DI SUSUN OLEH:
NAMA : FAJAR NURDIYANINGSIH
PRODI :PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2022
ASUHAN KEBERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CLOSE FRAKTUR RADIUS DI
ANGSAL CEMPAKA 2 RSUD SLEMAN
A. TINJAUN TEORI
1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari struktur tulang, tulang
rawan dan lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non
trauma. Tidak hanya keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih
sering mengakibatkan kerusakan yang komplit dan fragmen tulang terpisah.
Tulang relatif rapuh, namun memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan
tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh cedera atau trauma langsung dan
berupa trauma tidak langsung, stres yang berulang, kelemahan tulang yang
abnormal atau disebut juga fraktur patologis ((Desiartama & Aryana, 2017).
Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan close fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan dan lempeng
pertumbuhan tulang yang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung, dan tidak menyebabkan robekan kulit.
a. Kekerasan langsung
2 Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur
terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera,
sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang.
Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi
berdasarkan keparahannya:
a. Derajar 1 : Luka kurang dari 1cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : luka melebihi 6 hingga 8 cm ada kerusakan luas pada jaringan
lunak, saraf, tendok, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3
harus segera ditangani karena resiko infeksi.
Menurut (Asrizal, 2014; Rahmawati et al., 2018) fraktur dapat dibagi
kedalam tiga jenis antara lain:
a. Fraktur tertutup Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai
dengan luka pada bagian luar perukaan kulit sehingga bagian tulang yang
patah tidak berhubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang
dengan adanya luka pada daerah yang patah, sehingga bagian tulang
berhubungan dengan udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan
yang banyak. Tulang yang patah juka ikut menonjol keluar dari permukaan
kulit, namun tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol kelluar.
Fraktur terbuka memerluka pertolongan lebih cepat karena terjadinya infeksi
dan faktor penyulit lainnya.
c. Fraktur kompleksitas Fraktur jenis in iterjadi pada dua keadaan yaitu pada
bagian ekstremitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi
dislokasi
3 Klasifikasi frakture ektremitas atas
a. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna
b. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
a. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat
adanya deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri
dan deformitas pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya
perubahan nadi, perfusi yang tidak baik(akral dingin pada lesi), dan
CRT >3 detik dimana hal ini merupakan tanda-tanda peringatan
tentang terjadinya kompartemen sindrom. Sering didapatkan kasus
fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut.
b. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi,
sensasi masih terasa di area distal.
c. Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas .
6 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan
untuk mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan
tulang, maka digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral.Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena
adanya patologi yang dicari berupa superposisi. Permintaan x-ray
harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang. Pada
pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien fraktur yaitu HB Hematokrit
rendah akibat pendarahan, Lanju Endap Darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas dan hitung darah lengkap
7 Komplikasi
a. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya
nadi,CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal,
hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit,
tindakan reduksi dan pembedahan.
b. Sindrome kompartemen
Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem atau
perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan luar
seperti gips, pembebatan dan penyangga. Perubahan fisiologis sebagai
akibat dari peningkatan tekanan kompartemen yang seringkali terjadi
adalah iskemi dan edema.
c. Fat embolism syndrome (FES)
Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom yang
mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang panjang, terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun.
Ditandai dengan adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipnea dan demam.
d. Infeksi
Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga
pada penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF dan
OREF) dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga pada kasus
fraktur resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan
alat bantu maupun prosedur invasif.
B. Pathway
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
a. Pre operasi
1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
2) Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan
warna kulit di sekitar luka, edema.
3) Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
4) Pola aktivitas dan latihan
- Kesemutan, baal
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
- Tidak kuat menahan beban berat
- Keterbatasan mobilisasi
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah
distal injury, lambatnya kapiler refill tim
5) Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan
- Sering terbangun karena kesakitan
6) Pola persepsi kognitif
- Nyeri pada daerah fraktur
- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
7) Pola persepsi dan konsep diri
-Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas
seperti keadaan sebelumnya h
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak ditolong
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya
b. Post operasi
1) Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
2) Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
3) Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
4) Pola aktivitas dan latihan
- Keterbatasan beraktivitas
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
- Baal atau kesemutan
- Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
- Perdarahan, perubahan warna
5) Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi
- Sering terbangun karena kesakitan
6) Pola persepsi kognitif
- Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri
- Nyeri pada luka operasi
- Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf
- Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya Karena tidak dapat beraktivitas
seperti keadaan sebelumnya
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak tertolong
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti
2 Diagnosa keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
2) Cemas berhubungan dengan proses operasi
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan post pembedahan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan
post pembedahan.
3 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Observasi
Identifikasi penyebab
gangguan integritas
kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan
status nutrisi,
peneurunan
kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
2. Terapeutik
Ubah posisi setiap 2 jam
jika tirah baring
Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang,
jika perlu
Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama periode
diare
Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada kulit
kering
Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitif
Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin,
serum)
Anjurkan minum air
yang cukup
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah
B. PERAWATAN
LUKA( I.14564
1. Observasi
Monitor karakteristik
luka (mis:
drainase,warna,ukuran,b
au
Monitor tanda –tanda
inveksi
1. Terapiutik
lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar
daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan
cairan NACL atau
pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan
nekrotik
Berika salep yang sesuai
di kulit /lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai
jenis luka
Pertahan kan teknik
seteril saaat perawatan
luka
Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap dua jam
atau sesuai kondisi
pasien
Berika diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika
perlu
2. Edukasi
Jelaskan tandan dan
gejala infeksi
Anjurkan mengonsumsi
makan tinggi kalium
dan protein
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
3. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement(mis:
enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC
Desiartama, D., & Aryana, A. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur akibat
Kecelakaan Lalu Lintas pada Orang Dewasa di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Tahun 2013. E-Jurnal Medika
Rahmawati, R., Arif, M., & Yuliano, A. (2018). Pengaruh Pembidaian terhadap Penurunan
Skala Nyeri pada Pasien Fraktur Tertutup di Ruangan IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018. Stikes Perintis Padang
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. ( 2019)Jakarta Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.( 2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta