Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2460 – 7797

e-ISSN : 2614-8234
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc
Email : fibonacci@umj.ac.id Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT

Nurlaeli1)*, Anton Noornia2), Eti Dwi Wiraningsih3)


1,2,3)
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, 13220
*
nurlaeli00@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis matematis
siswa ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Penelitian ini menggunakan metode quasi
experiment dengan desain penelitian posttest-only control design. Sampel penelitian ini
adalah siswa kelas VII di SMPN 2 dan SMPN 76 Jakarta Pusat pada semester genap Tahun
Ajaran 2017/2018 sebanyak 71 orang. Hasil penelitian ini adalah (1) Kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran PBL lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional; (2)
Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan AQ terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis siswa; (3) Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi
perlakuan model pembelajaran PBL lebih tinggi dari siswa yang diberi perlakuan model
pembelajaran konvensional pada kelompok siswa yang memiliki AQ tinggi; (4) Tidak
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang diberi perlakuan
model pembelajaran PBL dengan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran
konvensional pada kelompok siswa yang memiliki AQ rendah.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Berpikir Kritis Matematis, Adversity Quotient.

PENDAHULUAN spiritual. Majunya suatu negara dapat


Pendidikan merupakan kebutuhan dilihat dari tingkat ilmu pengetahuan yang
mutlak bagi setiap manusia yang harus dimiliki oleh warga negara tersebut. Salah
dipenuhi. Pendidikan sangat penting satu ilmu pengetahuan yang erat kaitannya
artinya, sebab tanpa pendidikan manusia dengan kemajuan bangsa dan peningkatan
akan sulit berkembang dan bahkan akan sumber daya manusia adalah matematika.
terbelakang. Pendidikan merupakan suatu Matematika merupakan mata
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa
daya manusia, baik fisik, mental, maupun di setiap jenjang pendidikan. Matematika
145
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 4 No.2 Bulan Desember Tahun 2018

memiliki peranan penting dalam paradigma lama, yaitu transfer ilmu,


perkembangan ilmu pengetahuan dan dimana guru bertindak sebagai sumber
berperan dalam memajukan daya pikir informasi dan siswa hanya sebagai
manusia. Oleh karena itu setiap siswa penerima informasi. Kelemahannya yaitu
diharapkan memiliki kemampuan siswa tidak banyak mendapat kesempatan
matematika sebagai bekal dalam mengikuti untuk berpartisipasi secara aktif dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan pembelajaran dan
teknologi yang semakin maju. mengembangkan kemampuan berpikir
Salah satu kemampuan matematika kritisnya.
yang penting untuk dimiliki oleh siswa Kenyataan yang menunujukkan
yaitu kemampuan berpikir kritis matematis. bahwa kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis matematis ini matematis siswa Indonesia masih rendah
diharapkan dapat mengatasi kesulitan- dan belum memuaskan adalah berdasarkan
kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar hasil survei Trends in International
matematika dan mampu memecahkan Mathematics and Science Study (TIMSS)
berbagai macam persoalan matematika dan Programme for International Student
sehingga dihasilkan jawaban-jawaban yang Assesment (PISA) yang digagas oleh
tepat serta kesimpulan-kesimpulan yang Organization for Economic Co-operation
logis. and Development (OECD). Peringkat dan
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis rata-rata skor Indonesia selalu berada di
adalah suatu proses berpikir yang bertujuan urutan bawah dan tidak berbeda jauh dari
untuk membuat keputusan-keputusan yang tahun ke tahun.
masuk akal tentang apa yang harus Hasil tes dan evaluasi PISA tahun
dipercayai dan yang harus dilakukan. 2015 (OECD, 2016) menunjukkan bahwa
Adapun Johnson (2002) mendefinisikan Indonesia berada pada posisi 62 dari 70
berpikir kritis sebagai suatu pendekatan negara. Sebagian besar siswa Indonesia
sistematis yang terorganisir melalui yang menjadi partisipan dalam survei yang
serangkaian kegiatan bertanya, memeriksa dilakukan oleh PISA hanya bisa
secara teliti, serta memandang sesuatu dari memecahkan masalah di bawah level 3. Hal
sudut pandang yang berbeda. yang tidak jauh berbeda ditunjukkan oleh
Dalam menyelesaikan suatu hasil studi TIMSS yang menempatkan
permasalahan matematika, seorang siswa Indonesia pada urutan ke 45 dari 50 negara.
dituntut untuk memiliki keterampilan Berdasarkan data hasil TIMSS dan
berpikir secara logis, analitis, sistematis, PISA maka dapat diidentifikasi bahwa
kritis, dan kreatif. Menurut Sabandar (2007) siswa Indonesia masih berada pada tahap
kemampuan berpikir kritis matematis kemampuan berpikir kritis matematis yang
melibatkan aktivitas menguji, rendah. Hal ini dikarenakan siswa masih
mempertanyakan, menghubungkan, dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
mengevaluasi semua aspek yang ada dalam soal yang menuntut keterampilan
suatu situasi atau masalah. merumuskan dan menafsirkan masalah
Faktanya, upaya pengembangan untuk mendapatkan strategi pemecahan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa masalah matematika yang tepat. Salah satu
di sekolah masih jarang dilakukan. Banyak indikator dari kemampuan berpikir kritis
guru matematika yang masih menganut matematis adalah pemecahan masalah
146
Nurlaeli, Anton N., dan Eti D.W: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ditinjau dari Adversity Quotient.
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 4 (2), pp: 145-154.

sehingga kemampuan berpikir kritis Dalam mengaplikasikan model


matematis sangat diperlukan dalam upaya pembelajaran PBL, guru memberikan
untuk memahami konsep, menganalisa kesempatan secara penuh kepada siswa
masalah, dan menentukan solusi yang tepat untuk aktif dan terlibat dalam kegiatan
dari sebuah permasalahan matematika. pembelajaran. Guru hanya sebagai
Melihat hasil penelitian yang fasilitator yang tugasnya memotivasi siswa
menunjukkan rendahnya kemampuan untuk mau mengambil bagian dalam
berpikir kritis matematis siswa Indonesia kegiatan diskusi kelompok. Tujuannya
maka sebagai pendidik, guru perlu merubah adalah untuk merubah model pembelajaran
model pembelajaran dari sistem teacher kovensional yang sifatnya masih teacher
centered ke student centered. Guru centered menjadi student centered.
matematika perlu memilih model Model pembelajaran konvensional
pembelajaran yang sesuai dengan merupakan model pembelajaran yang pada
pengembangan kemampuan berpikir kritis umumnya dilakukan guru dalam mengajar
matematis siswa. Kemampuan berpikir di dalam kelas. Model pembelajaran yang
kritis akan timbul apabila siswa dibiasakan sering digunakan dalam pembelajaran
untuk melakukan kegiatan eksplorasi, matematika secara konvensional adalah
inkuiri, penemuan dan memecahkan metode ekspositori. Pada metode
masalah. Salah satu model pembelajaran ekspositori, ceramah merupakan metode
yang membiasakan siswa terlatih dalam yang digunakan secara dominan tetapi
memecahkan masalah adalah Problem divariasikan dengan penggunaan metode
Based Learning (PBL). lain dan disertai dengan ilustrasi gambar
Model Pembelajaran PBL atau tulisan tentang pokok-pokok materi
menekankan pada kegiatan pembelajaran untuk diperlihatkan sehingga lebih
yang berpusat pada siswa dengan masalah menjelaskan sajian (Suherman, 2008).
sebagai acuan dalam proses Respon setiap siswa terhadap
pembelajarannya. Arends (2008) permasalahan matematika yang diberikan
menyatakan bahwa model PBL merupakan berbeda-beda. Beberapa siswa menganggap
model pembelajaran dengan pendekatan permasalahan tersebut sebagai suatu
pembelajaran pada masalah yang autentik tantangan yang harus dihadapi dan dilewati,
dengan maksud siswa dapat menyusun sedangkan siswa lain menganggap bahwa
pengetahuannya sendiri, mengembangkan permasalahan matematika yang
inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat dihadapinya merupakan sebuah masalah
tinggi, serta mengembangkan kemandirian yang sulit sehingga mereka merasa tidak
dan kepercayaan diri. akan mampu menghadapinya. Respon siswa
Hosnan (2014) mengemukakan terhadap setiap kesulitan disebut Adversity
bahwa PBL adalah pembelajaran yang Quotient (AQ). Oleh karena itu, faktor AQ
menggunakan masalah nyata (autentik), siswa perlu diperhatikan dalam
tidak terstruktur, dan bersifat terbuka pembelajaran matematika.
sebagai konteks bagi siswa untuk AQ merupakan kemampuan
mengembangkan keterampilan seseorang dalam mengamati kesulitan dan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis mengolah kesulitan tersebut dengan
serta membangun pengetahuan baru. kecerdasan yang dimilikinya sehingga
menjadi sebuah tantangan untuk
147
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 4 No.2 Bulan Desember Tahun 2018

menyelesaikannya. Menurut Stoltz (2005) Berdasarkan uraian di atas, maka


AQ merupakan suatu penilaian yang akan diteliti apakah model pembelajaran
mengukur bagaimana respon seseorang PBL berpengaruh terhadap kemampuan
dalam menghadapi masalah untuk dapat berpikir kritis matematis siswa dengan
diberdayakan menjadi peluang. AQ dapat mengontrol AQ siswa. Selain itu, akan
menjadi indikator untuk mengukur seberapa dilihat juga apakah terdapat pengaruh
kuatkah seseorang dapat terus bertahan interaksi antara model pembelajaran dan
dalam menghadapi kesulitan dalam AQ terhadap kemampuan berpikir kritis
pergumulan, sampai pada akhirnya orang matematis matematis siswa.
tersebut dapat keluar sebagai pemenang,
mundur di tengah jalan atau bahkan tidak METODE PENELITIAN
mau menerima tantangan sedikitpun. Metode yang digunakan dalam
Seseorang yang memiliki AQ tinggi penelitian ini yaitu metode quasi
tidak akan mudah menyerah dalam experiment dengan desain penelitian
mengatasi suatu permasalahan. Mereka posttest-only control design. Populasi
selalu memikirkan berbagai kemungkinan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
untuk mencapai apa yang telah dicita- SMP Negeri di Kecamatan Johar Baru,
citakan serta tidak akan membiarkan Jakarta Pusat pada tahun ajaran 2017/2018.
sesuatu menghalangi usahanya. Faktor Pengambilan sampel dilakukan dengan
dominan pembentuk AQ adalah sikap teknik random sampling dan diperoleh
pantang menyerah. Sikap inilah yang perlu sampel penelitian yaitu siswa kelas VII-7
ditanamkan kepada setiap siswa dalam dan VII-8 di SMPN 2 Jakarta sebagai kelas
belajar matematika agar mampu bertahan eksperimen dan siswa kelas VII-A dan VII-
dan berusaha mencari solusi dalam B di SMPN 76 Jakarta sebagai kelas
menghadapi suatu masalah. kontrol. Penelitian dilakukan di kedua
Fokus utama dalam meningkatkan sekolah pada semester 2 tahun ajaran
keberhasilan pembelajaran di kelas selama 2017/2018.
ini terbatas hanya pada pemilihan Pengumpulan data dalam penelitian
penggunaan metode pembelajaran saja. Jika ini dilakukan menggunakan dua instrumen
metode pembelajaran sudah tepat maka yang masing-masing disusun sesuai
dikatakan bahwa pembelajaran sudah indikator yang telah ditetapkan. Pada
berhasil. Padahal terdapat faktor internal variabel terikat yaitu kemampuan berpikir
siswa yang seharusnya diperhatikan dan kritis matematis menggunakan instrumen
diteliti secara lebih mendalam karena ikut tes kemampuan berpikir kritis matematis
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dan pada variabel bebas yaitu AQ
di kelas. Jika semua faktor diperhatikan, menggunakan instrumen non tes berupa
baik pemilihan metode pembelajaran angket AQ.
maupun faktor internal siswa maka Penelitian ini dilakukan dengan cara
kemungkinan pembelajaran di kelas dapat memberikan dua perlakuan yang berbeda,
lebih bermakna dan siswa terpacu untuk yaitu model pembelajaran PBL pada kelas
lebih dapat berpikir kritis dalam eksperimen dan model pembelajaran
memecahkan masalah yang dihadapi konvensional pada kelas kontrol.
dengan cara mereka masing-masing. Selanjutnya menetapkan kelompok siswa
yang memiliki AQ tinggi dan AQ rendah
148
Nurlaeli, Anton N., dan Eti D.W: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ditinjau dari Adversity Quotient.
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 4 (2), pp: 145-154.

berdasarkan analisis data hasil angket AQ Pada Tabel 1 di atas dapat dilihat
siswa sebelum perlakuan diberikan. bahwa secara keseluruhan rata-rata
Setelah diberikan perlakuan model kemampuan berpikir kritis matematis siswa
pembelajaran, sampel penelitian diberikan yang mendapat perlakuan model
tes kemampuan berpikir kritis matematis. pembelajaran PBL lebih tinggi dibanding
Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis siswa yang mendapat perlakuan model
menggunakan anova dua arah dan uji-t pembelajaran konvensional.
dengan bantuan program SPSS 23. Hasil uji anova dua arah terhadap data
kemampuan berpikir kritis matematis siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Penelitian ini difokuskan kepada
empat hipotesis, yaitu: (1) kemampuan Tabel 2. Hasil Uji Anava Dua Arah
berpikir kritis matematis siswa yang diberi Source F Sig.
perlakuan model pembelajaran PBL lebih Model_Pembelajaran 6.528 .013
tinggi dari siswa yang diberi perlakuan AQ 20.208 .000
model pembelajaran konvensional; (2) Model_Pembelajaran * AQ 6.861 .011
terdapat pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan AQ terhadap kemampuan Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat
berpikir kritis matematis siswa; (3) bahwa nilai signifikansi untuk model
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pembelajaran sebesar 0,013 <0,05 pada
yang diberi perlakuan model pembelajaran taraf signifikansi = 0,05. Hal ini dapat
PBL lebih tinggi dari siswa yang diberi diartikan bahwa kemampuan berpikir kritis
perlakuan model pembelajaran matematis siswa yang diberi perlakuan
konvensional pada kelompok siswa yang model pembelajaran PBL lebih tinggi dari
memiliki AQ tinggi; (4) kemampuan siswa yang diberi perlakuan model
berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Interaksi antara
perlakuan model pembelajaran PBL lebih model pembelajaran dan AQ menunjukkan
rendah dari siswa yang diberi perlakuan nilai signifikansi 0,003. Nilai tersebut lebih
model pembelajaran konvensional pada kecil dari nilai taraf signifikansi yang telah
kelompok siswa yang memiliki AQ rendah. ditentukan yaitu 0,05. Hal ini berarti bahwa
Deskripsi statistik data kemampuan terdapat pengaruh interaksi antara model
berpikir kritis matematis siswa disajikan pembelajaran dan AQ terhadap kemampuan
pada Tabel 1. berpikir kritis matematis siswa.
Hasil uji-t terhadap data kemampuan
Tabel 1. Rata-rata Kemampuan Berpikir berpikir kritis matematis berdasarkan AQ
Kritis Matematis berdasarkan Model disajikan pada Tabel 3.
Pembelajaran dan AQ

Model Pembelajaran
AQ
Siswa PBL Konvensional
̅ Jumlah ̅ Jumlah
Tinggi 9,82 17 7,59 17
Rendah 6,75 16 6,78 18
Jumlah 16,57 33 14,37 35

149
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 4 No.2 Bulan Desember Tahun 2018

Tabel 3. Hasil Uji-t Data Kemampuan sejalan dengan hasil penelitian Sianturi
Berpikir Kritis Matematis Siswa (2018) yang menemukan bahwa
berdasarkan AQ kemampuan berpikir kritis matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
t-test for Equality of Means
model Problem Based Learning (PBL)
Kelompok
AQ t df Sig. (2-tailed) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
Tinggi 3.917 32 .000 yang mengikuti pembelajaran
Rendah -.043 32 .966 konvensional.
Hal tersebut dapat terjadi karena pada
Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 3 pembelajaran dengan model PBL, siswa
di atas, pada kelompok siswa dengan AQ terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
tinggi diperoleh nilai thitung = 3,917 dengan kelompok membangun dan mengkonstruk
nilai ttabel sebesar 2,037. Karena kriteria pengetahuan baru. Selain itu, siswa dituntut
penolakan Ho pada sisi kanan adalah thitung untuk menghasilkan pengetahuan atau
> ttabel yaitu 3,917 > 2,037 maka Ho ditolak konsep yang baru dan mengaitkannya
sehingga dapat diartikan bahwa dengan konsep yang telah dimiliki
kemampuan berpikir kritis matematis sebelumnya sebagai usaha dalam
kelompok siswa yang diberi perlakuan menyelesaikan permasalahan yang
model pembelajaran PBL lebih tinggi diberikan. Melalui pengetahuan yang
dibandingkan dengan kelompok siswa yang terbentuk berdasarkan masalah-masalah
diberi perlakuan model pembelajaran kontekstual dan tidak terstruktur inilah
konvensional pada siswa yang memiliki AQ siswa akan mampu menalar dan membuat
tinggi. keputusan yang logis. Dengan demikian,
Sedangkan pada kelompok siswa kemampuan berpikir kritis matematis siswa
dengan AQ rendah terlihat bahwa nilai menjadi berkembang.
thitung = -0,043 dengan nilai -ttabel = -2,037. Berdasarkan hasil analisis data juga
Kriteria penolakan Ho pada sisi kiri adalah ditemukan bahwa terdapat pengaruh
thitung < -ttabel. Karena hasil perhitungan interaksi antara model pembelajaran dan
menunjukkan thitung > -ttabel yaitu 0,043 > AQ terhadap kemampuan berpikir kritis
-2,037 maka Ho diterima sehingga dapat matematis siswa. Penemuan ini didukung
diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan Penemuan ini didukung oleh hasil
yang signifikan antara kemampuan berpikir penelitian Sunandar (2018) yang
kritis matematis siswa yang diberi menyatakan bahwa kemampuan pemecahan
perlakuan model pembelajaran PBL dengan masalah akan menjadi lebih optimal jika
siswa yang diberi perlakuan model dibangun melalui desain yang sesuai dan
pembelajaran konvensional pada kelompok skenario pembelajaran dengan
siswa yang memiliki AQ rendah. memperhatikan aspek AQ dari setiap siswa.
Berdasarkan hasil analisis data, Kemampuan pemecahan masalah dalam
kemampuan berpikir kritis matematis siswa penelitian ini merupakan salah satu
yang mendapat perlakuan model indikator dari kemampuan berpikir kritis
pembelajaran PBL lebih tinggi dibanding matematis. Hal ini disebabkan karena
siswa yang mendapat perlakuan model melalui optimalisasi pemanfaatan AQ siswa
pembelajaran konvensional. Hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran dapat
membantu mempermudah dan
150
Nurlaeli, Anton N., dan Eti D.W: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ditinjau dari Adversity Quotient.
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 4 (2), pp: 145-154.

mempercepat proses konstruksi dan merefleksikan proses pemecahan masalah


asimilasi pengetahuan baru dengan matematika tergolong baik.
memanfaatkan pengetahuan yang telah Model pembelajaran PBL kurang
diperoleh sebelumnya. efektif digunakan pada siswa yang memiliki
Penelitian ini juga menemukan bahwa AQ rendah. Hal ini didasarkan pada hasil
penerapan model pembelajaran PBL lebih temuan penelitian yaitu tidak terdapat
tepat diberikan kepada siswa yang memiliki perbedaan yang signifikan kemampuan
kemampuan AQ tinggi. Hasil analisis berpikir kritis matematis antara siswa yang
menunjukkan kelompok siswa dengan AQ diberi perlakuan model pembelajaran PBL
tinggi yang mendapat perlakuan model dan model pembelajaran konvensional pada
pembelajaran PBL memiliki kemampuan siswa yang memiliki AQ rendah.
berpikir kritis matematis yang lebih tinggi Ketidaksesuaian antara hipotesis dan
dibanding kelompok siswa dengan AQ uji statistik ini salah satunya dikarenakan
tinggi yang mendapat perlakuan model pembentukan kelompok diskusi dalam
pembelajaran konvensional. model pembelajaran PBL yang
Siswa dengan AQ tinggi memiliki beranggotakan siswa dengan tingkat AQ
tingkat kecerdasan mengatasi masalah yang heterogen. Dalam kelompok diskusi ini,
tinggi. Mereka selalu memikirkan berbagai potensi siswa AQ tinggi sangat terlihat
alternatif penyelesaian dari suatu dalam usahanya untuk mencari solusi atau
permasalahan yang disajikan dalam penyelesaian masalah yang disajikan secara
pembelajaran. Siswa AQ tinggi adalah mandiri. Setelah itu, siswa AQ tinggi
siswa yang memiliki tujuan dan target, berusaha mentransfer hasil pemecahan
mereka akan berusaha menyelesaikan masalah yang telah didapatkan kepada
masalah yang ada dengan ulet dan gigih. siswa AQ rendah yang pada dasarnya
Melalui pembelajaran PBL, siswa dengan kurang memiliki kemauan untuk berusaha
AQ tinggi dapat mengembangkan menyelesaikan permasalahan yang
kemampuannya terutama dalam berpikir diberikan. Dalam hal ini, siswa AQ rendah
kritis matematis. Pada tahap mencari solusi memiliki kesempatan untuk memperoleh
penyelesaian masalah melalui kegiatan pengetahuan dari materi yang disampaikan
individu maupun kelompok, siswa dengan oleh siswa AQ tinggi.
AQ tinggi akan berusaha memikirkan Akan tetapi, karena dalam prosesnya
berbagai alternatif penyelesaian dengan siswa AQ rendah hanya mendengarkan dan
menggunakan pengetahuan yang telah menerima ide penyelesaian masalah dari
dimiliki sebelumnya. siswa AQ tinggi tanpa harus bersusah
Hal ini didukung oleh pernyataan payah mencoba menemukan penyelesaian
Ismawati (2017) yang dalam penelitiannya masalah menggunakan idenya sendiri
mengatakan bahwa kemampuan pemecahan sehingga hasilnya kurang maksimal. Sama
masalah siswa kategori AQ tinggi pada halnya seperti yang terjadi pada model
indikator membangun pengetahuan pembelajaran konvensional dimana siswa
matematika baru melalui pemecahan hanya sekedar mendapatkan materi dari
masalah, memecahkan masalah dalam guru. Novitasari (2015) dalam
berbagai konteks yang berkaitan dengan penelitiannya mengatakan bahwa dalam
matematika, menerapkan berbagai strategi kegiatan pembelajaran teacher centered,
yang tepat untuk memecahkan masalah, dan siswa kurang diberi kesempatan untuk
151
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 4 No.2 Bulan Desember Tahun 2018

mengembangkan ide-ide dalam pikiran 2. Terdapat interaksi antara model


mereka guna menyelesaikan soal yang ada. pembelajaran dan AQ terhadap
Temuan ini didukung oleh Tobing kemampuan berpikir kritis matematis
(2016) yang dalam penelitiannya siswa.
menyatakan bahwa dalam pelaksanaan 3. Model pembelajaran PBL memberikan
model pembelajaran PBL terdapat tahapan pengaruh yang lebih baik dibandingkan
diskusi kelompok dimana siswa harus dengan model pembelajaran
beraktivitas di dalam kelompok tersebut konvensional terhadap kemampuan
seperti mengeluarkan pendapat, pemecahan berpikir kritis matematis pada siswa
soal, dan menjadi tutor sebaya. yang memiliki AQ tinggi.
4. Tidak terdapat perbedaan kemampuan
SIMPULAN berpikir kritis matematis pada siswa
Berdasarkan hasil analisis data dan yang memiliki AQ rendah antara siswa
pembahasan hasil penelitian, maka yang diberi perlakuan model
dikemukakan beberapa kesimpulan antara pembelajaran PBL dengan siswa yang
lain: diberi perlakuan model pembelajaran
1. Penerapan model pembelajaran PBL konvensional.
memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis siswa dibandingkan model
pembelajaran konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. USA: Prentice-Hall, Inc.

Hosnan, M. .2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Ismawati, A., Mulyono, dan N. Hindarto. 2017. “Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika dalam Problem Based Learning dengan Strategi Scaffolding ditinjau dari
Adversity Quotient”. Unnes Journal of Mathematics Education Research. Vol.6 (1), pp:
48-58.

Johnson, E. 2002. Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay.
California: Corwin Press, Inc.

Novitasari, D. 2015. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)


sebagai upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.
FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol.1 (1), pp: 43-56.

OECD. 2016. PISA 2015 Result (Volume 1): Excellence and Equity in Education. Paris:
OECD Publishing.

152
Nurlaeli, Anton N., dan Eti D.W: Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ditinjau dari Adversity Quotient.
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika. Vol. 4 (2), pp: 145-154.

Sabandar, J. 2007. Berpikir Reflektif. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari:
Permasalahan Matematika dan Pendidikan Matematika Terkini. UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.

Sianturi, A., Sipayung, T.N., Simorangkir, F.M.A. 2018. “Pengaruh Model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMPN 5
Sumbul”. UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), pp: 29-42.

Stoltz, P.G. 2005. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Edisi Keenam,
Jakarta: Grasindo.

Suherman, E. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

Sunandar, M.A., Zaenuri, Dwidayati, N.K. 2018. “Mathematical Problem Solving Ability of
Vocational School Students on Problem Based Learning Model Nuanced
Ethnomatematics reviewed from Adversity Quotient”. Unnes Journal of Mathematics
Education Research. Vol.7(1), pp:1-8.

Tobing, D. U. L., Isjoni, B., Ibrahim. 2016. Application Problem Based Learning Model to
Improve Students Learning Outcomes of Class VII A in Social Sciences Subjects in
SMPN 4 Mandau. [Online] Tersedia: https://media.neliti.com/media/publications
/200421-penerapan-model-pembelajaran-problem-bas.pdf. [2 Juni 2018].

153
FIBONACCI : Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Volume 4 No.2 Bulan Desember Tahun 2018

154

Anda mungkin juga menyukai