Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam (Febris).

2.1.1 Pengertian

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari suhu tubuh normal. Suhu normal

tubuh manusia diantara 36,50C – 37,20C dan dikategorikan demam bila suhu tubuh

> 37,20C. Suhu tubuh sub normal < 36,5 0C, bila suhu tubuh mencapai ≥ 41,20C

termasuk ke dalam hipertermia sedangkan 350C termasuk dalam golongan

hipotermia (Rinidar dkk, 2020)

Demam terjadi jika suhu tubuh lebih dari suhu normal 36,5 0C – 37,50C.

Demam disertai menggigil merupakan indikasi adanya mikroorganisme yang

mengeluarkan racun dalam tubuh (

Demam adalah respons alami tubuh terhadap infeksi atau cidera. Demam

merangsang tubuh untuk memproduksi dan memobilisasi lebih banyak sel darah

putih (leukosit) dan antibody untuk membantu melawan infeksi (Santosa, 2019).

Demam adalah gejala penyakit, biasanya dalam bentuk infeksi. Suhu tubuh

meningkat sebagai mekanisme perlindungan tubuh. Cara terbaik untuk membantu

anak mengatasi demam adalah dengan mengawasi dan merespons dengan cepat.

Perhatikan gejala – gejala yang terjadi pada anak – anak dan bertindak untuk

menjaga keamanan anak sambil menyembuhkan demam (Nurlaila dkk, 2018).

2.1.2 Etiologi

Menurut (Lusia, 2015) Demam dapat terjadi bila pembentukan panas

melebihi pengeluaran panas. Demam dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu
tubuh yang bersifat episiodik (berkala) atau persisten (terus – menerus) diatas

nilai normal dan ada referensi yang mengatakan peningkatan suhu menimal 24

jam.

Demam yang biasanya dikenal oleh masyarakat umumnya adalah yang

dihubungkan dengan peningkatan suhu tubuh akibat penyakit infeksi kuman,

karena tubuh gigi pada bayi atau demam pascaimunisasi. Namun sebenarnya

masih banyak penyebab demam yang lain (Ayu & Zulfito, 2010).

Panas atau demam sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan gejala

dan tanda berbagai penyakit, jadi bukan diagnosis. Demam biasa disertai dengan

gejala yang tidak spesifik seperti rasa lemah, nyeri kepala, nyeri pada otot, dan

perasaan panas dingin. Disamping itu keluhan dan gejala yang lebih khas dari

penyakit penyebabnya bisa ditemukan. Demam merupakan gambaran berbagai

macam kelainan seperti kelainan jantung (infark miokard), penyakit jaringan ikat

dan sebagian keganasan, tetapi paling sering disebabkan oleh infeksi bekteri atau

virus.

Untuk mengetahui penyebab secara pasti demam anda memerlukan

bantuan dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik/gejala klinis penyakit dan

mengdiagnosa dengan melihat keadaan fisik dan gejala klinis, maka pemeriksaan

laboratorium (darih darah, air seni, cairan dari tubuh lain) sering pula diperlukan

untuk memastikan diagnosa sehingga pengobatan pun lebih tepat. Beberapa

sarana diagnostik lain seperti EKG, USG, X-Ray dan sebagainya kadang – kadag

juga diperlukan.
Penyebab umum suatu demam/peningkatan suhu tubuh adalah infeksi, namum

terdapat daftar penyebab peningkatan suhu tubuh yang lain yang cukup banyak

(set point hipotalamus meningkat)

Adapun penyebab demam:

a. Pirogen

Penyakit infeksi antara lain: (disebabkan oleh mikroorganisme

seperti bakti, virus, parasit dan jamur)

1. Demam tifoid

2. Demamberdarah

3. Pes

4. Chikungunya

5. Penyakit tangan, kaki dan mulut

6. Penyakit kawasaki

7. Malaria

8. Influenza

9. Pilek

10. Sinusitis

11. Pneumonia

12. Bronkitis

13. Pertusis

14. TBC

15. Tetanus

16. Meningitis (Radang selaput otak)

17. Mumps (Gondongan)


18. Morbili (Campak)

19. Campak jerman

20. Tonsilitis (Amandel)

21. Difteri

22. Otitis media (infeksi telinga tengah)

23. Cacar air

24. Infeksi saluran kencing

25. Radang hati (Hepatitis)

26. Abses

27. Penyakit kecacingan

28. Gastroenteritis

29. Radang usus buntu

30. Poliomielitis

31. Sepsis

Penyakit Noninfeksi antara lain:

Keganasan

1. Limfoma

2. Karsinoma ginjal

Penyakit kolagen

1. Demam rematik

2. Rematik atritis

3. Periatritis nodosa

4. Lupus eritematosus

Penyakit iatrogenik
1. Vaksinasi

2. Demam obat (misalnya: panas karena steroid))

Penyakit hematologik (darah dan vaskular/pembuluh darah)

1. Leukemia

2. Anemia hemolitik

3. Tromboflebitis

4. Neutropenia siklik

Alergi

b. Pengakit atau Zat

1. Kerusakan susunan saraf pusat

2. Keracunan DDT

3. Kalajengking

4. Penyinaran

5. Keracunan epinefrin

2.1.3 Klasifikasi

2.1.4.1. Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

1. Fever

Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses

patologis.

2. Hyperthermia

Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada

makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya

karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound

atau obat – obatan.


3. Malignant Hyperthermia

Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai

kekakuan otot karena anestesi total.

2.1.4.2. Klasifikasi Derajat Demam

Menurut (Lusia, 2015) Dengan cara mengukur melalui rektal

(anus) peningkatan suhu/demam berdasarkan derajat peningkatan

temperatur dibedakan sebagai berikut:

1. Subfebril : 37,5 - 380C

2. Demam ringan : 38 - 390C

3. Demam sedang : 39 - 400C

4. Demam tinggi : 40 – 41,10C

5. Demam yang sangat tinggi = hiperpireksia : ≥ 41, 20C

Suhu Ketiak

1. Demam rendah : 37,2 - 38,30C

2. Demam sedang : 38,3 – 39,50C

3. Demam tinggi : > 39,50C

Suhu Oral

1. Demam rendah : 37,7 – 38,80C

2. Demam sedang : 38,8 – 400C

3. Demam tinggi : > 400C


2.1.5 Patofisiologi

Pirogen adalah suatu zat (subtansi) yang dapat menyebabkan demam.

Pirogen terbagi dua yaitu pirogen yang berasal daro laur tubuh (eksogen) dan

pirogen berasal dari dalam tubuh (endogen). Contoh pirogen eksogen antara lain

mikroba (bakteri, jamur, virus),produk produk mikroba dan toksin mikroba yang

dihasilkan oleh agen –agen tersebut (misalnya, endotoksin). Pirogen eksogen

sendiri mempunyai kamampuan untuk merangsang pelepasan pirogen endogen.

Pirogen endogen dapat juga dilepaskan pada penyakit non infeksi seperti

kerusakan jaringan oleh sebab apapun (misalnya cedera tergencet), reaksi

peradangan akibat luka besar atau operasi, penyakit vaskular – kolagen, keadaan

hipersensitivitas (misalnya reaksi obat atau transfusi darah), penyakit Hodgkin,

dan kanker sel ginjal. Beberapa ahli fisiologi yakin bahwa zat pirogen eksogen

mempunyai kerja langsung pada termostat dengan meningkatkan setting. Akan

tetapi, terdapat alasan yang dapat dipercaya bahwa sebagian besar pirogen

memengaruhi termostat hipotalamus secara tidak langsung dengan cara sebagai

berikut: Pirogen eksogen, dapat berupa infeksi atau noninfeksi, akan merangsang

sel – sel makrofag , monosit, limfosit, dan endotel (komponen sistem kekebalan

tubuh) (sel – sel ini secara autokatalisis dihancurkan waktu mereka melakukan

fagosistosis jaringan) untuk melepaskan interleukin (IL), interleukin (IL)-6,

Tumor “Nercosis faktor (TNF)-ᾳ dan interferon (IFN)-ᾳ (selanjutkan disebut

pirogen endogen (PE) atau pirogen sitokin). Pirogen endogen ini, setelah

berikatan dengan reseptornya di daerah preoptik hipotalamus, akan merangsang

hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolipase A2 yang selanjutkan akan

melepaskan asam arakhionat dari membran fosfolipid, dan kemudia oleh enzim
siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah menjadi prostaglandin E2 (PGE2).

Rangsangan prostaglandin inilah, baik secara langsung maupun melalui pelepasan

siklik AMP, mengatur termostat pada suhu tubuh yang lebih tinggi. Hal ini

merupakan awal dari berlangsungnya reaksi terpadu sistem saraf autonom, sistem

endokrin, dan perubahan perilaku dalam terjadinya demam (peningkatan suhu).

Pusat panas di hipotalamus dan batak otak kemudian akan mengirimkan sinyal

agar terjadi peningkatan produksi dan konservasi panas sehingga suhu tubuh naik

sampai tingkat suhu baru yang ditetapkan. Hal demikian dapat sicapai dengan

vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah kulit, sehingga darah yang menuju

permukaan tubuh berkurang , dan panas tubuh yang terjadi dibagian inti tubuh

tetap memelihara suhu inti tubuh. Epinefrin yang dilepas akibat rangsangan saraf

simpatis akan meningkatkan metabolisme tubuh dan tonus otot. Mungkin terjadi

proses menggigil dan atau individu berusaha mengenakan pakaian tebal serta

berusaha melipatkan bagian – bagian tubuh tertentu untuk mengurangi

menguapan. Selama demam, arginine vasopresin (AVP), alphamelanocyte-

stimulating hormane, dan corticotropin releasing faktor akan dilepas oleh tibuh.

Zat ini dapat bekerja sebagai antipiretik endogen (antipiretik intrinsik) untuk

menurunkan reaksi demam, sehingga suhu tubuh tidak meningkat berlebihan.

Efek antipiretik ini akan membuat rangkaian umpan balik terhadap hipotalamus.

Arginine vasopresin (AVP) atau vasopresin, atau juga dikenal sebagai hormon

antidiuresis yang diproduksi selama demam, akan menimbulkan retensi air oleh

ginjal dan hal inilah mungkin yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh pada

saat demam. Namun, bagaimana persisnya mekanisme kerja antipirektik endogen

ini sampai saat ini belum jelas. Pada mulanya dianggap sebagai reaksi pemicu
demam adalah infeksi dan produk infeksi. Dalam perkembangan selanjutnya

ternyata beberapa molekul endogen seperti kompleks antigen – antibodi,

komplemen, produk limfosit dan inflammation bile acids juga dapat merangsang

pelapasan pirogen sitokin. Konsep bahwa sitokin dapat menginduksi sitokin lain

juga penting untuk dipahami untuk menerangkan mkanisme demam akibat

penyakit noninfeksi. Pada tumor, penyakit darah, keganasan, penyakit kolagen,

penyakit metaboli, sumber pelepsan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.

Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, karena aliran

darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun, kalau

suhu tubuh makin tinggi (diatas 38,50C) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran

darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru)

bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas (tangan dan kaki) dikurangi,

akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu

metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi

napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai

dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.

Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41 0C, terutama

pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat

menyebabkan kerusakan batak otak, terjadi kejang, koma sampai kelumpuhan.

Kerusakan otot yang terjadi berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya

mioglobinemia (Lusia, 2015).


2.1.6 WOC (Web Of Causation)

Agen infeksius Dehidrasi


Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel


Anterior

Aksi antipiretik Demam

Peningkatan evaporasi meningkatnya Ph berkurang


Metabolik tubuh
Peningkatan
suhu tubuh
MK: Resiko anoreksia
Ketidakseimbangan Elektrolit
Kelemahan intake makanan
berkurang Mk:
Hipertermia

MK: Intoleransi MK: Defisit


Nutrisi

Aktifitas

gangguan rasa nyaman

rewel

cemas

MK:Defisit Pengetahuan
2.1.7 Manifestasi Klinis

tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

1. Anak rewel (suhu tubuh dari 37,500C - 390C)

2. Kulit kemerahan

3. Hangat pada sentuhan

4. Peningkatan frekuensi pernapasan

5. Menggigil

6. Dehidrasi

7. Kehilangan nafsu makan

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status

generalis danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi.

Pemerksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah

pasien tertolong tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara

menagis, reaksi terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit,

dan status hidrasi. Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah,

urin atau feses, pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin

dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan

farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa

tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam anak:


1. Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan

antipiretik berupa:

a. Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pelihan pertama

untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10 -15

mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan

puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali

dalam waktu 3 – 4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan

jarak 4 – 6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang

diharapkan 1,2 – 1,40C , sehingga jelas bahwa pemberian obat

paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk

menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada

bayi < 2 bulan karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya

belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping

paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu,

peningkatakn suhu pada bayi baru lahir yang bugar 16 (sehat) tanpa

resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh faktor lingkungan atau

kurang cairan. Efek samping paracetamol antara lain: mual, nyeri

perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik

kemerahan dikulit karena perdarahan bawag kulit), bronkospasme

(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan

waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang

masa sakit).
b. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki

efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,

bila alergi terhadap paracetamol, ibuprofen dapat diberikan ulang

dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun

panas dapat dicapai dengan dosis 5 mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja

maksimal dalam waktu 1 jam dan berlangsung 3 -4 jam. Efek penurun

dengan lebih cepat dari pada paracetamol. Ibuprofen memiliki efek

samping yantu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran

cerna, rewel, sakit kepala, gaduh dan gelisah. Dalam dosis berlebih

dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

2. Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologis merupakan upaya yang dilakukan untuk

menurunkan demam dengan cara memberikan tindakan atau perlakuan

tertentu secara mandiri. Tindakan sederhana yang dapat dilakukan adalah

mengusahakan agar anak tidur atau istirahat supaya metabolismenya

menurun. Selain itu, kadar cairan dalam tubuh anak harus tercukupi agar

kadar elektrolit tidak meningkat saat eveporasi terjadi. Memberi aliran

udara yang baik, memaksa tubuh berkeringat, dan mengalirkan hawa panas

ke tempat lain juga akan membantu menurunkan suhu tubuh. Membuka

pakaian/selimut yang tebal bermanfaat karena mendukung terjadinya

radiasi dan evaporasi serta memberikan kompres hangat. Kompres hangat

adalah metode memelihara suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau

alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh

(Ayu, 2015).

Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada

penelitian ini peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres

hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah

dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu

sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu

proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).

Penggunaan kompres hangat dilipatan ketiak dan lipatan selangkangan

selama 10 -15 menit dengan 18 temperature air 30 -32 0C, akan membantu

menurunkan panas dengan cara panas keluar leat pori –pori kulit melalui

penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif

karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang

besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai

banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami

vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perbindahan panas dari

tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

2.1.9 Komplikasi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) komplikasi dari demam:

1. Dehidrasi: demam meningkatkan penguapan cairan tubuh

2. Kejang demam: jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).

Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan


dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak

berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

komplikasi febris diantaranya:

1. Takikardi

2. Insufisiensi jantung

3. Insufisiensi pulmonal

4. Kejang demam

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Demam ( Febris)

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang

tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.

2. Keluhan utama

Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5

°C, berkeringat, mual/muntah.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala

febris yang biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah,

berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.

4. Riwayat kesehatan dulu

Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit

sebelumnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan

ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.

6. Genogram

Petunjuk anggota keluarga klien.

7. Riwayat kehamilan dan kelahiran

Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada

anak.

8. Riwayat sosial

Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

9. Kebutuhan dasar

a. Makanan dan minuman

Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk

makan sehingga kekurang asupan nutrisi.

b. Pola tidur

Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien

merasa gelisah dan berkeringat.

c. Mandi

d. Eliminasi

Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga

bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.

10. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi

badan
b. Tanda – tanda vital

Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x/menit

c. Head to toe

1) Kepala dan leher

Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

2) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada

gangguan / kelainan.

3) Mata

Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

4) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi

indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris

mukosa bibir klien akan kering dan pucat.

5) Thorak dan abdomen

Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada

peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x/menit.

6) Sistem respirasi

Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.

7) Sistem kardiovaskuler

Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat

8) Sistem muskuloskeletal

Terjadi gangguan apa tidak.

9) Sistem pernafasan

Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan

biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma


10) . Pemeriksaan tingkat perkembangan

a. Kemandirian dan bergaul

Aktivitas sosial klien

b. Motorik halus

Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh

tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Misalnya : memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret –

coret, menggunting

c. Motorik kasar

Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar

atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak

contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga (

Lerner & Hultsch. 1983)

d. Kognitif dan bahasa

Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.

11. Data penunjang

Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya

leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.

12. Data pengobatan

Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,

seperti ibuprofen, paracetamol.


2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

pada kasus Febris yaitu (SDKI DPP PPNI 2017) :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh

diatas nilai normal

b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan

cairan (mis.dehidrasi)

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk

makan)

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien Demam (Febris).

Dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI DPP

PPNI 2017).

a. Hipertermia (D.0130)

1) Pengertian

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

a) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

3) Kriteria Mayor dan Minor


Kriteria Mayor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Suhu tubuh diatas nilai

normal

Kriteria Minor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Kulit merah

(2) Kejang

(3) Takikardi

(4) Takipnea

(5) Kulit terasa hangat

b. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit D.0037

1) Pengertian

Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

2) Faktor Risiko

a) Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi)

c. Defisit nutrisi (D.0019)

1) Pengertian

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

2) Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan

b) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

c) Peningkatan kebutuhan metabolism

d) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

3) Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria Mayor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

Kriteria Minor

a) Subjektif

(1) Cepat kenyang setelah makan

(2) Kram/nyeri abdomen

(3) Nafsu makan menurun

b) Objektif

(1) Bising usus hiperaktif

(2) Otot pengunyah lemah

(3) Otot menelan lemah

(4) Membrane mukosa pucat

(5) Sariawan

(6) Serum albumin turun

(7) Rambut rontok berlebihan

(8) Diare
d. Intoleransi aktivitas (D.0056)

1) Pengertian

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Kelemahan

3) Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria Mayor

a) Subjektif

(1) Mengeluh lelah

b) Objektif

(1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Kriteria Minor

a) Subjektif

(1) Dispnea saat atau setelah aktivitas

(2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

(3) Merasa lemah

b) Objektif

(1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

(2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

(3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

(4) Sianosis

e. Defisit pengetahuan (D.0111)


1) Pengertian

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik

tertentu.

2) Penyebab

a) Kurang terpapar informasi

b) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

3) Kriteria Mayor dan Minor

Kriteria Mayor

a) Subjektif

(1) Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif

(1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

(2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Kriteria Minor

a) Subjektif : (tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

(2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agitasi,

histeria)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI
2019).
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Kriteria Hasil :
1) Menggigil menurun
2) Suhu tubuh membaik
4) Tekanan darah membaik
2.1 Tabel Intervensi Hipertermia “Efektivitas Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Demam (Febris )”

Hipertermia (D.0130)
Intervensi Utama
Managemen Hipertermi Regulasi Temperatur
Intervensi Pendukung
Edukasi analgesia Manajemen kejang
Edukasi dehidrasi Pemantauan cairan
Edukasi pengukuran suhu Pemberian obat
Edukasi program pengobatan Pencegahan hipertermia keganasan
Edukasi terapi cairan Perawatan sirkulasi
Edukasi termoregulasi Promosi teknik kulit ke kulis
Tindakan
Managemen Hipertermi (1.04152)
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari
11. Laukan pendinginan eksternal seperti kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila
12. Hindari pemberian antipiretik
13. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
14. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaboasi pemberian cairan dan eletrolit intravena jika perlu
Regulasi Temperatur (1.14578)
Observasi
1. Monitor suhu sampai stabil (36,5-37,5)
2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam
3. Monitor tekanan darah, frekuensi napas dan nadi
4. Monitor warna kulit dan suhu kulit
5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
Terapeutik
6. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
7. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi adekuatr
8. Gunakan topi untuk mencegah kehilangan panas
9. Hangatkan terlebih dahulu bahan yang akan kontak ke pasien
10. Hindari meletakkan pasien di dekat jendela terbuka dan daerah aliran
dingin
11. Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan,
jika perlu
12. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
13. Jelaskan cara mencegah heat exhaustion
14. Jelaskan cara pencegahan hipotermi
15. Demisntrasikan tehnik perawwatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipireti jika perlu

b. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan Ketidakseimbangan

cairan (mis. Dehidrasi)

Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Asupan cairan meningkat

2) Asupan makanan meningkat

3) Dehidrasi menurun

4) Ansietas menurun

5) Tekanan darah membaik

6) Denyut nadi radial membaik

7) membran mukosa membaik

8) Mata cekung membaik

9) Turgor kulit membaik

10) Berat badan membaik

2.2 Tabel Intervensi Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit “Efektivitas Kompres


Hangat Terhadap Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Demam (Febris )”

Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)


Intervensi Utama
Pemantauan Elektrolit
Intervensi Pendukung
Edukasi perawatan selang drain Manajemen elektrolit: Hipomagnesimia
Indikasi resiko Manajemen elektrolit: Hiponatremia
Manajemen cairan Manajemen gangguan makan
Manajemen dialisis peritoneal Manajemen hemodialisis
Manajemen diare Manajemen mual
Manajemen elektrolit Manajemen muntah
Manajemen elektrolit: Hiperkalemia Manajemen medikasi
Manajemen elektrolit: Hiperkalsemia Pemantauan cairan
Manajemen Perawatan luka bakar
elektrolit:Hipermagnesemia
Manajemen elektrolit: Hipernatremia Rekonsiliasi obat
Manajemen elektrolit: Hipokalemia Resusitasi cairan
Manajemen elektrolit: Hipokalsemia Serveilens
Tindakan
Pemantauan Elektrolit I. 03122
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektroli
3. Monitor kadar elektrolit seru
4. Monitor kehilangan cairan, jika perl
5. Monitor mual, muntah dan diar
6. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (misalnya, kelemahan otot, interval
berkepanjangan, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan, paresthesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, penurunan motilitas usus, depresi pernapasan)
7. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (misalnya rangsangan, gelisah,
mual, muntah, takikardia yang menyebabkan bradikardia, fibrilasi atau
takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks
QRS tumpul, blok jantung yang mengarah ke acitol)
8. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (misalnya disorientasi, otot
berkedut, sakit kepala, selaput lendir kering, hipotensi postural, kejang,
lesu, penurunan kesadaran)
9. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (misalnya haus, demam, mual,
muntah, gelisah, mudah marah, selaput lendir kering, takikardia,
hipotensi, lesu, kebingungan, kejang) monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis, peka rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah],
tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang)
10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis, nyeri tulang, haus,
anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang
T lebar, kompleks QRS lebar, interval PR memanjang)
11. Monitor tanda dan gejala Hipomagnesium (mis, depresi pernafasan,
apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
12. Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia (mis, kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
13. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
14. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
15. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
16. Informasikan hasil pemantauan, Jika perlu
Manajemen Cairan I. 03098
Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urine, BUN)
Terapeutik
5. Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
6. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
7. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk

makan)

Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2) Frekuensi makan membaik

3) Nafsu makan membaik

2.3 Tabel Intervensi Defisit Nutrisi “Kompres Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Pada Anak Dengan Demam (Febris)”

Defisit Nutrisi (D.0019)


Intervensi Utama
Manajemen Nutrisi Promosi Berat Badan
Intervensi Pendukung
Dukungan Kepatuhan Pengobatan Manajemen Hiperglikemia
Edukasi Diet Manajemen hipoglikemia
Edukasi Kemoterapi Manajemen Reaksi Alergi
Konseling Laktasi Pemantauan Cairan
Konseling Nutrisi Pemantauan Nutrisi
Edukasi termoregulasi Pemantauan Tanda Vital
Manajemen Cairan Pemberian Makanan
Manajemen Gangguan Makan Terapi Menelan
Tindakan
Managemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan (1.03136)
Observasi
1). Indentifikasi kemungkinan penyebab BB turun
2). Monitor Mual muntah
3). Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari hari
4). Monitor berat badan
5). Monitor albumin limfosit dan elektrolit serum
Terapeutik
1). Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
2). Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
3). Hidangkan makanan secara menarik
4). Berikan suplemen
5). Berikan pujian pada pasien untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
1). Jelaskan jenis Makanan yang bergizi tinggi namun tetap terjangkau
2). Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.

Kriteria Hasil :

1) Frekuensi nadi meningkat

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

3) Frekuensi napas membaik

2.4 Tabel Intervensi Intoleransi Aktivitas “Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Demam (Febris)”

Intoleransi Aktivitas (D.0056)


Intervensi Utama
Manajemen Energi Terapi Aktivitas
Intervensi Pendukung
Dukungan Ambulasi Manajemen Program Latihan
Dukungan Kepatuhan Program Pemantauan Tanda Vital
Pengobatan
Dukungan Meditasi Pemberian Obat
Dukungan Pemeliharaan Rumah Pemberian Obat Inhalasi
Dukungan Perawatan Diri Pemberian Obat Intravena
Dukungan Spiritual Pemberian Obat Oral
Dukungan Tidur Penentuan Tujuan Bersama
Edukasi Latihan Fisik Promosi Tujuan Bersama
Edukasi Teknik Ambulasi Promosi Dukungan Keluarga
Edukasi Pengukuran Nadi Radialis Promosi Latihan Fisik
Manajemen Aritmia Rehabilitasi Jantung
Manajemen Lingkungan Terapi Aktivitas
Manajemen Medikasi Terapi Bantuan Hewan
Manajemen Mood Terapi Musik
Tindakan
Terapi aktivitas 1.05186
Definisi : Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, spiritual untuk memulihkan
aktivitas individu atau kelompok
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Identivikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi strategi peningkatan partisipasi dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin
Terapeutik
6. Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan defisit yang dialami
7. Sepakati kotmitmen untuk meningkatkan aktivitas
8. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
9. Kordinasikan pemilihan aktivitas sesuai dengan usia
10. Fasilitasi trasnportasi untuk menghindari aktivitas
11. Fasilitasi pasien dalam menyesuaikan lingkungan
12. Fasilitasi aktivitas rutin
13. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
14. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan
15. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
16. Libatkan dalam permainan kelompok
17. Libatkan keluarga dalam beraktivitas
18. Fasilitasi pasien memantau kemajuaannya
19. Jadwalkan aktivitasa rutin tiap hari
Edukasi
20. Jelaskan metode aktivitas fisik tiap hari
21. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
22. Ajarkan melakukan aktivitas fisik
23. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
24. Kolaborasi dengan tim okupasi dalam memonitoring program aktivitas pasien
Tindakan
Manajemen Energi 1.05178
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan
Tindakan
Observasi
25. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
26. Monitor kelelahan fisik dan emosional
27. Monitor pola dan jam tidur
28. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
29. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
30. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
31. Berikan aktivitas distraksi yang menegangkan
32. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
33. Anjurkan tirah baring
34. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
35. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
36. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
37. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Tujuan : Pengetahuan klien/ keluarga bertambah.

Kriteria Hasil :
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat

2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

2.5 Tabel Intervensi Defisit Pengetahuan Tentang (Spesifikasi) “Kompres


Hangat Terhadap Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Demam (Febris)”

Defisit Pengetahuan Tentang (Spesifikasi) D.0111


Intervensi Utama
Edukasi Kesehatan
Intervensi Pendukung
Bimbingan sistem kesehatan Edukasi perawatan kulit
Edukasi aktivitas/istirahat Edukasi perawatan mata
Edukasi alat bantu dengar Edukasi perawatan mulut
Edukasi analgesik terkontrol Edukasi perawatan nefrostomi
Edukasi berat badan efektif Edukasi perawatan patah tulang
Edukasi berhenti merokok Edukasi perawatan perineum
Edukasi dehidrasi Edukasi perawatan selang drain
Edukasi dialisis peritonial Edukasi perawatan stoma
Edukasi diet Edukasi perawatan trakheostomi
Edukasi edema Edukasi perawatan urostomi
Edukasi efek samping obat Edukasi perilaku upaya kesehatan
Edukasi fisioterapi dada Edukasi perkembangan baik
Edukasi hemodialisis Edukasi persalinan
Edukasi infersilitis Edukasi pijat bayi
Edukasi irigasi kandung kemih Edukasi pencegahan infeksi
Edukasi irigasi kolostomi Edukasi pencegahan jatuh
Edukasi irigasi urostomi Edukasi pencegahan luka tekan
Edukasi keamanan bayi Edukasi pencegahan osteoporosis
Edukasi keamanan anak Edukasi penggunaan alat kontrasepsi
Edukasi kelekatan ibu dan bayi Edukasi penggunaan alat bantu
Edukasi keluarga berencana Edukasi penggunaan nadi radialis
Edukasi kemoterapi Edukasi pengukuran suhu tubuh
Edukasi keselamatan ungkungan Edukasi pengukuran tekanan darah
Edukasi keselamatan rumah Edukasi pengukuran resiko
Edukasi ketrampilan psikomotor Edukasi pola perilaku kebersihan
Edukasi komunikasi efektif Edukasi preoperatif
Edukasi latihan berkemih Edukasi program pengobatan
Edukasi latihan fisik Edukasi prosedur tindakan
Edukasi manajemen demam Edukasi proses keluarga
Edukasi manajemen nyeri Edukasi proses penyakit
Edukasi manajemen stres Edukasi reaksi alergi
Edukasi mobilisasi Edukasi rahabilitas jantung
Edukasi nutrisi Edukasi resep obat
Edukasi nutrisi anak Edukasi seksualitas
Edukasi nutrisi bayi Edukasi stimulasi bayi/anak
Edukasi nutrisi parenteral Edukasi teknik adaptasi
Edukasi orangtua: fase anak Edukasi teknik ambulasi
Edukasi orangtua: fase bayi Edukasi teknik mengingat
Edukasi orangtua: remaja Edukasi teknik napas
Edukasi pada pengasuh Edukasi teknik pemberian makanan
Edukasi pemberian makanan pada Edukasi terapi antikoagulan
anak
Edukasi pemberian makanan Edukasi terapi cairan
paranteral
Edukasi penilaian keselamatan Edukasi terapi darah
Edukasi pengukuran respirasi Edukasi terapi relaksasi otot progresif
Edukasi penyalagunaan alkohol Edukasi termoregulasi
Edukasi perawatan bayi Edukasi toilet training
Edukasi perawatan diri Edukasi vaksin
Edukasi perawatan gigi palsu Edukasi vitamin
Edukasi perawatan gips Konseling
Edukasi perawatan kaki Konsultasi
Edukasi perawatan kateter urine Promosi edukasi laktasi di komunitas
Edukasi perawatan kehamilan Promosi kesiapan penerimaan informasi
Edukasi penyalagunaan zat Promosi literasi kesehatan
Tindakan
Edukasi Kesehatan 1.12383
Definisi : Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, spiritual untuk memulihkan
aktivitas individu atau kelompok
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Edukasi
3. Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
4. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau
respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali 2016).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari 51 tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali 2016).
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah.

Anda mungkin juga menyukai