Anda di halaman 1dari 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP KEMAMPUAN


PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh
RIMA RAHMAYANTI
NIM. 2118150006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

NAMA : RIMA RAHMAYANTI


NIM : 2118150006
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
JUDUL PROPOSAL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP)
TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
MATEMATIS SISWA

Tanggal Pengesahan : ...............................................

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Lala Nailah Zamnah, S. Pd., M. Pd. Yoni Sunaryo, S. Pd., M. Pd.


NIK. 01.3112770446 NIK. 01.3112770575

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Ida Nuraida, M. Pd.


NIK. 01.3112770458

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


i
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
Jalan R.E. Martadinata No. 150 Tlp. (0265) 772192 Ciamis 46251

LEMBAR PERSETUJUAN

Dewan Penguji Ujian Sidang Proposal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis, dengan ini menyatakan
bahwa proposal berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP) terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa” karya Rima
Rahmayanti telah diuji dalam Ujian Sidang Proposal pada Program Studi Pendidikan
Matematika dan telah diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ciamis, ..............................
Dewan Penguji

Dr. Ida Nuraida, M. Pd. (.....................................................)


NIK. 01.3112770458

Angra Meta R, S. Pd., M. Pd. (.....................................................)


NIK. 01. 3112770459

Lala Nailah Zamnah, S. Pd., M. Pd. (.....................................................)


NIK. 01.3112770446

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL.......................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4
E. Definisi Operasional.................................................................................. 5
F. Kajian Pustaka........................................................................................... 5
G. Penelitian yang Relevan............................................................................. 13
H. Kerangka Berpikir...................................................................................... 14
I. Hipotesis Penelitian................................................................................... 16
J. Metode Penelitian...................................................................................... 16
1. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 16
2. Desain Penelitian................................................................................. 16
3. Populasi dan Sampel............................................................................ 17
4. Variabel Penelitian............................................................................... 18
5. Instrumen Penelitian............................................................................ 18
6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 24
7. Prosedur Penelitian.............................................................................. 29
K. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

iii
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Model MMP..................................... 7
Tabel 2. Indikator Kemampuan Pemahaman Instrumental dan Relasional....... 11
Tabel 3. Indikator dan Contoh Soal Kemampuan Pemahaman Matematis....... 11
Tabel 4. Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis................... 19
Tabel 5. Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen................................. 20
Tabel 6. Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen............................. 21
Tabel 7. Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen.................................................. 22
Tabel 8. Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen........................................... 23
Tabel 9. Kriteria Nilai N-Gain........................................................................... 24
Tabel 10. Langkah-langkah Pembelajaran Model MMP................................... 30
Tabel 11. Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................ 32

DAFTAR GAMBAR

iv
Gambar 1. Kerangka Berpikir............................................................................ 15
Gambar 2. Desain Penelitian.............................................................................. 17
Gambar 3. Alur Teknik Analisis Data............................................................... 28

v
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS
PROJECT (MMP) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan unsur yang penting dalam rangka mendukung
pembangunan nasional melalui sumber daya manusia yang unggul. Pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan di masa depan adalah pendidikan yang
mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa harus mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Dengan
pendidikan, manusia dapat memperoleh pengetahuan dan meningkatkan
kompetensi yang ada pada dirinya.
Pentingnya pendidikan juga tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal
3 No.20 tahun 2003.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Uraian yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3 No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan sangatlah penting bagi
setiap warga untuk meningkatkan potensi sumber daya tiap warga Negara
termasuk Negara Indonesia. Mengingat pentingnya pendidikan itu, maka mutu
pendidikan harus ditingkatkan.
Salah satu mata pelajaran yang sangat mempengaruhi tinggi atau
rendahnya mutu pendidikan adalah matematika. Matematika memiliki peran yang
sangat penting dalam dunia pendidikan dan dalam menghadapi masalah
kehidupan sehari-hari. Banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya
tergantung dari matematika, sehingga mata pelajaran matematika sangat
bermanfaat bagi siswa sebagai ilmu dasar untuk penerapan di bidang lain.

1
2

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh siswa yang
unggul dan berkualitas adalah dengan mengembangkan kemampuan pemahaman
matematis. Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu
kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar matematika. Sejalan
dengan ini, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000, p.20)
menjelaskan bahwa siswa harus belajar matematika dengan kemampuan
pemahaman, karena kemampuan pemahaman merupakan kemampuan untuk
membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dimiliki siswa agar dapat mencapai kemampuan-kemampuan
matematis lainnya serta mampu memahami materi matematika pada jenjang yang
lebih tinggi. Dengan kemampuan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti konsep
matematika yang diajarkan guru di sekolah. Siswa yang memahami konsep
matematika dengan baik, akan mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah
matematika.
Kenyataan yang terjadi saat ini, siswa belum mampu menguasai
matematika dengan baik disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya
adalah rendahnya pemahaman matematis siswa terhadap materi yang diajarkan
(Lerner, 1988, p.367). Seperti halnya yang terjadi di MTsN 2 Ciamis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VIII,
diperoleh informasi bahwa masih rendahnya kemampuan pemahaman matematis
siswa. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kurangnya mengerjakan
latihan-latihan soal sehingga siswa hanya bisa mengerjakan soal yang serupa
dengan contoh soal yang diberikan.
Pelajaran matematika tidak cukup diajarkan dengan konsep dan contoh
soal saja, akan tetapi harus diikuti dengan mengerjakan latihan-latihan tentang
materi yang sudah diajarkan. Sejalan dengan ini, Ruseffendi (1998, p.129)
menyatakan bahwa siswa dalam belajar harus banyak mengerjakan latihan-
latihan, semakin banyak dan sering serta bekerja keras dalam mengerjakan
latihan-latihan maka akan semakin baik hasil dalam belajarnya. Oleh karena itu,
dengan banyak latihan, siswa menjadi mudah dan terampil dalam menyelesaikan
beragam bentuk masalah matematika pada materi tertentu. Dengan demikian,
3

untuk mengerjakan latihan-latihan dalam pembelajaran matematika, guru perlu


merancang pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematisnya terhadap suatu materi sehingga akan
menjadikan siswa mampu menguasai matematika dengan baik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis siswa adalah model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP). Gitaniasari (2008, p.6) menyatakan bahwa MMP merupakan
suatu model yang didesain untuk membantu guru dalam hal efektivitas
penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan pemahaman dalam
pembelajaran matematika. Dengan menerapkan model MMP ini diharapkan
kemampuan pemahaman matematis siswa meningkat dalam proses pembelajaran
matematika.
Menurut Convey (Krismanto, 2003) model MMP ini merupakan salah
satu model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami konsep, menyelesaikan soal, dan memecahkan masalah-
masalah matematika hingga pada akhirnya siswa mampu menyusun jawaban
mereka sendiri karena banyaknya pengalaman yang dimiliki siswa dalam
menyelesaikan soal-soal latihan. Hal ini diharapkan agar kemampuan pemahaman
matematis siswa meningkat dalam pembelajaran matematika.
Menurut Shadiq (2009, p.21) model pembelajaran MMP yang secara
empiris dikemas dalam struktur yang meliputi lima langkah atau tahapan
kegiatan. Kelima tahapan tersebut adalah review, pengembangan, latihan
terkontrol, seat work (kerja mandiri), dan penugasan. Berdasarkan lima tahapan
dari model MMP tersebut dapat memberi pengaruh yang positif bagi siswa dalam
pembelajaran matematika. Model MMP mengajak siswa untuk berpartisipasi
dalam proses belajar matematika dan tidak hanya dengan mendengarkan saja dari
guru tetapi siswa harus aktif dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan ini Reys
(1999, p.220) menyatakan bahwa mengerjakan matematika itu lebih baik
daripada hanya mendengarkan saja. Maksudnya dalam belajar matematika, siswa
tidak cukup mendengarkan saja tetapi lebih baik mengerjakan hal-hal yang ada
kaitannya dengan pelajaran matematika seperti mengerjakan latihan-latihan
matematika. Dengan demikian memudahkan siswa dalam menyelesaikan
4

beraneka ragam soal matematika guna meningkatkan kemampuan pemahaman


matematis siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penulis menyimpulkan bahwa
penerapan model Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT
(MMP) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa antara model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran
konvensional?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
kalangan berikut ini :
1. Bagi siswa, diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa serta dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
tidak hanya mendengarkan saja dari guru.
2. Bagi guru bidang studi matematika, diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber alternatif dalam memilih dan mengembangkan pembelajaran sebagai
5

upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa serta


menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif dengan menggunakan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan siswanya dalam
mencari ilmu di sekolah tersebut terkait dengan penerapan model Missouri
Mathematics Project (MMP) terhadap kemampuan pemahaman matematis
siswa.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran
tentang istilah yang digunakan, maka beberapa istilah tersebut perlu didefinisikan
secara operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain :
1. Kemampuan pemahaman matematis (Understanding) adalah kemampuan
menyerap dan memahami ide-ide matematika. Adapun indikator kemampuan
pemahaman matematis dalam penelitian ini adalah indikator kemampuan
pemahaman instrumental dan relasional. Pemahaman instrumental yaitu
hapal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan
rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara
algoritmik. Sedangkan pemahaman relasional yaitu mengaitkan satu
konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya.
2. Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model
pembelajaran yang terstruktur. Model pembelajaran ini mengungkapkan
intervensi guru terfokus kepada bagaimana cara guru mengajar agar terjadi
pembelajaran aktif melalui review harian, pengembangan, latihan terkontrol,
kerja mandiri (seat work), dan penugasan/PR.

F. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) adalah
suatu model pembelajaran matematika yang diterapkan di Missouri, suatu
negara bagian Amerika Serikat di bawah Departemen Missouri Pendidikan
Dasar dan Menengah. Convey (Krismanto, 2003, p.11) menyatakan bahwa
6

model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu


model pembelajaran yang terstruktur. Pada model pembelajaran MMP ini
siswa diberikan kesempatan juga keleluasaan untuk berpikir secara
berkelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru
berkaitan dengan materi pembelajaran.
Kurniasari et al. (2015, p.155) menyatakan Missouri Mathematics
Project (MMP) adalah salah satu model pembelajaran yang terstruktur
dengan pengembangan ide dan perluasan konsep matematika dengan disertai
adanya latihan soal baik itu berkelompok maupun individu, sehingga siswa
dilatih untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. Penerapan
model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) menempatkan
siswa tidak hanya menjadi objek semata tetapi juga menjadi subjek yang aktif
baik dalam diskusi kelompok maupun melalui latihan mandiri.
Good & Grouws (Slavin, 2007, p.31) mengemukakan bahwa model
Missouri Mathematics Project (MMP) merupakan suatu program yang
didesain untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-
latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa. Model ini
memberikan ruang kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok dalam
latihan terkontrol dan mengaplikasikan pemahaman sendiri dengan cara
bekerja mandiri dalam seat work.
Menurut Shadiq (2009, p.21), langkah-langkah pembelajaran model
Missouri Mathematics Project (MMP) adalah sebagai berikut :
1) Review
Guru dan siswa membahas PR dan meninjau ulang pelajaran lalu yang
berkaitan dengan materi hari ini serta guru membangkitkan motivasi
siswa.
2) Pengembangan
Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa
diberi tahu tujuan pelajaran. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru-
siswa harus disajikan. Guru merekomendasikan 50% waktu pelajaran
untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana bila
dikombinasikan dengan kontrol latihan untuk meyakinkan bahwa siswa
mengikuti penyajian materi tersebut.
3) Latihan Terkontrol
Siswa diminta merespon suatu rangkaian soal berupa lembar kerja proyek
sambil guru mengamati jika terjadi miskonsepsi. Siswa bekerja dalam
kelompok/belajar kooperatif.
7

4) Seat work (Kerja Mandiri)


Siswa diberikan latihan soal/perluasan mempelajari konsep yang
disajikan guru pada langkah 2 berupa lembar kerja proyek individu.
5) Penugasan
Siswa membuat rangkuman pelajaran. Kemudian guru memberi tugas
pekerjaan rumah berupa lembar kerja penugasan, dimana tugas tersebut
membuat siswa harus menyediakan waktu paling tidak 15 menit untuk
dikerjakan di rumah.

Langkah–langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project


(MMP), dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.
Langkah-langkah Model Pembelajaran MMP
Langkah- Kegiatan
No.
langkah Guru Siswa
1 Review  Meninjau ulang  Ikut aktif meninjau
pelajaran sebelumnya ulang pelajaran
seperti membahas PR sebelumnya
2 Pengembangan  Menyajikan ide baru  Mendengarkan dan
sebagai perluasan memahami materi
konsep matematika yang disampaikan
terdahulu dan oleh guru
menjelaskan materi
kepada siswa
 Memberi kesempatan  Bertanya kepada guru
kepada siswa untuk jika ada bagian yang
bertanya belum dimengerti
3 Latihan  Memberikan soal  Bekerja dalam
Terkontrol dalam bentuk LKS kelompok
pada setiap kelompok  Bertanya kepada guru
yang terdiri dari 5-6 jika mengalami
orang kesulitan
 Berkeliling mengamati  Mempresentasikan
kinerja siswa dalam hasil kerja
kelompok kelompoknya di
 Meminta siswa untuk depan kelas
mempresentasikan
hasil kerjanya
4 Seat work  Memberikan soal  Mengerjakan soal
dalam bentuk LKS secara individu
yang dikerjakan secara
individu
5 Penugasan  Memberikan tugas/PR  Mencatat tugas/PR
kepada siswa yang disampaikan
oleh guru
8

Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) banyak


memiliki kelebihan diantaranya, siswa diberikan banyak latihan-latihan soal
sehingga terampil dalam mengerjakan berbagai macam soal. Latihan-latihan
soal tersebut diantaranya adalah latihan kelompok, latihan mandiri dan
penugasan/PR. Selain itu banyak materi bisa tersampaikan kepada siswa
karena tidak memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu relatif
lebih ketat.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP), maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu
model pembelajaran terstruktur yang menuntut siswa aktif dan membiasakan
siswa terhadap latihan-latihan agar membantu siswa lebih mudah memahami
materi yang dijelaskan oleh guru. Karakteristik dari model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) adalah adanya lembar tugas proyek
(lembar kerja siswa), dimana dengan adanya tugas proyek tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan sintaks untuk model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) menurut Shadiq (2009,
p.21), diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Review
2) Pengembangan
3) Latihan Terkontrol
4) Seat work (Kerja Mandiri)
5) Penugasan

2. Kemampuan Pemahaman Matematis


Menurut W.J.S Poerwodaminto, pemahaman berasal dari kata
“paham” yang artinya mengerti benar tentang suatu hal. Sedangkan
pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan
belajar adalah upaya memperoleh pemahaman. Pemahaman mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
(Winkel, 1996, p.245).
9

Menurut Driver (Nurkarimah, 2006, p.12) pemahaman adalah


kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan. Seseorang
dikatakan paham, apabila ia dapat menjelaskan atau menerangkan kembali
inti dari materi atau konsep yang diperolehnya secara mandiri. Menurut
Skemp (Arumsari, 2010, p.9) pemahaman matematis didefinisikan sebagai
kemampuan yang mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan
dengan ide-ide matematika dan mengkombinasikannya ke dalam rangkaian
penalaran logis.
Menurut Kurniawan (Arumsari, 2010, p.9) pengertian pemahaman
matematis dapat dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu
pembelajaran matematika. Pemahaman matematis sebagai proses berarti
pemahaman matematis adalah suatu proses pengamatan kognisi yang tak
langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori yang akan dipahami
pada keadaan dan situasi yang lainnya. Sedangkan sebagai tujuan,
pemahaman matematis berarti suatu kemampuan memahami konsep,
membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta
kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau
permasalahan-permasalahan yang lebih luas.
Ada tiga macam pemahaman matematis menurut Herdian (2010)
yaitu pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation) dan
pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pengubahan (translation) memiliki
indikator dimana siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan
informasi dengan bahasanya sendiri, mampu mengubah ke dalam bentuk
yang lain yang menyangkut pemberian makna dari suatu informasi yang
bervariasi. Jenis pemahaman matematis yang kedua adalah pemberian arti
(interpretation), indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan untuk
menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase,
tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Jenis
pemahaman matematis yang terakhir adalah pembuatan ekstrapolasi
(ekstrapolation), indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan untuk
memberikan perkiraan dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran,
gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan
10

kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang


kognitif ketiga yaitu penerapan (application). Indikator dari penerapan yaitu
siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan suatu
bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau
petunjuk teknis.
Skemp (Sumarmo, 2010, p.5) menggolongkan pemahaman dalam dua
tahap yaitu :
a. Pemahaman instrumental, yaitu hapal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan
yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mengerjakan perhitungan secara algoritmik.
b. Pemahaman relasional, yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip lainnya.

Lestari & Yudhanegara (2015, p.81) menyatakan bahwa indikator


kemampuan pemahaman matematis, yaitu :
a. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh.
b. Menerjemahkan dan menafsirkan makna simbol, tabel, diagram, gambar,
grafik, serta kalimat matematis.
c. Memahami dan menerapkan ide matematis.
d. Membuat suatu ekstrapolasi (perkiraan).

Aspek kemampuan pemahaman matematis, yaitu :


a. Pemahaman konsep adalah kemampuan yang berkenaan dengan
memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional
(Kilpatrik et al., 2001).
b. Pemahaman mekanikal adalah kemampuan mengingat dan menerapkan
notasi, simbol, rumus/formula dalam matematika secara rutin atau
melalui perhitungan yang sederhana.
c. Pemahaman rasional adalah kemampuan membuktikan kebenaran suatu
prinsip atau teorema secara matematis.
d. Pemahaman induktif adalah kemampuan mencoba sesuatu dalam kasus
sederhana serta mampu menganalogikannya pada kasus yang serupa.
e. Pemahaman intuitif adalah kemampuan memperkirakan sesuatu tanpa
keraguan, sebelum melakukan analisis secara analitik.
f. Pemahaman instrumental adalah kemampuan menghafal dan memahami
konsep atau prinsip secara terpisah, menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik.
g. Pemahaman relasional adalah kemampuan mengaitkan suatu
konsep/aturan dengan konsep/aturan lainnya secara benar dan menyadari
proses yang dilakukan.
(Lestari & Yudhanegara, 2015, p.81-82).
11

Dari beberapa pendapat tentang kemampuan pemahaman matematis,


dapat disimpulkan bahwa pemahaman matematis adalah pengetahuan siswa
terhadap konsep, prinsip, prosedur dan kemampuan siswa menggunakan
strategi penyelesaian terhadap suatu masalah yang disajikan.
Indikator kemampuan pemahaman matematis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator kemampuan pemahaman instrumental dan
relasional menurut Skemp (Sumarmo, 2010, p.5), dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.
Indikator Kemampuan Pemahaman Instrumental dan Relasional
Kemampuan
Indikator
Pemahaman Matematis
Pemahaman Instrumental Hapal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan
yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana, dan mengerjakan
perhitungan secara algoritmik.
Pemahaman Relasional Mengaitkan satu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip lainnya.

Adapun contoh soal yang sesuai dengan indikator kemampuan


pemahaman matematis pada materi bangun ruang kelas VIII semester 2
sebagai berikut :
Tabel 3.
Indikator dan Contoh Soal Kemampuan Pemahaman Matematis

Indikator Kemampuan
Contoh Soal
Pemahaman Matematis
Pemahaman Instrumental; Diketahui sebuah balok dengan panjang 10
Hapal konsep/prinsip tanpa cm, lebar 7 cm dan tinggi 4 cm. Hitunglah
kaitan dengan yang lainnya, luas permukaan balok tersebut !
dapat menerapkan rumus Penyelesaian :
dalam perhitungan sederhana, Diketahui : p = 10 cm
dan mengerjakan perhitungan l = 7 cm
secara algoritmik. t = 4 cm
Ditanyakan : Luas permukaan balok ?
12

Jawab :
Rumus luas permukaan balok :
L=2 ( p ×l ) +2 (l ×t ) +2( p ×t)
¿ 2 ( 10× 7 ) +2 ( 7× 4 ) +2(10 × 4)
¿ 2 ( 70 )+ 2 ( 28 )+2( 40)
¿ 140+56+ 80
¿ 276
Jadi, luas permukaan balok tersebut adalah
276 c m2.
Pemahaman Relasional; Sebuah bak mandi berbentuk balok dengan
Mengaitkan satu lebar 40 cm dan tinggi 60 cm. Hitunglah
konsep/prinsip dengan luas permukaan jika volume bak mandi
konsep/prinsip lainnya. tersebut adalah 240.000 c m3 !
Penyelesaian :
Diketahui : l=40 cm
t=60 cm
3
V =240.000 c m
Ditanyakan : Luas permukaan ?
Jawab :
Karena bak mandi tersebut berbentuk balok
maka rumus yang digunakan adalah rumus
luas permukaan balok.
Sebelumnya, tentukan dahulu panjang dari
bak mandi tersebut.
V = p × l×t
240.000= p × 40 ×60
240.000=2400 p
240.000
p=
2400
p=100

Setelah panjangnya diketahui barulah bisa


mencari luas permukaanya :
L=2 ( p ×l ) +2 (l ×t ) +2( p ×t)
¿ 2 ( 100× 40 ) +2 ( 40 × 60 )+ ¿
2(100 ×60)
¿ 2 ( 4000 ) +2 ( 2400 ) +2(6000)
¿ 8000+ 4800+12000
¿ 24800
Jadi, luas permukaan bak mandi tersebut
adalah 24800 cm2.
13

G. Penelitian yang Relevan


1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mia Fatimah (2016), yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)”,
menunjukkan bahwa: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran matematika dengan model konvensional. (2) secara umum
siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Silmi Azizah Nur Alifah (2016), yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi”, menunjukkan
bahwa : (1) peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan model pembelajaran Artikulasi lebih tinggi daripada siswa yang
mendapatkan model pembelajaran ekspositori. (2) siswa bersikap positif
terhadap penggunaan model pembelajaran Artikulasi dalam pembelajaran
matematika.
3. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Fitrotus Sholihah (2015) yang berjudul
“Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Missouri
Mathematics Project terhadap Pemahaman Konseptual dan Prosedural Siswa
Kelas-X”, menunjukkan bahwa model pembelajaran MMP efektif untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual dan prosedural siswa
kelas X pada materi trigonometri.
Perbedaan penelitian yang telah dipaparkan dengan penelitian penulis,
yaitu menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
dan kemampuan pemahaman matematis siswa.
14

H. Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan pembelajaran matematika, penyelesaian banyak soal
tanpa pemahaman yang mendalam masih menjadi indikasi rendahnya
kemampuan pemahaman matematis siswa. Berdasarkan pada hal tersebut,
pemahaman akan materi matematika haruslah menjadi prioritas utama. Pelajaran
matematika tidak cukup diajarkan dengan konsep dan contoh soal saja, akan
tetapi harus diikuti dengan mengerjakan latihan-latihan tentang materi yang
sudah diajarkan. Dalam pembelajaran matematika, pemahaman yang baik
terhadap materi dan konsep akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan pemahaman matematis. Di samping itu, pemilihan model
yang tepat dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa secara
optimal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis siswa adalah model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP). Model MMP merupakan model pembelajaran yang didesain
untuk membantu guru dalam hal efektifitas penggunaan latihan-latihan agar
siswa mencapai peningkatan yang luar biasa dan dalam model ini siswa lebih
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (student center). Penggunaan model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.
15

Rendahnya
kemampuan
pemahaman
matematis siswa

Indikator kemampuan
Sintaks model
pemahaman matematis
pembelajaran
MMP

Review
Pemahaman
Model Instrumental
pembelajaran Pengembangan
Missouri
Mathematics Latihan
Project (MMP) Terkontrol

Seat work Pemahaman


Relasional
Penugasan

Meningkatnya kemampuan pemahaman matematis siswa

Gambar 1. Kerangka Berpikir


16

I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang
dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa antara model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran
konvensional.

J. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa antara model
pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran
konvensional, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
eksperimen semu (quasi experiment) dengan cara membandingkan kemampuan
pemahaman matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode
eksperimen semu adalah eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran
dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk
menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979).

1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan di MTsN 2 Ciamis, Ciamis Jawa Barat
semester genap tahun ajaran 2018/2019.

2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the
nonequivalent pretest-posttest control group design. Dalam pelaksanaannya
kelompok eksperimen diberi perlakuan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project. Sedangkan pada kelompok kontrol diberi pembelajaran
yang biasa dilakukan sebelumnya, yaitu pembelajaran konvensional. Pada
penelitian ini dilakukan pretest dan posttest.
17

Paradigma dalam penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut :

O X O
O O
Gambar 2. Desain Penelitian the nonequivalent pretest-posttest
control group design

Keterangan :
X = perlakuan/treatment yang diberikan (variabel independen)
O = pretes/postes (variabel dependen yang diobservasi)
--- = pengambilan sampel dipilih secara tidak acak
(Lestari & Yudhanegara, 2015, p.138)

3. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan objek/subjek dalam penelitian. Sugiyono
(2006, p.54) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan peneliti, kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII di MTsN
2 Ciamis. Peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Karena
desain penelitian menggunakan desain kelompok control non equivalen,
maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik “Purposive
Sampling”, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Dari 9 kelas yang ada, akan dipilih 2 kelas yang akan dijadikan
sebagai satu kelas eksperimen yang diberi pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dan satu kelas kontrol yang diberi pembelajaran
konvensional. Kedua kelas ini dipilih didasarkan pada informasi awal yang
diperoleh dari guru bidang studi matematika, yaitu siswa pada kedua kelas
18

yang dijadikan sampel memiliki karakteristik dan kemampuan akademik


yang relatif setara.

4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini meliputi :
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab terjadinya perubahan atau munculnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dan pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematis.

5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam bidang pendidikan
matematika, instrumen penelitian salah satunya digunakan untuk mengukur
kemampuan matematis tertentu.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman matematis siswa antara yang menggunakan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) sebagai kelompok eksperimen dengan
model pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol. Dilakukan
pretest dan posttest kepada 2 kelompok tersebut. Soal pretest digunakan
untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik, sedangkan soal posttest
digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
setelah dilaksanakan.
Tes yang digunakan adalah soal bentuk uraian karena dengan soal
bentuk uraian, penulis dapat mengetahui siswa yang betul-betul memahami
materi dengan siswa yang tidak memahami materi. Setiap soal diberi skor
berdasarkan pedoman penskoran.
19

Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan pemahaman


berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Sumarmo
(2010, p.14). Adapun kriteria penskoran untuk tes ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.
Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis

Indikator Kemampuan
Respon Siswa Skor
Pemahaman Matematis

Pemahaman Instrumental; Tidak menjawab 0


Hapal konsep/prinsip tanpa Hanya menuliskan konsep yang akan
kaitan dengan yang 1
digunakan
lainnya, dapat menerapkan Menuliskan konsep yang digunakan
rumus dalam perhitungan dan hanya dapat menerapkan rumus 2
sederhana, dan pada perhitungan sederhana
mengerjakan perhitungan Menuliskan konsep dan menerapkan
secara algoritmik. rumus pada perhitungan sederhana
3
secara algoritmik dengan hasil akhir
salah
Menuliskan konsep dan dapat
menerapkan rumus pada perhitungan
4
sederhana secara algoritmik dengan
hasil akhir benar
Pemahaman Relasional; Tidak menjawab 0
Mengaitkan satu Hanya menuliskan konsep yang
konsep/prinsip dengan terkait dengan konsep yang 1
konsep/prinsip lainnya. digunakan
Menerapkan konsep yang terkait
dalam perhitungan tetapi terdapat 2
kekeliruan dalam proses perhitungan
Menerapkan konsep yang terkait
dalam perhitungan dan mengerjakan
3
perhitungan sampai akhir dengan
hasil akhir salah
Menerapkan konsep yang terkait
dalam perhitungan dan mengerjakan
4
perhitungan sampai akhir dengan
hasil akhir benar

Sebelum ditetapkan sebagai instrumen dalam penelitian, soal-soal


tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang telah menerima
materi yang akan diujikan agar diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat
20

kesukaran dan daya pembeda untuk memperoleh soal yang baik. Adapun
langkah-langkah analisis uji coba soal, yaitu :
a. Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Artinya suatu alat evaluasi disebut valid
apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya di
evaluasi.
Untuk mencari koefisien validitas tes ini, digunakan rumus
product moment pearson (Arikunto, 2010, p.72) sebagai berikut :
N ƩXY −( ƩX ) . ( ƩY )
r xy=
√ [ N Ʃ X − ( ƩX ) ][ N Ʃ Y −( ƩY ) ]
2 2 2 2

Keterangan :
r xy = koefisien korelasi antara skor butir soal (X) dan total skor (Y)
N = banyak subjek
X = skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan
Y = total skor
Kemudian bandingkan hasil r xy yang diperoleh dengan tabel harga
kritis product moment. Item tersebut dikatakan valid jika r hitung ≤r tabel.
Menurut (Arikunto, 2010) klasifikasi untuk menginterpretasikan
besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 5.
Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80<r xy ≤1,00 Validitas Sangat Tinggi
0,60<r xy ≤ 0,80 Validitas Tinggi
0,40<r xy ≤ 0,60 Validitas Cukup
0,20<r xy ≤ 0,40 Validitas Rendah
0,00 ≤ r xy ≤ 0,20 Validitas Sangat Rendah
(Nuraida, 2018, p.84-85).

b. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan apakah suatu tes teliti dan
dapat di percaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut
21

Arifin (2009, p.258) suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan
hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama, pada waktu atau
kesempatan yang berbeda.
Tinggi rendahnya derajat reliabilitas suatu instrumen ditentukan
oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal dalam instrumen tersebut
yang dinotasikan dengan r 11.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas soal
uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai
berikut :

[ ][ ∑σ
]
2
n
r 11= 1− 2 i
n−1 σt

Keterangan :
r 11 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal (yang valid)
∑ σ 2i = jumlah varians skor tiap-tiap item

σ 2t = varians total
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
digunakan tolak ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman, 2003,
p.139) sebagai berikut :
Tabel 6.
Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen
Nilai Derajat Keandalan
r 11 <0,20 Sangat Rendah
0 , 20 ≤r 11<0 , 4 0 Rendah
0,40 ≤ r 11< 0,70 Sedang
0,70 ≤ r 11< 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Kemudian bandingkan hasil r 11 yang diperoleh dengan r tabel


product moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r 11 >r tabel maka
soal instrumen tersebut reliabel. (Nuraida, 2018, p.85-86).
c. Analisis Tingkat Kesukaran
22

Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat


kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran
seimbang, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes
hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.
Jika soal terlalu sukar atau terlalu mudah, maka daya pembeda
soal tersebut menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun
siswa kelompok bawah akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat
atau tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat. Akibatnya, butir
soal tersebut tidak akan mampu membedakan siswa berdasarkan
kemampuannya.
Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah
sebagai berikut :
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab dengan benar
JS = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Indeks kesukaran suatu butir soal diinterpretasikan dalam kriteria
sebagai berikut :
Tabel 7.
Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen
Indeks Kesukaran (P) Interpretasi Indeks Kesukaran
P=0,00 Terlalu Sukar
0,00< P ≤ 0,30 Sukar
0,30< P ≤ 0,70 Sedang
0,70< P<1,00 Mudah
P=1,00 Terlalu Mudah
(Lestari & Yudhanegara, 2015).

d. Analisis Daya Pembeda


23

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal


mampu membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa
yang belum/kurang menguasai materi berdasarkan kriteria tertentu. Daya
pembeda di hitung dengan membagi siswa ke dalam 2 kelompok, yaitu
kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (kurang pandai).
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal
adalah sebagai berikut :
BA BB
DP= − =PA−PB
JA JB

Keterangan :
DP = Daya pembeda soal
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya
pembeda disajikan pada tabel berikut :
Tabel 8.
Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen
Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70< D P ≤1,00 Sangat Baik
0,40< D P ≤0,70 Baik
0,20< D P ≤0,40 Cukup
0,00< D P ≤0,20 Buruk
D P ≤ 0,00 Sangat Buruk
(Arikunto, 2015).

6. Teknik Analisis Data


24

Data N-Gain atau gain ternormalisasi merupakan data yang diperoleh


dengan membandingkan selisih skor posttest dan pretest dengan selisih SMI
dan pretest. Selain digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa,
data ini juga memberikan informasi mengenai pencapaian kemampuan siswa.
Dengan demikian, data N-Gain ini memberikan informasi mengenai
peningkatan kemampuan beserta peringkat siswa di kelas.
Nilai N-Gain ditentukan dengan menggunakan rumus (Lestari &
Yudhanegara, 2015, p.235) sebagai berikut :
Skor Posttest−Skor Pretest
N−Gain=
SMI −Skor Pretest
Keterangan :
SMI = Skor Maksimum Ideal
Tinggi atau rendahnya nilai N-Gain ditentukan berdasarkan kriteria
berikut :
Tabel 9.
Kriteria Nilai N-Gain
Nilai N-Gain Kriteria
N−Gain ≥ 0,70 Tinggi
0,30< N −Gain<0,70 Sedang
N−Gain ≤ 0,30 Rendah
(Lestari & Yudhanegara, 2015, p.235)
Kemudian data N-Gain di uji normalitas, uji homogenitas dan uji
perbedaan dua rerata.
a. Uji Normalitas
Lestari & Yudhanegara (2015, p.243), uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol setelah diberikan posttest. Uji normalitas bisa dihitung
dengan menggunakan Chi Square. Secara umum langkah – langkah uji
normalitas adalah :

1) Merumuskan hipotesis
25

H 0 = Data berdistribusi normal


H 1 = Data tidak berdistribusi normal
2) Memberikan kesimpulan
Selanjutnya untuk menarik kesimpulan uji normalitas
menggunakan SPSS yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi
(P-value) dengan nilai alpha (α ) sebesar 0.05.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ≥ 0.05, maka H 0 diterima artinya
data berdistribusi normal.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ¿ 0.05, maka H 0 ditolak artinya
data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Lestari & Yudhanegara (2015, p.248), uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui apakah variansi data dari sampel yang di analisis
homogen atau tidak. Langkah-langkah uji homogenitas varians data
menggunakan uji F adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
H 0 :σ 12=σ 22 , data memiliki variansi homogen
2 2
H 1 : σ 1 ≠ σ 2 , data memiliki variansi tidak homogen
2) Memberikan kesimpulan
Selanjutnya untuk menarik kesimpulan uji homogenitas
menggunakan SPSS yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi
(P-value) dengan nilai alpha (α ) sebesar 0.05.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ≥ 0.05, maka H 0 diterima artinya
data memiliki variansi homogen.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ¿0.05, maka H 0 ditolak artinya
data memiliki variansi tidak homogen.

c. Uji Perbedaan Dua Rerata


26

Lestari & Yudhanegara (2015, p.280), uji t digunakan untuk


menguji hipotesis komparatif rata – rata dua sampel bila jenis data yang
akan di analisis berskala interval atau rasio, data berdistribusi normal dan
variansi kedua data homogen dengan sampel n ≤ 30. Berikut ini langkah –
langkah uji t :
1) Uji normalitas
2) Uji homogenitas
3) Merumuskan hipotesis
H 0 : μ1=μ2
(Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
H 1 : μ 1 ≠ μ2
(Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
4) Memberikan kesimpulan
Pengolahan data dengan software SPSS versi 16.0 for windows
yang digunakan dalam uji t adalah T-test equal variance assumed
dengan nilai alpha (α ) sebesar 0.05. Kriteria pengujiannya adalah
sebagai berikut :
 Jika nilai signifikansi (P-value) ≥ 0.05, maka H 0 diterima.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ¿ 0.05, maka H 0 ditolak.

Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dapat


menggunakan uji t′. Berikut ini langkah – langkah uji t′ :
1) Merumuskan hipotesis
H 0 : μ1=μ2
(Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
H 1 : μ 1 ≠ μ2
27

(Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman


matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
2) Memberikan kesimpulan
Pengolahan data dengan software SPSS versi 16.0 for windows
yang digunakan dalam uji t′ adalah T-test equal variance not assumed
dengan nilai alpha (α ) sebesar 0.05. Kriteria pengujiannya adalah
sebagai berikut :
 Jika nilai signifikansi (P-value) ≥ 0.05, maka H 0 diterima.
 Jika nilai signifikansi (P-value) ¿ 0.05, maka H 0 ditolak.

d. Uji Mann Whitney U


Jika data tidak berdistribusi normal, maka harus menggunakan uji
non-parametrik. Salah satu uji yang bisa digunakan adalah uji Mann
Whitney U. Uji Mann Whitney U digunakan untuk analisis statistik
terhadap dua sampel independen bila jenis data berskala nominal atau
ordinal atau data tidak berdistribusi normal. Berikut ini langkah – langkah
uji Mann Whitney U :
1) Merumuskan hipotesis
H 0 :U 1=U 2
(Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
H 1 :U 1 ≠ U 2
(Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa antara model pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dengan pembelajaran konvensional).
2) Memberikan kesimpulan
Pengolahan data dengan software SPSS versi 16.0 for windows
yang digunakan dalam uji non-parametrik two independent sample t-
test adalah Mann-Whitney U dengan nilai alpha (α ) sebesar 0.05.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
28

 Jika nilai signifikansi (P-value) ≥ 0.05, maka H 0 diterima.


 Jika nilai signifikansi (P-value) ¿ 0.05, maka H 0 ditolak.

DATA

N - Gain

TIDAK
NORMAL
Uji Normalitas Uji Non – Parametrik
Uji Chi Square Uji Man Whitney

NORMAL
TIDAK
HOMOGEN Uji Perbedaan Dua
Uji Homogenitas Rerata
Uji –F (Uji t′)

HOMOGEN

Uji Perbedaan Dua Rerata


(Uji t)

KESIMPULAN

Gambar 3. Alur Teknik Analisis Data

7. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu :
29

a. Tahap Persiapan
1) Menentukan tempat dan waktu yang akan dilakukan untuk penelitian.
2) Observasi ke sekolah yang akan diteliti.
3) Menentukan kelas yang akan menjadi populasi dan sampel dalam
penelitian.
4) Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian.
5) Menyusun silabus dan RPP.
6) Membuat instrumen tes penelitian.
7) Melakukan validasi instrumen.
8) Melakukan uji coba instrumen penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan
1) Memberi pretest pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol) dengan
soal tes yang sama. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pemahaman matematis siswa sebelum diberi model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP) di kelas eksperimen dan
konvensional di kelas kontrol.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelas. Pemberian
pembelajaran terhadap kelas eksperimen dengan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project (MMP), sedangkan untuk kelas kontrol
dengan model pembelajaran konvensional. Masing-masing kelas
mendapat pembelajaran sebanyak empat kali pertemuan.

Langkah–langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project


(MMP), dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10.
30

Langkah-langkah Model Pembelajaran MMP


Langkah- Kegiatan
No.
langkah Guru Siswa
1 Review  Meninjau ulang  Ikut aktif meninjau
pelajaran ulang pelajaran
sebelumnya sebelumnya
seperti membahas
PR
2 Pengembangan  Menyajikan ide  Mendengarkan dan
baru sebagai memahami materi
perluasan konsep yang disampaikan
matematika oleh guru
terdahulu dan
menjelaskan
materi kepada
siswa
 Memberi  Bertanya kepada
kesempatan guru jika ada
kepada siswa bagian yang belum
untuk bertanya dimengerti
3 Latihan  Memberikan soal  Bekerja dalam
Terkontrol dalam bentuk kelompok
LKS pada setiap
kelompok yang
terdiri dari 5-6
orang
 Berkeliling  Bertanya kepada
mengamati kinerja guru jika
siswa dalam mengalami
kelompok kesulitan
 Meminta siswa  Mempresentasikan
untuk hasil kerja
mempresentasikan kelompoknya di
hasil kerjanya depan kelas
4 Seat work  Memberikan soal  Mengerjakan soal
dalam bentuk secara individu
LKS yang
dikerjakan secara
individu
5 Penugasan  Memberikan  Mencatat tugas/PR
tugas/PR kepada yang disampaikan
siswa oleh guru

3) Memberikan posttest pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol)


dengan soal tes yang sama. Tes ini bertujuan untuk mengukur
peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa setelah diberi
31

model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) di kelas


eksperimen dan konvensional di kelas kontrol.

c. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini data yang diperoleh akan diolah dan
dianalisis, untuk lebih jelasnya dijelaskan seperti di bawah ini :
1) Tahap analisis data
Pada tahap ini dilakukan analisis data terhadap skor
kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Analisis yang dilakukan meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas.
 Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji t.
 Jika data tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
 Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t′.
2) Uji hipotesis
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan untuk
menerima atau menolak hipotesis berdasarkan hasil pengolahan data.
3) Tahap penarikan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan penelitian
berdasarkan uji hipotesis.

K. Jadwal Penelitian
Tabel 11.
Jadwal Kegiatan Penelitian
32

Jenis
No. Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Kegiatan Jul

Penyusunan
1.
proposal

2. Persiapan

Pelaksanaan
3.
penelitian

Evaluasi
4.
kegiatan

Penulisan
5.
laporan

Diseminasi
6.
hasil
DAFTAR PUSTAKA

Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017). Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa


melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition dan Problem
Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1) : 68-78. [Online].
Tersedia: https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/viewFile/3890/pdf.
[15 Desember 2018].

Alifah, S. A. N. (2016). “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA


dengan Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi”. Skripsi Universitas
Pasundan. Tidak diterbitkan.

Andriani., Ikhsan, M., & Anshari, B. I. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemahaman


dan Motivasi Siswa SMP melalui Model Missouri Mathematics Project (MMP)
dengan Menggunakan Game Matematika Online. Jurnal Didaktik Matematika,
3(1) : 55-63. [Online]. Tersedia:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/4637/4007. [15 Desember
2018].

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

Arikunto, S. (2015). Dasar – Dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arumsari, D. (2010). “Pengaruh Pendekatan Open-ended terhadap Kemampuan


Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Skripsi Universitas
Swadaya Gunung Jati. Tidak diterbitkan.

Erlin, E., Nuraida, I., Effendi, A., Ruswana, A. M., Zamnah, L. N., Amam, A.,
Fatimah, A. T., Zakiah, N. E., Sunaryo, Y. (2018). Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Ciamis : Universitas Galuh.

Fatimah, M. (2016). “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


SMK dengan Menggunakan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP)”. Skripsi Universitas Pasundan. Tidak diterbitkan.

Fauziah, A., & Sukasno. (2015). Pengaruh Model Missouri Mathematics Project
(MMP) terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMA N 1 Lubuklinggau. Infinity Journal, 4(1) : 10-21. [Online]. Tersedia:
http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/67. [15
Desember 2018].

Gani, D. A. (2016). “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Buzz Group dalam


Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis pada
Siswa SMA”. Skripsi Universitas Pasundan. Tidak diterbitkan.
Gitaniasari. (2008). Model Missouri Mathematics Project. [Online]. Tersedia:
http://math4usq.wordpress.com/2013/04/17/model-missouri-mathematic-project
[15 Desember 2018].

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [online]. Tersedia:


http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis.
[5 Januari 2019].

Istianah, N. (2016, November 28) kisi-kisi soal kemampuan pemahaman matematis


[Blog post]. Tersedia: http://blogpunyanina.blogspot.com/2016/11/kisi-kisi-soal-
kemampuan-pemahaman.html.

Kartika, Y. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik


Kelas VII SMP pada Materi Bentuk Aljabar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(4) :
777-785. [Online]. Tersedia:
https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/25/21. [05 Januari 2019].

Kartina. (2011). “Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Pemahaman


Konsep Matematika Siswa Kelas III Pondok Pesantren Daarun Nahdhah
Thawalib Bangkinang Kabupaten Kampar”. Skripsi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Tidak diterbitkan.

Krismanto. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran


Matematika. [Online]. Tersedia:
http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/strategi_pembelajaran_matematika.pd
f. [15 Desember 2018].

Kurniasari, V. H. D., dkk. (2015). Penerapan model pembelajaran Missouri


Mathematics Project (MMP) dalam meningkatkan aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa sub pokok bahasan menggambar grafik fungsi aljabar sederhana
dan fungsi kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri Balung semester ganjil tahun
ajaran 2013/2014. Pancaran, 4(2) : 153-162.

Lerner, J. W. (1988). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching


Strategies. New Jersey : Hpughton Mifflin.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung : Refika Aditama.

Marliani, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa


melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Jurnal
Formatif, 5(1) : 14-25. [Online]. Tersedia:
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/166. [15
Desember 2018].
Marliani, N. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. JPPM, 9(1) :
33-39. [Online]. Tersedia:
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPM/article/download/978/779. [15
Desember 2018].

Nasution, R. S., & Syafari. (2018). Perbandingan Pemahaman Konsep Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan
Penemuan Terbimbing di Kelas VII MTs.S Al-Jihad Medan. Jurnal Inspiratif,
4(1) : 39-49. [Online]. Tersedia:
http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpmi/article/download/10524/9427. [05
Januari 2019].

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for


School Mathematics. Reston, VA : Author.

Nuraida, I. (2018). Penilaian Pembelajaran Matematika. Ciamis : Universitas Galuh.

Nurkarimah, R. (2006). “Perbandingan Kemampuan Pemahaman Matematik Antara


Siswa Yang Menggunakan Reciprocal Teaching Dengan Pembelajaran
Konvensional Pada Pembelajaran Matematika”. Skripsi STKIP. Garut : Tidak
diterbitkan.

Rahmiati & Fahrurrozi. (2016). Pengaruh Pembelajaran Missouri Mathematics Project


(MMP) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika, 10(2) : 1-12. [Online]. Tersedia:
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/3634. [15 Desember
2018].

Reys, B. (1999). The Missouri Middle Mathematics (M3) Project : Stimulating


Standards-Based Reform. Journal of Mathematics Education : 215–222.

Ruseffendi. (1998). Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam


Pengajaran Matematika. Bandung : Tarsito.

Santoso, E. (2018). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Jurnal THEOREMS, 2(2) : 80-87.
[Online]. Tersedia: http://www.jurnal.unma.ac.id/index.php/th/article/view/723.
[25 Januari 2019].

Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta : Depdiknas.

Shadiq, F. (2009). Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta :


Depdiknas.
Sholihah, D. A., & Mahmudi, A. (2015). Keefektifan Experiental Learning
Pembelajaran Matematika MTs Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 2(2) : 175-185. [Online]. Tersedia:
http://journal.uny.ac.id/index.php/jprm/article/download/7332/6315. [15
Desember 2018].

Sholihah, F. (2015) . “Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Missouri


Mathematics Project terhadap Pemahaman Konseptual dan Prosedural Siswa
Kelas-X. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.

Slavin, R. E. (2007). Effective Programs in Elementary Mathematics : A Best-Evidence


Synthesis. U.S. : Department of Education.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : JICA UPI.

Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik : Apa, Bagaimana, dan


Mengapa dikembangkan Pada Peserta Didik. [online]. Tersedia:
http://math.sps.upi.edu/wpcontent/uploads/2010/02/BERFIKIR-DAN-
DISPOSISIMATEMATIK-SPS-2010.pdf. [25 Januari 2019].

Winkel, W. S. (1996). Psycologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai