Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN

DESA DUREN KECAMATAN TUGU KABUPATEN TRENGGALEK

Oleh:

Shendy Citra Oktaviana Dewi 195040200111152

Kelas L

LABORATORIUM SOSIOLOGI PEDESAAN DAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat, hidayah, serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah “Sosiologi
Pertanian” yang dilaksanakan di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi kesempurnaan nilai mata kuliah
Sosiologi Pertanian. Praktikum Sosiologi Pertanian merupakan salah satu syarat wajib
dilaksanakan mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
brawijaya karena memiliki bobot penilaian. Adapun penulisan laporan praktikum Sosiolgi
Pertanian telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan praktikum ini,
khusunya kepada:
1. Bapak Medea Rahmadhani Utomo, S.P., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Sosiologi Pertanian yang telah memberikan penugasan laporan.
2. Warga Desa Duren yang telah bersedia diwawancarai.
3. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang
besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam
menyelesaikan laporan.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan laporan.
Tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari dalam penulisan laporan praktikum ini
masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
ataupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada serta tangan terbuka, penulis
menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki laporan ini dan untuk
penulisan praktikum ke depannya.

Trenggalek, 14 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. 4
I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 5
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 6
II METODE ............................................................................................................................. 7
2.1 Lokasi .......................................................................................................................... 7
2.2 Informan/Sumber Informasi........................................................................................ 7
III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................ 9
3.1 Interaksi dan Proses Sosial.......................................................................................... 9
3.2 Komunitas Desa Pertanian .......................................................................................... 9
3.3 Aset Komunitas (Pentagon Aset pada usaha pertanian) ........................................... 10
3.4 Kebudayaan............................................................................................................... 12
3.5 Stratifikasi dan Diferensiasi Sosial ........................................................................... 13
3.6 Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial ................................................................... 13
3.7 Lembaga/Pranata Sosial ............................................................................................ 14
3.8 Perubahan Sosial Petani ............................................................................................ 14
IV PENUTUP ........................................................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

3
DAFTAR LAMPIRAN

4
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian masih dominan di berbagai negara berkembang. Dengan mengingat
pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan
batasan sosiologi, khususnya di pedesaan, masih selalu berkisar pada aspek pertanian.
masyarakat pedesaan Indonesia masih bersifat majemuk. Dilihat dari tingkat
perkembangannya, masih terdapat sejumlah masyarakat desa yang masih terbelakang, di lain
pihak telah terdapat sejumlah desa yang telah maju sehingga lebih tepat dijelaskan lewat
kerangka sosiologi pertanian.
Sosiologi pertanian adalah salah satu cabang ilmu sosiologi yang mempelajari
hubungan sosial dengan pertanian. Sosiologi pertanian ini digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah sosial-pertanian. Sosiologi pertanian berfokus pada masyarakat,
mulai dari hubungan masyarakat, kelompok sosial, dan bentuk interaksi sosial. Ruang
lingkup atau obyek sosiologi pertanian adalah keseluruhan penduduk yang bertani tanpa
memperhatikan jenis tempat tinggalnya, mulai dari kehidupan keluarga petani, hubungan
antar petani, cara hidup, organisasi sosial, pola bertani, hingga komunikasi. Sosiologi
pertanian memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani dan permasalahan hidup
petani. Sehingga sosiologi pertanian ini sangat membantu untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat pedesaan dan pertanian pada khususnya. Karena sosiologi pertanian akan
memberikan data mengenai struktur pedesaan, mengenai kecenderungan perkembangan
sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan keadaan darurat, mengenai harapan dan
tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang.
Sumbangan sosiologi pertanian dalam politik kemasyarakatan memang masih
terbatas. Tetapi sosiologi pertanian dapat membantu pengambilan keputusan-keputusan yang
dibuat dengan cara menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya, meneliti aturan
dan kelompok/organisasi sosial, serta menemukan tenaga pendorong, mekanisme, dan proses
perubahan sosial. Sosiologi pertanian sebagai suatu bagian dari sosiologi terapan semakin
pesat perkembangannya dewasa ini. Hal ini dipicu dengan makin bertambahnya pemahaman
bahwa sosiologi diperlukan bagi perkembangan dan aplikasi ilmu lain kepada masyarakat
luas. Untuk itulah diperlukan pemahaman mengenai sosiologi pertanian.
Desa Duren, yang terletak di Kecamatan Tugu dan Kabupaten Trenggalek, merupakan
salah satu desa dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.
Modernisasi pertanian di desa ini tentunya mengubah beberapa aspek yang telah ada melalui
5
pertumbuhan penduduk, adanya teknologi baru, ikatan kontrak petani, dsb. Perubahan
tersebut menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial dan transformasi pola hubungan kerja
petani di desa ini. Berbagai perubahan ini tentunya berpengaruh terhadap sistem sosial dan
ekonomi di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.
Seperti di Desa Duren, setiap daerah tentu memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan di setiap daerah, contohnya teknologi dan
pengetahuan yang berkembang di masyarakatnnya. Perbedaan budaya tersebut menyebabkan
munculnya tingkatan peran tertentu dalam kehidupan pertanian. Oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana perkembangan saat ini pada pertanian desa perlu diadakan praktikum
sosiologi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman aspek-
aspek sosiologis pada tingkat petani dan tingkat desa yang meliputi segi kebudayaan,
stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan akhir praktikum Sosiologi Pertanian di Desa
Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek antara lain adalah untuk mengetahui dan
memahami aspek-aspek sosiologis pada tingkat petani dan mengetahui perkembangan
pertanian saat ini di daerah tersebut. Seperti menganalisis bagaimana interaksi, pola
hubungan kerja, stratifikasi, maupun kehidupan sosial yang terjadi pada petani di Desa
Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.

6
II. METODE
2.1 Lokasi
Lokasi yang dipilih adalah Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek,
Provinsi Jawa Timur. Desa duren terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Gajah, Dusun Gebang, dan
Dusun Jaten dengan total 20 RT dan 2.829 jiwa. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut
sebagai tempat praktikum sosiologi pertanian adalah karena Desa Duren, merupakan salah
satu wilayah di Jawa Timur dengan lahan pertanian yang sempit. Mayoritas masyarakat desa
ini bekerja di bidang pertanian. Artinya sebagian besar masyarakat di Desa Duren bekerja
sebagai petani ataupun buruh tani. Banyaknya warga masyarakat yang bekerja di bidang
pertanian, membuat sektor ini begitu penting bagi kehidupan warga masyarakat Desa Duren.
Selain wilayah sempit dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, di Desa Duren ini
memiliki aset sosial yang terbentuk dari hasil hubungan-hubungan individu di dalam
lingkungannya yang berdasarkan kekarabatan dan kekeluargaan. Dengan demikian lahan
sempit, dengan banyak petani tentunya menjadi tantangan tersendiri bagaimana strategi
petani Desa Duren untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebutlah menjadi alasan
untuk memilih Desa Duren untuk dikaji selain aset sosial, aset/ faktor lain apa saja yang
menjadi kekuatan petani untuk bertahan hidup di Desa Duren ini.
2.2 Informan/Sumber Informasi
Informan yang dipilih adalah Bapak Paelan, mantan pengurus desa yang kini bekerja
sebagai petani. Alasan dari dipilihnya Bapak Paelan sebagai informan dalam praktikum
sosiologi pertanian ini adalah karena narasumber sudah sangat lama terjun didunia pertanian
sehingga diharapkan informasi yang didapat lebih akurat. Bisa dikatakan beliau adalah petani
sekaligus pengurus desa pada masanya yang sangat berpengaruh di desa. Semenjak kecil,
beliau sudah bergelut di bidang pertanian dengan membantu orang tuanya bekerja di sawah.
Hingga kini, beliau masih menekuni pekerjaannya tersebut. Dengan bertanya langsung
melalui metode wawancara kepada pihak terkait di desa terkait seperti petani Desa Duren,
kita akan lebih mendalami bagaimana pertanian itu, bagaimana sosiologi yang ada dalam
pertanian, bagaimana kehidupan keluarga petani, bagaimana tingkat kesejahteraannya, hingga
bagaimana naik turunnya hasil produksi pertanian. Kita dapat mengetahui seluk beluk
pertanian dan pekerja pertanian secara langsung sehingga kita dapat merasakan bagaimana
kehidupan mereka dengan lingkungan pertanian. lalu dengan melakukan analisis, kita sebagai
mahasiswa pertanian dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu kita, memberikan solusi

7
nyata di bidang pertanian, di desa kita sendiri, untuk lebih mengembangkan pertanian dan
kemakmuran para petani.

8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Interaksi dan Proses Sosial
Interaksi merupakan proses komunikasi yang dilakukan beberapa orang sehingga
dapat mempengaruhi pola pikir dan tidakan. Kontak dan komunikasi sosial merupakan syarat
interaksi sosial (Permatasary & Indriyanto, 2016). Bentuk umum dari proses sosial adalah
interaksi sosial. Hal ini karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas
sosial. Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan kelompok, dan perorangan dengan
kelompok. Proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor, antara lain faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpatik sehingga proses tersebut dapat berlangsung (Soekanto &
Sulistyowati, 2015).
Masyarakat Desa Duren sebagian besar bekerja sebagai petani. Pertanian di desa ini
mengalami perkembangan yang baik dari segi hasil pertanian. Hal ini dipengaruhi sistem
pengolahan ataupun pengelolaan lahan yang baik serta interaksi masyarakat dalam
pengelolaan pengelolaan lahan ini. Hubungan yang terjadi antara pemilik lahan dengan petani
penggarap di Desa Duren berlangsung dengan sistem kerja dan sistem bagi hasil yang bersifat
kekeluargaan. Hubungan kerja atau interaksi yang terjalin antara pemilik lahan dengan buruh
taninya sangat dekat. Hal ini terjadi karena kinerja dari buruh tersebut sangat memuaskan
dengan hasil produksi yang semakin meningkat dengan kualitas yang baik, hubungan kerja
akan meningkat menjadi hubungan kekerabatan seperti kekeluargaan.
Adapun interaksi sosial yang terjadi antara individu satu dengan lainnya biasanya
terjadi di saat mereka berada di sawah. Di sana mereka melakukan interaksi dan proses sosial
saat sedang melakukan kegiatan bertani. Karena hal tersebut semakin menguatkan kerukunan
antar buruh tani. Interaksi dan proses sosial yang terbentuk adalah interaksi asosiatif, sangat
jarang bahkan hampir tidak ditemui terjadinya interaksi disasosiatif.
3.2 Komunitas Desa Pertanian
Komunitas merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup dalam kesatuan dan
kesepahaman untuk menciptakan kebersamaan dalam pandangan yang beragam (merujuk
pada kehidupan masyarakat). Namun berdasarkan keterangan dari narasumber, belum
ditemukan adanya suatu komunitas resmi bagi para petani di Desa Duren. Dengan kehidupan
masyarakat di Desa Duren, yang memiliki mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani,
biasanya para petani hanya akan berkumpul untuk mengadakan suatu acara dengan tujuan

9
dapat memperkuat tali persaudaraan dimana di dalamnya terdapat sebuah interaksi sehingga
menciptakan kebersamaan dan kesepahaman dalam kehidupan sosialnya.
3.3 Aset Komunitas (Pentagon Aset pada usaha pertanian)
Aset komunitas adalah aset yang ada dan dimiliki oleh masyarakat di setiap desa yang
ada di Desa Duren. Setiap desa memiliki aset masing-masing dengan ciri khas dan daya tarik
dari tiap-tiap desa. Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) terdapat 5 macam aset
komunitas yang dinamakan pentagon aset,yaitu aset manusia, alam, sosial, finansial, dan
fisik.

Adapun contoh aset komunitas petani di Desa Duren adalah aset fisik, aset manusia,
aset sosial, aset finansial, dan aset alam.
1. Aset Fisik
Aset fisik merupakan aset dasar meliputi infrastruktur-infrastruktur yang ada di setiap
desa untuk digunakan dalam membantu masyarakat mencapai kehidupan yang lebih baik
(Fedryansyah & Risna, 2017). Aset fisik yang dimiliki oleh petani di Desa Duren adalah alat-
alat pertanian. Alat-alat pertanian yang sering digunakan adalah mesin traktor dan mesin
perontok padi. Dahulu peralatan yang digunakan masih tradisional yaitu hewan ternak dan
cangkul untuk membajak sawah teapi sekarang telah berubah menjadi lebih modern yaitu
dengan menggunakan mesin traktor. Sehingga bisa mempengaruhi permintaan tenaga kerja
pertanian. Semenjak adanya mesin pembajak atau traktor yang digunakan untuk membajak
sawah, permintaan terhadap tenaga kerja pertanian hanya membutuhkan satu atau dua tenaga
kerja sebagai penggerak mesin traktor.
2. Aset Manusia
Aset manusia yang dimiliki petani di Desa Duren adalah pendidikan. Potensi sumber
daya manusia yang ada di desa tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan masih rendah
karena tingkat pendidikan petani di desa tersebut rata-rata adalah lulusan SD. Tingkat

10
pendidikan ini ditunjang oleh lamanya pengalaman petani. Menurut narasumber, petani di
Desa Duren telah menjadi petani selama belasan tahun bahkan puluhan tahun. Hal ini terjadi
karena para petani di desa tersebut langsung menjadi petani setelah lulus SD, mengelola
lahan milik keluarga masing-masing, begitu juga dengan para buruh tani di desa tersebut.
Pengalaman merupakan aset yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Dengan pengalaman tersebut, petani memiliki cukup keterampilan dan keahlian
untuk dapat dengan mudah untuk menyelesaikan masalah-masalah dibidang pertanian.
Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset manusia yang lainnya adalah
kesehatan, umur, intelektual, dan lain-lain.
3. Aset Sosial
Sebagai sebuah kesatuan, masyarakat memiliki nilai dan norma yang mengatur
hubungan satu sama lainnya. Nilai dan norma tersebut dibentuk sebagai upaya
mempertahankan eksistensi dari suatu kelompok masyarakat agar bisa bertahan di tengah
modernisasi dan akulturasi budaya yang semakin hari semakin menekan budaya asli dari
suatu masyarakat. Dalam konteks praktikum ini, nilai dan norma termasuk kedalam aset
sosial yang dimiliki oleh masyarakat (Fedryansyah & Risna, 2017). Aset sosial yang tampak
di Desa Duren adalah hubungan kekerabatan, karena pemilik lahan terkadang lebih
mempercayakan lahannya diolah oleh kerabatnya sendiri. Pemilik lahan baru akan
memperkerjakan orang lain ketika kerabatnya tidak bisa mengolah lahannya atau pemilik
lahan kekurangan tenaga kerja. Sistem bertani yang diterapkan di desa ini adalah sistem upah
per hari. Sangat jarang ditemukan sistem bertani gotong royong. Gotong royong akan terlihat
saat kegiatan kerja bakti untuk bersih desa. Untuk organisasi masyarakat sejauh ini belum ada
organisasi yang berkaitan dengan pertanian. Organisasi yang terdapat di desa tersebut adalah
karang taruna. Menurut (Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset sosial yang lainnya
adalah jaringan sosial.
4. Aset Finansial
Aset finansial meliputi pengahasilan dan pengeluaran. Penghasilan petani didapat dari
penjualan hasil produktivitas lahan, untuk buruh tani penghasilan didapat dari upah bertani.
Pengeluaran dihasilkan dari pengeluaran membeli bibit, benih, pupuk, pestisida, dan
keperluan bertani lainnya. Selain pengahasilan dan pengeluaran, hutang piutang merupakan
aset finansial dimana pemilik lahan yang menyediakan piutang bagi buruh taninya. Hutang
tersebut dapat dibayar dengan upah, jadi terdapat pemotongan upah buruh tani. Aset finansial
yang muncul dari dalam masyarakat yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi yang dibentuk
11
berdasarkan kebutuhan, keinginan dan adanya partisipasi masyarakat. Sebagai gambaran, aset
ekonomi tersebut seperti koperasi, BUMDes, serta kelompok arisan. Menurut Wijayanti
(2016) contoh aset finansial yang lainnya adalah tabungan.
5. Aset Alam
Aset alam merupakan aset yang berdasarkan kepada sumberdaya alam yang ada di
setiap desa. Dari hasil temuan diketahui bahwa karakteristik dari aset lingkungan berbeda-
beda di setiap desa. yang dimiliki petani di Desa Duren adalah lahan pertanian. Namun setiap
tahunnya ada saja pemilik lahan yang menjual sawahnya. Sawah atau kebun yang telah dijual
tersebut biasanya oleh pemilik yang baru akan didirikan rumah atau perumahan. Meskipun
dampaknya belum terlihat, namun jika hal ini terus terjadi suatu saat pasti akan berdampak
negatif. Sumberdaya air adalah salah satu aset alam yang dimiliki di Desa Duren.
Sumberdaya air ini dimanfaatkan petani untuk irigasi lahan pertaniannya. Menurut
(Wijayanti, Baiquni, & Harini, 2016) contoh aset alam yang lainnya adalah produktivitas
pertanian.
3.4 Kebudayaan
Kebudayaan yang terbentuk adalah produk pertanian bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, namun mulai dijual untuk membantu mencukupi kebutuhan yang lain.
Sistem kekerabatan masih sangat lekat, biasanya para pemilik lahan lebih memilih
menyerahkan lahannya pada kerabatnya dibanding diserahkan pada orang lain. Desa Duren
terdapat beberapa sistem kebudayaan dalam pembagian hasil antara pemilik lahan dan
penggarap, antara lain sistem bagi hasil mrotelu, maro dan ngedok. Sistem bagi hasil Mrotelu
menggunakan aturan pembagian hasil dimana pemilik lahan mendapatkan 2/3 dan penyewa
lahan atau penggarap mendapat 1/3 dari hasil panen. Selanjutnya sistem maro yaitu
pembagian hasil dengan perbandingan pemilik lahan dan penggarap adalah 50% : 50%.
Kemudian sistem bagi hasil ngedok yang memilki aturan pembagian antara petani pemilik
dengan penggarap ialah 4:1. Sistem ngedok ini akan semakin banyak digunakan oleh para
pemilik lahan ketika musim kemarau. Dari fakta inilah yang membuat para pemilik lahan
banyak yang tidak mengerjakan atau memproduksi pertanian sendiri, mereka lebih sering
menggunakan sistem ngedok. Sehingga resiko jika nantinya terjadi kegagalan produksi dapat
dibagi dengan orang lain. Sedangkan pada saat panen, sebagian besar petani di Desa Durenn
menggunakan sistem bawon terutama untuk panen padi. Bawon ialah pembayaran atau upah
dengan barang atau hasil bumi atau biasanya disebut juga upah in natura.

12
Bukan hanya soal pertanian saja, masyarakat di Desa Duren juga sering mengadakan
selametan pada hari-hari tertentu, seperti Satu Suro, selamatan pasca panen, selametan sehari
sebelum puasa dan hari raya.
3.5 Stratifikasi dan Diferensiasi Sosial
Stratifikasi dan diferensiasi sosial merupakan suatu konsep pengelompokan manusia
menurut beberapa ketentuan. Menurut (Umanailo, 2014) stratifikasi sosial adalah konsep
terjadinya pengelompokan komunitas secara bertingkat. Sedangkan diferensiasi sosial adalah
penempatan suatu individu dalam suatu kelompok sosial menurut berbedaan yang tercipta
secara sosial. Menurut pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan tidak menutup
kemungkinan tetap terjadi stratifikasi dan difensiasi sosial di Desa Duren.
Pembangunan pertanian yang menganut sistem modernisasi biasanya mengutamakan
prinsip efisiensi. Pembangunan ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial
masyarakat. Perubahan yang terjadi mengakibatkan terjadinya stratifikasi dan diferensiasi
sosial. Perubahan tersebut terkait dengan struktur kepemilikan lahan pertanian yang
mengakibatkan terjadinya petani lapisan atas dan petani lapisan bawah. Petani lapisan atas
dapat mengakses sumberdaya lahan secara lebih maksimal, berpenghasilan tinggi, mampu
merespon teknologi dan pasar dengan baik serta mempunyai peluang berproduksi yang
berorientasi pada keuntungan. Sedangkan petani lapisan bawah merupakan petani yang relatif
miskin (dari segi lahan dan penghasilan) dan memiliki kemampuan sebagai tenaga kerja
pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan berproduksi, kedua lapisan masyarakat tersebut
terlibat dalam suatu ketimpangan hubungan kerja. Hal ini terjadi dikarenakan oleh
pertumbuhan populasi dan perkembangan teknologi yang akhirnya menempatkan para
pekerja atau buruh tani pada posisi yang lemah.
3.6 Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
Kelompok sosial merupakan suatu himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang
hidup bersama akibat adanya hubungan antar mereka yang dapat menyangkut hubungan
timbal balik dan saling mempengaruhi atau suatu kesadaran untuk saling menolong antar
sesame. Sedangkan organisasi sosial pada dasarnya merupakan suatu bentuk kelompok sosial
yang terdiri dari beberapa anggota dan mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan
mereka. Kehidupan masyarakat di Desa Duren memiliki kelompok sosial yang dapat dilihat
dari lingkungan berlingkup kecil seperti keluarga hingga kelompok sosial berlingkup luas
yaitu kelompok tani. Kelompok tani di Desa Duren dijadikan sebagai suatu wadah bagi para
petani untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian.
13
Adapun kelompok dan organisasi yang terbentuk di lingkungan desa ini adalah
kelompok PKK dan karang taruna. Perkumpulan ibu PKK ini mempunyai kegiatan yaitu
demo memasak atau biasanya berbagi perihal bagaimana cara mendidik anak-anak. Selain itu
diadakannya TPA Al-Quran untuk menanamkan pada anak usia dini tentang agama dan
sopan santun, selain itu TPA Al-Quran juga sering mengadakan lomba-lomba untuk
mengembangkan kreatifitas anak-anak. Sedangkan karang taruna desa berfungsi untuk
menampung pemikiran-pemikiran dari pemuda di desa tersebut. Karang taruna ini juga selalu
menjadi panitia untuk sebagian acara desa, misal gerak jalan memperingati kemerdekaan.
3.7 Lembaga/Pranata Sosial
Lembaga sosial atau pranata sosial merupakan pedoman masyarakat dalam
berperilaku. Pranata sosial ini seperti hukum dan norma yang harus ditaati oleh masyarakat
yang bersangkutan. Menurut (Roebyantho & Padmiati, 2017) pranata sosial adalah nilai atau
norma yang mengatur bagaimana manusia berhubungan sosial di kehidupan bermasyarakat.
Pranata sosial yang terbentuk di Desa Duren adalah setiap terdapat permasalahan atau ingin
membuat suatu inovasi, para warga Desa Duren akan mengadakan musyawarah agar
tercapainya suatu mufakat. Musyawarah untuk mufakat ini dapat diajarkan di kalangan anak-
anak dari keluarga atau lembaga keluarga masing-masing. Lembaga keluarga juga dapat
mengajarkan tentang sopan dan santun kepada anak-anak. Warga desa juga masih sering
mengadakan gotong royong, berupa kerja bakti untuk membersihkan wilayah desa mereka
untuk mempererat lembaga ketetanggaan.
3.8 Perubahan Sosial Petani
Seiring berjalannya waktu, pertanian di Desa Duren pengalami perubahan sosial.
Perubahan ini disebabkan oleh beberapa keadaan, salah satunya adalah berkaitan dengan
semakin mudahnya teknologi untuk diakses dan digunakan. Jika dulu petani membajak sawak
dengan cara manual yaitu mencangkul atau membajak menggunakan kerbau, maka sekarang
sudah ada mesin traktor yang membantu mereka. Jika dulu mereka merontokkan padi dengan
cara manual yaitu dengan memukul-mukul patang padi pada sebuah papan, maka sekarang
mereka telah menggunakan mesin perontok padi. Para petani juga telah banyak menggunakan
pupuk kimia dibanding pupuk kandang, hal ini karena pupuk kimia lebih mudah untuk
didapat dan dipakai. Petani juga lebih mudah menjual produk pertaniannya, karena akses
komunikasi sudah sangat maju jika dibanding dengan dulu. Begitu juga dengan sistem gotong
royong dalam pertanian yang telah tergantikan dengan sistem yang lain, misal sistem upah.
Peningkatan jumlah penduduk melalui kelahiran setiap tahunnya mengakibatkan
14
lahan persawahan yang semakin sempit. Tidak hanya itu, pendidikan yang semakin maju
membuat banyak orang tua yang kemudian menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, karena mereka menganggap bekerja dalam bidang pertanian tidak bisa
menjadi jaminan kesejahteraan kehidupannya ke depan. Hal ini nampak pada banyaknya
generasi muda yang melakukan migrasi atau berpindah ke kota untuk menempuh pendidikan
ataupun mencari lowongan kerja, kemudian lahan persawahan yang dahulunya luas, karena
adanya jual lahan untuk pembangunan ataupun alih fungsi lahan mengakibatkan lahan
pertanian mengalami penyempitan.

15
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Desa
Duren menjalin berbagai bentuk interaksi sosial yang timbul akibat adanya aktivitas sehari-
hari terutama dalam hal sektor pertanian. Menurut data yang telah didapat dari wawancara
narasumber, dapat disimpulkan bahwa mempelajari sosiologi pertanian sangatlah penting.
Dengan sosiologi pertanian kita dapat dengan mudah memahami bagaimana kondisi
pertanian disekitar kita. Mulai dari kebudayaannya, aset komunitasnya, interaksi sosial yang
terjadi, dan lain-lain. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa petani telah
mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial ini sangatlah bagus, contohnya dengan
perubahan sosial pekerjaan petani menjadi lebih mudah dan cepat. Namun perubahan sosial
ini juga tidak menutup kemunkinan berdampak negatif, contohnya masyarakat khususnya
petani telah meninggalkan sistem-sistem yang harusnya sangat baik misalnya gotong royong
dalam pertanian. Berbagai perubahan ini tentunya berpengaruh terhadap sistem sosial dan
ekonomi di Desa Duren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek.

16
DAFTAR PUSTAKA
Fedryansyah, M., & Risna, R. (2017). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pengembangan
Aset Komunitas. Social Work Jurnal , 7 (1), 1-129.
Permatasary, N., & Indriyanto, R. (2016). Interaksi Sosial Penari Bujangganong pada Sale
Creative Community di Desa Sale Kabupaten Rembang. Jurnal Seni Tari , 5 (1).
Roebyantho, H., & Padmiati, E. (2017). Pemberdayaan Jaringan Pranata Sosial dalam
Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. Sosio
Konsepsia , 12 (3), 33-44.
Soekanto, S., & Sulistyowati, M. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Umanailo, M. (2014). Buku Ajar: Ilmu Sosial Budaya Dasar. Fakultas Humum, Universitas
Iqro Buru.
Wijayanti, R., Baiquni, M., & Harini, R. (2016). Strategi Penghidupan Berkelanjutan
Masyarakat Berbasis Aset di Sub DAS Pusur. Jurnal Wilayah dan Lingkungan , 4 (2),
133-152.

17

Anda mungkin juga menyukai