KATA PENGANTAR
Dalam keadaan bersyukur saya ucapkan terutama terhadap Allah yang Mahakuasa sebab oleh
karena izin juga kesempatan-Nya saya mampu membereskan sebuah karya tulis saya dengan tuntas.
Dengan sabar dan tekun penulis menyusun karya tulis ini dan disempurnakan oleh izin dan
kesempatan-Nya yang diberikan kepada penulis.
Dalam pembuatan ini penulis mengakui bahwa ada banyak sekali pihak-pihak tertentu yang
membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Maka dari itu penulis mengapresiasi dan berterima
kasih kepada pihak-pihak tertentu yang ikut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini sampai
selesai.
Hingga pada akhirnya karya tulis ini selesai dibuat. Saya sadar masih banyak bagian-bagian
dari makalah ini yang masih kurang sempurna atau terdapat kecacatan. Maka dari itu penulis sangat
mendambakan adanya kontribusi dari anda yang berwujud saran dan kritik yang memiliki bekal
positif untuk penyempurnaan karya tulis ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses berfikir, yang menjadikan seorang individu menjadi tahu dan
mengerti tentang berbagai hal yang tidak ia ketahu sebelumnya. Dalam dunia pendidikan terdapat
banyak sekali teori-teori tentang belajar, yang di pelajari dalam materi belajar dan pembelajaran.
Teori-teori ini diajukan oleh benyak ahli dari bidang psikologi maupun pendidikan.
Teori-teori tentang belajar dan pembelajaran tersebut sangat perlu diketahui dan dipahami
oleh para pendidik maupun calon pendidik, agar mereka mampu memahami bagaimana proses
belajar dan pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat mendidik para peserta didik dengan
baik. Secara umum berdasarkan orientasinya teori tentang belajar dan pembelajaran.
Diklasifikasikan menjadi empat yang meliputi teori belajar yang beorientasi pada tingkah laku
(behaviorisme), teori belajar yang berorientasi pada kemampuan kognitif (kognitivisme), teori
belajar yang berorientasi pada pembentukan sifat manusia (humanisme), dan teori yang akan kami
bahas dalam makalah ini ialah teori belajar yang berorientasi pada proses mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilan sendiri (konstruktivisme) dan teori Sibernetik.
1. Bagaimana teori, ciri-ciri dan prinsip terkait teori konstruktivisme dan teori Sibernetik?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan pada teori konstruktivisme dan teori Sibernetik?
3. Bagaimanakah teori konstruktivisme dan teori Sibernetik untuk aplikasi dalam pembelajaran?
1. Untuk mengetahui teori, ciri-ciri, dan prinsip terkait teori konstruktivisme dan teori
sibernetik
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar konstruktivisme dan teori
Sibernetik
3. Untuk mengetahui aplikasi dalam pembelajaran terkait teori belajar konstruktivisme dan
Sibernetik
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
Generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Jadi
kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi,
dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
2.2 Teori Sibernetik
Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik
(feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi. Menurut teori sibernetik,
belajar adalah pengolahan informasi. Sistem informasi dipandang sangat memegang peranan
penting dalam mempermudah penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan.
Teori sibernetik merupakan cabang psikologi sibernetik, yaitu suatu perbandingan
antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektro mekanik seperti
komputer. Para ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme
mesin elektronik. Mereka menganggap bahwa siswa (pebelajar) sebagai suatu sistem yang
dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self-regulated feedback).
Dan teori belajar sibernetik merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif, yang
menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.
Implementasi teori sibernetik dilakukan melalui beberapa pendekatan pengajaran dan metode
pembelajaran yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-
learning, dan lainnya. Pada intinya dengan memahami teori ini, guru akan lebih mudah dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.
2.3 Ciri-ciri dan prinsip teori konstruktivisme
Menurut Scheerens (2003) ada 4 prinsip kunci sibernetik, yaitu 1) sistem harus
mempunyai kapasitas untuk merasakan, memonitor dan meneliti aspek signifikan dari
lingkungan mereka; 2) mereka harus mampu menghubungkan informasi dengan norma
yang berlaku yang memandu perilaku sistem; 3) sistem harus mampu mendeteksi
penyimpangan yang signifikan dari norma-norma; dan 4) mereka harus mampu memulai
tindakan korektif ketika ketidaksesuaian terdeteksi”. Orientasi ini lebih mendekati
gagasan tentang responsivitas terhadap batasan lingkungan dibanding terhadap efektivitas
dalam pengertian produktivitas dan pencapaian tujuan.
Teori Konstruktivisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan
Memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang
sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu
konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai
kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban
guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara
atau fasilitator. Pembelajaran secara Konstruktivisme berdasarkan beberapa pandangan baru
tentang ilmu
Pengetahuan dan bagaimana boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan
pengetahuan baru lahir daripada gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini
menggalakkan murid mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan
menggunakan hipotesis-hipotesis dan idea-idea baru.
DAFTAR PUSTAKA
Razali Yunus. Vol 4, No 2 (2018), Teori belajar Sibernetik dan implementasinya dalam
Diklat.
Laily Rahmawati, Diana Rizki Latifah, Vony Nurul Fatma, Mila Avianti, Kholifatul
Firdausiyah, Uswatul Rayyimah, (2015). Tugas mata kuliah teori belajar dan pembelajaran,
Teori konstruktivisme. Universitas Trunojoyo Madura
Dr. Chairul Anwar, M.pd. (2017). Teori-teori pendidikan klasik hingga kontemporer.
Yogyakarta. IRCiSoD.
https://www.kompasiana.com/akmala-04/teori-belajar-
konstruktivisme_5508e72e8133118c1cb1e1f4