Anda di halaman 1dari 6

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DEPARTEMEN KEHAKIMAN RI
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL


No. G-159.PR.09.10 TAHUN 1994
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

Menimbang : a. bahwa Naskah Akademik merupakan bagian yang tidak dapat


dipisahkan dari penyusunan sebuah Rancangan Undang-Undang
karena dimuat gagasan-gagasan pengaturan serta materi muatan
perundang-undangan bidang tertentu yang telah ditinjau secara
sistemik holistik dan futuristik dari berbagai aspek ilmu;
b. bahwa Naskah Akademik juga merupakan bahan pertimbangan
yang dipergunakan dalam permohonan izin prakarsa penyusunan
RUU/RPP kepada Presiden;
c. bahwa sampai saat ini Penyusunan Naskah Akademik belum
seragam;
d. bahwa untuk itu diperlukan adanya Petunjuk Teknis Penyusunan
Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (I) dan Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar
1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara jo
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1994
tentang Repelita VI;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1988 tentang Struktur
Organisasi Departemen Kehakiman;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 327/M tahun 1988
tentang Pengangkatan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman;
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1970 (?)
tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang
dan Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 1


PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-
undangan sebagaimana terlampir untuk dipakai sebagai pedoman
dalam pelaksanaan peyusunan Naskah Akademik sebagaimana
terlampir.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta,
Pada tanggal 29 Desember 1994

KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

TTD

Prof. Dr. C.F.G. SUNARYATI HARTONO, S.H.

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 2


PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. NAMA / ISTILAH
Naskah awal yang memuat gagasan-gagasan pengaturan dan materi muatan
perundang-undangan bidang tertentu disebut Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan.

II. BENTUK DAN ISI


Naskah Akademik memuat gagasan pengaturan suatu materi perundang-undangan
(materi hukum) bidang tertentu yang telah ditinjau secara-holistik-futuristik dan
dari berbagai aspek ilmu, dilengkapi dengan referensi yang memuat : urgensi,
konsepsi, landasan, alas hukum dan prinsip-prinsip yang digunakan serta pemikiran
tentang norma-norma yang telah dituangkan ke dalam bentuk pasal-pasal dengan
mengajukan beberapa alternatif, yang disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis
dan dapat dipertanggungjawabkan secara Ilmu Hukum dan sesuai dengan politik
hukum yang telah digariskan.
Unsur-unsur yang perlu ada dalam suatu Naskah Akemik adalah urgensi disusunnya
pengaturan baru suatu materi hukum yang menggambarkan :
1. Hasil inventarisasi hukum positif;
2. Hasil inventarisasi permasalahan hukum yang dihadapi;
3. Gagasan-gagasan tentang materi hukum yang akan dituangkan ke dalam
Rancangan Undang-Undang dan/atau Rancangan Peraturan Pemerintah;
4. Konsepsi landasan, alas hukum dan prinsip yang akan digunakan;
5. Pemikiran tentang norma-normanya yang telah dituangkan ke dlam bentuk pasal-
pasal;
6. Gagasan awal naskah Rancangan Undang Undang dan/atau Rancangan Peraturan
Pemerintah yang disusun secara sistematis : bab demi bab, serta pasal demi
pasal untuk memudahkan dan mempercepat penggarapan RUU/RPP selanjutnya
oleh instansi yang berwenang menyusun RUU/RPP tersebut.

III. KEDUDUKAN
Naskah Akademik merupakan :
1. Bahan awal yang memuat gagasan-gagasan tentang urgensi, pendekatan, luas
lingkup dan materi muatan suatu peraturan perundang-undangan;
2. Bahan pertimbangan yang dipergunakan dalam permohonanan izin prakarsa
penyusunan RUU/RPP kepada Presiden;
3. Bahan dasar bagi penyusunan RUU/RPP.

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 3


PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

IV. FORMAT NASKAH AKADEMIK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Naskah Akademik terdiri dari dua bagian, yaitu :
A. Bagian Pertama: adalah Laporan hasil Pengkajian dan Penelitian tentang RUU
yang akan dirancangkan;
B. Bagian Kedua: adalah Konsep awal RUU yang terdiri dari pasal-pasal yang
diusulkan.

ad. A. Format Bagian Pertama :


NASKAH AKADEMIK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG ……………
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1. Pokok pikiran tentang konstatering fakta-fakta yang merupakan
alasan-alasan pentingnya materi hukum yang bersangkutan harus
segera diatur;
1.2. Daftar Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dan yang
dapat dijadikan dasar hukum bagi pengaturan materi hukum yang
bersangkutan.
2. Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai
3. Metode pendekatan
4. Pengorganisasian

II. RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK


1. Ketentuan Umum
Memuat istilah-istilah/pengertian-pengertian yang dipakai dalam Naskah
Akademik, beserta arti dan maknanya masing-masing.
2. Materi
Memuat konsepsi, pendekatan dan asas-asas dari materi hukum yang
perlu diatur, serta pemikiran-pemikiran normanya yang disarankan;
sedapat mungkin dengan mengemukakan beberapa alternatif.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan berisi:
1). Rangkuman pokok isi naskah akademik;
2). Luas lingkup materi yang diatur, dan kaitannya secara sistematik
dengan lain-lain peraturan perundang-undangan;
3). Bentuk pengaturan yang dikaitkan dengan materi muatan.

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 4


PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

2. Saran-saran mengenai :
1). Apakah semua materi Naskah Akademik sebaiknya diatur dalam satu
bentuk undang-undang atau ada sebagian yang sebaiknya dituangkan
dalam peraturan pelaksana atau peraturan yang lain;
2). Usulan mengenai penetapan skala prioritas penyusunan Naskah
Akademik Peraturan Perundang-undangan dan saat paling lambat
RUU/RPP harus selesai diproses, beserta alasannya/sebabnya.

IV. LAMPIRAN
1. Daftar Kepustakaan
2. Inventarisasi Peraturan yang relevan dan masih berlaku;
3. Inventarisasi permasalahan hukumnya;
4. Laporan hasil penelitian di lapangan (kalau ada);
5. Berita acara proses penyusunan Naskah Akademik;
6. Saran-saran dan makalah-makalah tertulis dari anggota Panitia
Penyusunan Naskah Akademik;
7. Berita acara rapat-rapat.

ad.B. Format Bagian Kedua


Bagian Kedua Naskah Akademik adalah konsep awal RUU atau RPP yang terdiri
dari pasal-pasal yang diusulkan dan sudah memuat saran-saran yang konkrit.

Formatnya adalah sebagai berikut:


Konsiderans:
Memuat pokok-pokok pikiran dan konstatasi fakta yang menunjuk pada
perlunya/urgensi pengaturan materi hukum yang bersangkutan.
Alas/dasar hukum:
Memuat daftar Peraturan Perundang-undangan yang perlu diganti, dan/atau yang
berkaitan serta dapat dibedakan dijadikan alas/dasar hukum bagi pengaturan
materi hukum yang dibuat Naskah Akademik-nya.
Ketentuan Umum:
Memuat istilah-istilah/pengertian-pengertian yang dipaikai dalam Naskah
Akademik dan Pengertiannya.
Materi :
Memuat Konsep tentang asas-asas dan materi hukum yang perlu diatur, serta
rumusan norma dan pasal-pasalnya yang disarankan, bila mungkin dengan
mengemukakan beberapa alternatif.

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 5


PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Ketentuan Pidana :
Memuat pemikiran-pemikiran tentang perbuatan-perbuatan tercela yang patut
dilarang dengan menyarankan sanksi pidananya (jika perlu).
Ketentuan Peralihan:
Hal ini sangat diperlukan apabila materi hukum dalam Naskah Akademik sudah
pernah diatur. Ketentuan peralihan harus memuat pemikiran tentang
penyelesaian masalah/keadaan atau peristiwa yang sudah ada pada saat mulai
berlakunya peraturan perundang-undangan baru.
Ketentuan Peralihan memuat :
a. Ketentuan-ketentuan tentang penerapan peraturan perundang-undangan
baru terhadap keadaan yang terdapat pada waktu peraturan perundang-
undangan yang baru itu mulai berlaku.
b. Ketentuan-ketentuan tentang melaksanakan peraturan perundang-undangan
baru itu secara berangsur-angsur.
c. Ketentuan-ketentuan tentang penyimpangan untuk sementara waktu dari
peraturan perundang-undangan baru itu.
d. Ketentuan-ketentuan mengenai aturan khusus bagi keadaan atau hubungan
yang sudah ada pada saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan
baru itu.
e. Ketentuan-ketentuan tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk
memasyarakatkan peraturan yang baru itu.
Ketentuan dalam huruf a dan e sifatnya tetap, sedang ketentuan-ketentuan
dalam huruf b,c dan d sifatnya sementara.
Penutup:
Pada umumnya memuat:
a. Saran tentang penunjukan lembaga/instansi atau perlengkapan negara
yang terkait dan karena itu perlu diikutsertakan dalam penyusunan dan
pelaksanaan Rancangan Undang-Undang/ Rancangan Peraturan
Pemerintah;
b. Saran tentang pemberian nama singkat RUU/RPP yang bersangkutan;
c. Saran tentang saat mulai berlakunya Undang-Undang setelah
diundangkan;
d. Pendapat tentang pengaruh Undang-Undang yang baru terhadap Undang-
Undang yang lain: baik yang sudah ada sebelumnya dan Undang-Undang
yang masih harus dimuat.

____________________

E:\Data FPPM\KAJIAN KEBIJAKAN\Undang-undang\KEP PEMBINAAN HUKUM NAS TAHUN 1994.doc 6

Anda mungkin juga menyukai