Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil analisis univariat dan bivariat pada 8 Jurnal Nasional dan 3 Jurnal
Internasional :
Tabel 4.1 Hasil Analisis jurnal Eka Fuazia (2019)

Nama Tempat dan


No Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Eka Fuazia 2019, RSUD a. Dari 45 responden Ada hubungan antara
Laila Pelabuhan Ratu menunjukkan kategori usia ibu dengan
Kabupaten usia beresiko sebagian kejadian preeklampsia
Sukabumi besar mengalami dengan p value = 0,001
preeklampsia yaitu 13
(72,22%) sedangkan ibu
yang usianya tidak
beresiko sebagian besar
mengalami preeklampsia
ringan (77,8%)

b. Dari 45 responden Ada hubungan antara


menunjukkan ibu yang riwayat hipertensi
memiliki riwayat dengan kejadian
hipertensi sebelumnya preeklampsia p value =
sebagian besar 0,01
mengalami preeklampsia
berat yaitu 14 (60,9%)
sedangkan ibu yang
tidak memiliki riwayat
hipertensi mengalami
preeklampsia ringan 17
(77,3%)

c. Dari 45 responden Ada hubungan antara


menunjukkan ibu tidak frekuensi pemeriksaan
teratur dalam ANC dengan kejadian
pemeriksaan ANC preeklampsia p value =
sebagian besar 0,000
mengalami preeklampsia
bertat 15 (71,4%)
sedangkan ibu yang
teratur dalam
pemeriksaan ANC
sebagian besar
mengalami preeklampsia
ringam 20 (83,3%)
Tabel 4.2 Hasil Analisis Jurnal Fahira Nur, dkk (2017)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian

1. A. Fahira 2017, RSU a. Dari 104 responden Ibu dengan obesitas


Nur, dkk Anutapura menunjukkan obesitas merupakan faktor resiko
Kota Palu beresiko 5,632 kali lebih terjadinya preeklampsia
besar untuk mengalami (OR = 5, 632)
preeklampsia dibanding
ibu yang tidak obesitas.
Nilai lower limit 2, 028
dan upper limit 15, 640.

b. Dari 104 responden Kunjungan ANC


menunjukkan kunjungan merupakan faktor resiko
ANC beresiko 7, 933 terjadinya preeklampsia
kali lebih besar untuk (OR = 7, 933)
mengalami preeklampsia
dibanding yang tidak
melakukan kunjungan
ANC > 2 kali. Nilai
lower limit 2, 963 dan
upper limit 21, 240.
c. Dari 104 responden Ibu yang memiliki
menunjukkan riwayat riwayat hipertensi
hipertensi beresiko 1,591 merupakan faktor resiko
kali lebih besar untuk terjadinya preeklampsia
mengalami preeklampsia (OR = 1, 591)
dibanding yang tidak
memiliki riwayat
hipertensi. Nilai lower
limit 0, 652 dan upper
limit 3, 883.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Jurnal Tigor H.Situmorang, dkk (2016)

No Nama Tempat dan Analisis Univariat Analisis Bivariat


Peneliti Tahun
Penelitian
1. Tigor 2016, RSU a. Dari 36 responden Ada hubungan antara
H.Situmorang, Anutapura Palu sebanyak 15 responden umur dengan kejadian
dkk (100%) yang umurnya preeklampsia ( p value =
beresiko dengan 0,000)
preeklampsia dan non
preeklampsia 0 (0%),
sedangkan responden
umur tidak beresiko
sebanyak 1 (4,8%) dan
yang non preeklampsia
20 (95,2%).
b. Dari 36 responden Tidak ada hubungan
sebanyak 10 responden antara riwayat hipertensi
(23,8%) yang ada dengan kejadian
memiliki riwayat preeklampsia
hipertensi dengan ( p value = 0,060)
kejadian preeklampsia
dan non preeklampsia 5
(35,7%), sedangkan
responden yang tidak
ada riwayat hipertensi
dengan kejadian
preeklampsia sebanyak
6 (28,6%) dan yang non
preeklampsia 15
(71,4%).
c. Dari 36 responden Tidak ada hubungan
sebanyak 8 responden antara frekuensi
(47,4%) teratur dalam pemeriksaan ANC
pemeriksaan ANC dengan kejadian
dengan kejadian preeklampsia
preeklampsia dan non ( p value = 0,813)
preeklampsia 9 (52,9%),
sedangkan responden
yang pemeriksaan ANC
kurang baik dengan
kejadian preeklampsia
sebanyak 6 (31,6%) dan
yang non preeklampsia
13 (68,4%).
4.4 Hasil Analisis Jurnal Hajar Nur (2019)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Hajar Nur 2018, RSUD a. Dari 344 responden Ada hubungan antara
Fathur Kota Bekasi menunjukkan usia ibu usia dengan kejadian
Rohmah hamil yang beresiko preeklampsia ( p value =
(<20->35 tahun) 0,002)
mengalami
preeklampsia berat
sebanyak 197 (57,3%)
sedangkan usia yang
tidak beresiko (20-35
tahun) mengalami
preeklampsia berat
sebanyak 147 (42,9%).
b. Dari 344 responden Ada hubungan antara
menunjukkan ibu riwayat hipertensi
hamil yang memiliki dengan kejadian
riwayat hipertensi preeklampsia ( p value =
beresiko mengalami 0,002)
preeklampsia berat
sebanyak 204 (59,3%)
sedangkan ibu hamil
yang tidak memiliki
riwayat hipertensi/
tidak beresiko
mengalami
preeklampsia berat
sebanyak 140 (40,7%).
c. Dari 344 responden Ada hubungan antara
menunjukkan ibu obesitas dengan kejadian
hamil yang obesitas preeklampsia ( p value =
beresiko mengalami 0,002)
preeklampsia berat
sebanyak 203 (59%)
sedangkan ibu hamil
yang tidak obesitas
/tidak beresiko
mengalami
preeklampsia berat
sebanyak 141 (41%).
4.5 Hasil Analisis Jurnal Giovanna, dkk (2019)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Giovanna E 2017, a. Dari 60 responden Berdasarkan distribusi
Lombo, dkk RSUP.Prof.Dr. menunjukkan kelompok subjek penelitian
R.D Kandou umur <19 tahun sebanyak menunjukkan kelompok
Manado 5(8,3%), umur 20-25 tahun umur 31-35 tahun lebih
sebanyak 14 (23,4%), mendominasi sebanyak
umur 26-30 tahun 17 orang (28,3%).
sebanyak 13 (21,7%),
umur 31-35 tahun
sebanyak 17 (28,3%) dan
umur 36-40 tahun
sebanyak 11 (18,3%).
b. Dari 60 responden Berdasarkan distribusi
menunjukkan status gizi subjek penelitian
kategori underweight (IMT menunjukkan status gizi
<18,50) sebanyak 4 dengan kategori obesitas
(6,7%), kategori Normal (IMT ≥30,00) lebih
(IMT 18,50-24,99) mendominasi sebanyak
sebanyak 8 (13,3%), 21 orang (53,3%).
kategori Overwight (IMT
≥25,00) sebanyak 16
(26,7%) dan kategori
obesitas (IMT ≥30,00)
sebanyak 21 (53,3%).
c. Dari 60 responden Berdasarkan distribusi
menunjukkan ibu hamil subjek penelitian
yang memiliki riwayat menunjukkan kategori
hipertensi sebanyak 5 tidak memiliki riwayat
((8,3%) sedangkan ibu hipertensi sebelumnya
hamil yang tidak memiliki lebih dominan sebanyak
riwayat hipertensi 55 orang (91,7%)
sebanyak 55 (91,7%).
4.6 Tabel hasil analisis jurnal Yeyen Putriana (2019)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Yeyen 2019, Rumah a. Dari 148 responden ibu Ada hubungan antara
Putriana dan Sakit Umum hamil yang usia beresiko usia dengan kejadian
Helmi Yenie Provinsi mengalami preeklampsia preeklampsia.
Lampung sebanyak 39 (52,7%) (p value = 0,000)
dan yang non
preeklampsia sebanyak
14 (18,9%) sedangkan
usia yang tidak beresiko
mengalami preeklampsia
sebanyak 35 (47,3%)
dan yang non
preeklampsia 60
(81,1%).

b. Dari 148 responden ibu Ada hubungan antara


hamil dengan riwayat riwayat hipertensi
hipertensi yang dengan kejadian
mengalami preeklampsia preeklampsia (p value =
sebanyak 17 (23%) dan 0,023)
yang non preeklampsia
sebanyak 6 (8,1%)
sedangkan ibu hamil
yang tidak memiliki
riwayat hipertensi
sebanyak 57 (77%) dan
yang non preeklampsia
sebanyak 68 (91,9%).

4.7 Hasil Analisis Jurnal Marlina (2019)

No Nama Tempat dan Analisis Univariat Analisis Bivariat


Peneliti Tahun
Penelitian
1. Marlina, dkk 2018, Rumah a. Dari 64 responden ibu Ada hubungan antara
Sakit H.M hamil dengan umur yang umur dengan kejadian
Djafar Harun beresiko terhadap preeklampsia (OR) =
Kolaka Utara kejadian sebanyak 35 4.259 (95% CI =
(54,7%) sedangkan umur 14.888 – 12.192)
ibu hamil yang tidak
beresiko sebanyak 29
(45,3%).
4.8 Hasil Analisis Jurnal Wulandari (2018)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Priharyanti a. Dari 31 responden ibu Ada hubungan antara
Wulandari, hamil dengan usia usia dengan kejadian
dkk beresiko (<20 dan >35 preeklampsia ( p value =
tahun) yang mengalami 0,034 < 0,05)
preeklampsia sebanyak
22 (71,0%) dan yang
tidak preeklampsia
sebanyak 3 (9,7%)
sedangkan ibu hamil
dengan usia tidak
beresiko (20 – 35 tahun)
yang mengalami
preeklampsia sebanyak 3
(,7%) dan yang tidak
preeklampsia sebanyak 3
(9,7%).
b. Dari 31 responden ibu Ada hubungan antara
hamil dengan riwayat riwayat hipertensi
hipertensi yang dengan kejadian
mengalami preeklampsia preeklampsia ( p value =
sebanyak 12 (38,7%) 0,030 < 0,05)
dan yang tidak
preeklampsia sebanyak 0
(0,0%) sedangkan ibu
hamil yang tidak
memiliki riwayat
hipertensi dan
mengalami preeklampsia
sebanyak 13 (41,9%)
dan yang tidak
preeklampsia sebanyak 6
(19,4%).
4.9 Hasil Analisis Jurnal Thelma Canto-Cetina (2018)

No Nama Tempat dan


Peneliti Tahun Analisis Univariat Analisis Bivariat
Penelitian
1. Thelma 2018, Rumah Dari 642 responden 55,8% BMI sebelum hamil
Canto- Sakit Materno memiliki berat badan normal yang lebih tinggi
Cetina, dkk Infantil, SS, sebelum hamil, 26,3% merupakan faktor resiko
Mérida, mengalami kegemukan, dan terjadinya preeklampsia.
Yucatán, México 17,9% mengalami obesitas. (p value = 0,001)
BMI sebelum hamil lebih
tinggi pada wanita yang
mengalami preeklampsia
dibandingkan pada wanita
dengan kehamilan normal.
4.10 Analisis Jurnal Tesemma (2020)

No Nama Tempat dan Analisis Univariat Analisis Bivariat


Peneliti Tahun
Penelitian
1. Kassahun 2018, Rumah a. Dari 487 responden ibu Ada hubungan antara
Fikadu Sakit Ethiopia dengan riwayat hipertensi riwayat keluarga
Tessema, dkk Selatan kronis dari kerabat utama hipertensi dengan
yang mengalami kejadian preeklampsia
preeklampsia sebanyak 18 (AOR 2,42, 95% CI :
(11,5%) dan yang non 1,16 – 5,05)
preeklampsia sebanyak 20
(6,1%) sedangkan ibu
dengan riwayat hipertensi
dari kerabat sekunder
yang mengalami
preeklampsia sebanyak 19
(12,2%) dan yang non
preeklampsia sebanyak 30
(9,2%).
b. Dari 487 responden ibu Tidak ada hubungan
hamil dengan berat badan antara indeks massa
normal sebanyak 92 tubuh dengan kejadian
(59,0%) dan yang non preeklampsia (AOR
preeklampsia 215 0,42, 95% CI : 0,21 –
(66,0%) sedangkan ibu 0,87)
hamil dengan berat badan
kegemukan 39 (25,0%)
dan yang non
preeklampsia 86 (26,4%).
c. Dari 487 responden ibu Tidak ada hubungan
hamil dengan interval antara interval
kehamilan (< 2 tahun) kehamilan dengan
yang preeklampsia kejadian preeklampsia
sebanyak 32 (20,5%) dan (AOR 1,62, 95% CI :
yang non preeklampsia 1,03 – 2,55)
sebanyak 53 (16,3%)
sedangkan ibu hamil
dengan interval
kehamilan (> 2 tahun)
yang mengalami
preeklampsia sebanyak 65
(41,7%) dan yang non
preeklampsia 166
(50,9%).
4.11 Analisis Jurnal G. Logan (2019)

No Nama Tempat dan Analisis Univariat Analisis Bivariat


Peneliti Tahun
Penelitian
1. Gorbe G. 2019, Rumah Dari 352 responden ibu Ada hubungan antara
Logan, dkk Sakit Kabupaten dengan riwayat hipertensi riwayat hipertensi
Nairobi yang mengalami dengan kejadian
preeklampsia sebanyak 16 preeklampsia (AOR 7.1,
(18,2%) dan yang non 95% CI : 2.6 – 19,
preeklampsia sebanyak 9 p value = 0,001)
(3,4%) sedangkan ibu yang
tidak memiliki riwayat
hipertensi yang mengalami
preeklampsia sebanyak 72
(81,8%) dan yang non
preeklampsia sebanyak 255
(96,6%).
Dari 487 responden ibu Ada hubungan antara
hamil dengan usia (20 34 usia dengan kejadian
tahun) yang mengalami preeklampsia (AOR 5.9,
preeklampsia sebanyak 71 95% CI : 1.1 – 33.3,
(80,7%) dan yang non p value = 0,042)
preeklampsia 220 (83,3%)
sedangkan ibu hamil dengan
usia (35 – 49 tahun) yang
mengalami preeklampsia
sebanyak 13 (14,8%) dan
yang non preeklampsia 25
(9,5%).
Dari 487 responden ibu Ada hubungan antara
hamil dengan kunjungan jumlah kunjungan ANC
ANC < 4 kali yang dengan kejadian
preeklampsia sebanyak 39 preeklampsia (AOR 0.8,
(44,3%) dan yang non 95% CI : 0.5 – 1.4,
preeklampsia sebanyak 106 p value = 0,473)
(40,2%) sedangkan ibu
hamil dengan kunjungan
ANC ≥ 4 kali yang
mengalami preeklampsia
sebanyak 49 (55,7%) dan
yang non preeklampsia 158
(59,9%).
B. PEMBAHASAN
1. Univariat
a. Riwayat Hipertensi
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit
hipertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun ditemukan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap 6
minggu pasca persalinan (Padila, 2014). Hipertensi atau penyakit
darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler
seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan kerusakan ginjal
(Fahira Nur, 2017).
Hasil penelitian pada jurnal Eka Fuazia (2019) menunjukkan
sebanyak 51,1% responden memiliki riwayat hipertensi dan hasil pada
jurnal Fahira Nur ( 2017) juga menunjukkan sebanyak 29,8% ibu
hamil mengalami preeklampsia, jurnal Hajar Nur (2019) mengatakan
dari 344 responden sebanyak 59,3% responden memiliki riwayat
hipertensi. Pada teori yang dikemukakan Robert yang mengatakan
peningkatan resiko preeklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki
riwayat hipertensi kronis. Ini berarti hasil penelitian jurnal sesuai
dengan teori yang ada bahwa ibu yang memiliki riwayat hipertensi
merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia.

b. Usia
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang
penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan
fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu hamil antara usia 20- 35
tahun, di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinannya. Pada wanita usia muda organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya
belum siap menjadi ibu sehingga kehamilan sering diakhiri dengan
komplikasi obstetrik yang salah satunya preeklampsia (Giovanna,
2017).
Hasil penelitian pada jurnal Wulandari (2018)
menunjukkan ibu hamil dengan usia beresiko sebanyak 71% , pada
jurnal marlina (2019) didapatkan hasil sebanyak 54,7% ibu hamil
dengan usia yang beresiko, pada jurnal Yeyen Putriana (2019)
menyebutkan sebanyak 39 (52,7%) ibu hamil berada pada usia
beresiko. Pada teori yag dikatakan oleh Giovanna (2017) Pada usia
30 – 35 tahun atau lebih wanita akan mengalami perubahan pada
jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada
usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu,
salah satunya hipertensi.

c. Obesitas
obesitas didefinisikan sebagai keadaan abnormal atau
kelebihan akumulasi lemak/kegemukan yang mungkin dapat
mempengaruhi kesehatan. Seorang dikatakan overweight jika BMI
≥25 dan obesitas jika BMI ≥30. Obesitas sangat berkaitan erat
dengan berbagai macam komplikasi penyakit terlebih jika dialami
oleh wanita hamil yang mana akan berdampak buruk baik terhadap
ibu maupun janin yang dikandung.
Hasil penelitian pada jurnal Thelma (2018) di Rumah Sakit
infantil, Mexico sebanyak 26,3% ibu hamil mengalami kegemukan
dan 17,9% mengalami obesitas. Pada jurnal Giovanna (2019)
sebanyak 26,7% ibu hamil mengalami obesitas. Pada jurnal Fahira
Nur (2017) juga mengatakan sebanyak 40,8% ibu mengalami
obesitas. Penelitian ini diperkuat oleh Robberts, dkk (2011) yang
menunjukkan bahwa resiko preeklampsia terjadi 3 kali lipat lebih
besar pada wanita dengan obesitas. Obesitas diartikan sebagai
suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa penyakit. Hubungan obesitas dan hipertensi
dalam kehamilan telah diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini
sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular.

d. Frekuensi pemeriksaan ANC


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar
pelayanan antenatal (Syafrudin & Hamidah, 2009). Kunjungan
ANC merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai
pencegahan awal dari preeklampsia. Data atau informasi awal
terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk membedakan antara
hipertensi kronis dengan preeklampsia.
Hasil penelitian pada jurnal Eka Fuazia (2019)
menunjukkan sebanyak 46,7% ibu hamil tidak teratur dalam
pemeriksaan ANC dan pada jurnal G. Logan (2019) menunjukkan
sebanyak 44,3% ibu yang tidak teratur dalam pemeriksaan ANC.
Pada teori Manuaba (2010) mengatakan Pemeriksaan kehamilan
secara dini sangat diperlukan untuk memperoleh gambaran dasar
mengenai perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan dan
berbagai kelainan yang menyertai kehamilam secara dini sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinanya.

2. Bivariat
a. Hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia
Berdasarkan penelitian Eka Fuazia (2019) terdapat hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,
01< 0,05, OR = 7,295). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Fahira Nur (2017) yang mengatakan bahwa riwayat hipertensi
beresiko 1,591 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia
dibanding dengan tidak memiliki riwayat hipertensi. Didukung
juga oleh penelitian Hajar Nur (2019) berdasarkan hasil analisis Ho
ditolak yang berarti ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil.
Riwayat hipertensi ibu merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya preeklampsia ataupun eklampsia. Hal ini
karena hipertensi yang pernah diderita sebelum hamil sudah
mengakibatkan gangguan/ kerusakan organ penting tubuh dan
ditambah lagi dengan adanya kehamilan maka kerja tubuh akan
bertambah berat lagi dengan timbulnya edema dan proteinuria
(Hajar Nur, 2019). Selain itu kondisi psikologis yang terganggu
dan kelelahan dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil. oleh
karena itu, keluarga diharapkan membantu ibu untuk tetap tenang
menjalani kehamilannya dan senantiasa mengingatkan ibu untuk
rutin memeriksakan kehamilannya difasilitas kesehatan setiap 1
bulan sekali (Yeyen, 2019).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Tigor, dkk (2016)
tentang riwayat hipertensi sebagai penyebab kejadian
preeklampsia. Menurut Tigor tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value =
0,060 , p > 0,05). Hal ini didukung dengan adanya hasil kuesioner
dari responden yang mana sebagian besar ibu hamil di poli KIA
mempersepsikan bahwa riwayat hipertensi tidak ada hubungannya
dengan kejadian preeklampsia, bagi mereka selama bisa menjauhi
pantangan yang bisa memicu terjadi hipertensi maka itulah yang
lebih penting. Giovanna, dkk (2017) dalam penelitiannya
mengatakan pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya lebih dominan dengan presentase pada pasien
preeklampsia ringan sebanyak 15 orang (25%) dan preeklampsia
berat sebanyak 40 orang (66,7%).
Berdasarkan hasil penelitian ke 6 Jurnal, 4 diantaranya
memiliki hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi
dengan kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan pembuluh darah
plasenta sudah mengalami gangguan. Bila ibu sebelumnya sudah
menderita hipertensi maka keadaan ini akan memperberat keadaan
ibu. Sedangkan pada jurnal yang mengatakan tidak ada hubungan
yang signifikan dikarenakan ibu hamil yang lebih beresiko terkena
preeklampsia adalah ibu yang memiliki umur <20 atau >35 tahun,
tingkat pengetahuan, jumlah paritas dan pekerjaan (Giovanna, dkk,
2017).

b. Hubungan usia dengan kejadian preeklampsia


Berdasarkan penelitian Hajar Nur (2019) terdapat hubungan
antara usia dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,002 OR =
2,006). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Tigor, dkk (2016)
berdasarkan hasil analisis didapatkan adanya hubungan antara
umur dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,000 P > 0,05).
Hasil penelitian Yeyen (2019) juga menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara usia dengan kejadian preeklampsia,
sementara hasil uji OR diperoleh nilai 4,776 (CI 95%) artinya
responden dengan usia beresiko (<20 atau >35 tahun) memiliki
peluang untuk mengalami preeklampsia lebih besar disbanding
usia tidak beresiko.
Wanita usia lebih dari 35 tahun lebih muda mengalami
berbagai masalah kesehatan salah satunya hipertensi. Hal ini terjadi
karena perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
sudah tidak lentur lagi sedangkan kehamilan remaja dengan usia
dibawah 20 tahun juga beresiko mengalami preeklampsia karena
alat reproduksi belum siap menerima kehamilan (Manuaba, 2007).
Teori ini sejalan dengan hasil penelitian Eka Fuazia (2019) yang
mengatakan ibu berusia kategori beresiko sebagian besar
mengalami preeklampsia berat yaitu 13 (72,2%) sedangkan ibu
yang usianya kategori tidak beresiko sebagian besar mengalami
preeklampsia ringan 21 (77,8%).
Berdasarkan hasil penelitian ke 6 jurnal, ke 6 jurnal tersebut
mengatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian
preeklampsia. Hal ini disebabkan pada usia 30-35 tahun atau lebih
akan mengalami perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta
jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung
didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu, salah satunya hipertensi
(Giovanna, 2017). Untuk mengurangi kejadian preeklampsia para
bidan dapat mencegah mengurangi faktor resiko dengan memberi
konseling kepada ibu untuk mengatur usia reproduksi (20-35
tahun), mengatur berat badan ibu, serta melakukan ANC minimal 4
kali (Dian, 2020).

c. Hubungan Obesitas dengan kejadian preeklampsia


Berdasarkan penelitian Fahira (2017) terdapat hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia (OR=
5,632;95% CI 2,028-15,640). Fahira mengatakan bahwa obesitas
beresiko 5,632 kali terhadap preeklampsia dibandingkan ibu yang
tidak mengalami obesitas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hajar Nur (2019) di kota bekasi pada tahun
2018 didapatkan hasil analisis ( p value= 0,009 (p< a 0,05 OR
1,833) sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara
obesitas dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil.
Kenaikan berat badan yang berlebih merupakan gejala
preeklampsia pada ibu hamil. Kenaikan berat badan yang berlebih
menunjukkan adanya penimbunan cairan yang berlebihan dalam
jaringan tubuh atau disebut odema yang merupakan tanda
preeklampsia (Hajar Nur, 2019). Penelitian ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa obesitas disebabkan oleh banyak faktor
seperti faktor genetic, gangguan metabolik dan konsumsi makanan
yang berlebihan. Semakin gemuk seseorang semakin banyak pula
darah yang terdapat dalam tubuh yang berarti semakin berat fungsi
pemompa jantung sehingga mengakibatkan terjadinya
preeklampsia (Fahira Nur, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian ke 3 jurnal, 2 diantaranya
memiliki hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian.
preeklampsia. Hal ini disebabkan penimbunan lemak yang
berlebihan dijaringan lemak tubuh dapat mengakibatkan terjadinya
beberapa penyakit termasuk preeklampsia. Sedangkan pada jurnal
yang mengatakan tidak ada hubungan dikarenakan ibu hamil yang
lebih beresiko terkena preeklampsia adalah ibu yang memiliki
umur beresiko ( <20 atau >35 tahun), pekerjaan, paritas dan
primigravida (Giovanna, dkk, 2017).

d. Hubungan Frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia


Berdasarkan penelitian Eka Fuazia (2019) mengatakan
terdapat hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian
preeklampsia. hasil penelitian menunjukkan ibu yang tidak teratur
dalam pemeriksaan ANC sebagian besar mengalami preeklampsia
berat yaitu 15 (71,4%), sedangkan ibu yang teratur dalam
pemeriksaan ANC sebagian besar mengalami preeklampsia ringan
20 (83,3%). Hal ini diperkuat oleh penelitian Fahira (2017)
menunjukkan bahwa kunjungan kehamilan ANC merupakan faktor
resiko kejadian preeklampsia dengan kata lain berisiko 7,933 kali
lebih besar untuk mengalami preeklampsia di banding dengan yang
tidak melakukan kunjungan kehamilan/ANC > 2 kali. Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tigor (2016) di palu
pada tahun 2016 dengan hasil analisis diperoleh bahwa ada
sebanyak 11 responden (45,8%) dan non preeklampsia 13 (54,2%).
Sedangkan responden kurang baik dengan kejadian preeklampsia 6
(31,6%) dan non preeklampsia sebanyak 13 (68,4%). Sedangkan
responden yang pemeriksaan ANC kurang baik dengan
preeklampsia sebanyak 6 (31,6%) dan yang non preeklampsia
sebanyak 13 (68,4%). Dengan nilai p value = 0,813 (p>0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian ke 3 jurnal, 2 diantaranya
mengatakan terdapat hubungan antara frekuensi ANC dengan
kejadian preeklampsia . hal ini disebabkan kunjungan ANC
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai
pencegahan awal dari preeklampsia. data atau informasi awal
terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan antara hipertensi kronis
dengan preeklampsia (Fahira, 2017). Semakin sering melakukan
pemeriksaan ANC maka resiko terkena preeklampsia semakin kecil
sesuai dengan teori yang dikemukakan manuaba untuk mendeteksi
preeklampsia sedini mungkin yaitu melalui pemeriksaan ANC
secara teratur mulai dari trimester I sampai trimester III dalam
upaya mencegah preeklampsia menjadi berat. Sedangkan pada
jurnal yang mengatakan tidak ada hubungan yang signifikan
dikarenakan ibu hamil yang lebih beresiko terkena preeklampsia
adalah ibu hamil yang memiliki umur berisiko (<20 atau >35
tahun) (Tigor, 2016).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini yang dilakukan
menggunakan studi lieratur pada jurnal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, angka kejadian
preeklampsia tertinggi terdapat pada jurnal Eka Fuazia (2019) di
Rumah sakit Palabuhan Ratu Sukabumi sebanyak 57,8% .
2. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 6 jurnal
yang memiliki variabel riwayat hipertensi, angka riwayat hipertensi
tertinggi terdapat pada jurnal Hajar Nur (2019) di RSUD Kota Bekasi
sebanyak 59,3%.
3. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 6 jurnal
yang memiliki variabel usia, angka usia tertinggi terdapat pada jurnal
Tigor (2016) di RSU Anutapura Palu sebanyak 93,7%.
4. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 4 jurnal
yang memiliki variabel obesitas, angka obesitas tertinggi terdapat pada
jurnal Hajar Nur (2019) di RSUD Kota Bekasi sebanyak 59,0%.
5. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat jurnal
yang memiliki variabel frekuensi ANC, angka frekuensi ANC tertinggi
terdapat pada Tigor H. Situmorang (2016) di RSU Anutapura Palu
sebanyak 68,4%.
6. Berdasarkan 6 dari 11 jurnal (54,5%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
7. Berdasarkan 6 dari 11 jurnal (54,5%) diantaranya memiliki hubungan
antara usia dengan kejadian preeklampsia.
8. Berdasarkan 4 dari 11 jurnal (36,3%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
9. Berdasarkan 4 dari 11 jurnal (36,3%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan variabel
yang yang lain tentang preeklampsia seperti paritas, jarak kehamilan
dan yang lainnya serta menggunakan desain penelitian yang berbeda
pula sehingga dapat menjadi sumber yang bervariatif untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
antenatal care secara teratur minimal frekuensi kunjungan sesuai
standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sehingga
dapat memantau kemajuan dan kesehatan ibu dan janin semasa
hamil dan mampu mendeteksi secara dini .
b. Melakukan dokumentasi pada buku KIA secara lengkap agar data
kesehatan ibu dan janin dapat terpantau selama kehamilan sampai
masa nifas.
3. Bagi Ibu Hamil
Dapat menyadari perlunya melakukan pemeriksaan ANC pada saat
hamil secara rutin dan membaca buku KIA sebagai sumber informasi
ibu tentang kehamilan hingga usia anak 6 tahun beserta bahaya yang
dapat terjadi saat kehamilan hingga nifas.

Anda mungkin juga menyukai