa karena didalamnya tidak ada memuat hak-hak suatu

prestasi tertentu dan efeknya tidak diperlukan pelaksanaan putusan sebagai

tindakan lanjutan yaitu eksekusi, sedangkan putusan yang bersifat

condemnatoir artinya memuat faktor “penghukuman”, dengan demikian

putusan yang amar atau diktumnya tidak memuat unsur penghukuman tidak

dapat dilakukan eksekusi.

2. Eksekusi

Eksekusi secara nyata dilakukan panitera atau juru sita berdasarkan perintah

jetua pengadilan negeri, yang dituangkan dalam bentuk surat penetapan.

Bahwa tanpa surat penetapan eksekusi belum memadai. Perintah eksekusi

menurut Pasal 197 ayat (1) HIR mestidengan surat penentapan tidak

diperkenankan secara lisan dan ini merupakan syarat imperatif. Bentuk ini
sangat bsesuai dengan tujuan penegakan dan kepastian hukum serta

pertanggung jawabannya.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 diatur adalam Pasal 29 sampai

dengan 34. Dalam Pasal 26 dimuat bahwa obyek fidusia didalam Jaminan Fidusia

telah disebutkan dengan jelas terkait hak-hak eksekusi yang dilakukan langsung

oleh perusahaan pembiayaan (Kreditur) apabila pihak konsumen (Debitur )

wanprestasi.

Penyitaan dan penjualan adalah pelaksanaan suatu objek jaminan

kepercayaan yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab dalam hal tidak

terbayarnya hutang sebagai wali amanat. Tidak ilegal menjalankan perusahaan

keuangan di tempat yang aman sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Pasal 1155 KUH Perdata menyatakan, “Jika para pihak setuju, jika tidak debitur

atau debitur melanggar janji setelah masa tenggang atau masa tenggang

ditentukan, kreditur berhak untuk menjual barang secara tradisional dan menjual

dengan Pantas.

Sehubungan dengan penegakan jaminan pidana, Pasal 29 UU № 42 Tahun

1999 memberikan tiga definisi tentang cara mengajukan jaminan: Ayat 1 Pasal 29

adalah jaminan, kecuali terdakwa atau debitur berjanji untuk menegakkannya.

Registri Keamanan Suriah Adidas memberikan sertifikat perilaku dengan

kekuatan yang sama dengan keputusan pengadilan, dengan sertifikat kepercayaan

"untuk keadilan berbasis Tuhan". Konsep kekuasaan eksekutif dapat segera dijual

tanpa ke pengadilan.
Kemudian, jika eksekusi tidak dilakukan sesuai dengan persyaratan, kreditur

berhak menjual dalam jangka waktu yang tepat dari Negara, dengan ketentuan

kreditur diberikan sertifikat kinerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lelang.

Dengan demikian, jika debitur tidak dapat melunasi hutangnya dan memiliki

jaminan dari perusahaan pembiayaan, maka artefak tersebut dapat dijual melalui

lelang terbuka dan dikembalikan.

Pasal 30 sampai 34 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia. Pasal 30 “menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

dengan sukarela guna pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia”. Penjelasan kreditur

dapat meminta bantuan kepada pihak yang berwenang bila mana debitur tidak

menyerahkan benda jaminan pada waktu kreditur melakukan eksekusi. Pasal 31

“Item sekuritas dapat berupa saham atau sekuritas yang dapat diperdagangkan di

pasar atau bursa saham. Produk ini dapat dijual sesuai dengan produk yang

relevan dengan pemberi pinjaman. Kalau saudara tdk berkeberatan. "Jika

penjualan tidak cukup untuk melunasi pinjaman, pemberi pinjaman harus

melunasi sisa pinjaman sampai pinjaman lunas."

2.2.3 Fidusia

Pada umumnya, tidak ada utang debitur yang tidak dijamin. Apabila

seseorang khawatir tidak dibayar piutangnya, maka sudah seharusnya diberikan

keyakinan agar apapun yang terjadi dikemudian hari tidak akan merugikan si

pemberi utang sebab adanya jaminan yang telah di sepakati oleh pemberi utang

dan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah

ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan atas
kesepakatan kedua belah pihak. Pasal 1131 dari Common Law mewajibkan

debitur untuk memberikan jaminan kepada kreditor atas hutang yang diterimanya,

tanpa bukti khusus, karena semua aset debitur dimasukkan dan, jika ada, otomatis

menjadi agunan. ketika seseorang setuju. hutang tidak secara eksplisit

didefinisikan dalam perjanjian.

Dalam pasal 1 (1): 23 UU No. Oktober 1998 tentang bank menyebutkan

jaminan atau jaminan lain yang diberikan oleh kreditor (kreditor) kepada bank

untuk memperoleh pinjaman atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Syarat

agunan yang diperjanjikan untuk agunan tambahan (akses) adalah pinjaman yang

dikirimkan kepada bank untuk memperoleh pinjaman dari bank. Bab 1, poin 26

UU No. 2008-21 tentang Kompensasi Syariah, Informasi Penting. "Bukti adalah

bukti tambahan dari keadaan gerak atau gerak suatu objek yang disediakan objek

yang tidak diaturnya. benk untuk menjamin pelunasan utang yang diberikan

kepada nasabah”.

Dengan adanya jaminan, seseorang debitur dapat memenuhi segala

utangnya kepada kreditur, jika dikemudian hari ia tidak mampu membayar maka

jaminan yang telah disepakati dapat di jual guna pelunasan utang tersebut

sehingga tidak menimbulkan kerugian kepada kreditur yang dalam hal ini

memberi bantuan berupa dana kepada debitur. Oleh karena itu agunan merupakan

bentuk kemampuan debitur kepada kreditur dalam mangajukan atau pelunasan

piutang kepada kreditur. Jaminan dalam KUH Perdata diatur mengenai:

1. Kedudukan harta pihak peminjam Pasal 1131 KUH Perdata mengatur posisi

posisi aset peminjam, yaitu bahwa aset tersebut merupakan jaminan penuh atas
hutang, sehingga pemberi pinjaman dapat meminta amortisasi hutang semua

aset peminjam saat ini dan saat ini. .

2. Posisi pemberi pinjaman Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan bahwa posisi

pemberi pinjaman dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, memiliki

posisi yang adil sesuai dengan tuntutan masing-masing; dan kedua, yang

memiliki prioritas di atas pemberi pinjaman lainnya. Pendapatan dari

penjualan tiket akan dibagi sesuai dengan saldo, tetapi dengan

mempertimbangkan posisi utama kreditur.

3. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak pemberi

pinjaman.

4. Pihak pemberi pinjaman dilarang membuat perjanjian yang menyatakan

bahwa akan memiliki objek jaminan utanng bila pihak peminjam ingkar janji

(wanprestasi). Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1154 KUH Perdata.

Prinsip umum hak jaminan juga berlaku dalam hukum substantif yaitu

sebagai berikut.

1. Prinsip Publisitas, yaitu prinsip yang harus mendaftarkan semua hak,

termasuk hak tanggungan, hak fidusia, dan hak tanggungan. Hal ini agar

pihak ketiga dapat mengetahui bahwa objek jaminan sedang dibebankan

jaminan tersebut.

2. Asas spesialisasi, yaitu hak tanggungan, hak fidusia, dan hak tanggungan

hanya dapat dikumpulkan dalam bentuk parsel atau barang yang didaftarkan

atas nama orang tertentu.


3. Prinsip indivisibility, yaitu prinsip dapat dibagi-bagi agar tidak terjadi

distribusi hipotek, hak fidusia, hipotek dan penyitaan, meskipun pembayaran

sebagian telah dilakukan.

4. Prinsip internasionalisasi, yaitu jaminan (gadai) harus dari penerima gadai.

5. Prinsip horizontal, yaitu konstruksi dan tanah bukan merupakan satu

kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah

negara maupun tanah hak milik.

Badan hukum yang dikenal dengan hukum penjaminan terbagi menjadi dua

yaitu debitur dan kreditor, debitur merupakan pihak yang memiliki kewajiban

untuk membayar hutang kepada kreditor. Dengan kata lain, pihak yang harus

memenuhi kinerja dan kreditur adalah pihak yang berhak menerima pembayaran

(dengan hak untuk menerima kinerja kinerja) dari debitur. Objek adalah objek

tetap dan tidak bergerak).

Masalah dengan jaminan hukum akan mempengaruhi berfungsinya sistem

pembiayaan, karena pemilik modal dan jasa perbankan akan enggan memberikan

pinjaman kepada masyarakat dan pelaku usaha jika di kemudian hari tidak dapat

dilunasi, dipinjamkan atau setidaknya sulit untuk meminta pengembalian. Hak

untuk mengeksekusi dengan kekuatannya sendiri (penghentian eksekusi) dapat

menjadi pilihan dan harapan yang menjanjikan atau setidaknya akan mengubah

pola pikir pemilik modal yang selalu berpikir bahwa mengeluarkan amortisasi dari

penjualan objek jaminan harus diikuti. oleh satu dan prosedur yang rumit karena

adanya bias eksekusi yang dihentikan seolah-olah selalu menjadi kreditor

memegang kekuasaan untuk menjual objek jaminan yang berada ditangannya


kapan saja kreditur dapat menjual bilamana debitur tidak dapat melunasi dan telah

di kirim surat somasi sebagai mana berlaku dalm piutangnya.

2.2.4 Prosedur Ketentuan Pendaftaran Fidusia

Jaminan kepercayaan/fidusia merupakan salah satu lembaga penjaminan

yang ada di Indonesia. Keamanan yang andal memindahkan hal-hal seperti sepeda

motor atau mobil. Untuk mendapatkan surat kuasa, Anda harus mendaftar untuk

menerbitkan surat kuasa atau akta untuk properti bergerak. Aplikasi untuk

pendaftaran sekuritas harus diserahkan kepada Menteri oleh agen, pengacara atau

agen. Pasal 42 Undang-undang 1999 tentang Keamanan Keyakinan mensyaratkan

bahwa barang-barang yang dijamin andal harus didaftarkan. Pendaftaran jaminan

kepercayaan adalah jaminan kepercayaan hukum bagi pihak yang berkepentingan.

Tata cara pendaftaran jaminan diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang

Pemerintah Republik Kazakhstan Nomor 21 Tahun 2015 tentang tata cara

pendaftaran jaminan dan pembayaran surat kuasa. Itu diatur oleh regulasi.

Aplikasi untuk catatan keamanan yang andal adalah sebagai berikut:

1) data sah pemohon.

2) dokumen akta jaminan yang dikeluarkan oleh notaris.

3) surat perjanjian

4) tempat dimana didaftarkan fidusia.

5) Harga yang dijaminkan.

6) Nilai jaminan/benda.

Pasal tiga Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2015 permohonan pendaftaran

jaminan fidusia diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak


tanggal jaminan fidusia ditutup. Aplikasi untuk pendaftaran proxy yang

memenuhi kondisi atau persyaratan akan menerima konfirmasi pendaftaran.

Sertifikat pendaftaran setidaknya harus berisi:

1) nomor pendaftaran;

2) tanggal pengisian aplikasi;

3) identitas pemohon;

4) alamat Pendaftaran Fidusia;

5) Jenis permohonan;

6) Biaya.

Pemohon membayar jaminan pendaftaran melalui bank yang

berpengetahuan luas atas dasar biaya pendaftaran. Permohonan pendaftaran

jaminan akan didaftarkan dalam format elektronik setelah pemohon membayar

jaminan.

Sertifikat wali amanat lahir pada hari yang sama dengan sertifikat wali

amanat, surat kuasa wali amanat ditandatangani secara elektronik oleh wali

amanat di kantor terdaftar.

Tercatat jika terjadi kesalahan dalam mengisi rincian permintaan untuk

catatan perlindungan hak asuh yang diperoleh setelah penerbitan sertifikat, orang

yang menerimanya, pengacara atau perwakilannya harus mengajukan permintaan

untuk memperbaiki sertifikat. kepada menteri. Permintaan perpanjangan sertifikat

keaslian diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak tanggal sertifikat jaminan fidusia diterbitkan.


Untuk pelaksanaan jaminan dikenakan biaya yang besarnya ditentukan

berdasarkan nilai jaminan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Nilai

jaminan sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), biaya tindakan

tidak melebihi 2,5% (dua koma lima persen). (2) Nilai jaminan melebihi Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000 (satu miliar

rupee), biaya pengambilan tindakan tidak melebihi 1,5% (satu koma lima persen)

(3) Biaya jaminan lebih tinggi dari Rp1, EUR (pendaftaran dijamin dan biaya

pembayaran administrasi).

Oleh karena itu, daftar wali tidak disusun atas permintaan kreditor yang

mengemban tugas wali amanat, karena putusan pengadilan memiliki kekuatan

yang sama dengan putusan pengadilan jika debitor tidak memenuhi kewajibannya.

kewajiban masa depan dan diakumulasikan dengan benar untuk mewujudkan

konsekuensinya. , berhak menjual produk berdasarkan asuransi loyalitasnya

sendiri.

2.3. Penelitian Terdahulu

Untuk memperkaya dan mendukung kajian dalam penelitian ini, maka

penulis mengutip beberapa dari peneliti terdahulu diantaranya:

1. Kafa “Tinjauan Hukum Terhadap Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Tanpa Titel

Eksekutorial Yang Sah”

Saat menegosiasikan pendaftaran kreditur, ada masalah dengan pendaftaran

jaminan tanpa jaminan dan aman dari lembaga keuangan. Cara mengeksekusi

item jaminan tepercaya tanpa nama pelaksana yang valid (Rufaida, 2019).
2. Junaidi Abdullah dengan judul Jaminan Fidusia Di Indonesia (Tata Cara

Pendaftaran Dan Eksekusi)

Penagihan utang melalui jasa penagihan utang terkadang menimbulkan

masalah baru antara debitur dan debitur. Alasan penolakan debitur adalah

debitor melakukan perzinahan, intimidasi bahkan kekerasan dengan cara

menangkap debitor. Keamanan penegakan adalah tindakan polisi untuk

memastikan keselamatan dan keamanan agen penegak, pemohon penegakan,

dan terdakwa penegakan (penegakan) selama penegakan (Abdullah, 2016).

3. Chika Asyifa Riansyah, dkk “Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Dan

Eksekusinya”

Apabila debitur melanggar janjinya (wanprestasi) maka debitur dalam hal ini

penerima hipotek tidak segera melaksanakan pokok jaminan fidusia milik

debitur. Namun, pemberi pinjaman hipotek melakukan upaya konsiliasi,

mengutamakan negosiasi dan dengan demikian menjaga hubungan baik dengan

debitur. Toko Pan mencoba menjual berdasarkan kesepakatan antara kedua

pihak dengan harapan menemukan pembeli yang tepat dengan harapan

mendapatkan harga yang lebih tinggi (Chika Asyifa Riansyah, 2020).

4. Chintia M. Ponto “Aspek Hukum Eksekusi Jaminan Fidusia Serta Implikasinya

Dalam Praktik Perbankan”

Sehubungan dengan pelaksanaan Jaminan Jaminan, Jaminan Jaminan

memberikan kewenangan kepada Jaminan untuk menjual jaminan dan

membayar klaimnya melalui lelang umum kepada Jaminan. Kantor penjualan.

Dalam hal pemegang agunan menolak untuk melelang subjek jaminan wali
amanat, satu-satunya solusi yang tersedia untuk bank / debitur penerima

jaminan. Certificate of Confidence, yaitu aplikasi / persetujuan Fiat yang

diajukan oleh Pengadilan Distrik untuk memungkinkan penegakan keamanan

(Chintia M. Ponto, 2015).

5. Akhmad Yasin tentang “Impact of Fiduciary Guarantee of Motor Vehicles

Credit Which Are Not Registered to Nontax State Revenue”

Lembaga Penjamin Perwalian memfasilitasi pemeriksaan berkelanjutan atas

kendaraan bermotor yang diamankan untuk melakukan operasi komersial.

Jaminan fidusia Jaminan fidusia Jaminan fidusia berhak untuk terus mengatur

ruang lingkup jaminan fidusia berdasarkan jaminan fidusia, karena pemilik

manfaat dan pihak yang berkepentingan dijamin oleh sistem pendaftaran

wajib. Magna (Yasin, 2020).

6. Soegianto “Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Kajian UndangUndang Nomor

42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia”

7. Pentingnya studi komprehensif atas penerapan Jaminan Perwalian terutama

harus dilaksanakan untuk menghindari masalah. Selain itu, terungkap tentang

tujuan dan keunggulan kajian, kelemahan isi undang-undang dan

penyelesaian masalah yang ada selanjutnya. Masalah utama tentang

bagaimana peminjam mempertahankan kesetiaan mereka melalui kekerasan,

intimidasi, dan penyitaan perwalian jalanan adalah bagian dari wabah tertentu

yang tidak dapat dipisahkan dari cara jaminan wali amanat ditegakkan

(Soegianto, 2019).
8. Alfian berjudul “Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Dalam Kontrak

Pembiayaan Konsumen Di Kota Palu”

Konsekuensi hukum dari penegakan jaminan wali amanat yang tidak

terdaftar jika default debitur umumnya digunakan oleh pelaksana rilis melanggar

hukum bersyarat (penegakan langsung) dan harus ditegakkan dengan mengajukan

gugatan perdata. Pengadilan negeri melalui proses hukum acara perdata

menunggu persidangan Hakim dengan yurisdiksi permanen. Penjualan agunan

tunduk pada Kode Acara Perdata dan diberlakukan di bawah Judul Penegakan di

bawah Sertifikat Jaminan Kepercayaan. Bagi perusahaan keuangan yang tidak

mendaftarkan jaminan wali amanat, OJK dapat memberikan sanksi, yaitu jika

perusahaan keuangan tidak mendaftarkan jaminan fidusia, pelanggaran tersebut

akan dikenakan sanksi administratif berupa surat perintah tertulis atau pembekuan

usaha (Alfian, n.d.).

2.3. Kerangka Pemikiran

Perjanjian

Kreditur Debitur

Pembiayaan/Jasa Keuangan Jaminan/Agunan

Ingkar Janji/Wanprestasi

Penyitaan dan Eksekusi


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum yang meneliti bahan pustaka atau data sekunder disebut

juga penelitian penasehat. Menurut Peter Mahmoud Marzuki, prosesnya mencari

rule of law, asas hukum dan nasehat hukum untuk menjawab pertanyaan hukum

yang ada. Hukum sering diartikan sebagai tertulis dalam istilah hukum, atau

hukum sebagai aturan atau standar yang menjadi rujukan yang tepat bagi perilaku

manusia. Sering disebut Riset yang merupakan fasilitas yang sering dipergunakan

oleh manusia dalam pembinaan, mempergunakan dan pengembangan terhadap

ilmu pengetahuan (Soekanto, 2015:3).

Apabila ditelaah secara umum ada tiga bentuk tujuan dari penenelitian,

antara lain berupa penemuan yang memiliki makna bahwa kumpulan data yang

diperoleh dari sebuah studi adalah sebuah data yang aktual dan belum diketaui

sebelumnya, kemudian yang bersifat pembuktian yang berarti bahwa digunakan

untuk pembuktian dalam menjawab keragu-raguan atas sebuah pengetahuan dan

informasi tertentu, selanjutnya bersifat pengembangan yang merupakan sebuah

penelitian dengan tujuan memperluas dan memperdalam data yang sudah ada

sebelumnya. Menurut Soerjono Soekanto, pencarian pengalaman ilmiah

berdasarkan analisis dan konstruksi telah dilakukan secara sistematis, efektif, dan

berhasil, dengan tujuan mengungkap kebenaran sebagai cerminan keinginan

manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya.


Pengelompokan metodelogi sebuah penelitian disusun berlandaskan

tingkatan alamiah (natural seting) yang memiliki tujuan yang digunakan dalam

penelitian ini. Pada akhirnya tujuan dari penelitian memiliki kelompok tersendiri

menjadi, studi dasar, (basic reserach), kemudian dengan penelitian

pengembangan dan penelitian terapan (applied research). Dari beberapa bentuk

studi yang ada, Penulis menggunakan studi yuridis normatif atau dengan kata lain

yaitu kajian kepustakaan. Yang mana lebih difokuskan dalam pendataan hukum

positif, sejarah hukum, serta doktrin dan asas yang ada di dalam hukum,

perbandingan hukum, sistematik hukum, taraf sinkronisasi hukum. Berdasar

penjelasan dan uraian diatas, penulis menentukan untuk menerapkan metodologi

dalam penelitian studi yang bersifat yuridis normatif dalam menulis serta

menganalisa hasil dalam pembahasan skripsi yang penulis teliti dalam studi ini.

Jenis metodologi penelitian ini dipilih karena ketepatan dalam penggunaan

metode penelitian dan penggunaan teori yang dibutuhkan oleh penulis pada saat

penyusunan skripsi ini.

3.1.2 Sifat Penelitian

Telah dijelaskan bahwa Sifat penelitian ini deskriptif dijelaskan secara rinci,

sebagaimana penulis menggambarkan situasi hukum dalam penelitian ini. yang

terjadi dilapangan sesuai dengan kasus yang peneliti kaji yaitu mencari kesesuaian

pedoman hukum terhadap pelaksanaan eksekusi jaminan yang tidak terdaftarkan

di fidusia dengan akibat kesalahan sesuai aturan yang berlaku.

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Bahan Hukum Primer


Data primer yang diperoleh dengan melakukan dan memperlihatkan dengan

seksama dihadapkan suatu obyek yang diteliti secara jelas dan nyata (Marzuki,

2016:181). Menilai prosedur penegakan hukum dan lamanya waktu itu

menyatakan wali amanat (debitur) menjadi default. Hal ini seringkali

menimbulkan tekanan dan kekerasan dari orang-orang yang mengaku sebagai

pihak yang berwenang menagih utang debitur. Hal ini mengakibatkan adanya

tindakan sepihak oleh penerima manfaat yang setia (debitur). Begitulah penulis

menjadi dasar hukum untuk penelitiannya:

1. UUD 1945

2. KUHPerdata

3. Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

4. Undang-Undang No 49 Prp Tahun 1960

5. Putusan MK No 18/PUU-XVII/2019.

3.2.2 Bahan Hukum Sekunder

Data yang didapatkan dari kepustakaan yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan. Kegunaannya bermaksud untuk mencari data awal atau mendapatkan

informasi, dengan landasan teori beserta landasan hukum, mendapatkan batasan,

defenisi, arti suatu istilah. Bermaksud bahwa sumber awal data bukanlah

menyerahkan data terhadap penghimpun data secara langsung, melainkan

dilakukan melalui dokumen atau orang lain.

3.2.3 Bahan Hukum Tersier


Memberikan keterangan maupun penjelasan tentang materi hukum primer

dan sekunder yang korespondensi dengan penelitian ini diataranya adalah surat

kabar, internet, kamus Hukum,dan KBBI.

3.3 Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menekankan untuk mengacu pada

Undang-Undang serta Putusan Mahkamah Agung yang merupakan alat

pengumpulan data berupa studi dokumen. Studi dokumen tersebut dengan cara

memahami bahan-bahan kepustakaan sehubung dengan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan suatu peristiwa

besar untuk mencari literatur. Masalah perlu ditangani melalui manual, tinjauan

pustaka, tinjauan dan solusi, aturan dan regulasi, artikel atau karya tertulis.

(Soekanto, 2015:164).

3.4 Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti mengolah data dengan mengkategorikan

bahan hukum tertulis agar memudahkan penulis menganalisis secara terencana

dan deskriptif. Penjelasan dijelaskan secara logis sesuai dengan pemikiran penulis.

Ada beberapa kualifikasi teknik analisis data, namun didalam penelitian ini

penulis mengacu pada teknik analisis data kualitatif. Data penelitian kualitatif

bersifat deskriptif, metode analisis data adalah mengumpulkan dan memilih data

dari literatur referensi, yang diteliti dalam konteks teori studi literatur dan

membuat kesimpulan yang produktif dalam memecahkan masalah dalam

penelitian ini (Marzuki, 2016:241). Metode ini digunakan terhadap penjelasan


data yang digunakan terkait eksekusi dalam suatu jaminan sehingga dapat

dijelaskan pada pembahasan sebagai berikut.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Perjanjian keuangan biasanya berbentuk perjanjian standar atau disebut juga

perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang dibuat oleh salah satu pihak dan

dipresentasikan kepadanya dengan menandatangani atau menolak kode dalam

kontrak. Sebelum menandatangani atau menolak perjanjian, debitur harus

meluangkan waktu untuk membaca dan memahami isi perjanjian agar perjanjian

dapat diterima oleh para pihak dan hubungan menjadi terikat dalam perjanjian.

Mengingat waktu yang tepat, pelanggan akan tetap acuh tak acuh, jika mereka

tidak membaca, harus dianggap secara hukum untuk memahami dan mengerti isi

kontrak yang ditandatangani tentang sesuatu hal, dan jika ditemukan itu

melanggar isi perjanjian yang bertentangan dengan hukum, maka perjanjian itu

batal demi hukum.

Ditinjau dari segi kepastian hukumnya, bahwa seorang debitur/pemilik

jaminan harus dijamin haknya yang tidak adanya suatu perbuatan yang merugikan

dirinya. Disisi lain sipemberi pinjaman dalam hal ini adalah kreditur, memberikan

kepastian tentang bagaimana system yang diberlakukan terhadap perikatan yang

ditimbulkan kepada nasabahnya. Pemberi pinjaman mungkin tidak menawarkan

barang sebagai jaminan oleh karena itu, harus ada pinjaman yang dijamin atas

asetnya, yang masih tergolong item fungsional tetapi tanpa melepaskan pinjaman

pemilik di atas item tersebut.

Kontrak pembiayaan isi yang dibuat oemberi pinjaman adalah kontrak

kemitraan di mana salah satu pihak melakukan transaksi keuangannya sendiri,


namun sebaliknya penerima pinjaman melaksanakan kewajibannya untuk

membayar cicilan senilai pembiayaan yang diberikan kepadanya serta dengan

bunga sesuai kesepakatan bersama sampai dengan lunas. Meskipun dana

pembiayaan nasabah tidak spesifik diatur dalam KUH Perdata, namun

berdasarkan prinsip kebebasan kontrak sesuai ketentuan KUH Perdata 1338, para

pihak dapat membuat, memutuskan syarat dan bentuk perjanjian, sepanjang tidak

bertentangan dengan aturan Pasal 1320 perjanjian batal demi hukum.

Dalam hal perlindungan hukum bagi masing-masing pihak, oleh peraturan

perundang-undangan memberi perlindungan yang erat kaitannya dengan hak.

Namun pada konteksnya bahwa perlindungan demikian hanya sebatas pada

perbuatan sesuai aturan yang berlaku. Jika didalamnya ada perbuatan yang

melangggar aturan maka perlindungan hukum tidak ada didalamnya, esensinya

perlindungan diperuntukan untuk adanya persamaan dimata hukum. Dengan

demikian pembuatan kontrak, pemutusan kontrak tergantung pada kontrak utama.

Kata ini benar jika tidak berarti perjanjian perwalian merupakan hasil dari

pengakhiran klaim utang, karena sebenarnya mereka mengikuti perjanjian

penjaminan sebelum perjanjian klaim utang yang disepakati.

Pasal 1338 KUH Perdata mangatakan sebagai berikut “seluruh kesepakatan

yang telah dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.” Bahwa semua perjanjian yang dibuat oleh meraka secara sah

dengan tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku, maka

mempunyai kekuatan mengikat yang sama sebagai undang-undang yang dibuat

oleh pemerintah, tetapi perlu ditegaskan akan kekuatan perjanjian yang sah sama
dengan kekuatan undang-undang mengikat bukan berarti perjanjian berlaku secara

umum, namum berlaku bagi para pihak yang melakukan perjanjian tersebut

(Yahya Harahap, 2012).

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) dari Undang-Undang Penjaminan mencakup

Wali Amanat, sebagai jaminan pembayaran utang tertentu Trust dan lain-lain,

serta utang untuk pembelian utang tertentu dari real estat yang diubah, terutama

rumah yang bukan. dapat diakses dari hak hutang. Berdasarkan pernyataan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa Jaminan Perwalian memberikan kewenangan

kepada debitur untuk tetap menguasai aset fidusia, meskipun asetnya dialihkan

kepada debitur setelah dilunasi.

Selain itu, debitur berhak untuk memprioritaskan pembayaran jika terjadi

penyimpangan melalui penjualan aset non-kredit convertible dan non-convertible.

Untuk memastikan kelengkapan materi, tidak ada kewajiban dan harus disepakati

terlebih dahulu serta memiliki kontrak penjualan sebagai kontrak utama. Karena

kontrak dan jaminan keamanan untuk pembayaran tagihan, jika debitur lalai, yaitu

tidak memenuhi kewajiban untuk membayar hutang, maka kepercayaan tersebut

akan padam. Syarat-syarat yang berkaitan dengan kinerja asuransi ini diatur dalam

Pasal 29 Undang-Undang Asuransi Asuransi, secara ringkas, “Jika debitur atau

kreditur melanggar jaminan, hukuman mati dapat diterapkan pada properti yang

aman dan terjamin:

1 Penerapan hak yang dapat diberlakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

oleh Penerima Trust;


2. Penjualan barang yang menjadi subyek jaminan fidusia di bawah kewenangan

pemegang fidusia sendiri melalui pelelangan umum dan menagih piutang dari

hasil penjualan;

3. Penjualan bawah air dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Pemasok dan

Penerima Wali Amanat, jika dengan cara ini harga tertinggi yang

menguntungkan para pihak dapat diperoleh

Penjualan akan dilakukan dalam waktu satu bulan setelah pihak yang

berkepentingan diberitahu secara tertulis kepada kreditor dan kreditor dan telah

menerbitkan setidaknya dua alat komunikasi untuk daerah yang terkena dampak.

Mengacu pada ketentuan ini pasal 15 para. 2 dari Supply Chain Act menetapkan

bahwa kata "Untuk keadilan terhadap satu tuhan" muncul di sertifikat janji, yang

memiliki penerapan yang sama seperti untuk penghakiman dengan kekuatan

abadi. Atas dasar itu, debitur / penerima jaminan fidusia berhak memenuhinya,

yaitu menjual benda yang merupakan penegasan janjinya (antagonis). Penjualan

aset kepada kreditor dapat dilakukan dengan lelang umum atau berdasarkan

perjanjian kredit. Namun pelaksanaannya dilakukan setelah diinformasikan oleh

peserta.

Untuk mencegah akses, kreditor memiliki jaminan fidusia. Kalaupun

terdengar seperti itu, dalam praktiknya jaminan fidusia ini mudah digunakan, yang

seringkali menimbulkan masalah yang pada akhirnya merugikan salah satu pihak.

Misalnya kasus perbuatan melawan hukum dengan nomor registrasi 345 /

PDT.G / 2018 / PN.jkt.Sel. Kasus tersebut dimulai dengan kesepakatan multiguna

untuk membiayai pembelian mobil. Penggugat menyatakan bahwa pembayaran


angsuran dilakukan tepat waktu, namun suatu hari tergugat tiba-tiba mematikan

mobil yang dijamin oleh garansi karena ketidakpatuhan. Pemohon kemudian

mengajukan banding atas tindakan tersebut, namun, dia tidak menerima balasan

dan bahkan diperlakukan dengan kurang menyenangkan.

Kasus tersebut berakhir di pengadilan, namun jaksa mendukungnya dengan

menyatakan bahwa terdakwa melakukan perbuatan melawan hukum sebagai

akibat dari paksaan yang tidak sesuai dengan norma prosedural. Namun, terdakwa

tidak melaksanakan putusan tersebut dengan alasan keyakinan komisaris memiliki

kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan. Menjelang akhir, Jaksa

mengajukan permohonan judicial review ayat 2 dan 3 Pasal 15 ke Mahkamah

Konstitusi.

Menanggapi mosi ini, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan yang

mengartikan istilah keberlakuan dan hukuman yang sama dengan putusan yang

berkekuatan hukum tetap, serta istilah ketidakpatuhan terhadap kewajiban

berdasarkan 15 par. 2 dan 3) kepercayaan dengan hukum jaminan. Putusan

Mahkamah Konstitusi pada dasarnya memuat tiga (tiga) hal, yaitu: mengenai

jaminan fidusia tanpa adanya kesepakatan tentang pelanggaran kewajiban (breach

of duty) dan debitur yang menentang ekstradisi Sukarela adalah jaminan fidusia. ,

semua mekanisme dan prosedur hukum pelaksanaan sertifikat jaminan fidusia,

dan hal yang sama berlaku untuk pelaksanaan hukuman yang memiliki kekuatan

hukum tetap. (Johanes Ibrahim, 2021:35).

Adanya default tidak ditentukan oleh satu peminjam, tetapi didasarkan pada

kesepakatan antara pemberi pinjaman dan debitur atau oleh penyelesaian hukum
yang menentukan apakah default telah terjadi. Secara default, jika tidak ada

kontrak, debitur menentang transfer sukarela dari properti yang dijaminkan,

semua persyaratan dan mekanisme hukum untuk pelaksanaan penarikan sertifikat

jaminan dengan kekuatan hukum.

Sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan jaminan keamanan terjadi apabila terdapat kesepakatan untuk

menyediakan harta benda yang dimaksud sehubungan dengan pelanggaran

kontrak dan kepentingan debitur. Menonton. Jika tidak ada kontrak yang salah

dan debitur tidak menawarkan keamanan secara sukarela, prosedur untuk

menegakkan jaminan keamanan sama dengan menegakkan keputusan pengadilan

yang sah. Aplikasi Pengadilan Distrik. Selain itu, pelanggaran kontrak tidak dapat

didefinisikan bersama, baik dengan kesepakatan kegagalan kedua belah pihak atau

dengan penyelesaian hukum (litigasi) di mana salah satu pihak mengklaim

kegagalan.

Hal ini termasuk dalam Pasal 4 Perjanjian, yang merupakan perjanjian

pengawasan kontrak yang penting, yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak

untuk melaksanakannya. “Manfaat” dari ketentuan ini adalah memberi,

melakukan, atau tidak melakukan sesuatu yang bernilai uang. Seperti yang sudah

dijelaskan di awal artikel, apakah debitur harus hadir saat membuat security law?

Karena perjanjian keamanan adalah perjanjian kepatuhan, artinya penjaga

perjanjian keamanan memiliki perjanjian penting (Soeparmono, 2018). Sebagai

contoh, jika perjanjian pokoknya adalah perjanjian utang piutang, maka jaminan

fidusia bisa menjadi perjanjian ikutan dari perjanjian utang piutang tersebut.
Oleh karena itu, menurut penulis, kontrak asuransi tidak dapat diselesaikan

tanpa persetujuan orang tua. Berdasarkan definisi jaminan fidusia pada pasal

42/1999 undang-undang, jaminan fidusia digunakan sebagai jaminan untuk

membayar hutang tertentu, sehingga apabila hutang tersebut tidak dilunasi maka

perjanjian asuransi tidak memungkinkan. Perlu dicatat bahwa pemasangan

perangkat keselamatan yang andal (pada mobil ini) dilakukan melalui dokumen

yang dilaporkan di Indonesia dan perjanjian keselamatan yang andal. Membuat

kontrak tempat tinggal tergantung pada biayanya, dan kodenya diatur oleh

undang-undang pemerintah.

Sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 angka 1, tujuan dari pendapatan

terbatas kreditur, yaitu pengalihan kepemilikan objek benda jaminan atas dasar

kepercayaan, namun hanya mengalihkan hak kepemilikan benda tetapi yang

menguasai atau benda jaminan tetap berada di tangan si penerima pinjaman

pemilik barang itu. Berkenaan dengan asset benda yang sudah dijaminkan yang

dipegang oleh pemiliknya.

Penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek

jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri bila terjadi ingkar janji yang telah

dilakukan debitur dan sudah di somasi sebagaimana mestinya maka harus

dilakukan pengambilan benda yang menjadi jaminan walaupun benda yang

menjadi objek jaminan fidusia berada ditangan pemberi fidusia (Husni, 2009:79).

Salah satu keistimewaan dari pertanggungan jaminan kepercayaan ini adalah

kemudahan dalam penerapannya, yaitu setelah adanya kontrak perjanjian antar

para pihak, pihak pemberi fidusia tetap menguasai benda. Oleh karena itu
dipandang perlu untuk secara khusus penerima fidusia mengontrol, memantau

benda jaminan agar tidak di ahlikan ke pihak ketiga.

Dalam hal terjadi pelanggaran jaminan yang diberikan oleh kreditur atau

pemberi pinjaman, kinerja objek yang mungkin menjadi jaminan kepercayaan:

1. pelaksanaan pengambilan benda jaminan pencantuman sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 ayat (2) untuk tujuan melunasi kewajiban sipemberi fidusia.

2. penjualan barang yang dijamin bersama dengan mengumpulkan dana hasil

lelang umum dan penjualan;

3. Transaksi bawah tangan yang dilakukan atas dasar kontrak antara pemberi dan

penerima debitur, dengan demikian dapat ditemukan harga yang lebih tinggi

untuk kepentingan pihak tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sarana melakukan eksekusi benda

yang menjadi objek jaminan fidusia, dengan eksekutorial berikut dengan

mandagangkan atas dasar kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum dan

mandagangkan dibawah tangan. Pelaksanaan demikian, memungkinkan pihak

yang berkepentingan memperoleh pengembalian dana yang dikeluarkan dan disisi

lain timbul kerugian yang dialami pemilik barang/jaminan yang dijadikan sebagai

objek pada saat adanya kesepakan lebih awal.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kreditur dalam melaksanakan eksekusi jaminan fidusia yang tidak

Didaftarkan

Memberi pembiayaan konsumen adalah sebagai bagian dari tugas lembaga

keuangan untuk dijalankan oleh perusahaan pembiayaan konsumen (Consumer


Finance Company). Perusahaan keuangan pembiayaan adalah lembaga usaha

guna melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan sistem atau

pembayaran mencicil yang dilakukan penerima pinjaman untuk membeli barang

berdasarkan kebutuhan pelanggan. Target pasar pembiayaan konsumen, yang

digunakan untuk melawan kesenjangan ekonomi bagi masyarakat.

Jika ada kepastian keamanan yang tidak ditunjukkan oleh sertifikat fidusia,

tidak ada penjamin atau penjualan publik yang diatur oleh hukum asuransi

perwalian. Pemberi pinjaman melakukan sekuritas melalui layanan pengumpulan

untuk memulihkan aset yang dijamin tanpa mengungkapkan dokumen atau data

apa pun. Tindakan ini hanya dirancang untuk melindungi rumah tanpa

memperhitungkan jaminan hukum atas hak-hak nasabah / debitur yang terdaftar di

uang jaminan berupa mobil. Dalam bentuk asuransi mobil yaitu mempunyai hak

konsumen, perusahaan dan kedua belah pihak, maka hukuman mati harus

memperhatikan hak masing-masing pihak dan hukuman mati yang dijatuhkan

oleh pihak yang bersangkutan.

Agar pelaksanaan eksekusi berjalan lancar, perusahaan tidak boleh

melakukan eksekusi jaminan fidusia dengan seenaknya sendiri walaupun

perusahaan leasing tersebut memiliki sertifikat. Faktanya, berdasarkan Bagian 4

dari Bagian 42 dari Security Act 1999, disebutkan bahwa barang-barang yang

diasuransikan oleh satpam (sewa) dipasok oleh Jiminan Fiduciary dengan

potongan. Crease adalah hak eksekutif, yang berarti jika debitur tidak memenuhi

janjinya (pemberi), perusahaan berhak mengambil atau melakukan objek (Pasal

15 Trust Act). Selain itu, asuransi no. Bagian0 dari Undang-undang No. 422 dari
42 menyatakan bahwa wali amanat terikat untuk menyediakan barang untuk

tujuan keamanan selama pelaksanaan wali amanat.

Namun, jika penegakan hukum tidak didasarkan pada kontrak makar,

keputusan pengadilan harus selalu dipatuhi. Artinya, akuntan harus mengajukan

permohonan kepada Hakim Distrik untuk mengeksekusinya dengan gelar

eksekutif asuransi makar sesuai dengan ayat (6.) ayat () HIR (Herzian Indonesia

Regalmen). Pengadilan kemudian akan menginstruksikan klien yang bersangkutan

untuk menempatkan jaminan fidusia untuk digunakan sebagai jaminan asuransi

sukarela, jika klien tidak berkehendak, pengadilan akan memberikan hak asasi

manusia kepada penjamin untuk meninggalkan jaminan asuransi yang menjadi

alasan Pertanggungan. Pertanggungan (Anton Suyatno, 2016). Aset yang disita

dijual untuk dijual publik dan hasilnya digunakan untuk membayar hutang

pelanggan kepada perusahaan leasing.

Penerbitan lelang publik merupakan hak mutlak perusahaan (pinjaman)

berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Kredibilitas. Artinya, kreditor akan

melakukan penjualan atau operasi dengan kekuasaannya sendiri atau dengan

mengiklankan pembunuhan tersebut dan tidak lagi menyertakan hakim atau juru

sita yang akan melakukan penjualan atau pelelangan umum. Selain praktik praktik

arogan tersebut, Menteri Keuangan mengeluarkan undang-undang yang melarang

perusahaan memaksa debitur dari nasabah yang menunggak pembayaran cicilan

mobil, yakni PMK no. 130 / PMK / 010/2012 tentang pendaftaran keuangan untuk

perusahaan keuangan. Oleh karena itu, pada kenyataannya seringkali berdampak

negatif berupa perlawanan atau perlawanan di lapangan, untuk menjamin


terselenggaranya jaminan kepercayaan, Polri telah memberhentikan Kapolri.

melindungi keamanan. ahli waris, penjamin jaminan dan / atau masyarakat dari

perbuatan yang dapat mengakibatkan hilangnya harta benda dan / atau jaminan

hidup.

Menurut Peraturan Kapolri, syarat-syarat tertentu harus dipenuhi untuk

menjaga keamanan, seperti sebagai berikut:

1) ada permintaan pemohon;

2) cara otorisasi;

3) anggaran untuk Keamanan Permanen terdaftar di Kantor Pendaftaran Fujian;

4) sertifikat;

5) Indonesia memiliki keamanan yang ketat di wilayah tersebut.

Untuk meminta penegakan keputusan berdasarkan jaminan fidusia, Pasal 7

mengatur bahwa permintaan penegakan harus dibuat secara tertulis oleh penerima

jaminan fidusia atau secara tertulis ke copalla atau copolis. menyadari. Di luar.

Pemohon wajib menyerahkan surat kuasa kepada penerima jaminan fidusia jika

permohonan diajukan oleh kuasa hukum fidusia. Untuk mengajukan permintaan

penegakan, salah satu pihak harus meminta tindakan bersama dengan:Salinan akta

jaminan fidusia;

1. Sertifikat komitmen;

2. Surat yang memberitahukan pemberi pinjaman untuk membayar kewajibannya,

dalam hal ini memberikan pemberi pinjaman dua kali, yang dibuktikan dengan

tanda terima;

3. Peranp pemain;
4. Sertifikat transfer eksekutif.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa kontraktor berhak menggugat

debitur yang belum memenuhi kewajibannya, namun perlu dilanjutkan, melalui

pengadilan. Perusahaan kemudian menyerahkan subjek jaminan fidusia ke lelang

publik tanpa perlu campur tangan pengadilan atau juru sita, dan hasil lelang akan

digunakan untuk membayar hutang. Demikian jawaban dari kami atas pertanyaan

saudara ke Badan Pembinaan Hukum Nasional terkait perusahaan leasing yang

telah memiliki sertifikat fidusia apakah bisa melakukan eksekusi jaminan fidusia

tanmpa ada putusan pengadilan apabila nasabah wanprestasi (Frieda Husni

Hasbullah, 2009).

Eksekusi umumnya merupakan implementasi dari suatu keputusan atau

tindakan. Penerapan jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan barang yang

dijadikan objek jaminan fidusia. Pelaksanaan jaminan fidusia pada prinsipnya

bersifat istimewa, karena objeknya telah disepakati sebelumnya oleh debitur,

terlepas dari status objek jaminan fidusia tersebut, sekalipun objek tersebut

merupakan sarana penghidupan. Tujuan pengumpulan jaminan fidusia adalah

untuk menjual jaminan fidusia dengan mencicil kewajiban debitur yang tertunda.

Pihak leasing berhak untuk mendapatkan kembali kesuksesan debitur, termasuk

pengumpulan semua biaya dan komisi lain yang tidak dibayarkan oleh debitur,

dan berhak untuk merealisasikan item leasing untuk digunakan sebagai jaminan

tanpa perlu membayar kembali jumlah kelebihan pembayaran tersebut. . harga.

dari penjualan objek.


Validitas jaminan yang dapat diandalkan ini mulai berlaku saat hutang

belum dibayar (tidak terpenuhi) atau belum dibayar. Dalam praktiknya, ada celah

kerugian di perusahaan pemberi pinjaman. Jika ada mandat (klausul) yang

tampaknya mendahului dikeluarkannya jaminan perwalian, maka perjanjian

tersebut tidak ada atau batal demi hukum. Mereka diharuskan untuk mendaftarkan

barang yang digunakan sebagai jaminan kepercayaan, berdasarkan prinsip

keterbukaan yang harus mendaftarkan semua hak, seperti hak kredit, hak kredit

dan kredensial. Pendaftaran dilakukan agar pihak ketiga yang akan dikenakan

agunan pajak.

Penerbitan jaminan ini nantinya akan bermanfaat bagi perusahaan pemberi

jaminan. Dengan kata lain, jika pembeli (hutang) melalaikan kewajibannya atau

dalam bentuk non-payment berupa wanprestasi atas kewajibannya oleh pembeli

pada saat pembayaran hutang, maka dalam hal demikian debitur dapat memenuhi.

dengan hukum kepercayaan. Mengenai pelaksanaan jaminan kepercayaan yang

diatur dalam pasal 29 ayat 1, 1 UU Jaminan. UU Jaminan Fidusia mengatur

tentang penerapan UU Jaminan Fidusia, namun jelas menurut UU Jaminan

Fidusia tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada. Tidak jarang

penyelenggara lembaga keuangan melakukan kesalahan dan melanggar hukum.

Anda juga dapat menemukan lembaga keuangan yang tidak sesuai dalam

perjanjian pembiayaan dengan pemberi pinjaman di hadapan notaris, sehingga

perjanjian tersebut hanya berlaku untuk membuktikan perjanjian tersembunyi

karena tidak ada dokumen yang diaktakan. Yakinkan itu sebagai kekuatan hukum

untuk persetujuan. Penerapan fungsi Garuaree Trust di lembaga keuangan


biasanya dilakukan secara bersama-sama. Pertama, karyawan yayasan itu sendiri

dapat dikerahkan untuk memberikan bukti jika terjadi kredit macet dari

pelanggan. Tetapi jika itu tidak berhasil, lembaga keuangan biasanya akan

mengenakan biaya penagihan untuk meningkatkan keterampilan Anda.

Dalam menjalankan aktivitasnya, debitur seringkali bertindak sebagai

pelanggar, dan konsumen membayar atau mengantarkan mobilnya. Karena

jaminan kepercayaan belum didaftarkan sesuai dengan syarat dan ketentuan

kontrak ini, dokumen kontrak perwalian diklasifikasikan sebagai kontrak rahasia

dan penyelesaiannya juga memerlukan intervensi dari otoritas yudisial. Oleh

karena itu, proses penegakan hukum harus dilakukan dengan mengajukan

permohonan ke pengadilan setelah putusan berlaku. Dalam melaksanakan objek

yang terkena jaminan fidusia atau objek yang tidak dijamin oleh jaminan fidusia,

para pihak harus memperhatikan hak debitur terkait objek yang menjadi jaminan

pinjaman. perhatian. Barang dibayar selama perjalanan. Pembiayaan jaminan

fidusia. Mereka tidak terdiri dari nilai aset, karena debitur telah mencapai

kesuksesan ini, bahkan dengan membayar berbagai cicilan pekerjaannya.

Obyek yang menjadi subyek jaminan fidusia dengan demikian sebagian

dimiliki oleh debitur, sebagian lainnya adalah milik kreditur. Jika eksekusi

dilakukan secara paksa yaitu melalui jasa lembaga penagih utang atau lembaga

penagih utang, hal ini tentunya melanggar hukum. Pelanggaran hukum tersebut

dapat digolongkan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan hukum

sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, sehingga debitur dapat

mengajukan gugatan melalui pengadilan untuk meminta ganti rugi atas tuntutan
kreditor. Selain itu, menurut penulis, tindakan sewenang-wenang yang dilakukan

kreditor melalui lembaga penagihan atau lembaga penagihan juga dapat

digolongkan sebagai pelanggaran hukum pidana.

Meskipun barang tersebut juga diketahui sebagai agunan untuk pembiayaan

kepada debitur, kreditor yang bersedia melaksanakan tetapi tidak terdaftar di biro

jaminan fidusia, tindakan tersebut masih dikategorikan sebagai perbuatan

melawan hukum dan bertentangan dengan hukum sebagaimana diuraikan di atas.

Perbuatan kreditur yang mengambil paksa barang yang menjadi subjek jaminan

fidusia, tetapi jaminan fidusia tidak terdaftar, dapat langsung dilaporkan debitur

ke kantor polisi terdekat.

Hak untuk menjual atas objek kekuasaan sendiri yang menjadi subjek

jaminan fidusia jika debitur tidak membuat janji. Sedangkan bagi pembeli mobil

harus dilihat kembali bagaimana jual beli dilakukan. Apabila sesuai dengan

ketentuan jual beli, dalam hal tidak dilakukan pelanggaran hukum, maka pada

prinsipnya proses jual beli tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

Namun demikian jika ada wanprestasi antara debitur dengan pihak ke 3 (pembeli

mobil over kredit) obyek jaminan tersebut tetap bisa dieksekusi oleh pihak

penerima fidusia. Dasarnya adalah perjanjian fidusia yang dilaksanakan oleh

pihak/pelaku debitur kepada kreditur. Dalam prosesnya fidusia ini didaftarkan dan

dikeluarkan sertifikat fidusia. Kekuatan eksekusinya sama dengan putusan

pengadilan. Dengan demikian, setiap perbuatan hukum seperti halnya perjanjian

pembiayaan sudah pasti di dalam naskah perjanjiannya ada sebuah klausul/isi


perjanjian yang mengikat terkait perlindungan terhadap pelaksanaan perjanjian

jika salah satu pihak cidera janji/wanprestasi.

Untuk itu kepada calon debitor sesaat sebelum menandatangani perjanjian

harus membaca dengan cermat dan teliti. Bila perlu mintakan notaris untuk

memberikan penjelasan terhadap pasal jaminan/fidusia sehingga baik kreditor

maupun debitor memahami kedudukan hukumnya (hak dan kewajiban) dalam

perjanjian fidusia. Terhadap permasalahan hukum yang dialami saudara pemohon

konsultasi, yang perlu dilakukan adalah kembali membaca perjanjiannya.

Berikutnya perlu dicek kembali, apakah dalam jual beli/perjanjian jual beli over

kredit dinyatakan bahwa obyek yang dijual merupakan jaminan daripada

perjanjian debitor kepada kreditor sebelumnya.

4.2.2. Akibat hukum terhadap pelaksanaan eksekutorial objek jaminan

fidusia dibawah tangan

Minat besar masyarakat dalam melakukan kredit menjadi dasar maraknya

banyak perusahaan pembiayaan, atau bisa disebut leasing. Perusahaan

pembiayaan atau sewa guna usaha ini merupakan lembaga yang memberikan

pembiayaan atau pembiayaan untuk pembelian barang atau usaha yang

pembayarannya dapat dilakukan secara berkala atau dicicil. Perkembangan

perusahaan leasing cukup pesat di Indonesia, jenis barang yang dibiayai semakin

beragam, tidak hanya di sektor transportasi tetapi juga di bidang konstruksi,

industri, pertanian dan sektor lainnya. Pembiayaan oleh leasing diatur dalam

perjanjian kredit antara leasing dengan debitur.


Dalam perjanjian pembiayaan, pihak leasing biasanya mencantumkan kata-

kata dijamin secara fidusia, artinya dalam perjanjian kredit (sebagai master

agreement) terdapat perjanjian jaminan fidusia (sebagai perjanjian review) yang

membebankan objek yang akan dibiayai. sebagai pembayaran. Menjamin. Keluar

dari hutang jika suatu hari nanti terjadi kredit macet atau jika pembayaran tidak

dilakukan. Selain itu, pengenaan objek yang harus didaftarkan sebagai jaminan

fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat

(1) UUJF.

Kegagalan mendaftarkan objek jaminan fidusia memiliki risiko tertentu,

antara lain pelaksanaannya tidak dapat dilakukan karena persyaratan

pelaksanaannya harus berupa sertifikat jaminan fidusia yang diperoleh pada saat

pendaftaran Jaminan fidusia. Hal ini juga bertentangan dengan ketentuan Pasal 11

ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia, yang menyatakan bahwa benda yang

termasuk dalam jaminan fidusia harus didaftarkan.

Diketahui bahwa ketika mendaftarkan jaminan fidusia, jika perusahaan tidak

mendaftar dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal perjanjian

keuangan konsumen, sertifikat jaminan fidusia tidak dapat diterbitkan dan tujuan

jaminan fidusia tambahan batal. karena operasi. hukum. (Burhan Sidabariba,

2019). Pasalnya, perjanjian jaminan fidusia harus didaftarkan, jika tidak

didaftarkan, perjanjian tersebut secara tidak langsung bukan perjanjian fidusia.

Efek fidusia yang didanai oleh lembaga pembiayaan konsumen harus terdaftar.

Dalam konteks konsumen yang tidak mengetahui akibat hukum jika surat

berharga fidusia yang tidak terdaftar, khususnya akibat bea masuk non-registrasi,
berdampak pada pelaksanaan penarikan kembali kendaraan yang tercakup dalam

kontrak jika terjadi non-pembayaran. Akibat hukum tidak didaftarkannya

perjanjian tersebut adalah tidak dapat dilaksanakan, berdasarkan Pasal 3 Menteri

Keuangan. Peraturan No. 130 / PMK.010 / 2012 menyebutkan bahwa perusahaan

pembiayaan dilarang menggunakan jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor.

kendaraan. . jika Kantor Pendaftaran Fidusia belum menerbitkan sertifikat

jaminan fidusia dan telah menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan.

Saat ini banyak lembaga keuangan dan bank (bank komersial dan bank

kredit) menawarkan pembiayaan konsumen, sewa guna usaha dan anjak piutang.

Mereka umumnya menggunakan prosedur perjanjian yang mencakup jaminan

fidusia untuk pos fidusia, tetapi ironisnya hal ini tidak dicatat dalam akta notaris

dan tidak terdaftar di Kantor Pendaftaran Fidusia untuk mendapatkan sertifikat.

Akta semacam itu bisa disebut akta jaminan fidusia yang licik.

Namun sesuai dengan amanat Undang-Undang Jaminan Fidusia, untuk

mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana diatur dalam skema jaminan

fidusia, pengenaan objek dengan akta jaminan fidusia harus dilakukan dengan

akta otentik dan didaftarkan dalam buku register fidusia. . Jika kondisi ini tidak

terpenuhi, hak kreditur tidak akan menikmati perlindungan yang ditawarkan oleh

undang-undang jaminan fidusia.

Dalam hal debitur meninggal dunia dan jaminan fidusia tidak terdaftar,

maka perjanjian jaminan fidusia swasta tidak dapat segera dilaksanakan. Proses

penegakan hukum harus dilakukan dengan mengajukan gugatan perdata di

pengadilan menurut hukum acara biasa sampai dengan putusan pengadilan telah
diambil. Selain itu, sebagai kreditur, bank tidak memiliki hak sebelumnya (lihat

Pasal 27 (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia) terhadap kreditor lain dalam

mengembalikan pinjamannya, karena jaminan fidusia dianggap tidak sah jika

tidak dicatat. (Frieda Husni Hasbullah, 2009).

Dalam praktiknya, tidak jarang pemberi pinjaman memberikan jaminan

fidusia langsung. Karena pembiayaan objek trust biasanya tidak sepenuhnya

sesuai dengan nilai aset atau debitur telah memenuhi sebagian kewajiban

kontraktual, maka dapat dikatakan bahwa aset tersebut sebagian dimiliki oleh

debitur dan sebagian lagi oleh kreditur. debitur-kreditur. Jika pemenuhan tujuan

fidusia tidak dilakukan oleh lembaga peninjau harga resmi atau lembaga lelang

publik, tindakan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai tindakan ilegal (PMH)

berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ("KUH Perdata") dan dapat diklasifikasikan

sebagai pelanggaran hukum. klaim untuk kompensasi.

Hal ini dapat terjadi jika kreditor dalam praktiknya secara sepihak

mengeksekusi dan menyita properti tersebut, meskipun properti tersebut diketahui

milik sebagian atau seluruhnya milik orang lain. Meskipun beberapa barang juga

diketahui milik kreditor yang ingin memprosesnya, barang tersebut tidak terdaftar

pada layanan tepercaya. Sekalipun debitur mengalihkan barang fidusia yang

dieksekusi di tangannya kepada pihak lain, Undang-Undang Jaminan Fidusia

tidak dapat menagihnya karena kontrak jaminan fidusia telah dinyatakan batal.

Ada kemungkinan pihak debitur yang mengalihkan objek jaminan perwalian

tersebut mendapat informasi dari kreditor tentang adanya dugaan penggelapan

sesuai dengan pasal 372 KUHPidan. Baik kreditor dan debitur dapat bergabung
karena sebagian dari properti menjadi milik kreditur dan debitur. Menurut

pengadilan negeri setempat, gugatan perdata diperlukan di mana tindakan pemilik

yang dipermasalahkan dilimpahkan kepada kedua belah pihak. Kontrak hutang

pada prinsipnya harus dibayar oleh debitur. Dan jika debitur meninggal kemudian

sebelum hutangnya dilunasi, maka hutang tersebut dapat diwarisi dari ahli

warisnya.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 833 ayat (1) KUHAP. Klausul

tersebut menyatakan bahwa ahli waris segera mendapatkan harta benda mati,

semua hak dan rekening sesuai dengan hukum. Menurut J. Satrio, S.H. Dalam

bukunya, Inheritance Legacy (hlm. 8), warisan adalah kekayaan seperti saldo

harta benda dan hutang ahli waris, yang diberikan kepada ahli waris. Konsekuensi

hukum dari perjanjian perwalian tertulis adalah bahwa perjanjian tersebut tidak

dapat ditegakkan. Sertifikat jaminan memiliki penegakan yang sama dengan

keputusan pengadilan terakhir, jadi jika kontrak tidak tertulis, sertifikat yang valid

tidak akan diterbitkan dan penegakannya tidak dapat dilaksanakan. sertifikat tidak

dapat dibandingkan dengan kontrak pembelian atau surat kuasa. kepercayaan

keamanan dan peraturan permanen dapat dipatuhi (Ahmadi Miru, 2019).

Akibatnya, kreditor dapat mengalihkan kasus palsu dari tangan ke tangan

kepada pihak lain, dalam hal ini debitur mungkin tidak bertanggung jawab secara

hukum. Dengan demikian, sebagai tanggapan, kreditor terkadang menggugat

polisi atas tindak pidana pencucian uang sesuai dengan ketentuan Pasal 372

KUHP, yang menyatakan: tetapi siapa yang berkuasa dan tidak bersalah
melakukan penipuan, dengan ancaman hukuman maksimal empat tahun atau

denda tetap sebesar sembilan ratus rupiah.

Oleh karena itu, transfer pemberi pinjaman terutama berdasarkan hukum.

Namun, jika pemberi pinjaman juga mengambil tindakan sukarela untuk

mendapatkan efek dan, sebaliknya, debitur mencoba mengalihkan efek, mereka

akan saling memberi tahu. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lembaga

keuangan tidak memahami dan tidak mematuhi ketentuan № UU. 1999 42. Jika

hal ini diperhatikan, ketersediaan jaminan kepercayaan yang terdaftar memberikan

perlindungan hukum kepada kreditor. Penolakan untuk mendaftarkan jaminan

kepercayaan dapat dikaitkan dengan pengenaan komisi pada kreditor.

Ketika suatu lembaga keuangan mengeluarkan dananya sendiri untuk

membiayai kebutuhan konsumen untuk pembelian barang, konsumsi dan biaya

pinjaman, maka adanya suatu bentuk pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh

konsumen untuk bunga dan biaya lainnya. Ini adalah hutang. pembayaran per

orang. Konsumen memberikan bukti kewajiban umum konsumen, pembayaran

awal ditentukan oleh pemberi pinjaman, pembayaran bulanan kepada kreditur

sesuai dengan ketentuan yang disepakati, tujuan kepemilikan dan jaminan.

Namun yang menjadi prinsip didalam perjanjian obligatoir terjadinya

kesepakatan sejak saat itu pula lahir hak dan kewajiban, sedangkan menurut sifat

konsensual disepakatinya sebuah perjanjian sejak saat itu juga perjanjian mengikat

para pihak. Hal ini membawa konsekuensi bahwa kesepakatan ialah titik lahirnya

kontrak, dan sebagai bentuk pemenuhan prestasi yang dilakukan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan dalam kesepakatan kontrak. Perjanjian konsensual

obligatoir akan melahirkan antara kesepakatan dangan pemenuhan prestasi.

Dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak sepakat untuk

melakukan prestasinya sesuai dengan waktu yang ditentukan, hal tersebut

menimbulkan konsekuensi bahwa sebelum waktu pemenuhan itu tiba, maka

kreditur tidak berhak untuk mengih prestasi karena kewajiban itu belum matang

untuk ditagih hal ini sesuai prinsip ketentuan waktu yang dibuat dalam perjanjian.

Jadi, jaminan fidusia merupakn salah satu bentuk jaminan kebendaan sehingga

menimbulkan hak kebendaan, namun terkadang para pelaku kreditor maupun

debitor tidak memahami pada saat kapan jaminan fidusia itu lahir dan berlaku,

sebagaimana Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Fidusia menyebutkan bahwa

“jaminan fidusia lahir pada tanggal dicatatnya ke buku daftar fidusia maka pada

saat itu juga fidusia lahir” jika jamiana fidusia pada saat pencatatan, lalu apa

eksistensi akta autentik tentang jaminan fidusia itu karena ternyata dengan

ditandatanganinya akta perjanjian fidusia tidak kemudian menimbulkan lahirnya

jamian fidusia.

Menyangkut perbedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan, dimana

hak kebendaan bersifat absoolut, dapat dipertahankan kepada siapapun dan selalu

mengikuti bendanya kemanapun benda itu beralih, sedangkan hak perorangan

ialah hak yang dapat ditujukan kepada orang-orang tertantu saja, hak perorangan

merupakan hak tagih atau pemenuhan prestasi dari sebuah perjanjian karena hak

perorangan tibul dari perjanjian. Facta sun servanda bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah akan mengikat seperti undang-undang kepada mereka yang
membuatnya. Dapat dimaknai jika sekedar hanya disepakati dalam perjanjian

maka pihak penerima jamiaan tidak bisa mempertahankan objek yang diserahkan

sebagai jaminan fidusia, karena itu baru berupa janji, dan janji hanya

menimbulkan hak penagihan kepada pihak yang telah memberikan janji untuk

melakukan prestasi sesuai apa yang telah disepakati.

Namun pada waktu fidusia nyatanya dicatat dan didaftarkan maka timbul

hak kebendaan bagi si penerima fidusia, karena dengan dicatatkannya fidusia itu

telah memenuhi prosedur publisitas yang kemudian menimbulkan pengaruh agar

setiap orang dianggap tahu bahwa benda jaminan tersebut diberikan

kebendaannya kepada pihak kreditor bilamana si debitor didapat melaksanakan

prestasi sebagaimana telah di sepakati di dalam perjanjian maka pihak kreditor

dapat melakukan eksekusi jaminan fidusia tersebut.

Kekeliruan memahami akan lahirnya hak-hak kebendaan dalam jaminan

fidusia tersebut memungkinkan pada pelanggaran secara pidana, misalnya ketika

kreditor tidak mendaftarkan jaminan fidusia tersebut lalu pihak debitor

wanprestasi, kemudian pihak lembaga pembiayaan melakukan pengambilan paksa

objek jaminan dari si pemberi fidusia dengan bantuan orang-orang tertentu,

kondisi tersebut akan berdampak terlanggarnya garis haluan hukum pidana karena

secara hukum, pihak kreditor belum memiliki hak untuk mengabil objek jaminan

dari debitor mengingat jaminan jaminan fidusia itu belum lahir. Kreditur hanya

berhak untuk menagih saja dan jika penagihan itu tidak diindahkan oleh pihak

debitor, maka kreditor harus meminta bantuan kepada lembaga peradilan untuk

memaksanya dengan suatu proses gugatan terlebih dahulu.


Sebagai bukti bahwa perjanjian jaminan fidusia merupakan bentuk dari

perjanjian obligatoir yang mengartikan timbulnya hak dan kewajiban setelah

dilukannya pendaftaran jaminan fidusia maka dapat kita lihat dari klausula yang

berbunyi pada akta pemberian fidusia “bahwa antara pemberi fidusia atau debitor

selaku pihak yang menerima fasilitas pembiayaan dan penerima fidusia atau

kreditor telah dibuat dan ditandatangan “bahwa untuk lebih menjamin dan

menanggung semua yang dipersyaratkan, sebagaimana disyaratkan dalam

perjanjian pembiayaan, wali amanat wajib memberikan jaminan fidusia atas

kendaraan milik kreditur untuk kepentingan kreditur. sebagaimana disepakati

antara para pihak.

Meskipun telah ada peraturan-peraturan tersebut, dalam prakteknya masih

terdapat perusahaan keuangan yang belum mendaftarkan Undang-Undang tentang

Penjaminan Kreditur, sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa perjanjian

penjaminan kreditur itu sendiri hanya sebatas pengenaan notaris dan tidak

didaftarkan sesuai dengan kebutuhan hukum perundang-undangan. Dengan

demikian, konsekuensi hukum dari jaminan kepercayaan yang tidak terdaftar

adalah tidak adanya kesepakatan material tentang jaminan kreditur, sehingga fitur

material seperti Droit de Suite (hak material selalu mengikuti kasus di tangan

setiap orang yang memiliki kasus) dan hak istimewa. hak tidak terkait dengan

pinjaman yang memberikan jaminan kepercayaan. atau dengan kata lain jaminan

kepercayaan pribadi (personal security).

Sehubungan dengan pemenuhan jaminan kreditur, debitur wajib

menyerahkan barang-barang yang menjadi jaminan kreditur. Jika debitur tidak


mengakhiri jaminan kreditur selama penegakan, kreditur berhak untuk menyita

objek yang dijamin oleh jaminan kreditur dan, jika perlu, meminta bantuan dari

otoritas yang berwenang. "Perdagangan barang atau sekuritas yang dapat

diperdagangkan di bursa atau yang dapat diperdagangkan di tempat-tempat

tersebut sesuai dengan peraturan yang relevan, tunduk pada keamanan

kepercayaan. Seiring dengan perubahan dunia fidusia dan pentingnya fungsi

pencatatan utang yang dijamin, termasuk asuransi utang, termasuk jaminan

amanah ini, UUJF kemudian mengatur bahwa semua perusahaan asuransi fidusia

harus didaftarkan pada pejabat yang berwenang.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hutang dan

hutang kredit merupakan kesepakatan utama atas prinsip-prinsip umum akad,

sedangkan pelaksanaan penjaminan rahasia merupakan akad tambahan. Perjanjian

pengawasan atau lampiran didasarkan pada prinsip bahwa debitur diberikan

perlindungan hukum terhadap kerugian yang timbul dari hutang dalam hal kinerja

atau non-kinerja. Namun dalam praktiknya, hutang atau hutang masih

menimbulkan masalah. Dalam hal ini, kreditor terkadang tidak mendaftarkan hak

keamanan rahasia karena biaya atau pekerjaan terikat secara manual. Sementara

itu, debitur sering kali mengalihkan hak atas benda yang dipercayakan kepada

pihak ketiga, apalagi debitur tersebut pergi dan tidak dapat menemukan

alamatnya.

Jika amanah tidak dalam kendali dan tidak terdaftar sesuai dengan hukum,

itu tidak memiliki kekuasaan eksekutif dan hak prerogatif dan dapat dibatalkan

oleh hukum. Prinsip utama jaminan loyalitas adalah melindungi hutang terhadap

kerugian akibat hutang, agar hutang tidak lalai membuat perjanjian rahasia dengan

Akta Nathar dan mendaftar melalui kantor pendaftaran loyalitas. keamanan.

Namun, ditemukan bahwa akta amanah notaris tidak dibuat dan bahwa perwalian

yang dinyatakan tidak terdaftar karena tidak ada aturan hukum yang ditetapkan.

Oleh karena itu, undang-undang di masa mendatang harus mereformasi regulasi

jaminan loyalitas, yang harus menciptakan jaminan dan mendaftarkan fidusia


ketika pemegang saham yang lalai diberi sanksi. Ini akan memberikan jaminan

hukum.

Dengan adanya registrasi ini, semua orang masih mengetahui bahwa topik

tersebut tidak digunakan untuk menutupi hutang, dan ini bisa dilakukan melalui

daftar tempat yang diperbolehkan untuk mendaftar. Pendaftaran jaminan rahasia

menegaskan status subjek jaminan rahasia, dan jaminan memberikan sertifikat

keaslian dengan pendaftaran, yang otentik karena dibuat dengan akta notaris.

Komponen penting lainnya dari mendaftarkan agunan yang kredibel adalah hak

untuk menerbitkan sertifikat jaminan kredit, karena persyaratan formal dan

material untuk jaminan kredit dan sertifikat keaslian semuanya dipenuhi melalui

prosedur yang berlaku.

Kreditor berupaya menghindari kerugian akibat kegagalan memenuhi

kewajiban nasabah yang kreditnya tersedia untuk diperiksa dalam perjanjian

kredit melalui pembelian sukarela atas aset perwalian yang belum dilelang oleh

penjamin dan melalui izin untuk menjual. di luar penawaran penjamin sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan dalam. Akibat likuidasi jaminan fidusia yang

tidak tercatat dalam daftar wali amanat adalah debiturnya, kecuali jika kreditor

mengambil tindakan hukum terhadap kreditur yang sah melalui proses ini,

sehingga menjadi kreditor ganda dari utang yang telah diterimanya. , dan

implementasinya diawasi oleh Panitera. distrik mengeluarkan perintah tertulis

untuk menyita sejumlah harta bergerak yang diperlukan untuk meyakinkan

kreditor bahwa wali amanat tidak harus terdaftar, tetapi otorisasi untuk menjual

sertifikat berdasarkan otorisasi yang dikeluarkan oleh sertifikat ernya untuk xc ke


pada kendaraan yang disewa digunakan atas dasar pembayaran sukarela oleh

debitur atau kesepakatan antara kreditur dan debitur. Setoran perjanjian sukarela

artinya tidak ada perselisihan antara para pihak, sehingga sitaan tanpa kesepakatan

antara bank dan debitur menjadi tidak sah karena sitaan barang bergerak tersebut

diberi kuasa (ex officio) oleh ketua pengadilan negeri untuk diterbitkan penyitaan

pesanan Lebih banyak pergerakan barang yang wajar. badan eksekutif terikat oleh

bagian operasi dari kalimat tersebut, yang pada prinsipnya menentukan apakah

tindakan serius tidak dapat dilakukan dalam proses perdata biasa. Apabila debitur

gagal memenuhi kewajibannya, maka kreditur tidak akan segera melaksanakan

pokok penjaminan debitur.

Berikut adalah langkah-langkah pertama yang dilakukan wali untuk

melakukan upaya yang lebih persuasif dan menetapkan prioritas untuk menjaga

hubungan pelanggan yang baik. Praktik lapangan menunjukkan bahwa

pelaksanaan jaminan fidusia yang digunakan kreditor cenderung dijual dengan

tangan bersama dengan para pihak. Alasannya adalah mencari pembeli yang tepat

dengan harapan mendapatkan harga yang tinggi. Selain itu, juga diasumsikan

bahwa cara ini tidak menghabiskan banyak uang, tenaga dan waktu.

Mengeksekusi jaminan keandalan atas dasar hak eksekutif atau melalui lelang

publik akan memakan waktu lama dan cukup mahal. Pemberi pinjaman lebih

memilih untuk memberlakukan jaminan fidusia dengan menjual tangan, karena

peminjam dapat mencari pembeli yang ingin membeli jaminan berupa kendaraan

bermotor roda dua dan empat dengan harga tinggi yang disyaratkan oleh lembaga

keuangan. . Oleh karena itu, dibutuhkan waktu yang singkat dan murah.
5.2. Saran

Pihak yang terlibat dalam pendaftaran perwalian harus bertindak sesuai

dengan hukum yang berlaku untuk menciptakan jaminan hukum antara pemberi

pinjaman dan debitur. Jika pemberi pinjaman belum menandatangani jaminan

keuangan, perjanjian tersebut hanya perjanjian pinjaman standar, jadi jika pemberi

pinjaman mengingkari janjinya, pemberi pinjaman tidak akan dapat

melaksanakannya.

Perlindungan hukum bagi pemberi pinjaman Jika pemberi pinjaman merasa

kewalahan karena peminjam belum pindah tetapi pemberi pinjaman belum

menandatangani uang jaminan, pemberi pinjaman harus mengajukan gugatan

terhadap pemberi pinjaman. Pengadilan untuk menggunakan hak mereka dan

menuntut hutang. Konsekuensi tidak diserahkannya kontrak asuransi yang valid

oleh pemberi pinjaman dari kontrak asuransi yang tidak aman dan ilegal. Dalam

rangka melindungi hak dan kewajiban peserta, kewajiban mendaftar perlindungan

sosial merupakan salah satu langkah yang diatur dan dilaksanakan. Agar jaminan

penghasilan kreditur terdaftar secara sah, maka harus dibuat ketentuan agar pihak

yang bersangkutan mendapat jaminan hukum yang mengatur tentang undang-

undang yang menjamin amanah. Tujuan polis asuransi yang ditransfer sebelum

pendaftaran polis asuransi adalah untuk mengurangi posisi pemberi pinjaman

sebagai penerima pendapatan, yaitu. Polis asuransi tidak tunduk pada hukum,

norma, dan hak iklan penyangkalan pertama aturan akibatnya, debitur tidak dapat

dituntut karena belum ada jaminan yang diberikan dalam hal ini.
Dalam hal ini kurangnya pengawasan yang dilakukan badan pengawasan

lembaga pembiayaan atau OJK sebagai fungsi mengatur dan melakukan

penugasan, pengaturan, serta mengontrol lembaga pembiayaan dalam

melaksanakan oprasinya menyalurkan dana kepada masyarakat membantu guna

berkembangnya ekonomi di masyarakat yang merupakan tujuan seluruh Negara di

muka bumi agar tecapainya dasar yang menjadi pedoman berdirinya bangsa

Indonesia bahwa memang dasar itu bukan hanya slogan bagi para pemimpin di

negeri ini. Hal yang harus dilakukan para penegak hukum dimana dalam

melindungi hak dan kewajiaban warga di suatu wilayah kesatuan Negara mutlak

pentingnya peran pemerintahan untuk mencegah terjadinya kesewenang-

wenangan, pelanggaran hukum yang dilakukan oknum maupun pejabat atas

perintanya melakukan pelaksanaan yang bertentangan dengan hukum yang

berlaku. Maksudnya, dana sertifikasi akan dilaksanakan atas dasar putusan yang

tidak lama lagi akan datang oleh pengadilan. Atau, dalam kasus penjualan eceran

umum, biaya layanan eceran tidak terlalu mahal. Selain itu, nilai jaminan tunai

mobil kecil tidak sebanding dengan biaya penjualan dan biaya operasi melalui

lelang dan litigasi, agar tidak terlalu banyak mengeluarkan uang atas kerugian

para pihak akibat biaya tinggi. Semakin kompleks persoalan hukum terkait

pinjaman yang tidak diperpanjang dan kemungkinan sengketa yang semakin rumit

di kemudian hari, maka credit union, kreditur, ketentuan UU No. Maksud dan

tujuan dari penjara harus mendapat perhatian yang lebih hukum. perlindungan.

Berkenaan dengan tingkat pendidikan dan kesadaran umum khususnya terhadap

hukum dan sifat integritas bisnis yang belum banyak diketahui publik, Banca de
Economii harus memberikan nasihat hukum kepada publik. Secara umum untuk

memperluas pengakuan hukumnya, terutama yang berkaitan dengan pinjaman.

Jaminan pinjaman. Garansi dan segala implikasinya serta konsekuensinya.

Anda mungkin juga menyukai