SKRIPSI
Oleh :
NIM.P07124217131
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh Anna Miftakul Janah, NIM: P07124217131 telah diperiksa dan disetujui
untuk diajukan dihadapan Tim Penguji.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Ketua Penguji
Rafidah,S.Si.T.,M.Kes
NIP.197403041993022002
Mengetahui :
iii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Menyatakan bahwa saya tidak akan melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
skripsi saya yang berjudul :
“Studi Literatur Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dibuat di Banjarbaru
Pada tanggal April 2021
Yang menyatakan
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Anna Miftakul Janah
Tempat : Pasuruan
Tanggal Lahir : 14 April 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Nama Ayah : Imam Subagyo (Alm)
Nama Ibu : Ninik Saryani
B. Riwayat Pendidikan
1. TK/Tamat tahun : RA.Kartini Grati/2004
2. SD/Tamat tahun : SDN Kedawung Wetan 1/2011
3. SMP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Grati /2014
4. SMA/Tamat tahun : SMA Negeri 2 Martapura/2017
5. Perguruan Tinggi : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan
Kebidanan
vi
HEALTH MINISTRY OF REPUBLIC
INDONESIA HEALTH POLYTECHNIC
BANJARMASIN STUDY PROGRAM
BACHELOR OF APPLIED MIDWIFERY
IN 2021
ABSTRACT
SKRIPSI
ANNA MIFTAKUL JANAH
FACTORS RELATED TO PREECLAMPSIA EVENTS IN PREGNANT
WOMEN
Hj.Noorhayati Maslani, S.Pd.,S.Si.T.,M.Pd; Januarsih, S.Si.T.,M.Keb
vii
KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
RINGKASAN
SKRIPSI
ANNA MIFTAKUL JANAH
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL
Hj.Noorhayati Maslani, S.Pd.,S.Si.T.,M.Pd; Januarsih, S.Si.T.,M.Keb
viii
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil” dengan baik.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh predikat Sarjana Sains Terapan Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu perbaikan karena masih
banyak kekurangan dan kelemahan yang dsebabkan oleh keterbatasan
kemampuan yang dimiliki penulis. Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, maka semua itu dapat penulis atasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus- tulusnya
yang diberikan kepada Ibu Hj.Noorhayati Maslani, S.Pd.,S.Si.T.,M.Pd selaku
Pembimbing I dan Ibu Januarsih S.Si.T, M.Keb selaku Pembimbing II sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terimakasih atas bimbingan, arahan dan bantuan serta dukungan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan yaitu:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin beserta staf.
2. Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.
3. Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin.
4. Seluruh Dosen dan Staf pendidikan di Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Jurusan Kebidanan.
5. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan.
6. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan yang
telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
ix
dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari penulisan Skripsi ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan skripsi. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan untuk peneliti selanjutnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua. Amin
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................................................iv
LEMBAR PUBLIKASI.................................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................................vi
ABSTRAK...................................................................................................................vii
RINGKASAN.............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..................................................................................................ix
DAFTAR ISI..................................................................................................................x
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................4
C. Tujuan penelitian...................................................................................................4
D. Manfaat penelitian.................................................................................................4
E. Keaslian penelitian.................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori.........................................................................................................7
B. Kerangka teori.....................................................................................................25
C. Kerangka konsep..................................................................................................26
D. Hipotesis..............................................................................................................27
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian.................................................................................................28
B. Definisi operasional.............................................................................................31
xi
C. Prosedur pengumpulan data.................................................................................32
D. Analisis data........................................................................................................34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................................38
B. Pembahasan.........................................................................................................40
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................50
B. Saran....................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................52
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat
dari Angka Kematian Ibu (AKI). World Health Organization (WHO)
memperkirakan 830 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran (WHO, 2019). Berdasarkan data survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan
peningkatan signifikan yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
dan kembali menurun tahun 2015 data Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun
terjadi penurunan angka kematian ibu, namun belum berhasil mencapai target
Sustainable Developments Goals (SDGS) dalam menurunkan AKI sebanyak
70 per 100.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2018). Di Indonesia penyebab
tertinggi kematian ibu dikarenakan Gangguan Hipertensi mencapai 33,07%,
Perdarahan Obstetri 27,03%, Komplikasi Non Obstetrik 15,7%, Komplikasi
Obstetrik 12,04%, Infeksi 6,06% dan penyebab lainnya 4,81% (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).
AKI di Kalimantan Selatan cenderung mengalami penurunan dari
tahun 2015-2017. Tahun 2015 sebesar 106 per 1000 kelahiran hidup, tahun
2016 sebanyak 128 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2017 turun menjadi
110 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi AKI di Kalimantan Selatan
diketahui karena terjadinya preeklampsia pada saat menjelang proses
persalinan. Berdasarkan data dari 48 kasus kematian ibu yang ada di
Kalimantan Selatan sebanyak 27 ibu mengalami preeklampsia (56,2%) (Dinas
Kesehatan Kalimantan Selatan, 2018).
Kejadian preeklampsia dan komplikasinya saat ini belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Preeklampsia didefinisikan sebagai timbulnya
1
hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah persalinan (Maryunani, 2016). Ada beberapa faktor
penyebab preeklampsia serta faktor predisposisi kejadian preeklampsia yaitu
paritas, usia, riwayat hipertensi, sosial ekonomi, hiperplasentosis, genetik dan
obesitas (Novvi, 2016).
Preeklampsia dapat terjadi pada semua fase kehamilan dan sering kali
tidak menunjukkan gejala pada tahap awal masalah sehingga tanpa disadari
dalam waktu singkat dapat menimbulkan komplikasi baik bagi ibu dan janin
apabila tidak ditangani dengan tepat seperti Eklampsia, Solusio Plasenta,
Perdarahan Subkapsula, Disseminated Intravaskular Cougulation (DIC),
Ablasio retina dan gagal jantung hinga syok pada ibu dan terhambatnya
pertumbuhan janin, premature, asfiksia neonatorum, Intra Uterine Fetal
Distress (IUFD) pada janin (Maryunani, 2016).
Selama tahun 2006 sampai 2018 cenderung mengalami peningkatan
dan melampaui target Rencana Strategis (Renstra) tahun 2018 yang sebesar
78%. Capaian K1 tahun 2018 mencapai 95,65% dan capaian K4 tahun 2018
mencapai 88,03%. Peningkatan ini diyakini berkaitan dengan kemudahan
sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam menjangkau fasilitas kesehatan
seperti tersedianya Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan Desa
dan Transportasi. Kalimantan Selatan berdasarkan data Dinas Kesehatan
tahun 2018 juga mengalami peningkatan pada pelayanan ibu hamil K1 dan K4
di Provinsi Kalimantan Selatan walaupun mengalami peningkatan masih
dibawah presentasi capaian K1 dan K4 di Indonesia. Kendala yang dhiadapi
menurut Dinas Provinsi Kalimantan Selatan (2018) dalam pelayanan K1 dan
K4 bukan hanya akses terhadap fasilitas kesehatan yang belum merata, namun
semua bagian pelayanan kesehatan ibu hamil saat berkunjung ke tenaga
kesehatan harus ditingkatkan seperti kualitas pelayanan Antenatal Care
(ANC).
Eka Fuazia (2019) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan usia,
paritas, riwayat hipertensi dan frekuensi pemeriksaan ANC terhadap kejadian
2
preeklampsia pada ibu hamil mendapatkan hasil Sebanyak 57,8% responden
mengalami preeklampsia berat, 60% responden berada pada usia 20-35
tahun, 57,8% adalah multipara, 51,1% responden memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya dan 46,7% tidak teratur dalam melakukan ANC.
Hasil uji chi square menunjukan ada hubungan antara usia, paritas,
riwayat hipertensi dan frekuensi pemeriksaan antenatal care dengan
kejadian preeclampsia pada ibu hamil di Ruang Paus RSUD dengan P-value
0,00-0,01<0,05.
Situmorang, dkk (2016) dalam penelitian yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di poli KIA
RSU Anutapura Palu menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian
preeklampsia dengan umur (p = 0, 000) dan pengetahuan (p = 0,000). Tidak
ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan paritas (p = 0,765),
riwayat hipertensi (p = 0,060) dan pemeriksaan antenatal care (p = 0,813).
Fahira (2017) dalam penelitiannya yang berjudul faktor resiko
kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSU Anutapura Palu menyebutkan
kejadian preeklampsia memiliki hubungan dengan ANC, perlu perhatian bagi
ibu hamil untuk rutin melakukan kunjungan ANC, mencari informasi dari
pelayanan kesehatan agar dapat meminimalisir kejadian yang berakibat buruk
terhadap penyakit dan komplikasi yang diderita pada saat kehamilan.
Pemeriksaan sesuai standar dapat mencegah perkembangan preeklampsia,
atau setidaknya dapat mendeteksi diagnose dini sehingga dapat mengurangi
kejadian kesakitan. Penelitian Fahira (dalam Ernina, dkk. 2017) mengatakan
bahwa Ibu hamil yang tidak rutin memeriksakan kehamilannya mempunyai
resiko 9,6 kali untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan ibu hamil
yang rutin melakukan kunjungan antenatal.
Berdasarkan jurnal tentang preeklampsia didapatkan tingginya
kejadian preeklampsia sebanyak 57,8% sehingga penulis tertarik melakukan
penelitian study literatur dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil”
3
B. Rumusan Masalah
Preeklampsia merupakan masalah yang serius karena dapat
mengakibatkan kematian pada ibu melahirkan. Penyakit ini belum diketahui
tentang etiologi yang sebenarnya tetapi banyak faktor resiko dan faktor
predisposisi preeklampsia meliputi paritas, usia, riwayat hipertensi, sosial
ekonomi, hiperplasentosis, genetik dan obesitas. Salah satu upaya yang
dianjurkan oleh Dinas Kesehatan untuk menurunkan kejadian preeklampsia
adalah dengan cara pemeriksaan ANC secara rutin dan berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengetahui apakah ada faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian preeklampsia pada ibu hamil
b. Mengetahui hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian
preeklampsia.
c. Mengetahui hubungan umur dengan kejadiaan preeklampsia
d. Mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian preeklampsia
e. Mengetahui hubungan frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman dalam melaksanakan
penelitian serta meningkatkan pelayanan dalam antenatal care.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Skripsi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan sebagai
bahan bacaan dan tambahan informasi untuk medeteksi bahaya kehamilan
4
dan meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada saat kehamilan khususnya yang berkaitan
dengan preklampsia.
3. Bagi Ibu Hamil
Sebagai sumber masukan dan informasi tambahan untuk meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya melakukan ANC secara teratur selama
kehamilan sebagai usaha menjaga kesehatan ibu dan janin serta deteksi
dini terhadap komplikasi.
E. Keaslian Penelitian
5
hipertensi pengambilan
sedangkan sampel adalah total
pekerjaan tidak sampel.
memiliki
hubungan yang
signifikan
dengan
kejadian
preeklampsia
3. Hubungan Tujuan penelitian ini Hasil analisis Perbedaan
Umur penelitian ini bersifat uji statistik penelitian terletak
Kehamilan untuk kuantitatif didapatkan pada variabel,
Dan Obesitas mengetahui dengan desain hasil ada metode, waktu dan
Ibu Hamil apakah ada analitik hubungan tempat. Variabel
Dengan hubungan observasional antara umur dependen dalam
Kejadian antara umur yaitu case kehamilan dan penelitian ini adalah
Preeklampsia kehamilan dan control obesitas dengan preeklampsia.
Di Wilayah obesitas pada kejadian Metode yang
Kerja ibu hamil preeklampsia digunakan adalah
Puskesmas dengan kuantitatif
Kampung kejadian menggunakan
Baru Kota preeklampsia tekhnik
Luwuk di wilayah pengambilan
kerja sampel adalah total
Puskesmas sampel.
Kampung
Baru Kota
Luwuk
4. Faktor-Faktor Tujuan Penelitian ini Ditemukan Perbedaan
yang penelitian ini menggunakan hubungan yang penelitian terletak
Berhubungan adalah untuk desain studi signifikan pada variabel,
dengan menentukan case control antara faktor metode, waktu dan
Kejadian faktor-faktor usia, paritas, tempat. Variabel
Preeklampsia yang riwayat dependen dalam
pada Ibu berhubungan preeklampsia, penelitian ini adalah
Bersalin di dengan obesitas dan preeklampsia.
RSUD Kota preeklampsia riwayat Metode yang
Yogyakarta pada ibu hipertensi digunakan adalah
Tahun 2018 bersalin di kronik dengan kuantitatif
RSUD Kota kejadian menggunakan
Yogyakarta. preeklampsia tekhnik
pengambilan
sampel adalah total
sampel.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Preeklampsia
a. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 pada kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Anik Maryunani,
2016).
Preeklampsia di definisikan sebagai terjadinya peningkatan
tekanan darah yang disertai dengan proteinuria dalam kehamilan.
Diagnosis ditegakkan setidaknya dilakukan 2 kali pengukuran dengan
hasil terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg, atau diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg (Adhi Pribadi, 2015)
Preeklampsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai
protein urin lebih 5 g/24 jam (Prawirohardjo,2016).
b. Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre
eklampsia yaitu kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa,
diabet, gemeli, riwayat hipertensi, umur >35 tahun, gizi buruk, dan
anemia. Bertambahnya frekuensi yang makin tua kehamilan, dapat
terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus,
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Anik
Maryunani, 2016).
8
Menurut Novvi Karlina, dkk (2016) ada beberapa faktor resiko ibu
terjadi preeklampsia, antara lain :
1.) Paritas
Kira kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian
preeklampsia dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida.
2.) Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-25 Tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia
dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena
wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan.
3.) Riwayat Hipertensi
Riwayat hipertensi dimana ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu.
4.) Sosial Ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklampsia.
5.) Kelainan Trofoblast
Kelainan trofoblast juga dianggap sebagai faktor predisposisi
terjadi preeklampsia, karena trofoblast yang berlebihan dapat
menurunkan perfusi uteroplasenta.
6.) Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin.
7.) Obesitas
Kelebihan gula dan garam merupakan faktor terjadinya berbagai
penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
jantung coroner dan gangguan kesehatan lainnya.
9
c. Klasifikasi
Menurut Anik Maryunani (2016), preeklamsia dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1.) Preeklampsia Ringan
a.) Pengertian
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu
atau segera setelah kehamilan.Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b.) Gejala Klinis
(1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol
15 mmHg atau lebih dan tekanan darah sebelum hamil pada
kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg
sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai
kurang 110 mmHg.
(2) Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/Iiter dalam 24
jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).
(3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral,
wajah atau tangan.
(4) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu
selama 2 kali berturut-turut.
c.) Pemeriksaan
(1) Kehamilan lebih 20 minggu.
(2) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat
(untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah
istirahat 10 menit).
(3) Edema tekan pada tungkai (pretibial) dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tungkai.
(4) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24jam, kualitatif (++)
10
d.) Penatalaksanaan
(1) Banyak istirahat (berbaring tidur / miring).
(2) Diet : cukuh protein, rendah karbohidraat, lemak dan
garam.
(3) Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau
diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari.
(4) Roborantia
(5) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
(6) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit,
(7) trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.
2.) Preeklampsia berat
a.) Pengertian
Preeklampsia berat adalah suatu, komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
Iebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
b.) Gejala
(1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg sedangkan tekanan
darah diastolic >110 mmHg
(2) Peningkatan kadar enzim hati
(3) Trombosit <100.000/nm3
(4) Oliguria <400ml/24 jam
(5) Proteinuria >3gr/liter
(6) Nyeri epigastrum
c.) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklampsia berat dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu perawatan aktif dan perawatan konservatif sebagai
berikut .
(1) Perawatan Aktif
11
(a) Tirah baring miring ke satu sisi.: Tanda vital diperiksa
setiap 30 menit refleks patella setiap jam.
(b) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
infus RI (60-125 cc/jam) 500 cc
(c) Antasida untuk mengurangi mual dan muntah
(d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam.
(e) Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat
(f) Anti hipertensi diberikan bila : Desakan darah sistolis
lebih 180 mmHg, diastolis Iebih 110 mmHg atau MAP
Iebih 125 mmHg, Dosis anti hipertensi sama dengan
dosis anti hipertensi pada umumnya, Bila dibutuhkan
penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obatan anti hipertensi parenteral dan Bila tidak
tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali.
(g) Pemberian Magnesium Sulfat, berikut cara pemberian
magnesium sulfat:
Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam
20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% daiam 25 cc
larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4
grdi bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 %
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada
suntikan IM.
Dosis ulang: diberikian 4 gram intramuskuler 40%
setelah 6 jam pemberian dasis awal lalu dosis ulangan
12
diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian
MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
Syarat-syarat Pemberian MgSO4 :
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium
gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc)
diberikan intravenous daIam 3 menit.
Refleks patella positif kuat
Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam
sebelumriya (0,5 cc/kgBB/jam)
Mgso4 dihentikan bila Ada tanda-tanda keracunan
yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis
menurun, fungsi jantung terganggu.
Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam
pasca persalinan sudah terjadi perbaikan
(normotensif). Pengobatan Obstetrik
(2) Perawatan Konservatif
Perawatan konservatif dimana kehamilan ibu dipertahankan
di kombinasi dengan pengobatan.
(a) Selama perawatan konservatif, observasi dan
evaluasinya sama seperti perawatan aktif hanya pada
perawatan konservatif tidak dilakukan terminasi
kehamilan.
(b) Pemberian MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam.
(c) Apabila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, maka
pengobatan dianggap gagal dan tindakan selanjutnya
adalah terminasi kehamilan.
13
d. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba (2011), tanda dan gejala preeklampsia berat yaitu:
1.) Tekanan darah 160/110 mmHg
2.) Oligoria, urin < 400 cc/24 jam
3.) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan,
nyeri kepala, edema paru dan sianosis
4.) Gangguan kesadaran
5.) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
6.) Perdarahan pada retina
7.) Trombosit < 100.000/mm
e. Pengobatan
Menurut Anik Maryunani (2016), cara pengobatannya yaitu :
1.) Anti hipertensi diberikan bila tekanan darah ≥ 180/110 mmHg
a.) Obat Nifedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 20 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine telah dibenarkan
sublingual karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran
pencernaan maksimum.
b.) Diuretikum tidak dibenarkan secara rutin, hanya diberikan
(misal : furosemide 40 mg IV) atas indikasi ; edema paru,
payah jantung kongestif, edema anaserka.
2.) Anti kejang (Pemberian MgSO4)
a.) Dosis awal MgSO4
4 gram MgSO4 diberikan secara intravena
Cara pemberian :
(1) l MgSO4 40% atau 20% dilarutkan dalam 100 ml D5%
(2) Diberikan dengan tetesan cepat dengan waktu 20 menit
(3) Dosis pemeliharaan 6 gram MgSO4 40% atau 20%
dilarutkan dalam 1 botol (500 ml) RL atau D5% Diberikan
14
dalam tetesan 20 tetes/menit dengan larutan 500 ml dalam
waktu 6 jam.
b.) MgSO4 dihentikan bila :
(1) 24 jam pasca persalinan
(2) 6 jam tercapai normotensif
(3) 6 jam kejang negative
c.) Gejala toksisitas
(1) Frekuensi nafas turun sampai henti nafas
(2) Refleks patella turun atau hilang
(3) Kesadaran menurun
d.) Syarat pemberian MgSO4
(1) Frekuensi pernafasan minimal 16 x/menit
(2) Refleks patella (+)
(3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,05
ml/jam.
e.) Pemberian diazepam
(1) Dosis awal
(a) Diazepam 10 mg IV pelan selama 2 menit
(b) Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
(2) Dosis pemeliharaan
(a) Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL/infuse.
(b) Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >
30 mg/jam
(c) Jangan diberikan > 100 mg/24 jam
(3) Pemberian melalui rectum, Jika pemberian IV tidak
mungkin, diazepam dapat diberikan per rectal, dengan
dosis awal 20 mg dalam spuit 10 ml.
15
2. Antenatal Care
a. Pengertian
Menurut Manuaba (2010) Antenatal Care adalah pengawasan
sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.
Kunjungan ANC merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan sebagai pencegahan awal dari preeklampsia. Data atau
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan antara
hipertensi kronis dengan preeklampsia (Fahira Nur, 2017).
16
c. Tujuan Antenatal Care
Tujuan Antenatal Care menurut Sulistyawati (2014) sebagai berikut :
1.) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu
dan tumbuh kembang janin
2.) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta
sosial ibu dan bayi
3.) Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan
4.) Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik
ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin
5.) Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
berjalan dengan normal
6.) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik
dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara
normal
17
2.) Kunjungan Antenatal Care
Menurut Sulisyawati (2014) kunjungan antenatal care minimal ada
4 kali selama kehamilan, yaitu :
a) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)
b) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)
c) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)
3.) Pelayanan Standart Antenatal Care
Menurut Rukiyah (2014) standar dalam pemeriksaan antenatal care
sebagai usaha deteksi dini dan pencegahan terhadap kehamilan,
persalinan dan nifas minimal 14T meliputi :
a.) Timbang dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan
janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram
selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan normal saat hamil adalah 11,5-16 kg
adapun tinggi badan normal untuk ibu hamil >145 cm.
b.) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya dorongan darah ke dinding arteri
saat darah di pompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Pada
ibu hamil semua sistem mengalami perubahan diantaranya
kardiovaskular dimana cardiac output pada minggu ke-5 akan
meningkat dengan tujuan dapat mengurangi resistensi vascular
sistemik. Pada minggu ke 6 sampai 8 volume darah kembali
meningkat secara progresif dan akan mencapai puncaknya pada
minggu ke 32-34 (Murtala,2015). Pengukuran tekanan darah
penting dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal untuk
memantau peningkatan tekanan darah dan mendeteksi adanya
hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
18
preklampsia (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai
bawah dan proteinuria) (Kemenkes RI, 2018).
c.) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan. Jika TFU tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran menggunakan pita ukur setelah
kehamilan berusia 24 minggu.
d.) Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus neonatorum, ibu
hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama,
ibu hamil di skrining status imunisasi TT nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil di sesuaikan dengan status
imunisasi ibu saat ini.
e.) Tamblet Tambah Darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
diberikan sejak kontak pertama.
f.) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada ibu hamil
dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena, kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
g.) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan ini ibu hamil akan diperiksa secara lengkap
mulai dari Hb, HIV, protein dalam urin , kadar gula darah dan
19
lainnya guna untuk mengetahui adakah resiko selama
kehamilan.
h.) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi apabila
dilakukan dengan berganti ganti pasangan baik laki laki
maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit kelamin,
i.) Pemeriksaan Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan denyut jantung janin biasanya dilakukan saat usia
kehamilan 16 Minggu. Tujuan dari pemeriksaan ANC denyut
jantung janin ini adalah memantau,mendeteksi dan
menghindari faktor resiko kematian prenatal yang disebabkan
oleh infeksi, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan
hipoksia.
j.) Temu Wicara
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi dan persiapan
rujukan. temu wicara ini dapat menentukan perencanaan
kehamilan, pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan.
Temu wicara ini diperlukan untuk menyepakati rencana
rencana kelahiran dan rujukan bila perlu.
3. Hipertensi Kronik
a. Pengertian
Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi yang
didapatkan sebelum timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui
adanya hipertensi sebelum kehamilan, maka hipertensi kronik
didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20
minggu (Prawihardjo, 2014).
20
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit
hipertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun ditemukan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap 6
minggu pasca persalinan, apapun yang menjadi sebabnya (Padila,
2014).
Hajar Nur (2019) mengatakan bahwa riwayat hipertensi bu
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia. Hal
ini karena hpertensi yang pernah diderita sebelum hamil sudah
mengakibatkan gangguan atau kerusakan organ penting tubuh
ditambah lagi dengan adanya kehamilan maka kerja tubuh akan
bertambah berat sehinga dapat mengakibatkan gangguan atau
kerusakan yang lebih berat lagi dengan timbulnya edema dan
proteinuria.
b. Etiologi
Menurut Novvi Karlina (2016) ada dua etiologi hipertensi, yaitu :
1.) Hipertensi essensial atau hipertensi primer dimana penyebabnya
disebabkan oleh adanya gangguan pada jantung atau ginjal,
melainkan disebabkan oleh faktor lain misal dikarenakan pola
hidup tidak sehat, mengalami stress, mengkonsumsi garam yang
berlebih, merokok, kebiasaan minum beralkohol, pola makan yang
tidak sehat yang mengakibatkan timbunan lemak dan kelebihan
berat badan dan adanya faktor keturunan.
2.) Hipertensi sekunder merupakan salah satu penyebab tekanan darah
tinggi pada ibu hamil. Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya
gangguan ginjal atau jantung. Preeklampsia yang terjadi pada
wanita hamil sangat berisiko menyerang mereka yang sebelum
kehamilan menderita penyakit darah tinggi kronik, hamil berusia
dibawah 20 tahun dan diatas 40 tahun, wanita penderita diabetes,
gagal ginjal, lupus, scleroderma, dan wanita hamil yang meningkat
21
tekanan darahnya atau menderita preeklampsia saat kehamilan
sebelumnya.
c. Klasifikasi
Menurut Prawihardjo (2014) klasifikasi yang dipakai di Indonesia
adalah berdasarkan Report of the National HIGH Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001, ialah :
1.) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 Minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 Minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 Minggu pasca persalinan.
2.) Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 Minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3.) Eklampsia
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-
kejang atau koma.
4.) Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
5.) Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional (disebut juga transien hypertension) adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria
dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.
22
d. Faktor Risiko
Menurut Prawihardjo (2014) terdapat banyak faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan
dalam faktor resiko sebagai berikut :
1.) Primigravida
2.) Hiperplasetosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan ektopik,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3.) Umur yang ekstrim
4.) Riwayat keluarga pernah preeklampsia atau eklampsia
5.) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6.) Obesitas
e. Patofisiologi
Menurut Prawihardjo (2014) penyebab hipertensi dalam kehamilan
hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah
dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-
teori yang banyak dianut adalah :
1.) Teori kelainan vaskularisasi plasenta,
2.) Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
3.) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4.) Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
5.) Teori defisiensi gizi
6.) Teori inflamasi
Menurut penelitian, Marizza dan Rosmaida (2015), responden dengan
riwayat hipertensi memiliki peluang besar untuk terjadinya
preeklampsia berat sehingga dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
Hipertensi dapat menyebabkan preeklampsia berat karena hipertensi
dalam kehamilan, dapat berlanjut menjadi preeklampsia atau
23
eklampsia, hipertensi enselopati, gagal jantung, gagal ginjal, solusio
plasenta dan gangguan pertumbuhan janin.
f. Pengelolaan pada kehamilan
Menurut Prawihardjo (2014) tujuan pengelolaan hipertensi
kronik dalam kehamilan adalah meminimalkan atau mencegah dampak
buruk pada ibu ataupun janin akibat hipertensi ataupun akibat obat-
obat hipertensi. Secara umum ini berarti mencegah terjadinya
hipertensi yang ringan menjadi lebih berat yang dapat dicapai dengan
cara farmakologik atau perubahan pola hidup : diet, berhenti merokok,
alcohol dan substance abuse.
g. Perawatan pasca persalinan
Perawatan pasca persalinan sama seperti preeklampsia. Edem serebri,
edema paru, gangguan ginjal, dapat terjadi 24-36 jam pasca persalinan.
Setelah persalinan : 6 jam pertama resistensi (tahanan) perifer
meningkat. Akibatnya terjadi peningkatan kerja ventrikel kiri (left
ventricular work load). Bersamaan dengan itu akumulasi cairan
interstitial masuk kedalam intravascular. Perlu terapi lebih cepat
dengan atau tanpa diuretik. Banyak perempuan dengan hipertensi
kronik dan superimposed preeklampsia, mengalami penciutan volume
darah. Bila terjadi perdarahan pasca persalinan, sangat berbahaya bila
diberi cairan kristaloid ataupun koloid, karena lumen pembuluh darah
telah mengalami vasokonstriksi. Terapi terbaik bila terjadi perdarahan
ialah pemberian transfusi darah (Prawihardjo, 2014)
4. Obesitas
Overweight atau obesitas didefinisikan sebagai keadaan abnormal atau
kelebihan akumulasi lemak/kegemukan yang mungkin dapat
mempengaruhi kesehatan. Body Mass Index (BMI) adalah rumus
sederhana yang digunakan untuk mengklarifikasikan overweight dan
obesitas. Rumus menentukan BMI adalah sebagai berikut:
24
BMI = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 2 (𝑚)
Seorang dikatakan overweight jika BMI ≥25 dan obesitas jika BMI
≥30. Obesitas sangat berkaitan erat dengan berbagai macam komplikasi
penyakit terlebih jika dialami oleh wanita hamil yang mana akan
berdampak buruk baik terhadap ibu maupun janin yang dikandung.
Menurut Hajar Nur (2019) dalam penelitiannya mengatakan kenaikan
berat badan yang berlebih merupakan gejala preeklampsia pada ibu
hamil. Kenaikan berat badan yang berlebih menunjukkan adanya
penimbunan cairan yang berlebihan dalam jaringan tubuh atau disebut
oedema yang merupakan pertanda preeklampsia.
kegemukan menyebabkan kolestrol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang
berada dalam tubuh sekitar 15% dari berat badan, semakin gemuk
seseorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh
yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga hal
ini dapat memicu terjadinya preeklampsia (Prawihardjo, 2010).
5. Usia
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia reproduksi optimal bagi
seorang ibu hamil antara usia 20- 35 tahun, di bawah atau di atas usia
tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya. Pada
wanita usia muda organ-organ reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan kejiwaannya belum siap menjadi ibu sehingga kehamilan
sering diakhiri dengan komplikasi obstetrik yang salah satunya
preeklampsia (Giovanna, 2017).
25
kehamilan remaja dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko
sering mengalami anemia, Gangguan tumbuh kembang janin, keguguran,
prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsia dan
perdarahan antepartum (Manuaba, 2010).
Menurut Hajar Nur (2019) dalam penelitiannya mengatakan umur ibu
sangat berpengaruh dalam reproduksi dan terjadinya preeklampsia berat.
Umur yang produktif untuk hamil yaitu usia 20-35 tahun. Wanita hamil
kurang dari 20 tahun dpat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan
janin karena belu matangnya alat reproduksi. Selain itu ibu hamil yang
berusia >35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehinga lebih beresiko untuk
terjadi preeklampsia.
B. Kerangka Teori
Preeklampsia merupakan penyebab langsung kematian ibu setelah perdarahan,
teori yang mengungkap terjadinya preeklampsia, ischemia uterolasenta,
selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola
hidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan,
pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran
darah dalam dinding rahim kurang , maka keluarlah zat-zat dari plasenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori
ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit
tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan preeklampsia
dan eklampsia. Faktor resiko berperan dalam mendukung terjadinya
preeklampsia adalah : Nulipara, Kehamilan ganda, usia <20 tahun atau > 35
tahun, riwayat hipertensi, penyakit ginjal, diabetes mellitus yang sudah ada
sebelum kehamilan dan obesitas. Pencegahan perlu dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care yang terpadu dan berkualitas sebagai deteksi dini
sehingga dapat menurunkan kejadian preeklampsia.
26
Bila di gambarkan maka faktor predisposisi preeklampsia sebagai berikut :
Mola hidatidosa
Diabetes melitus
Hidropfetalis
Obesitas
Kejadian
Umur yang lebih >35 Tahun Preeklampsia
Paritas
Kehamilan ganda
Riwayat
preeklampsia/
hipertensi
Dukungan sosial
Status ekonomi
Antenatal Care
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan tentang riwayat hipertensi
dan antenatal care (ANC) terpadu dilihat dari variabel frekuensi pemeriksaan
antenatal care dan pelayanan ANC berkualitas yang diduga berpengaruh
terhadap kejadian preeklampsia (Gambar 2.2).
27
Kerangka konsep penelitian dapat dilihat dari bagan berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Obesitas
Frekuensi ANC
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara
dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis terdiri dari atas
pernyataan terhadap ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel, yakni
variabel bebas dan variabel terikat (Hidayat, 2014)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia pada ibu
hamil
2. Ada hubungan usia dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil
3. Ada hubungan obesitas dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil
4. Ada hubungan frekuensi antenatal care dengan kejadian preeklampsia
pada ibu hamil
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk
mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian. Desain penelitian
dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai tujuan penelitian dan
seluruh proses penelitian (Riyanto, 2011).
Literatur review adalah penelitan kepustakaan (library research), yaitu
serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam
informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan
dokumen). Penelitian literatur (literature review, literature research)
merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan,
gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi
akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan kontribusi
teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Syaodih, 2009).
Penelitian ini menggunakan penelitian literature review dimana fokus
penelitian adalah menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, atau
gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan
penelitian yang dirumuskan (Syaodih, 2009).
Pada penelitian ini menggunakan 3 jurnal internasional dan 8 jurnal
nasional dengan desain penelitian sebagai berikut :
29
Tabel 3.1 Desain penelitian jurnal
30
6. Faktor-Faktor Yang Yeyen 2019, Bekasi Jenis penelitian ini
Berhubungan Dengan Putriana dan mengunakan analitik
Kejadian Preeklampsia Helmi Yenie dengan pendekatan Case
Pada Sebuah Rumah Control
Sakit di Provinsi
Lampung
31
32
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2014).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
33
Variabel independen : Jumlah kunjungan pemeriksaan ANC sesuai
Frekuensi pemeriksaan ANC standar minimal 4 kali selama kehamilan yang
terdiri dari 1 kali saat trimester pertama dan 1 kali
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
Kategori :
1. Sesuai standar jika ≥ 4 kali
2. Tidak sesuai standar jika < 4 kali
Teknik Pengumpulan
No Judul Jenis Data Data
34
berhubungan dengan menggunakan data dengan cara melakukan
kejadian preeklampsia primer dan data pengisian kuesioner dan
berat pada ibu hamil sekunder pengkajian rekam medik
trimester III di RSUD
kota bekasi tahun 2018
35
preeclampsia in Maya-
Mestizo women
D. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
data yang telah terkumpul untuk mempermudah dan meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Pada penelitian ini
menggunakan metode analisis anotasi bibliografi (annotated bibliography)
yakni suatu kesimpulan sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal atau
beberapa sumber tulisannya sesuai dengan apa yang ditulisnya. (University of
New South Wales, 2020).
Data yang sudah ditentukan, perlu dilakukan triagulasi,
membandingkan antar kasus dan melakukan berbagai teknik yang relevan
dengan konteks dan kasus yang tengah diteliti. Analisis domain sering
dgunakan untuk penelitian kualitatif. Analisis domain digunakan untuk
menganalisis gambaran objek penelitian secara umum hanya menganalisis
bagian permukaannya secara utuh. Analisis domain dapat pula digunakan
untuk memperoleh informasi secara utuh, tanpa perincian detail hingga
keunsur-unsurnya.
36
Pada penelitian ini menggunakan 3 jurnal internasional dan 8 jurnal nasional
sebagai data yang akan dianalisis.
1. Penelitian Eka Fuazia pada tahun 2019 bertujuan ingin mengetahui
hubungan usia, paritas, riwayat hipertensi dan frekuensi ANC dengan
kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kolerasi dengan metode pendekatan cross sectional,
responden dalam penelitian ini 45 responden dengan analisis data
menggunakan uji chi square. Berdasarkan hasil chi square menunjukkan
bahwa ada hubungan antara usia, paritas, riwayat hipertensi dan frekuensi
ANC dengan kejadian preeklampsia.
2. Penelitian Fahira Nur pada tahun 2017 bertujuan ingin mengetahui risiko
kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSU Anutapura Palu. Penelitian
menggunakan survey analitik dengan pendekatan case control dan teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling. Jumlah
sampel yaitu sebanyak 104 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa
primigravida, riwayat hipertensi, kunjungan ANC dan obesitas beresiko
terhadap kejadian preeklampsia.
3. Penelitian Tigor pada tahun 2016 bertujuan ingin mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di
poli KIA RSU Anutapura Palu. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 55
responden yang datang memeriksakan kehamilannya ke poli KIA
sedangkan sampel berjumlah 36 responden. Instrument yang digunakan
adalah kuesioner. Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan ada
hubungan antara umur, pengetahuan dengan kejadian preeklampsia dan
tidak ada hubungan antara paritas, riwayat hipertensi, pemeriksaan ANC
dengan kejadian preeklampsia.
4. Penelitian Hajar Nur pada tahun 2019 bertujuan ingin mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia berat pada ibu
hamil di RSUD kota Bekasi tahun 2017. Penelitian ini menggunakan
37
analitik kuantitatif dengan pendekatan case control. Populasi yang diambil
adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilan sedangkan
sampel yang diteliti adalah ibu hamil trimester III yang mengalami
preeklampsia berat. Instrument penelitian menggunakan lembar isian dan
data sekunder. Penelitian ini meggunakan 6 variabel dan menunjukkan
hasil ada hubungan antara usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, riwayat
hipertensi dan obesitas dengan kejadian preeklampsia berat pada ibu
hamil.
5. Penelitian Giovanna,dkk pada tahun 2017 bertujuan ingin mengetahui
karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia di RSUD DR.R.D. Kandou
Manado. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
retrospektif. Instrument penelitian menggunakan data rekam medic yang
diambil dari tahun 2010 – 2013. Penelitian ini menunjukkan distibusi
subjek berdasarkan umur, pekerjaan, paritas menunjukkan lebih
medominasi atau lebih banyak ditemukan ditemukan sedangkan kategori
obesitas dan riwayat hipertensi belum ditemukan.
6. Penelitian Yeyen Putriana pada tahun 2019 bertujuan ingin mengetahui
faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada
sebuah rumah sakit di provinsi lampung. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh dokumen ibu bersalin tahun 2018 dengan
sampel sebanyak 148 dokumenibu bersalin dengan kasus preeklampsia.
data yang diambil adalah data sekunder alat penelitian menggunakan
purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan
antara paritas dengan kejadian preeklampsia dan terdapat hubungan antara
usia, riwayat hipertensi sebelum hamil, pendidikan, pekerjaan, kehamilan
ganda dan diabetes mellitus.
7. Penelitian Putri Marlina tahun 2019 bertujuan ingin mengetahui Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di
BLUD Rumah Sakit H.M Djafar Harun Kolaka Utara. Penelitian ini
38
menggunakan jenis survey analitik dan dengan pendekatan case control.
Instrument yang digunakan menggunakan data rekam medic Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia, paritas, jarak
kehamilan dan pendidikan ibu dengan kejadian preeklampsia.
8. Penelitian Wulandari tahun 2018 bertujuan ingin mengetahui Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia di Puskesmas
Sumber Kabupaten Rembang. Jenis penelitian ini menggunakan
kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectial dan teknik
peangambilan sampel meggunakan accidental sampling. Berdasarkan
hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara umur, paritas dan
riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia dan tidak ada hubungan
jarak kehamilan dengan kejadian preeklampsia.
9. Penelitian Thelma, dkk pada tahun 2018 bertujuan ingin mengetahui
Higher prepregnancy body mass index is a risk factor for developing
preeclampsia in Maya-Mestizo women / Tingginya indeks massa tubuh
sebelum hamil merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia di maya-
mestizo. Jenis penelitian ini menggunakan analitik prospektif dengan
pendekatan case control dan penelitian ini menggunakan data sekunder
melalui rekam medic pasien.
10. Penelitian Tessema pada tahun 2020 bertujuan ingin mengetahui
Individual and Obstetric Risk Faktors of Preeclampsia among Singleton
Pregnancy in Hospital of Southern Ethiopia atau faktor resiko dan
obstetri preeklampsia pada kehamilan singleton di Rumah Sakit Ethiopia
Selatan. Jenis penelitian ini menggunakan case control dan teknik
pengumpulan data mengunakan kuesioner.
11. Penelitian G. Logan pada tahun 2019 bertujuan ingin mengetahui
Determinants of Preeklampsia and Eclampsi Among Women Delivering in
Country Hospitalsin Nairobi atau penentu preeklaampsia dan eklampsia
pada wanita yang melahirkan dirumah sakit daerah di Nairobi. Jenis
39
penelitian ini menggunakan case control dan teknik pengumpulan data
mengunakan kuesioner.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Hasil analisis penelitian dari 8 Jurnal Nasional dan 3 Jurnal Internasional :
1. Tabel 4.1 Hasil Analisis angka kejadian preeklampsia berdasarkan
jurnal
2. Tabel 4.2 Hasil Analisis angka kejadian ibu yang memiliki riwayat
hipertensi berdasarkan jurnal
40
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan ibu yang memiliki riwayat
hipertensi paling tinggi terdapat pada jurnal Hajar Nur yaitu sebanyak 204
(59,6%).
41
3. Tabel 4.3 Hasil Analisis angka kejadian ibu yang memiliki usia
beresiko berdasarkan jurnal
4. Tabel 4.4 Hasil Analisis angka kejadian ibu yang mengalami obesitas
berdasarkan jurnal
5. Tabel 4.5 Hasil Analisis angka kejadian frekuensi ANC yang tidak
teratur berdasarkan jurnal
No Frekuensi ANC Total Persen (%)
1 Eka Fuazia (2019) 21 5,5
2 Fahira Nur (2017) 32 8,4
3 Tigor (2016) 19 4,9
4 Tessema (2020) 164 43,1
5
42
G. Logan (2019) 145 38,1
Jumlah 342 100%
B. PEMBAHASAN
1. Univariat
a. Preeklampsia
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 pada kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Anik Maryunani,
2016).
Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, ibu yang
mengalami preeklampsia paling tinggi yaitu pada jurnal Hajar Nur
(2019) yaitu sebanyak 172 (42,4%).
Hasil analisis ke 11 jurnal pada penelitian ini, 1 jurnal berada
diatas angka kejadian preeklampsia di Indonesia yang mencapai
33,07% dan 5 jurnal lainnya memiliki angka yang berbeda tentang
kejadian preeklampsia. Perbedaan angka kejadian preeklampsia ini
dikarenakan tidak diketahui penyebab pasti kejadian preeklampsia.
Hal ini diperkuat oleh teori Anik Maryunani (2016) yang mengatakan
bahwa Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui,
Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre
eklampsia yaitu kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa,
diabet, gemeli, riwayat hipertensi, umur >35 tahun, gizi buruk, dan
anemia.
b. Riwayat Hipertensi
43
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit
hipertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun ditemukan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap 6
minggu pasca persalinan (Padila, 2014). Hipertensi atau penyakit
darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung,
dan kerusakan ginjal (Fahira Nur, 2017).
Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, ibu yang
memiliki riwayat hipertensi paling tinggi yaitu pada jurnal Hajar Nur
sebanyak 59,6% dan jurnal Fahira Nur (2017) sebanyak 13,8%. Hasil
jurnal tersebut diperkuat oleh teori Novi Karlina (2016) yang
mengatakan wanita hamil yang sebelum kehamilan menderita penyakit
darah tinggi kronik sangat beresiko mengalami preeklampsia.
Ini berarti hasil penelitian jurnal sesuai dengan teori yang ada
bahwa ibu yang memiliki riwayat hipertensi merupakan faktor resiko
terjadinya preeklampsia.
c. Usia
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.
Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh
sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Usia reproduksi
optimal bagi seorang ibu hamil antara usia 20- 35 tahun, di bawah atau
di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
persalinannya. Pada wanita usia muda organ-organ reproduksi belum
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum siap menjadi ibu
44
sehingga kehamilan sering diakhiri dengan komplikasi obstetrik yang
salah satunya preeklampsia (Giovanna, 2017).
Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, ibu yang
memiliki usia beresiko paling tinggi yaitu pada jurnal Hajar Nur
sebanyak 37,9% dan jurnal Tessema (2020) sebanyak 19,2%. Pada
teori yang dikatakan oleh Giovanna (2017) Pada usia 30 – 35 tahun
atau lebih wanita akan mengalami perubahan pada jaringan dan alat
reproduksi serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut
cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu, salah satunya
hipertensi. Pada teori (Cunnningham, 2009) dalam Hajar Nur (2019)
mengatakan Usia < 20 tahun dan > 35 tahun lebih beresiko
terhadap kejadian preeklampsia, hal ini dikarenakan pada usia< 20
tahun diduga adanya suatu imunologi disamping endokrin dan
genetik, sedangkan preeklampsia pada usia >35 tahun diduga akibat
hipertensi yang diperberat oleh kehamilan.
Ini berarti hasil penelitian jurnal sesuai dengan teori yang ada
bahwa ibu yang memiliki usia beresiko yaitu < 20 tahun dan > 35
tahun merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia.
d. Obesitas
Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula
dan garam merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung
koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain (Hajar Nur, 2019). Teori (Prawihardjo, 2010)
dalam Giovanna, 2017 mengatakan kegemukan menyebabkan
kolestrol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih
berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam tubuh sekitar 15%
dari berat badan, semakin gemuk seseorang makin banyak pula jumlah
45
darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula
fungsi pemompaan jantung. Sehingga hal ini dapat memicu terjadinya
preeklampsia.
Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, ibu yang
mengalami obesitas paling tinggi yaitu pada jurnal Tessema (2020)
sebanyak 39,8% dan jurnal Hajar Nur sebanyak 28,6%. Penelitian ini
diperkuat oleh teori (Robberts,dkk.2011) dalam Fahira Nur (2017)
yang menunjukkan bahwa resiko preeklampsia terjadi 3 kali lipat lebih
besar pada wanita dengan obesitas. Obesitas diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di
jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa
penyakit.
Ini berarti hasil penelitian jurnal sesuai dengan teori yang ada
bahwa ibu yang mengalami obesitas memiliki resiko mengalami
preeklampsia.
46
(2020) sebanyak 43,1% dan jurnal G. Logan (2019) sebanyak 38,1%.
Pada teori Manuaba (2010) mengatakan Pemeriksaan kehamilan
secara dini sangat diperlukan untuk memperoleh gambaran dasar
mengenai perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan dan
berbagai kelainan yang menyertai kehamilam secara dini sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinanya.
Ini berarti hasil penelitian jurnal sesuai dengan teori yang ada
bahwa frekuensi pemeriksaan ANC merupakan faktor resiko terjadinya
preeklampsia. Jika pemeriksaan ANC tidak teratur maka masalah
kehamilan tidak bisa terdeteksi dengan cepat dan tidak bisa segera diatasi
oleh tenaga kesehatan sehingga bisa membahayakan keselamatan ibu dan
janin.
2. Bivariat
a. Hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia
Berdasarkan penelitian Eka Fuazia (2019) terdapat hubungan
antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,
01< 0,05, OR = 7,295). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Fahira
Nur (2017) yang mengatakan bahwa riwayat hipertensi beresiko 1,591
kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia dibanding dengan
tidak memiliki riwayat hipertensi. Didukung juga oleh penelitian Hajar
Nur (2019) berdasarkan hasil analisis Ho ditolak yang berarti ada
hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia
pada ibu hamil.
Riwayat hipertensi ibu merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya preeklampsia ataupun eklampsia. Hal ini karena hipertensi
yang pernah diderita sebelum hamil sudah mengakibatkan gangguan/
kerusakan organ penting tubuh dan ditambah lagi dengan adanya
kehamilan maka kerja tubuh akan bertambah berat lagi dengan
47
timbulnya edema dan proteinuria (Hajar Nur, 2019). Selain itu kondisi
psikologis yang terganggu dan kelelahan dapat mempengaruhi
kesehatan ibu hamil. oleh karena itu, keluarga diharapkan membantu
ibu untuk tetap tenang menjalani kehamilannya dan senantiasa
mengingatkan ibu untuk rutin memeriksakan kehamilannya difasilitas
kesehatan setiap 1 bulan sekali (Yeyen, 2019).
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Tigor, dkk (2016)
tentang riwayat hipertensi sebagai penyebab kejadian preeklampsia.
Menurut Tigor tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat
hipertensi dengan kejadian preeklampsia ( p value = 0,060 , p > 0,05).
Hal ini didukung dengan adanya hasil kuesioner dari responden yang
mana sebagian besar ibu hamil di poli KIA mempersepsikan bahwa
riwayat hipertensi tidak ada hubungannya dengan kejadian
preeklampsia, bagi mereka selama bisa menjauhi pantangan yang bisa
memicu terjadi hipertensi maka itulah yang lebih penting. Giovanna,
dkk (2017) dalam penelitiannya mengatakan pasien yang tidak
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya lebih dominan dengan
presentase pada pasien preeklampsia ringan sebanyak 15 orang (25%)
dan preeklampsia berat sebanyak 40 orang (66,7%).
Berdasarkan hasil penelitian ke 7 Jurnal, 4 diantaranya
memiliki hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan pembuluh darah plasenta
sudah mengalami gangguan. Bila ibu sebelumnya sudah menderita
hipertensi maka keadaan ini akan memperberat keadaan ibu.
Sedangkan pada jurnal yang mengatakan tidak ada hubungan yang
signifikan dikarenakan ibu hamil yang lebih beresiko terkena
preeklampsia adalah ibu yang memiliki umur <20 atau >35 tahun,
tingkat pengetahuan, jumlah paritas dan pekerjaan (Giovanna, dkk,
2017).
b. Hubungan usia dengan kejadian preeklampsia
48
Berdasarkan penelitian Hajar Nur (2019) terdapat hubungan
antara usia dengan kejadian preeklampsia ( p value 0,002 OR = 2,006).
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Tigor, dkk (2016) berdasarkan
hasil analisis didapatkan adanya hubungan antara umur dengan
kejadian preeklampsia ( p value 0,000 P > 0,05). Hasil penelitian
Yeyen (2019) juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara usia dengan kejadian preeklampsia, sementara hasil uji OR
diperoleh nilai 4,776 (CI 95%) artinya responden dengan usia beresiko
(<20 atau >35 tahun) memiliki peluang untuk mengalami
preeklampsia lebih besar disbanding usia tidak beresiko.
Wanita usia lebih dari 35 tahun lebih muda mengalami
berbagai masalah kesehatan salah satunya hipertensi. Hal ini terjadi
karena perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir
sudah tidak lentur lagi sedangkan kehamilan remaja dengan usia
dibawah 20 tahun juga beresiko mengalami preeklampsia karena alat
reproduksi belum siap menerima kehamilan (Manuaba, 2007). Teori
ini sejalan dengan hasil penelitian Eka Fuazia (2019) yang mengatakan
ibu berusia kategori beresiko sebagian besar mengalami preeklampsia
berat yaitu 13 (72,2%) sedangkan ibu yang usianya kategori tidak
beresiko sebagian besar mengalami preeklampsia ringan 21 (77,8%).
Berdasarkan hasil penelitian ke 9 jurnal, ke 9 jurnal tersebut
mengatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian
preeklampsia. Hal ini disebabkan pada usia 30-35 tahun atau lebih
akan mengalami perubahan pada jaringan dan alat reproduksi serta
jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan
penyakit lain dalam tubuh ibu, salah satunya hipertensi (Giovanna,
2017). Untuk mengurangi kejadian preeklampsia para bidan dapat
mencegah mengurangi faktor resiko dengan memberi konseling
kepada ibu untuk mengatur usia reproduksi (20-35 tahun), mengatur
berat badan ibu, serta melakukan ANC minimal 4 kali (Dian, 2020).
49
c. Hubungan Obesitas dengan kejadian preeklampsia
Berdasarkan penelitian Fahira (2017) terdapat hubungan antara
riwayat hipertensi dengan kejadian preeklampsia (OR= 5,632;95% CI
2,028-15,640). Fahira mengatakan bahwa obesitas beresiko 5,632 kali
terhadap preeklampsia dibandingkan ibu yang tidak mengalami
obesitas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hajar Nur (2019) di kota bekasi pada tahun 2018 didapatkan hasil
analisis ( p value= 0,009 (p< a 0,05 OR 1,833) sehingga Ho ditolak
yang berarti ada hubungan antara obesitas dengan kejadian
preeklampsia pada ibu hamil.
Kenaikan berat badan yang berlebih merupakan gejala
preeklampsia pada ibu hamil. Kenaikan berat badan yang berlebih
menunjukkan adanya penimbunan cairan yang berlebihan dalam
jaringan tubuh atau disebut odema yang merupakan tanda
preeklampsia (Hajar Nur, 2019). Penelitian ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa obesitas disebabkan oleh banyak faktor
seperti faktor genetic, gangguan metabolik dan konsumsi makanan
yang berlebihan. Semakin gemuk seseorang semakin banyak pula
darah yang terdapat dalam tubuh yang berarti semakin berat fungsi
pemompa jantung sehingga mengakibatkan terjadinya preeklampsia
(Fahira Nur, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian ke 5 jurnal, ke 5 jurnal
mengatakan memiliki hubungan yang signifikan antara obesitas
dengan kejadian preeklampsia. Hal ini disebabkan penimbunan lemak
yang berlebihan dijaringan lemak tubuh dapat mengakibatkan
terjadinya beberapa penyakit termasuk preeklampsia.
50
d. Hubungan Frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia
Berdasarkan penelitian Eka Fuazia (2019) mengatakan terdapat
hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia. hasil
penelitian menunjukkan ibu yang tidak teratur dalam pemeriksaan
ANC sebagian besar mengalami preeklampsia berat yaitu 15 (71,4%),
sedangkan ibu yang teratur dalam pemeriksaan ANC sebagian besar
mengalami preeklampsia ringan 20 (83,3%). Hal ini diperkuat oleh
penelitian Fahira (2017) menunjukkan bahwa kunjungan kehamilan
ANC merupakan faktor resiko kejadian preeklampsia dengan kata lain
berisiko 7,933 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia di
banding dengan yang tidak melakukan kunjungan kehamilan/ANC > 2
kali. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tigor (2016)
di palu pada tahun 2016 dengan hasil analisis diperoleh bahwa ada
sebanyak 11 responden (45,8%) dan non preeklampsia 13 (54,2%).
Sedangkan responden kurang baik dengan kejadian preeklampsia 6
(31,6%) dan non preeklampsia sebanyak 13 (68,4%). Sedangkan
responden yang pemeriksaan ANC kurang baik dengan preeklampsia
sebanyak 6 (31,6%) dan yang non preeklampsia sebanyak 13 (68,4%).
Dengan nilai p value = 0,813 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi ANC dengan
kejadian preeklampsia.
Berdasarkan hasil penelitian ke 5 jurnal, 4 diantaranya
mengatakan terdapat hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian
preeklampsia . hal ini disebabkan kunjungan ANC merupakan salah
satu upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan awal dari
preeklampsia. data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah
sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
membedakan antara hipertensi kronis dengan preeklampsia (Fahira,
2017). Semakin sering melakukan pemeriksaan ANC maka resiko
terkena preeklampsia semakin kecil sesuai dengan teori yang
51
dikemukakan manuaba untuk mendeteksi preeklampsia sedini
mungkin yaitu melalui pemeriksaan ANC secara teratur mulai dari
trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia
menjadi berat. Sedangkan pada jurnal yang mengatakan tidak ada
hubungan yang signifikan dikarenakan ibu hamil yang lebih beresiko
terkena preeklampsia adalah ibu hamil yang memiliki umur berisiko
(<20 atau >35 tahun) (Tigor, 2016).
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini yang dilakukan
menggunakan studi lieratur pada jurnal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, angka kejadian
preeklampsia tertinggi terdapat pada jurnal Hajar Nur (2019) sebanyak
42,4% .
2. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 7 jurnal yang
memiliki variabel riwayat hipertensi, angka kejadian riwayat hipertensi
tertinggi terdapat pada jurnal Hajar Nur (2019) sebanyak 59,6% dan 5 dari
7 jurnal yang membahas tentang variabel riwayat hipertensi mengatakan
memiliki hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian
preeklampsia (71,4%).
3. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 9 jurnal yang
memiliki variabel usia, angka kejadian usia beresiko tertinggi terdapat
pada jurnal Hajar Nur (2019) sebanyak 37,9% dan 9 jurnal yang
membahas tentang variabel usia mengatakan memiliki hubungan antara
usia dengan kejadian preeklampsia (100%).
4. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 5 jurnal yang
memiliki variabel obesitas, angka kejadian obesitas tertinggi terdapat pada
jurnal Hajar Nur (2019) sebanyak 28,6% dan 5 jurnal yang membahas
tentang variabel obesitas mengatakan memiliki hubungan antara obesitas
dengan kejadian preeklampsia (100%).
5. Berdasarkan data dari 11 jurnal pada penelitian ini, terdapat 5 jurnal yang
memiliki variabel frekuensi ANC, angka frekuensi ANC tertinggi terdapat
pada jurnal G.Logan (2019) sebanyak 68,4%. dan 4 dari 5 jurnal yang
53
membahas tentang variabel frekuensi ANC mengatakan memiliki
hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian preeklampsia (80%).
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan variabel
yang sama dan ditambahkan dengan variabel lain tentang preeklampsia
seperti paritas, jarak kehamilan dan yang lainnya serta menggunakan
desain penelitian yang berbeda pula sehingga dapat menjadi sumber yang
bervariatif untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Melakukan pemantauan dan evaluasi tentang tanda bahaya pada
kehamilan serta pentingnya melakukan pemeriksaan antenatal care secara
teratur minimal frekuensi kunjungan sesuai standar sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada saat kehamilan.
3. Bagi Ibu Hamil
Dapat menyadari perlunya melakukan pemeriksaan ANC pada saat hamil
secara rutin dan membaca buku KIA sebagai sumber informasi ibu tentang
kehamilan hingga usia anak 6 tahun beserta bahaya yang dapat terjadi saat
kehamilan hingga nifas.
54
DAFTAR PUSTAKA
Fuazia, Eka. 2015. Hubungan Usia, Paritas, Riwayat Hipertensi dan Frekuensi
Pemeriksaan ANC Terhadap Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil.
STIKES Sukabumi. Tersedia dalam : https://core.ac.uk/reader/230555310
(diakses 2 september 2020)
Fahira, A. 2017. Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSU
Anutapura Kota Palu. STIKES Widya Nusantara. Tersedia dalam ;
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/view/8750
(diakses 2 september 2020)
55
Karlina, Novvi, dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Bogor : IN MEDIA.
Manuaba, ide Ayu Chandranita dkk. (2010). ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.
Pribadi, Adhi, dkk. (2015). Kehamilan Resiko Tinggi. Jakarta : CV Sagung Seto.
56
Setiyaningrum. 2017. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas. Bogor : Penerbit IN
MEDIA.
Telma, dkk. (2018) Higher prepregnancy body mass index is a risk factor for
developing preeclampsia in Maya-Mestizo women. Tersedia dalam :
https://doi.org/10.1080/13557858.2017.1315367 (diakses tanggal 1
desember 2020)
57
LAMPIRAN
58
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesling (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; AnalisKesehatan (0511) 4772718
NIM : P07124217131
TandaTangan
No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa
59
60
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesling (0511) 4781131 ;Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; AnalisKesehatan (0511) 4772718
NIM : P07124217131
TandaTangan
No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa
61
PERNYATAAN SIAP UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan siap untuk mengikuti ujian skripsi. Demikian pernyataan ini dibuat agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
62
Pembimbing I Pembimbing II
63
JADWAL PENELITIAN November Desember Januari Februari Maret Apri Me
l
N Uraian Kegiatan I I II I I I I IV I I I I I I I I I I I I I I II I I I I
o I I V I I I I V I I V I I V I I V I
I I I I
1. Studi Pendahuluan
2. Pengajuan Judul
3. Penyusunan
Proposal
4. Penyerahan Proposal
5. Seminar Proposal
6. Perbaikan Proposal
7. Pengumpulan Data
8. Pengolahan Data
9. Penyusunan Skripsi
10 Penyerahan Skripsi
.
11 Ujian Skripsi
.
12 Perbaikan Skripsi
.
13 Pengumpulan
. Skripsi
64
REKAPITULASI DATA DARI BEBERAPA JURNAL
Usia
Beresiko 5 27,8 13 72,2 18 100
Tidak beresiko 21 77,8 6 22,2 27 100
Total 26 19 45
Riwayat hipertensi
Beresiko 9 39,1 14 60,9 23 100
Tidak beresiko 17 77,3 5 22,7 22 100
Total 26 19 45
Pemeriksaan ANC
Tidak beresiko/ teratur 20 83,8 4 16,7 24 100
Beresiko/ tidak teratur 6 28,6 15 71,4 21 100
Total 26 19 45
65
JURNAL 2 : Fahira Nur (2017)
Analisis Faktor Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSU Anutapura Palu
Tahun 2017
Kejadian Preeklampsia
N % N % F %
Obesitas
Obesitas 20 40,8 29 59,2 49 100
Tidak obesitas 6 10,9 49 89,1 55 100
Total 26 78 104
Riwayat hipertensi
Beresiko 14 29,8 33 70,2 47 100
Tidak beresiko 12 21,1 45 78,9 57 100
Total 26 78 104
66
JURNAL 3 : Tigor H. Situmorang (2016)
Analisis Faktor Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSU Anutapura Palu
Tahun 2016
Kejadian preeklampsia
Faktor faktor yang jumlah
berhubungan Preeklampsi Tidak
a preeklampsia
f % f % f %
Umur
Beresiko 15 100 0 0 15 100
Tidak beresiko 1 20 95,2 21 100
4,8
Total 16 20 36
Riwayat hipertensi
Beresiko 10 23,8 5 35,7 15 100
Tidak beresiko 6 15 71,4 21 100
28,6
Total 16 20 36
Pemeriksaan ANC
Teratur 8 47,4 9 52,9 17 100
Tidak teratur 6 13 68,4 19 100
31,6
Total 14 22 36
67
JURNAL 4 : Hajar Nur (2019)
Analisis Faktor Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUD Kota Bekasi Tahun
2018
Kejadian preeklampsia
Faktor faktor yang jumlah
berhubungan Preeklampsi Tidak
a preeklampsia
f % f % f %
Usia
Beresiko (<20 >35 tahun) 113 32,8 84 24,4 197 57,3
Tidak beresiko (20-35 tahun) 59 88 25,6 42,7
17,2 147
Total 172 172 344 100
Riwayat hipertensi
Beresiko 117 34,0 87 25,3 204 59,3
Tidak beresiko 55 85 24,7 140 40,7
16,0
Total 175 172 344 100
Obesitas
Beresiko 114 33,1 89 25,9 203 59
Tidak beresiko 58 83 24,1 141 41
16,9
Umur
Beresiko 16 26,6
Tidak beresiko 44 73,4
Obesitas
Beresiko 37 80,0
Tidak beresiko 8 13,3
68
Riwayat Hipertensi
Beresiko 5 8,3
Tidak beresiko 55
91,7
JURNAL 6 : Yeyen Putriana (2019)
Analisis Faktor Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUD Provinsi Lampung
Kejadian Preeklampsia
jumlah
Variabel Preeklampsia Tidak
Preeklampsia
n % n % n %
Usia
Beresiko 39 52,7 14 18,9 53 38,5
Tidak beresiko 35 47,3 60 81,1 95 64,2
n % n % n %
Usia
Beresiko 23 35,9 12 18,8 35 54,7
Tidak beresiko 9 14,1 20 31,2 29 45,3
Total 32 32 64 100
69
JURNAL 8 : Wulandari (2018)
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur dan Ibu Hamil di Puskesmas
Sumber Kabupaten Rembang
Kejadian preeklampsia
Faktor faktor yang
berhubungan Preeklampsia Tidak
preeklampsia
f % f % f %
Umur
Beresiko 22 71,0 3 9,7 25 80,6
Tidak Beresiko 3 9,7 3 9,7 6 19,4
Preeklampsia
Preeklampsia 49 7,6
Tidak preeklampsia 593 92,3
70
JURNAL 10 : Tessema (2020)
Karakteristik faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia di Rumah Sakit
Ethiopia selatan
Kejadian preeklampsia
Faktor faktor yang jumlah
berhubungan Preeklampsia Tidak
Preeklampsia
f % f % f %
Usia
Beresiko 33 21,2 67 20,5 100 100
Tidak beresiko 123 78,9 259 79,4 382 100
71
JURNAL 11 : G. Logan (2020)
Karakteristik faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia di Kenya
Kejadian preeklampsia
Faktor faktor yang jumlah
berhubungan Preeklampsia Tidak
Preeklampsia
f % f % f %
Usia
Beresiko 17 19,4 44 16,7 61 100
Tidak beresiko 71 80,7 220 83,3 291 100
72