Oleh
Kelompok 4
Dosen Pengampu
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan anak autis .
Tugas ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan tugas ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Asuhan Keperawatan anak autis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGATAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
1.3 Rumusan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................................4
2.1 Definisi Autisme.............................................................................................4
2.2 Etiologi...........................................................................................................5
2.3.Tanda dan gejala.............................................................................................6
2.4 Patofisiologi....................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan penunjang..................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................10
3.1 Pengkajian.....................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................16
3.3. Intervensi Keperawatan................................................................................16
3.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................19
3.5 Evaluasi Keperawatan...................................................................................19
BAB IV PENUTUP................................................................................................20
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................20
4.2 Saran...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
WOC........................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak yang tumbuh sehat adalah harapan terbesar bagi orangtua. Kehadiran anak
merupakan kebahagiaan terbesar bagi orangtuanya. Namun kebahagiaan tersebut dapat
menjadi kesediaan apabila anaknya mengalami gangguan atau anaknya berbeda dengan
anak-anak lainnya. Tak seorangpun orangtua yang menginginkan anaknya mengalami
gangguan dalam pertumbuhan atau perkembangannya. Kelahiran anak yang mengalami
gangguan atau disabilitas dapat menimbulkan masalah yang berat bagi keluarga,seperti
kurang berjalannya peran orang tua dalam menentukan pola asuh pada anaknya sehingga
anak suka berperilaku tidak wajar, anak mulai menarik diri dari aktivitas sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, pembicaraan anak menjadi tidak jelas.
Salah satu gangguan atau disabilitas perkembangan yang berat pada anak adalah
autis. Anak dengan autis dikelompokkan ke dalam anak yang memiliki kebutuhan
khusus, yaitu anak yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami kondisi fisik,
perkembangan, perilaku atau emosional kronis. Selain itu juga memerlukan layanan
kesehatan dan layanan lain yang terkait, dalam jenis atau jumlah yang lebih dari yang
dibutuhkan anak lain pada umumnya (Newacheck, et al, 1998 dalam wong, 2008).
1
Anak autis adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan, seringkali
menunjukkan minat keanehan yang intens dalam kisaran sempit aktivitas, menolak
perubahan, dan tidak berespon terhadap lingkungan sosial (Sadock & Sadock, 2013).
Gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun dan anak mempunyai
fungsi abnormal dalam 3 bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang
terbatas dan berulang (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Pola pengasuhan anak autisme
merupakan tanggung jawab orang tua, diperlukan pemahaman tentang pola pengasuhan
agar pertumbuhan dan perkembangan anak autisme dapat dicapai dengan optimal.
Orang tua mencari dan membekali diri dengan pengetahuan yang berkaitan dengan
perkembangan anak (Gunarsa, 2008), secara khusus setelah anak memasuki masa remaja.
Usia remaja merupakan masa transisi dari masa kanak ke masa dewasa dimana terjadi
perubahan secara biologis, intelektual dan psikososial (Hockenberry & Wilson, 2007).
Dalam kondisinya sebagai penyandang autisme perubahan inipun dapat berdampak pada
perilakunya. Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan suatu tugas mulia
yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Keberhasilan dalam mendidik
anak tidak bisa lepas dari adanya peran penting ibu dalam keluarga (Prawira, 2012).
1. Pengertian Autisme
2. Etiologi Autisme
3. Tanda dan Gejala Autisme
4. Patofisiologi Autisme
5. Pemeriksaan Penunjang Autisme
6. Penataaksanaan Autisme
2
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang autisme
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan autisme
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakan-akan
hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo
Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handojo,2003).Kartono
(2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau
berhubungan lagi dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi
sendiri.Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki cirri-ciri
penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi,misalnya dengan tidak
merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di beri makan dan sebagainya serta sperti
tidak menaruh perhatian terhadap lingungan sekitarnya,tidak mau atau sangat sedikit brbicara
hanya mau mengataka ya atau tidak ataupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka
dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi senang
melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan - gerakan aneh lain,kadang
gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit menangkap. Kartono (1989) berpendapat
bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri
sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan harapan sendiri serta menolak
realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003) penyandang autism akan berbuat
semuanya sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku. Autisme adalah gangguan yang
parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun
pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970)
adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi
(umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik
dan konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan
kulitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social
timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
4
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak) sejak lahir
atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang tidak normal.
2.2 ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya
terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme semakin
maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat
kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan
lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang
menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit
infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain
baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis,
gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005). Menurut Dewo
(2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat disebabkan karena beberapa hal
antara lain:
2.Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada
makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam
berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme
terkandung timah hitam dan mercury dalam kadar yang relative tinggi.
3.Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan
otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi
tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
5
2.3 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang
terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat
sejak bayi dan harus diwaspadai:
b.Terlalu sensitive
c.Sulit di gendong
6
4.Usia 2-3 tahun:
c.Hiperaktif
2.4 PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus
listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada
lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin
terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel
saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester
ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps
yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir,terjadi proses
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan
sinaps.proses ini di pengaruhi secara genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brai growth factor dan proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin
cerdas,pembentukan akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan
akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian
sel,berkurangnya akson,dendrite dan sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi
yang tidak adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf
7
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neutrologis
2.Test neupsikologis
3.Test pendengaran
5.EEG(elektro encepalogram)
6.Pemeriksaan darah
7.Pemeriksaan urine.
2.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis
adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal
ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin dalam darah.
Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan
saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis.Terapi
psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif
mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan diri,stereotipik,menyakiti diri
sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias digunakan sebagai antagonis
reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan
tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
Pentalaksanaan keperawatan :
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identifikasi pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama,umur,jenis kelamin,alamat
rumah,agama,suku bangsa,status perkawinan,pendidikan terakhir,no
registrasi,pekerjaan pasien,dan nama penangung jawab.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan factor uama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke runah sakit, kajian.
Perlu di tanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul. apa tindakan yang
telah di lakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan’’ nya tersebut.
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan
hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk.
Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia
pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat
atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup
telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
10
2). Intra dan Post Natal
Intranatal
a. lama persalinan
b. saat persalinan
c. koplikasi persalinan
e. cara melahirkan
f. tempat melahirkan
Post Natal
a. Kebutuhan resusitasi
b. Apgar skor
d. Tangisan bayi
f. Trauma lahir
g. Narkosis
4). Imunisasi
Tanyakan pada keluarga pasien apakah pasie sudah mendapatkan imunisasi wajib
e. Riwayat Pertumbuhan
11
Tanyakan pada keluarga pasien bagai mana pertumbuhan pada pasien apakah adakah
ganguan atau tidak
f. Tingkat Perkembangan.
Tanyakan pada keluarga apakah ada tidaknya ganguang perkembangan pada pasien
sebelum di rawat inap
g. Riwayat Sosial
Bagaimana riwayat social pasien pada keluarga maupun orang lain yang berada pada
lingkungan sekitarnya
h. Riwayat Keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien bagaimana lingkunga rumah serta apakah ada
keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau memiliki penyakit keturunan dari
keluarga pasien
i. Pola Kesehatan
1). Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kaji pesien mengenai status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara
rutin, imunisasi, penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah, kebiasaan
merokok orang tua, praktek pencegahan kecelakaan
Kaji pasien dan ibu pasien mengenai kebiasaan pemberian asi atau pasi,jumlah
minum, kekuatan menghisap,jumlah makanan dan udapan,jenis dan jumlah makanan
dan minuman adakah tambahan vitamin, pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir,porsi yang di biasakan, mapsu makan, BB lahir dan BB saat ini serta status
nutrisi orang tua
3). Aktivitas
12
4) Tidur dan istirahat
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari hari ( jumlah waktu tidur,jam tidur dan
bagun, riyual menjelang tidur, limgkumgam tidur, tingkat kesadaran). Data
pemeriksaan fisik ( lesu, kantung mata, keadaan umum,mengantuk,)
5). Eliminasi
Kaji kebiasaan defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah atau tidak), menganti pakaian
dalam atau diapres pada bayi, pola eliminasi urine ( frekuensi ganti popok
perhari,kekuatan keluarganya urine atau bau, warna)
Kaji struktur keluarga, masalah atau stressor keluarga, interaksi atara ampota
keluarga,respona anak atau bayi terhadap perpisahan, pola bermain anak apakah
kergantungan dan menyesuaikan ketika berada
7). Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress dan toleransinya, serta
kaji cara menanganan masalah
Biasanya anak :
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Keterbatasan kognitif
13
9). Konsep diri
Kaji pasien mengenai keadaan social: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social,
identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuata dan kelemahan yang
dimiliki, keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang disukai dan
tidak), harga diri : perasaan mengenai diri sendiri, ancaman terhadp konsep diri (sakit,
perubahan peran), riwayat berhubungan dengan masalah fisik ataupun psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan ( mengurung diri, murung, tidak mau berinteraksi).
10). Seksual
Kaji pasien mengenai gambaran perilaku seksual (perilaku seksualitas yang aman,
pelukan, sentuhan dan lain-lain), pengetahuan yang berhubungan dengan fungsi
seksualitas dan reproduksi, efek terhadap kesehatan, riwayat yang berhubungan
dengan masalah fisik dan fisikologi, data pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan
(KU, genetalia, payudara, rercum).
11). Nilai
j. Pemeriksaan fisik
1). Keadaan umum : kesadaran, postur tubuh gemuk
3). Kulit
Kaji kebersihan turgor, lesi, kelainan. Biasanya Anak tertarik pada sentuhan
(menyentuh/sentuhan).
4).kepala
14
5). Mata
Kaji konjungtiva, sclera, kelainan mata. Biasanya Sulit fokus pada objek semula bila
anak berpaling ke objek lain.
6). Telinga
Kaji fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan. Biasanya Anak tertarik pada suara tapi
bukan pada makna benda tersebut.
7). Hidung
8). Mulut
9). Leher
10). Dada
11). Abdomen
12). Genetalia
Kaji kebersihan,keter,kelainan
13). Exsremitas
14).neurologi
15
Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
16
2. Berikan dukungan psikologis
Edukasi :
18
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fisik otak yang bersifat
pervasive yang meliputi gangguan koknitif,bahasa,prilku,komunikasi,dan gangguan interaksi
social,sehingga dia mempunyai dunianya sendiri.
Meskipun belum diketahui sejak jelas mengenai factor penyebab autis pada anak,namun
para ahli menduga beberapa factor berikut ini bias memicu terjadinya autis yaitu;factor
genetic,prang tua,obat-obatan,lingkungan dan makanan.
4.2 Saran
Dari hasil makalah yang dibuat,penulis menyarankan agar kita lebih peduli kepada anak-
anak yang berkebutuhan khusus terutama pada anak autis,sebagai masyarakat secara umum
kita harus bias menerima nak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukn bagi kita untuk bias memberikan layanan
pendididkan bagi anak-anak autis.
20
DAFTAR PUSTAKA
Artanti, P. Y. (2012). Studi Deskriptif Terapi Terhadap Penderita Autisme pada Anak Usia
Dini di Mutia Center Kecamatan Bojong Kabupaten Purbalingga. Universitas Negeri
Semarang.
Aulina, C. N. (2016). Pengaruh Bermain Peran Terhadap Kemampuan Sosial Anak Usia
Dini. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 4(1), 59-69.
21
WOC
22