OLEH :
NAMA : NURDIAFRIANSYAH
KELAS : XII IPS 2
ALAMAT : KAREMA
MAPEL : GEOGRAFI
SEKOLAH : SMAN 1 SENDANA
TAPEL 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun Makalah mengenai “Wilayah dan tata
ruang ” dan “Interaksi keruangan kota desa”. Guna memenuhi tugas mata pelajaran
Geografi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan pikiran dan
menginterpretasikan hasil-hasil yang telah didapat.
Pada kesempatan ini kami juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral dan material. Dan
khususnya kepada Ibu pengajar mata pelajaran Geografi
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kelak makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Wilayah dan Perwilayahan
Apa ya perbedaan arti kata wilayah dan perwilayahan? Perwilayahan mengacu pada
proses penentuan wilayah dalam lingkup tertentu dan untuk tujuan tertentu (contohnya untuk
meratakan pembangunan). Sedangkan, wilayah adalah bagian dari permukaan Bumi yang
memiliki karakteristik tertentu dan sistem yang ditentukan berdasarkan aspek administratif atau
fungsional. Kalo dilihat dari definisi wilayah tadi, kata kuncinya terletak pada kata
‘karakteristik’. Setiap wilayah biasanya memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan
pembagiannya, wilayah dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu wilayah formal, wilayah
fungsional, dan wilayah vernakular.
Tata ruang
Pengertian tata ruang secara singkat bisa didefinisikan sebagai wujud struktur ruang dan
pola ruang. Struktur ruang itu mengacu pada susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah untuk fungsi lindung dan budidaya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ruang? Menurut
UU no. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan tuang
udara termasuk ruang di dalam Bumi sebagai satu kesatuan wilayah. Jadi, bisa kebayang ya apa
itu tata ruang. Berdasarkan fungsinya, tata ruang dibagi menjadi kawasan budidaya dan kawasan
lindung.
Interaksi keruangan desa dan kota
Interaksi desa dan kota diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara desa dan kotadimana di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi sehingga dapat
menimbulkan kenampakkan dan permasalah baru, gejala-gejala sosial baik yang terjadi secara
lansung maupun tidak langsung.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep wilayah dan tata ruang?
b. Apa itu pertumbuhan wilayah?
c. Bagaimana perencanaan tata ruang nasional, provinsi dan kabupaten kota?
d. Bagaimana interaksi keruangan desa dan kota?
3. Tujuan
a. Agar siswa mengetahui apa itu wilayah dan tata ruang
b. Agar siswa mengetahui interaksi keruangan desa dan kota
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep wilayah tata ruang
Konsep wilayah dan perwilayahan disandingkan dengan tata ruang adalah materi yang tampak
baru bagi geografi SMA, karena biasanya perwilayahan hanya disandingkan dengan wilayah
pembangunan, menggunakan konsep yang cukup tua dan ketinggalan eranya. Ada tiga tingkatan tata
ruang, nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota. Wacana ini memang sangat dibutuhkah oleh siswa
agar lebih memahami posisi dan fungsi ruang untuk menyelaraskan dengan Kebermanfaatan dan
kelestarian lingkungan.
Konsep wilayah dan perwilayahan disandingkan dengan tata ruang adalah materi yang tampak
baru bagi geografi SMA, karena biasanya perwilayahan hanya disandingkan dengan wilayah
pembangunan, menggunakan konsep yang cukup tua dan ketinggalan eranya. Ada tiga tingkatan tata
ruang, nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota. Wacana ini memang sangat dibutuhkah oleh siswa
agar lebih memahami posisi dan fungsi ruang untuk menyelaraskan dengan Kebermanfaatan dan
kelestarian lingkungan.
Ada tiga teori untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan, tiga teori ini tampak saling
melengkapi.
2.1 Teori tempat yang sentral (Central Place Theory)
Tiga teori tempat sentral, yang pertama adalah Teori tempat yang sentral (Central
Place Theory) dikemukakan oleh seorang ahli geografi Jerman bernama Walter Christaller.
Dalam bukunya Die Zentralen Orte In Suddeutschland (1933), Christaller bermaksud menemukan
berbagai dalil atau kecenderungan yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota dalam
lingkungan. Teori tempat yang sentral merupakan pengembangan teori perkembangan kota yang
sebelumnya telah ada, yaitu teori letak industri dari Alfred Webber (1909) dan lokasi pertanian
dari von Thunenn (1826). Teori yang dikemukakan oleh Christaller ini bertitik tolak dari letak
perdagangan dan pelayanan dalam sebuah kota.
Menurut Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi
penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Selanjutnya, Christaller menyebutkannya sebagai
tempat sentral karena tempat yang sentral tersebut tidaklah semata-mata hanya bergantung
kepada aspek permukiman penduduk. Tempat yang ditunjukkan tersebut dapat lebih besar atau
mungkin lebih kecil daripada sebuah kota. Apabila sebuah tempat mempunyai berbagai fungsi
sentral untuk daerah-daerah di sekitarnya yang kurang begitu penting, daerah tersebut dinamakan
tempat sentral tingkat tinggi. Adapun sebuah tempat yang hanya merupakan pusat bagi kegiatan
setempat dinamakan tempat sentral rendah atau tingkat paling rendah.
Dalam memahami distribusi barang di tempat sentral, terdapat perbedaan jarak
keterjangkauan barang yang dibedakan ke dalam batas atas dan batas bawah. Batas atas adalah
jarak terjauh yang harus ditempuh penduduk untuk membeli barang di tempat sentral tertentu.
Batas bawah atau nilai minimum adalah jarak sebuah daerah yang dihuni sejumlah minimum
orang agar barang tersebut memberikan keuntungan.
Dalam memahami tempat-tempat sentral, haruslah terlebih dahulu melihat jangkauan
barang-barang sentral tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa sistem tempat sentral tersebut
dikuasai oleh asas pasar. Dalam arti, semua daerah harus dilengkapi dengan barang-barang yang
diperlukan dan lokasi tempat-tempat sentral harus sesedikit mungkin.
Selain asas pasar seperti yang telah dijelaskan, penentuan tempat sentral juga sangat
dipengaruhi oleh asas pengangkutan dan asas pemerintahan.Menurut asas pengangkutan,
penyebaran tempat-tempat sentral paling menguntungkan apabila terdapat tempat penting terletak
pada jalan yang menghubungkan dua kota. Jalan penghubung dua kota ini hendaknya berjarak
pendek dan lurus.Asas pemerintahan lebih ditekankan pada penyatuan dan perlindungan
kelompok masyarakat yang terpisah dari ancaman musuh. Oleh karena itu, sebuah tempat sentral
ideal menurut asas pemerintahan adalah kota besar yang berada di tengah-tengah kota dan
dikelilingi oleh kota-kota satelit dan tak berpenghuni di pinggirnya.
2.2 Teori Sektor
Ke-2 yaitu Teori Sektor, Teori penting sebagai pelengkap teori tempat sentral adalah
teori August Losch. Dalam bukunya yang berjudul The Economics of Location (1954), Losch
menaruh perhatian pada daerah-daerah ekonomi. Losch bertolak dari kesamaan topografi
sebuah tempat yang berada di dataran sama seperti apa yang dasar pengembangan teori
Christaller dan mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah
ekonomi tersebut. Dalam hal ini, yang paling utama adalah munculnya grafik permintaan.
Grafik ini menunjukkan adanya jumlah permintaan yang tinggi, sedangkan di wilayah pinggir
permintaannya sedikit. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga akibat naiknya biaya
pengangkutan.
2.3 Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)
Yang ke-3, Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory), Teori kutub
pertumbuhan atau sering pula disebut teori pusat pertumbuhan kali pertama diperkenalkan oleh
Perroux pada 1955. teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah
merupakan hasil proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat
tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat
pembangunan atau pengembangan dinamakan kutub pertumbuhan.
Kota pada umumnya merupakan pusat pertumbuhan yang terus mengalami
perkembangan mulai dari pusat pertumbuhan, lalu menjalar dan mempengaruhi daerah
sekitarnya atau ke pusat pertumbuhan yang lebih rendah ke arah perkembangan yang lebih
besar dan kompleks.
Konsep pusat pertumbuhan kemudian diadopsi oleh di Indonesia pada masa Orde Baru.
Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, pemerintah melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) membagi beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki
letak sentral sebagai pusat pertumbuhan yang terdiri atas empat wilayah, yaitu Medan, Jakarta,
Surabaya, dan Makassar (Ujungpandang).
Pengembangan wilayah didasarkan pada 7 (tujuh) pengembangan wilayah pulau yang
meliputi Wilayah Pulau Papua, Wilayah Kepulauan Maluku, Wilayah Kepulauan Nusa
Tenggara, Wilayah Pulau Sulawesi, Wilayah Pulau Kalimantan, Wilayah Pulau Jawa-Bali dan
Wilayah Pulau Sumatera. Sasaran pengembangan wilayah tahun 2018 ditujukan pada
pertumbuhan dan pemerataan antarwilayah dengan lebih meningkatkan peran ekonomi wilayah
luar Jawa.
2.4 Batas wilayah pertumbuhan
Penentuan batas wilayah pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
menentukan batas pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan terhadap wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Identifikasi untuk menentukan batas wilayah pertumbuhan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan menggunakan Teori Gravitasi dan Teori Grafik.
Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori Gravitasi:Teori Gravitasi kali
pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton (1687). Inti dari teori ini
adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik
antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan
berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda tersebut.Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh
W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara
dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan
interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah
penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut, atau sebagai formulasinya yang linier dengan
Newton, kekuatan interaksi dua wilayah adalah hasil kali jumlah penduduk dua wilayah
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dua tempat tersebut.Penentuan Batas Wilayah
Pertumbuhan Berdasarkan Teori Titik Henti:Teori titik henti (The Breaking Theory) merupakan
suatu cara untuk memperkirakan lokai garis batas yang memisahkan pusat-pusat perdagangan
dari dua buah kota yang berbeda ukurannya.Esensi dari teori titik henti adalah bahwa jarak yang
lebih kecil ukurannya berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pandangan itu dan
berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari wilayah yang
penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk kota yang lebih sedikit.Penentuan
Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Potensi Penduduk:Indeks potensi penduduk adalah
ukuran untuk melihat kekuatan potensi aliran pada tiap-tiap lokasi. Indeks Penduduk (PP) juga
dapat mengukur kemungkinan penduduk di suatu wilayah untuk melakukan interaksi dengan
wilayah-wilayah lainnya.Penentuan Batas Wilayah Pertumbuhan Berdasarkan Teori
Grafik:Teori Grafik (Graph Theory) dikemukakan oleh K.J. Kansky dalam tulisannya yang
berjudul Structure of Transportation Network. Teori ini diterapkan dalam geografi untuk
menentukan batas wilayah secara fungsional berdasarkan arah dan intensitas arus atau interaksi
antara wilayah inti dan wilayah di luar inti. Menurutnya, jaringan transportasi merupakan salah
satu ciri kekuatan interaksi antarwilayah. Dalam hal ini wilayah yang dihubungkan oleh jaringan
transportasi yang kompleks cenderung memiliki pola interaksi keruangan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan wilayah yang hanya memiliki jaringan transportasi yang sederhana, seperti
jaringan jalan yang lurus tanpa cabang.
3. Perencanaan tata ruang nasioanal, provinsi dan kabupaten/kota
3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali
dalam lima tahun.Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) memuat:
3.2 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman bidang
penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah.Isi Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi memuat:
3.3 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten,
penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tata ruang wilayah adalah wujud susunan dari suatu tempat kedudukan yang berdimensi
luas dan isi dengan memperhatikan struktur dan pola dari tempat tersebut berdasarkan sumber
daya alam dan buatan yang tersedia serta aspek administratif dan aspek fungsional untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan demi kepentingan generasi sekarang dan yang
akan datang.
Menurut UU No. 26 Tahun 2007, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,
maka diperlukan upaya penataan ruang. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan
sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut. Penataan
ruang adalah suatu sistemproses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan penataan ruang dimaksudkan untuk mengatur
ruang dan membuat suatu tempat menjadi bernilai dan mempunyai ciri khas dengan
memperhatikan kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan
kondisi ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan, geostrategi, geopolitik, dan
geoekonomi.
desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian rural dan village, dan sering pula
dibandingkan dengan kota (town/city) dan perkotaan (urban). Perdesaan (rural) menurut S.
Wojowasito dan W.J.S Poerwodarminto (1972) diartikan seperti desa atau seperti di desa”
dan perkotaan (urban) diartikan “seperti kota atau seperti di kota”. Berdasarkan batasan
tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat, sedangkan desa
dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau teritorial.
kota dan daerah perkotaan dapat dibedakan dalam dua pengertian yaitu kota untuk city dan
daerah perkotaan untuk ‘’urban”. Pengertian city diidentikkan dengan kota,sedangkan urban
berupa suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat
disebut daerah perkotaan.