Bab 4 - 1 3
Bab 4 - 1 3
dua ekstrak yang menunjukkan bahwa buah yang digunakan adalah buah oyong
(Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Hasil dari
determinasi buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dapat dilihat pada
lampiran 1. Proses ekstraksi buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) diperoleh
rendemen sebesar 26,10% (b/b). Perhitungan rendemen ekstrak etanol 70% pada
buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dapat dilihat pada lampiran 2.
Karakteristik dari ekstrak etanol buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) yang
dihasilkan yaitu ekstrak kental, berbau khas oyong dan berwarna cokelat
kehitaman. Ekstrak etanol buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dapat
ekstrak yang digunakan adalah ekstrak jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Hasil
ix
dari determinasi dapat dilihat pada lampiran 3. Proses ekstraksi jamur tiram
rendemen ekstrak etanol 70% pada jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat
dilihat pada lampiran 4. Karakteristik dari ekstrak etanol jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) yang dihasilkan yaitu ekstrak kental, berbau khas jamur dan berwarna
cokelat tua pekat. Ekstrak etanol jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat dilihat
Ekstrak etanol buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram
metode KLT. Tujuan penggunaan dari metode KLT yaitu untuk mengetahui dan
ekstrak etanol buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram
kandungan senyawa kimia yang ada dalam ekstrak etanol buah oyong (Luffa
ix
acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat dilihat pada
gambar 6 dan 7.
1 2 3
4 5 6
4 5 6
(Pleurotus ostreatus)
ix
Berdasarkan hasil dari identifikasi kandungan senyawa ekstrak etanol buah
oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
Pada ekstrak buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram
1987). Hasil positif pada ekstrak oyong dan jamur tiram dengan ditandai
dipanaskan di oven pada suhu 100o C selama 5-10 menit dan dideteksi dengan
penampak bercak yaitu sinar UV 366 (Bladt and Wagner, 1996). Hasil positif
pada ekstrak oyong ditandai munculnya warna biru violet, dan hasil negatif pada
Pengujian tanin akan tampak dengan hasil positif yaitu berwarna ungu,
diuapkan dengan NH3 dan dideteksi dengan sinar UV 366 (Bladt and Wagner,
1996). Hasil positif ekstrak oyong dan jamur tiram ditandai dengan warna ungu.
warna merah dan disemprot dengan pereaksi Brown Treager (Bladt and Wagner,
1996). Hasil negatif pada ekstrak oyong dan jamur tiram ditandai dengan tidak
munculnya warna apapun pada saat penyemprotan pereaksi Brown Treager dan
ix
Pada pengujian alkaloid hanya disemprot dengan pereaksi dragendroff
dan dilihat secara visual, tampak warna oranye kecokelatan (Bladt and Wagner,
1996). Hasil positif pada ekstrak oyong dan jamur tiram ditandai dengan
254 dan UV 366. Deteksi dilakukan dengan cara lempeng KLT disemprot
pereaksi vanillin asam sulfat dan dipanaskan di oven pada suhu 100oC selama 5-
10 menit kemudian dilihat secara visual, hasil akan tampak warna cokelat. Hasil
negatif pada ekstrak oyong menandakan bahwa tidak muncul warna dan positif
yang digunakan sebagai standar antioksidan. Dari hasil KLT diketahui bahwa kedua
ungu pada ekstrak dan kemudian tereduksi menjadi warna orange-kuning. Hal ini
disebabkan peredaman warna DPPH terjadi karena adanya senyawa yang dapat
DPPH menjadi DPPH-H dapat dilihat pada gambar 8 dan hasil identifikasi warna
uji kualitatif buah oyong, jamur tiram, dan vitamin C dapat dilihat pada gambar 9
di bawah ini.
ix
Gambar 8. Reaksi Reduksi DPPH oleh Senyawa Antioksidan (Prakash, 2001).
1 2 3
ix
4.2 PEMBAHASAN
Bahan yang terdiri dari buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) dan
Maret. Hasil determinasi menunjukkan bahwa buah yang digunakan adalah buah
oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur yang digunakan adalah jamur
tiram (Pleurotus ostreotus). Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1 dan
3.
dahulu. Tujuan dilakukannya sortasi basah yaitu untuk memisahkan kotoran atau
bahan asing yang terdapat pada kedua bahan tersebut. Langkah kedua, dilakukan
dari pengeringan simplisia yaitu mengurangi kadar air pada bahan, mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
untuk mengurangi kadar air pada bahan agar tidak ditumbuhi fungi selama
(Endrasari dkk., 2011). Pengeringan pada suhu tinggi dan dalam jangka waktu
ix
yang lama dapat menyebabkan simplisia ditumbuhi fungi (Sirait, 2007).
Alasan serbuk simplisia diayak dengan nomor ayakan 4/18, artinya semua
serbuk simplisia lolos pengayak nomor 4 dan tidak lebih dari 40% dan lolos
pengayak nomor 18. Tujuan penghalusan ini adalah untuk meningkatkan luas
permukaan sehingga sampel kontak dengan pelarut semakin luas (Sirait, 2007).
Serbuk buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus
4.2.3 Perkolasi
Ekstraksi serbuk buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) dilakukan dengan cara metode perkolasi. Metode ini
dengan cairan penyari secara kontinu sehingga zat menjadi seperti terdorong
senyawa dapat dihindari. Kerugian dari metode perkolasi yaitu cairan penyari
Sebanyak 150 gram serbuk simplisia buah oyong (Luffa acutangula (L.)
pelarut etanol 70% sebanyak 2,5 L. Pelarut etanol dipilih karena etanol
polar ataupun semipolar, tidak beracun, dapat bercampur dengan air, serta panas
ix
yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, sehingga ketika proses
pemekatan ekstrak cair menjadi ekstrak kental waktu yang diperlukan relatif
dari perkolator berwarna bening. Selama proses tersebut, cairan penyari terus
saponin, dan fenol. Kandungan kimia senyawa seperti flavonoid, saponin, dan
dipilih karena cepat, mudah dan sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007).
ix
4.2.4.1 Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH
maksimum larutan panjang gelombang yang digunakan adalah 517 nm. Pada
pergeseran atau perubahan maks ke arah yang lebih kecil (ke kiri). Kemudian,
nilai absorbansi sebesar 0,89619 artinya bahwa absorbansi yang dilakukan sudah
terbaca oleh spektrofotometer pada range 0,2- 0,9 atau 15%- 70% pada
pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Penentuan operating time bertujuan
untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil yaitu saat sampel bereaksi
diinkubasi selama 30 menit. Serapan diukur pada panjang gelombang 517 nm.
menit ke-10. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa operating time DPPH 0,004
ix
% yaitu pada menit ke-30. Hasil absorbansi pada menit ke-30 diperoleh 0,93388
absorbansi terkecil pada suatu rentang waktu, yang diperoleh pada menit ke 30.
Selisih absorbansi pada berbagai variasi waktu dapat dilihat pada lampiran 6.
lampiran 7.
concentration).
meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas
dilakukan sebanyak 3 kali replikasi agar dapat diperoleh nilai absorbansi. Tujuan
bebas.
ix
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol oyong dan jamur
dan jamur tiram memiliki aktivitas antioksidan sebesar 96,44% yang berada
(Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Pada uji
regresi linier sederhana. Metode regresi linier ini dipillih karena analisa dalam
variabel bebas.
inhibisi ekstrak oyong, dan jamur tiram dapat dilihat pada lampiran 8. Aktivitas
antioksidan ekstrak buah oyong, dan jamur tiram dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
ix
Aktivitas Antioksidan
100
90 y = 0,119x + 38,06
80 r= 0,996
70
%Inhibisi
Ekstrak Jamur
60
50 y=0,108x + 42,66
40 r= 0,998
30 Ekstrak Oyong
20 …
10 Ekstrak Oyong
0 100 200 300 400 500 Ekstrak Jamur
Konsentrasi (ppm)
Gambar 10. Kurva Regresi Linier Ekstrak Jamur Tiram dan Buah Oyong
Nilai IC50 ekstrak etanol buah oyong dan jamur tiram didapat dari hasil
regresi dari ekstrak oyong yang didapat adalah y = 0,108x + 42,66 dan r = 0,998
dan ekstrak jamur tiram y = 0,119x + 38,06 dan r = 0,996. Koefisien y pada
ini adalah konsentrasi (ppm) ekstrak yang akan dicari nilainya. Nilai x yang
50% aktivitas radikal DPPH. Nilai r pada oyong sebesar 0,998 yang berarti
linieritas kurva tersebut kurang baik. Hal ini dikarenakan nilai koefisien korelasi
yaitu r < 0,99. Nilai r jamur sebesar 0,996 yang berarti linieritas kurva tersebut
kurang baik. Hal ini dikarenakan nilai koefisien korelasi yaitu r < 0,99. Pada
Pada perhitungan IC50 ekstrak oyong didapat nilai IC50 sebesar 67,58 ppm,
dan nilai IC50 jamur tiram sebesar 83,60 ppm. Pada kedua ekstrak, jika dilihat
ix
nilai IC50 nya tergolong antioksidan kuat dengan range antara 50 - 100 ppm.
Setelah dilakukan analisis dengan metode persamaan regresi linier pada kedua
ekstrak, kemudian juga dilakukan analisis regresi linier Probit pada SPSS 17.0
for Windows.
variabel kovariat metrik konsentrasi pada output parameter estimate 0,002 < 0,05
Pearson Goodness of Fit diperoleh signifikansi 0,002 < 0,05 sehingga dengan
demikian hipotesis nol dapat ditolak karena ada hubungan yang kuat antara
oyong replikasi 1 diperoleh probabilitas 65,9 ppm, replikasi 2 yaitu 66,5 ppm,
dan replikasi 3 yaitu 67,5 ppm. Kemudian, dari hasil tersebut diperoleh rata-rata
66,63 ppm.
Hasil analisis SPSS probit ekstrak jamur tiram diperoleh nilai signifikansi
variabel kovariat metrik konsentrasi pada output parameter estimate 0,000 < 0,05
Pearson Goodness of Fit diperoleh signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dengan
demikian hipotesis nol dapat ditolak karena ada hubungan yang kuat antara
jamur replikasi 1 diperoleh probabilitas 82,9 ppm, replikasi 2 yaitu 81,5 ppm,
ix
dan replikasi 3 yaitu 81,3 ppm. Kemudian, dari hasil tersebut diperoleh rata-rata
81,9 ppm.
Vitamin C
100
% Inhibisi 80 y = 8,280x + 12,07
60 r = 0,989
40
20 Vitamin C
0
0 5 10 15
Konsentrasi (ppm)
0,989 dari perhitungan koefisien y pada persamaan ini adalah sebagai nilai %
inhibisi. Koefisien x pada persamaan ini adalah konsentrasi vitamin C yang akan
vitamin C yang diperlukan untuk dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH.
vitamin C didapat nilai IC50 sebesar 4,58 ppm. Hasil analisis probit ekstrak
oyong, jamur tiram dan vitamin C dapat dihat pada lampiran 9. Perbandingan
nilai IC50 hasil perhitungan dan hasil SPSS 17.0 Probit dapat dilihat pada tabel
I.
ix
Tabel I. Perbandingan Nilai IC50 Hasil Perhitungan dan Hasil SPSS Probit
% Aktivitas
Ekstrak Konsentrasi antioksidan IC50 Perhitungan IC50 SPSS Probit
Vitamin C 2 26,26
4 43,90
6 67,10 4,58 ppm 4,58 ppm
8 80,95
10 90,54
Oyong 10 42,45
50 47,72
100 54,60 67,58 ppm 66,63 ppm
250 71,20
500 96,00
Jamur 10 37,28
50 44,53
100 55,60 83,60 ppm 82 ppm
250 71,04
500 96,44
perhitungan persamaan regresi linier vitamin C dan analisis regresi linier Probit
pada SPSS 17.0 for Windows. Hasil analisis SPSS Probit vitamin c yaitu
parameter estimate 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis nol dapat ditolak, karena
signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dengan demikian hipotesis nol dapat ditolak
karena ada hubungan yang kuat antara variabel konsentrasi dengan % inhibisi.
4,50 ppm, replikasi 2 yaitu 4,59 ppm, dan replikasi 3 yaitu 4,65 ppm. Kemudian,
ix
dari hasil tersebut diperoleh rata-ratanya adalah 4,58 ppm. Hasil analisis SPSS
acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dilakukan dengan
Konsentrasi kombinasi pada ekstrak oyong dan jamur tiram dapat dilihat pada
Tabel II. Konsentrasi Kombinasi Pada Ekstrak Oyong dan Jamur Tiram
Dari hasil tabel II diatas dilakukan pengukuran konsentrasi pada kedua ekstrak
yaitu oyong tunggal 18 ppm (¼ IC50), 35 ppm (½ IC50), dan jamur tiram dengan
gelombang 517 nm. Data serapan digunakan sebagai data absorbansi ekstrak
oyong, jamur tiram dan kombinasi ekstrak oyong dan jamur tiram.
ix
Setelah dilakukan pengukuran serapan, diperoleh rata-rata absorbansi
ekstrak yang telah ditentukan (10, 50, 100, 250, dan 500 ppm). Sehingga,
diperoleh 0,5314. Kemudian ¼ IC50 jamur tiram diperoleh 0,5928, dan ½ IC50
diperoleh 0,5651.
jamur tiram pada panjang gelombang 517 nm. Pengukuran serapan kombinasi
ekstrak oyong dan jamur tiram dengan perbandingan ¼ IC50 : ¼ IC50 diperoleh
kombinasi ekstrak oyong dan jamur tiram dapat dilihat pada lampiran 10.
Aktivitas antioksidan kombinasi ekstrak oyong dan jamur tiram jika dilihat
ix
57.02
60 Oy 1/4 IC50 (18 ppm)
51.38
50.15
50.3
Oy 1/2 IC50 (35 ppm)
46.73
Jam 1/4 IC50 (21 ppm)
44.63
50
43.44
44.5
41.14
Jam 1/2 IC50 (41 ppm)
38.22
Vit C 2 ppm
36.6
40
Vit C 4 ppm
Vit C 6 ppm
% Inhibisi
30 Vit C 8 ppm
24
Vit C 10 ppm
Keterangan :
Sumbu x : Konsentrasi (ppm) Oy : Oyong
0 Sumbu y : % inhibisi Jam : Jamur
Gambar 12. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tunggal Oyong dan Jamur Tiram,
Kombinasi Ekstrak Oyong dan Jamur Tiram Dibandingkan dengan Vitamin C Tunggal
kombinasi ekstrak buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) dan jamur tiram
(jamur tiram ½ IC50) 41,14%, ekstrak G (jamur kombinasi oyong ¼ IC50 : ½ IC50)
24%, konsentrasi 6 ppm sebesar 36,6%, konsentrasi 8 ppm sebesar 44,5%, dan
ix
Ekstrak A (oyong ¼ IC50), ekstrak B (oyong ½ IC50), ekstrak C (jamur
ppm dan 10 ppm aktivitas antioksidannya lebih rendah. Sedangkan untuk ekstrak
ix
4.2.4.5 Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Oyong dan Jamur
ekstrak oyong dan jamur tiram, dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Konsentrasi Kombinasi Ekstrak Oyong dan Jamur Tiram pada Aplikasi
Persamaan Tunggal
Persamaan Ekstrak Perbandingan % Inhibisi Konsentrasi
Kombinasi Kombinasi (y) (x)
Ekstrak Oyong :
Ekstrak Jamur
Oyong ¼ IC50 : ¼ IC50 46,73 37,714
y = 0,108x+42,66 ½ IC50 : ¼ IC50 50,15 69,330
¼ IC50 : ½ IC50 51,38 80,715
½ IC50 : ½ IC50 57,02 132,979
kombinasi ¼ IC50: ¼ IC50 sebesar 37,714 ppm, ½ IC50 : ¼ IC50 sebesar 69,330
ppm, ¼ IC50 : ½ IC50 sebesar 80,715 ppm,dan ½ IC50 : ½ IC50 sebesar 132,979
72,883 ppm, ½ IC50 : ¼ IC50 sebesar 101,577 ppm, ¼ IC50 : ½ IC50 sebesar
antioksidan kombinasi ekstrak oyong dan jamur tiram dapat dilihat pada
lampiran 10.
ix
Setelah dilakukan perhitungan uji aktivitas antioksidan kombinasi pada
aplikasi persamaan ekstrak oyong dan jamur tiram, kemudian ditentukan sifat
perbandingan kombinasi ekstrak oyong dan jamur tiram. Menurut Reynold and
kombinasi dua agen pada rasio tertentu dengan agen tunggal yang mana nilainya
Nilai x sebagai (Dx)1 atau (Dx)2, sedangkan (D)1 atau (D)2 adalah konsentrasi
tunggal buah oyong dan jamur tiram. Grafik Combination index ekstrak buah
oyong dan jamur tiram dapat dilihat pada gambar 13 dibawah ini.
0.71
0.77
Combination Index (CI)
0.80 0.52
0.59
0.60
0.40
0.20 35
0.00
18
21 Oyong (ppm)
Jamur (ppm) 41
ix
ditentukan sifat kombinasi sinergis, aditif atau antagonis (berlawanan). Hasil dari
adalah 0,77 yang menyatakan bahwa kombinasi ekstrak tersebut bersifat sinergis
sedang sampai rendah. Kemudian 35 ppm : 21 ppm (½ IC50 oyong : ¼ IC50 jamur
tiram) adalah 0,71 yang bersifat sinergis sedang sampai rendah, 18 ppm : 41 ppm
(¼ IC50 oyong : ½ IC50 jamur tiram) adalah 0,59 yang bersifat sinergis, 35 ppm :
41 ppm (½ IC50 oyong : ½ IC50 jamur tiram) adalah 0,52 yang bersifat sinergis.
Menurut Reynold and Barry (2005) interpretasi sifat senyawa ekstrak dapat pada
tabel IV. Perhitungan nilai Combination index ekstrak oyong dan jamur tiram
Nilai CI Interpretasi
ix