Anda di halaman 1dari 6

NAMA : CINDY EFRILIZA

NOBP : 19101155110051

KELAS : A2

TUGAS PI PERT 15

1. Mereview masalah dampak pandemi Covid-19 dan Omicron terhadap


perekonomian Indonesia

 COVID 19
Bagi Indonesia, dampak Covid-19 terlihat dari pertumbuhan ekonomi
yang mengalami kontraksi. disebabkan karena tiga hal, yakni penurunan daya
beli, ketidakpastian investasi, dan penurunan harga komoditas. Dari sisi daya beli,
pemerintah menyebut kemampuan konsumsi masyarakat saat ini melemah karena
pendapatan menurun.
  Penurunan pendapatan ini salah satunya akibat pemutusan hubungan kerja
(PHK) sebagai dampak Covid-19. Dalam sebuah diskusi virtual, Sekretaris Eksekutif I
Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) Raden
Pardede mengatakan, penurunan daya beli disebabkan oleh jumlah orang yang tidak
bekerja semakin banyak, perusahaan enggan merekrut pekerja, bahkan yang
bekerja dirumahkan oleh perusahaan karena pengurangan jam aktivitas
operasional. 
Dari sisi investasi, dampak Covid-19 terlihat dari minat investor asing
untuk berinvestasi di Indonesia yang menurun sepanjang tahun lalu. Kondisi
ini sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang terdampak pandemi
Covid-19. 

 OMICORN
Dampaknya bagi perekonomian Indonesia yaitu :
1) Infeksi Ekonomi RI Lebih Parah dari Varian Delta
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad,
mewanti-wanti dampak penyebaran varian Omicron juga bisa
menimbulkan infeksi perekonomian Indonesia.
Bahkan, berpotensi lebih parah dari varian delta. Saat varian delta
menyebar, perekonomian Indonesia yang semula bisa tumbuh 7,07
persen pada kuartal II jadi turun ke 3,51 persen pada kuartal III 2021.
2) Aktivitas Ekspor Terhambat
Bila Omicron meluas, rantai pasok berkemungkinan bakal
terhambat karena ada pengetatan di berbagai negara. Bisa-bisa ekspor
terhenti dan kontribusinya ke ekonomi Indonesia berkurang.
3) Kesejahteraan Masyarakat Menurun
Bhima juga menilai, aktivitas ekonomi akan kembali dibatasi bila
Omicron benar-benar masuk ke Indonesia. Implikasinya adalah
kesejahteraan masyarakat yang bisa menurun imbas penurunan
aktivitas ekonomi.
“Dikhawatirkan ada pembatasan sosial kalau benar-benar masuk.
Kalau iya, konsumsi rumah tangga bisa melemah dan belanja tertekan.
Belum lagi banyak hal yang menaikkan biaya hidup.

2. Bagaimana daya beli masyarakat Indonesia saat sekarang ini


Covid-19 telah mengakibatkan daya beli masyarakat merambat. Daya beli atau
tingkat konsumsi rumah tangga memang memiliki kontribusi besar terhadap
pembentukan ekonomi tanah air, kontribusinya sekitar 56%. Pertumbuhan konsumsi
melambat salah satunya karena daya beli masyarakat berkurang, sehingga keinginan
untuk melakukan konsumsi tidak seantusias tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi yang
melambat juga terjadi karena berkurangnya permintaan barang dan jasa sebab banyak
industri yang tidak dapat melakukan produksi. Beberapa industri yang terdampak pun
kemudian melakukan PHK. Ujungnya daya beli kembali masyarakat menurun. Dampak
PHK inilah yang berdampak pada pendapatan rumah tangga sehingga daya beli
masyarakat menurun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam situasi pandemi Covid-
19 hanya tumbuh sekitar 2,84 persen atau nyaris terpangkas separuh bila dibandingkan
kuartal pertama tahun lalu yang tercatat tumbuh sebesar 5,02 persen. Selama ini motor
utama pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai 58,14
persen. Melambatnya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi biang utama pelambatan
pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana rilis data terbaru dari BPS, ternyata pertumbuhan
ekonomi hanya mencapai sebesar 2,97 publikasi pada kuartal pertama 2020 atau terjadi
kontraksi sekitar -2,41 persen bila dibandingkan kuartal keempat pada tahun lalu.
Penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu diwaspadai, sebab berpengaruh
terhadap perlambatan daya beli. Diperlukan upaya untuk menjaga daya beli guna
mempertahankan kesejahteraan penduduk di tengah dinamika ekonomi yang terjadi saat
ini.

Pada saat sekarang ini pemerintah telah melakukan kelonggoran terhadap


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB sebagai upaya menuju tatanan normal baru
(New Normal) Perkantoran di ibukota sudah mulai beroperasi secara efektif, pusat
perbelanjaan atau mall dibuka sejak15 Juni 2020, dan taman rekreasi kembali beroperasi
pada 20-21 Juni 2020. Tak hanya itu, kapasitas maksimal untuk transportasi publik yang
sebelumnya hanya boleh 50 persen dari total kursi yang ada, kini jumlahnya naik rata-rata
menjadi 70 persen. Kebijakan ini diharapkan menggerakkan lagi aktivitas perekonomian
di dalam negeri. Kalau efektif, dampaknya akan positif untuk ekonomi nasional.
Minimal, bisa menahan agar ekonomi domestik tak sampai minus di tengah penyebaran
virus corona. Hanya saja impian itu belum tentu tercapai. Pelaku usaha sendiri tak yakin
tingkat konsumsi masyarakat akan pulih di masa new normal ini. jangan terlalu optimis
ekonomi nasional langsung membaik dengan kebijakan new normal yang baru saja dirilis
pemerintah. Masalahnya, tingkat permintaan masih rendah karena daya beli masyarakat
belum pulih di tengah pandemi virus corona. Melihat angka penyebaran virus corona ini
masih bergerak naik, kemauan orang melakukan konsumsi itu bergantung pada data
kesehatan. Kalau angka penularan virus corona justru melonjak seperti beberapa hari
terakhir ini, maka akan mempengaruhi kemampuan dan kerelaan orang untuk
mengeluarkan uang dengan hanya lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan prioritas saja.
Logikanya, masyarakat akan lebih hati-hati untuk belanja jika penularan virus corona
semakin meningkat. Fithra menyatakan seseorang akan memilih menyimpan uangnya di
tengah situasi yang serba tak pasti seperti sekarang. Kalau pemerintah tak hati-hati,
kebijakan new normal justru bisa jadi bumerang tersendiri. Bukannya pulih, ekonomi
justru akan semakin hancur karena kebijakan new normal dilakukan saat kurva penularan
virus corona semakin meningkat. kurva penularan virus corona bisa mulai menurun
secara konsisten pada Juli 2020, maka ada peluang ekonomi Indonesia tumbuh positif
pada akhir tahun. Sebaliknya, ekonomi domestik berpotensi minus bila penularannya
terus meningkat hingga September 2020. Masyarakat akan kembali percaya diri untuk
melakukan konsumsi jika peningkatan kasus positif corona mulai melambat. Efeknya,
permintaan di pasar ikut meningkat dan kegiatan ekonomi kembali bergerak.
3. Jelaskanlah bentuk Regulasi Pemulihan Ekonomi Nasional di masa sekarang ini
Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional dan global sangat
terasa pada triwulan II tahun 2020. Triwulan I tahun 2020, ekonomi nasional masih
tumbuh 2,97%, walau turun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019 yang sebesar
5,07. Hal ini terjadi karena pengaruh eksternal di mana Covid-19 sudah merebak di
beberapa negara seperti Cina.

Pada triwulan II, walaupun belum ada data resmi, Indonesia diperkirakan
mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sekitar 3%. Hal ini terjadi karena
kebijakan social distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru di mulai
pada pertengahan Maret. Social distancing dan PSBB tersebut sangat mempengaruhi
aktivitas ekonomi.

Keadaan ekonomi Indonesia tersebut masih lebih bagus di tingkat regional


maupun dunia. Beberapa negara mengalami kontraksi yang sangat dalam misalnya
Singapura sebesar 41,2%, Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10%, dan Inggris sekitar
15%. Sementara itu, Bank Dunia memprediksi ekonomi global pada tahun 2020 akan
mengalami kontraksi sebesar 5,2% dan Indonesia 0,3%, merupakan negara kedua terbaik
ekonominya sesudah Vietnam yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya positif.

Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank Dunia, OECD)
memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun 2020. Resesi tersebut akan
dialami lebih dalam oleh negara-negara maju. Indonesia diperkirakan akan mengalami
resesi namun resesi ringan (mild recession) karena kontraksi ekonomi diperkirakan
“hanya” sekitar -3%-0% dan tidak akan berlangsung lama, sekitar 2 triwulan.

Sinergi dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk melaksanakan


kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan membangun
kerjasama dari seluruh komponen bangsa. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan
pemulihan ekonomi yang holistic. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung oleh
pemerintah daerah.
Pemda mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas
pemulihan ekonomi nasional. Pemda memahami struktur ekonomi daerah, demografi,
dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Di samping itu, kebijakan APBD dapat
disinergikan untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah.

Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga mempunyai
peran yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah
memberikan kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya disambut dengan
positif oleh pelaku usaha dengan menggerakkan usahanya secara baik.

4. Jelaskanlah strategi kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional dalam usaha


pemerintah mempertahankan perekonomian dimasa pandemi ini

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, triwulan III menjadi momentum
bangkitnya perekonomian Indonesia, agar tak tergelincir ke jurang resesi. “Reopening kegiatan
perekonomian jelas membawa dampak positif,” kata Chatib, seperti dalam keterangan
tertulisnya. Sejumlah pakar ekonomi pun berpendapat, pembukaan aktivitas ekonomi di tengah
pandemi Covid-19 mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengingat hal tersebut,
pemerintah mengambil langkah cepat dengan menyiapkan lima langkah agar perekonomian
nasional kembali positif.
Pertama, melakukan belanja besar-besaran guna meredam kontraksi ekonomi akibat
pandemi Covid-19. Langkah tersebut dipilih karena, pada masa krisis akibat pandemi Covid-19,
belanja pemerintah diakui sebagai instrumen pengungkit pemulihan ekonomi. Di samping itu,
sektor swasta dan UMKM harus dipulihkan dengan stimulus. “Lewat belanja besar-besaran,
permintaan dalam negeri meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi,” kata Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Kedua, pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional. Pada komite ini, Airlangga Hartarto bertindak sebagai pemimpin, dan Erick Thohir
selaku Ketua Pelaksana. Komite tersebut akan memastikan penanganan kesehatan dan ekonomi
berjalan sinergi, dan menjaga pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020. Ini Indikator
Ekonomi yang Tunjukkan Perbaikan
Ketiga, pemerintah memberi bantuan kredit berbunga rendah, dan menyiapkan berbagai
program agar UMKM bergeliat kembali. Salah satunya adalah kebijakan restrukturisasi dan
subsidi bunga kredit.
Keempat, pemerintah menempatkan dana di perbankan guna memutar roda ekonomi.
Adapun penempatan yang telah dilakukan adalah Rp 30 triliun di Himpunan Bank Milik Negara,
dan Rp 11,5 triliun di Bank Pembangunan Daerah. Berkat langkah tersebut, penyaluran kredit
perbankan mulai membaik.Terbukti hingga Rabu (22/7/2020), penyaluran kredit dari
penempatan dana di Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) telah dilakukan kepada
518.797 debitur, dengan nilai mencapai Rp 43,5 triliun.
Kelima, pemerintah melakukan penjaminan kredit modal kerja untuk korporasi.
“Perbankan telah menandatangani perjanjian penjaminan, terutama untuk sektor padat karya,”
kata Airlangga. Dengan kelima langkah tersebut, pemerintah menegaskan bahwa perkataan
segelintir pengamat yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin parah
hanyalah asumsi negatif. Terlebih Lembaga keuangan International Monetary Fund (IMF)
memprediksi, pada 2021 Indonesia akan menjadi negara dengan pemulihan ekonomi tercepat
setelah Cina. IMF memperkirakan pertumbuhan perekonomian dunia sebesar 5,4 persen, dan
diikuti proyeksi Bank Dunia sebesar 4,2 persen. Sementara itu, Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) memprediksi, pertumbuhan ekonomi global akan berkisar
di rentang 2,8 persen hingga 5,2 persen.

Anda mungkin juga menyukai