A. Hasil Penelitian
Hasil analisis univariat dan bivariat pada 8 Jurnal Nasional dan 3 Jurnal
Internasional :
Tabel 4.1 Hasil Analisis jurnal Eka Fuazia (2019)
b. Usia
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang
penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan
fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu hamil antara usia 20- 35
tahun, di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinannya. Pada wanita usia muda organ-organ
reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya
belum siap menjadi ibu sehingga kehamilan sering diakhiri dengan
komplikasi obstetrik yang salah satunya preeklampsia (Giovanna,
2017).
Hasil penelitian pada jurnal Wulandari (2018)
menunjukkan ibu hamil dengan usia beresiko sebanyak 71% , pada
jurnal marlina (2019) didapatkan hasil sebanyak 54,7% ibu hamil
dengan usia yang beresiko, pada jurnal Yeyen Putriana (2019)
menyebutkan sebanyak 39 (52,7%) ibu hamil berada pada usia
beresiko. Pada teori yag dikatakan oleh Giovanna (2017) Pada usia
30 – 35 tahun atau lebih wanita akan mengalami perubahan pada
jaringan dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada
usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu,
salah satunya hipertensi.
c. Obesitas
obesitas didefinisikan sebagai keadaan abnormal atau
kelebihan akumulasi lemak/kegemukan yang mungkin dapat
mempengaruhi kesehatan. Seorang dikatakan overweight jika BMI
≥25 dan obesitas jika BMI ≥30. Obesitas sangat berkaitan erat
dengan berbagai macam komplikasi penyakit terlebih jika dialami
oleh wanita hamil yang mana akan berdampak buruk baik terhadap
ibu maupun janin yang dikandung.
Hasil penelitian pada jurnal Thelma (2018) di Rumah Sakit
infantil, Mexico sebanyak 26,3% ibu hamil mengalami kegemukan
dan 17,9% mengalami obesitas. Pada jurnal Giovanna (2019)
sebanyak 26,7% ibu hamil mengalami obesitas. Pada jurnal Fahira
Nur (2017) juga mengatakan sebanyak 40,8% ibu mengalami
obesitas. Penelitian ini diperkuat oleh Robberts, dkk (2011) yang
menunjukkan bahwa resiko preeklampsia terjadi 3 kali lipat lebih
besar pada wanita dengan obesitas. Obesitas diartikan sebagai
suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa penyakit. Hubungan obesitas dan hipertensi
dalam kehamilan telah diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini
sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular.
2. Bivariat
a. Hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia
Berdasarkan penelitian Eka Fuazia (2019) terdapat hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,
01< 0,05, OR = 7,295). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
Fahira Nur (2017) yang mengatakan bahwa riwayat hipertensi
beresiko 1,591 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia
dibanding dengan tidak memiliki riwayat hipertensi. Didukung
juga oleh penelitian Hajar Nur (2019) berdasarkan hasil analisis Ho
ditolak yang berarti ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil.
Riwayat hipertensi ibu merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya preeklampsia ataupun eklampsia. Hal ini
karena hipertensi yang pernah diderita sebelum hamil sudah
mengakibatkan gangguan/ kerusakan organ penting tubuh dan
ditambah lagi dengan adanya kehamilan maka kerja tubuh akan
bertambah berat lagi dengan timbulnya edema dan proteinuria
(Hajar Nur, 2019). Selain itu kondisi psikologis yang terganggu
dan kelelahan dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil. oleh
karena itu, keluarga diharapkan membantu ibu untuk tetap tenang
menjalani kehamilannya dan senantiasa mengingatkan ibu untuk
rutin memeriksakan kehamilannya difasilitas kesehatan setiap 1
bulan sekali (Yeyen, 2019).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Tigor, dkk (2016)
tentang riwayat hipertensi sebagai penyebab kejadian
preeklampsia. Menurut Tigor tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value =
0,060 , p > 0,05). Hal ini didukung dengan adanya hasil kuesioner
dari responden yang mana sebagian besar ibu hamil di poli KIA
mempersepsikan bahwa riwayat hipertensi tidak ada hubungannya
dengan kejadian preeklampsia, bagi mereka selama bisa menjauhi
pantangan yang bisa memicu terjadi hipertensi maka itulah yang
lebih penting. Giovanna, dkk (2017) dalam penelitiannya
mengatakan pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya lebih dominan dengan presentase pada pasien
preeklampsia ringan sebanyak 15 orang (25%) dan preeklampsia
berat sebanyak 40 orang (66,7%).
Berdasarkan hasil penelitian ke 6 Jurnal, 4 diantaranya
memiliki hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi
dengan kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan pembuluh darah
plasenta sudah mengalami gangguan. Bila ibu sebelumnya sudah
menderita hipertensi maka keadaan ini akan memperberat keadaan
ibu. Sedangkan pada jurnal yang mengatakan tidak ada hubungan
yang signifikan dikarenakan ibu hamil yang lebih beresiko terkena
preeklampsia adalah ibu yang memiliki umur <20 atau >35 tahun,
tingkat pengetahuan, jumlah paritas dan pekerjaan (Giovanna, dkk,
2017).
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini yang dilakukan
menggunakan studi lieratur pada jurnal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, angka kejadian
preeklampsia tertinggi terdapat pada jurnal Eka Fuazia (2019) di
Rumah sakit Palabuhan Ratu Sukabumi sebanyak 57,8% .
2. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 6 jurnal
yang memiliki variabel riwayat hipertensi, angka riwayat hipertensi
tertinggi terdapat pada jurnal Hajar Nur (2019) di RSUD Kota Bekasi
sebanyak 59,3%.
3. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 6 jurnal
yang memiliki variabel usia, angka usia tertinggi terdapat pada jurnal
Tigor (2016) di RSU Anutapura Palu sebanyak 93,7%.
4. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 4 jurnal
yang memiliki variabel obesitas, angka obesitas tertinggi terdapat pada
jurnal Hajar Nur (2019) di RSUD Kota Bekasi sebanyak 59,0%.
5. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat jurnal
yang memiliki variabel frekuensi ANC, angka frekuensi ANC tertinggi
terdapat pada Tigor H. Situmorang (2016) di RSU Anutapura Palu
sebanyak 68,4%.
6. Berdasarkan 6 dari 11 jurnal (54,5%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
7. Berdasarkan 6 dari 11 jurnal (54,5%) diantaranya memiliki hubungan
antara usia dengan kejadian preeklampsia.
8. Berdasarkan 4 dari 11 jurnal (36,3%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
9. Berdasarkan 4 dari 11 jurnal (36,3%) diantaranya memiliki hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan variabel
yang yang lain tentang preeklampsia seperti paritas, jarak kehamilan
dan yang lainnya serta menggunakan desain penelitian yang berbeda
pula sehingga dapat menjadi sumber yang bervariatif untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Melakukan sosialisasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
antenatal care secara teratur minimal frekuensi kunjungan sesuai
standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sehingga
dapat memantau kemajuan dan kesehatan ibu dan janin semasa
hamil dan mampu mendeteksi secara dini .
b. Melakukan dokumentasi pada buku KIA secara lengkap agar data
kesehatan ibu dan janin dapat terpantau selama kehamilan sampai
masa nifas.
3. Bagi Ibu Hamil
Dapat menyadari perlunya melakukan pemeriksaan ANC pada saat
hamil secara rutin dan membaca buku KIA sebagai sumber informasi
ibu tentang kehamilan hingga usia anak 6 tahun beserta bahaya yang
dapat terjadi saat kehamilan hingga nifas.