Anda di halaman 1dari 16

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN

Diterbitkan oleh:

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


Terbit dua kali setahun : Oktober - April
Vol 17. No 2 - Oktober 2017
DAFTAR ISI
Halaman

Potensi Reduce, Reuse, Recycle (3R) Sampah


Domestik Pada Bank Sampah Di Kecamatan
Umbulharjo Dan Kecamatan Pakualaman Kota
Yogyakarta
Oleh :
Mughniybar Lubis, Diananto P., Rita Dewi T.........................................................5
ANALISIS POTENSI JUMLAH PEMBENTUKAN GAS METAN
DARI LIMBAH TERNAK, LIMBAH BUAH-BUAHAN, DAN EGENG
GONDOK

Mughniybar Lubis, Diananto P., Rita Dewi T.

INTISARI
Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan industri,
transportasi dan rumah tangga dari tahun ketahun semakin meningkat.
Menyebabkan ketersediaan bahan bakar menjadi terbatas. Sejalan dengan itu
pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber
energi alternative lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknik, ekonomi,
dan lingkungan seperti biogas. Kandungan utama dari biogas adalah gas metan.
Pengolahan limbah organic menjadi biogas merupakan salah satuu paya untuk
menciptakan sumber energy alternatif yang terbarukan. Salah satu upaya tersebut
adalah pemanfaatan limbah dari kotoran sapi, limbah buah-buahan, dan eceng
gondok yang saat ini pemanfaatannya belum optimal. Oleh sebab, itu perlu
dilakukan penelitian mengenai analisis potensi jumlah pembentukan gas metan
yang dihasilkan dari limbah ternak, limbah buah-buahan, dan eceng gondok.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi pemilahan, pencacahan dan
pencampuran bahan. Setelah melewati tahapan tersebut substrat dimasukan
kedalam reaktor batch anaerob berbentuk botol kaca dengan volume 2,5 liter.
Parameter yang diukur yaitu pH, suhu, volume, tekanan, dan jumlah gas metan.
Penelitian ini dilakukan selama 14 hari. Komposisi yang digunakan (massa
bahan : volume air : EM4) dari kotoran sapi (0,667 kg: 1 l: 50 ml), limbah buah-
buahan (1,1 kg: 0,5 l: 50 ml), dan eceng gondok (0,12 kg: 1,25 l: 50 ml).
Hasil penelitian pada hari ke-14 menunjukan potensi jumlah pembentukan
gas metan tertinggi dari kotoran sapi sebesar 25,571%, untuk limbah buah-
buahan dan eceng gondok belum terbentuk gas metan. pH tertinggi 8 dari
kotoran sapi dan terendah 4 dari limbah buah, suhu dari ketiga bahan 29-30 0C,
untuk tekanan tertinggi sebesar 666,4 pascal dari limbah buah dan terendah117,6
pascal. Volume gas yang terbesar darilimbah buah 13,35 cm3 dan terendah 2,4
cm3 dari eceng gondok. Bahan dasar yang paling efektif dalam menghasilkan
gas metan adalah kotoran sapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
gas metan ialah pH, suhu, keadaan anaerob, starter, proses pengadukan, dan
waktu tinggal.
Kata Kunci : Gas metan, Kotoran sapi, Limbah Buah-buahan, Eceng Gondok 2

ANALYSIS TOTAL OF THE FORMATION METHANE GAS FROM


WASTE CATTLE, WASTE FRUITS, AND WATER HYACINTH

ABSTRACT
Demand for fuel oil for industry, transport and households increasing from
year to year. Causing fuel availability becomes limited. In line with the
government also encouraged efforts to se alternative energy sources more are
considered feasible in terms of technical, economic, and environmental such as
biogas. The main content of the biogas is methane gas. The processing of
organic waste into biogas is one marsh to create renewable alternative energy
sources. One such effort is the utilization of waste from cow manure, fruit waste,
and water hyacinth now been optimal utilization. Therefore, it is necessary to do

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 5


research on the analysis of the potential number of formation of methane gas
generated from livestock waste, fruit waste, and water hyacinth.
Stages in the study include sorting, counting and mixing the ingredients.
After passing through the stages of the substrate is inserted into batch anaerobic
reactor shaped glass bottle with a volume of 2.5 liters. The measured parameters
are pH, temperature, volume, pressure, and the amount of methane gas. This
study was conducted over 14 days. The composition used (the mass of fuel:
volume of water: EM4) from manure (0,667 kg: 1 l: 50 ml), the waste of fruits
(1.1 kg: 0,5 l: 50 ml), and water hyacinth (0,12 kg: 1.25 l: 50 ml).
The results of the study on day 14 indicate the potential for the highest
amount of methane gas formation from cow dung at 25.571%, for fruit waste and
water hyacinth has not yet formed methane gas. The highest pH 8 from cow dung
and the lowest 4 pieces of waste, the temperature of the three materials 29-30
0C, to a high of 666.4 pascal pressure from fruit waste and the lowest 117.6
pascal. The volume of gas from waste fruit and lows 13.35 cm3 2.4 cm3 of water
hyacinth. The basic ingredients are most effective in producing methane gas is
cow dung. Factors that influence the formation of methane gas is pH,
temperature, anaerobic state, the starter, the mixing process, and residence time
Keywords: Methane gas, cow manure, waste Fruits, Water Hyacinth

A. PENDAHULUAN berpeluang besar dalam


Salah satu gejala krisis energi pengembangannya karena bahan
yang terjadi akhir-akhir ini yaitu yang digunakan dapat diperoleh
kelangkaan bahan bakar minyak dengan mudah. Selain dari kotoran
(BBM), seperti minyak tanah, ternak, biogas juga dapat terbuat dari
bensin, dan solar. Kelangkaan terjadi limbah oganik dari buah-buahan, dan
karena menigkatnya kebutuhan BBM egeng gondok.
setiap tahunnya, sementara itu Keberadaan kotoran sapi, limbah
ketersediaan minyak bumi sebagai buah-buahan, dan eceng gondok
bahan baku pembuatan BBM sangat dilingkungan belum dimanfaatkan
terbatas. Dalam situasi seperti ini secara optimal. Ketigas bahan dasar
Pemerintah telah menerbitkan untuk tersebut merupakan sumber biomassa
mengembangkan sumber energi yang potensial untuk dimanfaatkan
alternatif sebagai pengganti bahan sebagai biogas. Selain dapat menjadi
bakar minyak. Kebijakan tersebut pengganti bahan bakar, hasil
menekankan pada sumber daya yang buangan dari biogas juga dapat
dapat diperbaharui sebagai altenatif dimanfaatkan sebagai pupuk untuk
pengganti bahan bakar minyak. tanaman. Hal ini mendorong penulis
Salah satu teknologi yang sesuai untuk memanfaatkan limbah kotoran
dengan keadaan tersebut adalah sapi, limbah buah-buahan, dan
biogas. Biogas merupakan salah satu enceng gondok untuk diolah menjadi
alternatif pengolahan limbah, biogas menggunakan reactor sistem
khususnya limbah rumah tangga dan Batch untuk mengetahui potensi
buangan dari kotoran ternak, dengan pembentukan gas metan dari masing-
demikian teknologi biogas masing bahan baku. Penelitian ini

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 6


diharapkan menjadi suatu alternatif Pada tahap ini adalah tahapan
dalam memanfaatakan limbah yang terakhir dan sekaligus yang paling
berpotensial menghasilkan gas metan menentukan yaitu dilakukan
untuk menjadi energi di lingkungan penguraian dan sintesis produk tahap
dan mengurangi pemanasan global, sebelumnya untuk menghasilkan gas
khususnya pada penggunaan limbah metana (CH4). Hasil lain dari proses
kotoran sapi, limbah buah-buahan, ini berupa karbon dioksida, air, dan
dan tumbuhan enceng gondok sejumlah kecil senyawa gas lainnya.
dengan EM4 sebagai starter. Faktor yang mempengaruhi
proses pembuatan Biogas adalah
B. TINJAUAN PUSTAKA sebagai berikut:
Biogas adalah suatu gas yang 1. Bahan Baku
dihasilkan dari proses anaerobik Biogas akan terbentuk bila bahan
(fermentasi) bahan bahan organik bakunya berupa padatan berbentuk
seperti kotoran manusia, limbah bubur halus atau butiran kecil. Agar
rumah tangga dan juga kotoran pembentukkan biogas berlangsung
hewan. Bahan yang sangat dengan sempurna, bahan baku yang
dibutuhkan dalam membuat biogas berupa padatan yang sulit dicerna
yaitu metana dan karbon dioksida sebaiknya digiling atau dirajang
yang terkandung di dalam bahan terlebih dahulu. Namun, bila bahan
organik (Wahyu, 2008). baku berbentuk padatan yang mudah
Tahapan penguraian bahan dicerna maka bahan baku dapat
organik dibagi 4 jenis yaitu : langsung dicampur dengan air secara
1. Hidrolisis merata. Kandungan padatan ini
Pada tahap ini, molekul organik sebaiknya hanya 7-9% (Wibowo,
yang kompleks akan diuraikan 1979).
menjadi bentuk yang lebih sederhana 2. Derajat Keasaman
seperti karbohidrat (simple sugar), Suatu cairan mempunyai tingkat/
asam amino, dan asam lemak. derajat keasaman/ kebasaan dan
2. Asidogenesis secara kimiawi diukur denga pH.
Pada tahap ini terjadi proses Untuk menjamin perkembangan
penguraian yang menghasilkan mikroorganisme, khususnya bakteri
ammonia, karbon dioksida, dan anaerobik dibutuhkan suasana pH
hidrogen sulfida. normal yaitu 7-8. Bakteri anaerobik
3. Asetagenesis pada kisaran pH tersebut bekerja
Pada tahap ini dilakukan proses paling giat dan akan memberikan
penguraian produk asidogenesis hasil yang optimal.
yang akan menghasilkan hidrogen, 3. Temperatur Pencernaan
karbon dioksida, dan asetat. Temperatur atau suhu sangat
4. Metanogenesis berpengaruh terhadap

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 7


perkembangbiakan bakteri. berkisar antara 16-19 (Suriawiria,
Pencernaan anaerobik dapat 1996).
berlangsung antara suhu 5-50 °C. 7. Waktu tinggal
Temperatur yang optimum adalah Waktu tinggal adalah waktu yang
35°C, dimana akan dihasilkan gas diperlukan oleh mikroorganisme
bio yang optimum (Benefield L.D. untuk merombak bahan organik
and Randall C.W., 1979). secara sempurna. Untuk proses
4. Pengenceran Bahan Baku Gas perombakan anaerobik secara
Bio sempurna memerlukan waktu sekitar
Keadaan bahan baku kering 30-60 hari. Waktu tinggal sangat
artinya dengan tingkat kadar air berpengaruh terhadap hasil akhir
tertentu mempunyai pengaruh juga proses perombakan anaerobic berupa
terhadap produksi gas bio. Isian kualitas kualitas lumpur dan gas bio
bahan yang paling baik adalah (Suriawiria, 1996).
mengandung 7-9 % bahan kering. Skema proses fermentasi anaerob
Cara mendapatkan bahan kering limbah cair sampai menghasilkan
dengan prosentase kecil yaitu dengan biogas dibutuhkan lima bakteri
pengenceran (Wibowo, 1979). kelompk fisiologi yangsemuanya
Penambahan air ke dalam bahan terlibat pada seluruh proses
isian bertujuan untuk dapat fermentasi. Menurut Brock (1991),
memenuhi kadar air yang disyaratkan untuk mengubah polisakarida
untuk pembentukan biogas, yaitu 91- menjadi metan melibatkan lima
93% (Ratnaningsih, 2009). bakteri utama kelompok fisiologi
5. Pengadukan bahan baku pada seluruh proses. Bakteri-bakteri
Beberapa masalah timbulnya tersebut, yaitu bakteri selulolitik atau
lapisan-lapisan yang tidak merata bakteri hidrolitik, bakteri
disebabkan oleh pengadukan yang fermentative, bakteri asam asetat
kurang baik. Untuk memecahkan (acetogen), bakteri yang
masalah ini biasanya konstruksi menghasilkan H2 dan mengoksidasi
tangki gas ditambah dengan alat asam lemak, dan bakteri
pengaduk (Harahap, 1978). metanogenik (metanogen).
6. C/N rasio
Microorganisme membutuhkan
karbohidrat sebagai sumber karbon
(C) dan energi dalam proses Dalam pembuatan biogas bahan
metabolism dan perbanyakan sel, baku yang diperlukan adalah sebagai
serta kebutuhan sumber N untuk berikut:
pembentukan protoplasma dan 1. Kotoran Sapi
aktivitas lainnya. C/N rasio optimum Kotoran sapi sangat cocok
untuk perombakan anaerobik sebagai sumber penghasil biogas

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 8


maupun sebagai bistarter dalam dari kotoran sapi, limbah buah-
proses fermentasi, karena kotoran buahan, dan enceng gondok.
sapi tersebut telahmengandung 2. Data prime diperoleh dari hasil
bakteri penghasil metan yang penelitian di lokasi penelitian
terdapat dalam perut hewan berupa pH, temperatur, volume,
ruminansia (Sufyandi, 2001). tekanan gas, dan jumlah gas
2. Limbah Buah-Buahan metan yang dihasilkan dari
Sampah organik sayur-sayuran kotoran sapi, limbah buah-
dan buah-buahan seperti layaknya buahan, dan enceng gondok.
kotoran ternak adalah substrat terbaik 3. Merancang reaktor anaerobic
untuk menghasilkan biogas sederhana dengan volume 2,5l.
(Hammad et al, 1999). 4. Penyediaan alat dan bahan yang
3. Eceng Gondok digunakan dan membuat
Jenis tumbuhan air yang dapat komposisi yang digunakan
dimanfaatkan sebagai bahan dasar (massa bahan : volume air : EM4)
pembuatan biogas adalah enceng dari kotoran sapi (0,667 kg: 1 l:
gondok. Gas akan terbentuk setelah 50 ml), limbah buah-buahan (1,1
30-45 hari yang kemudian dapat kg: 0,5 l: 50ml), dan eceng
digunakan sebagai bahan bakar gondok (0,12 kg: 1,25 l: 50 ml).
alternatif (Wahyuni, 2011). 5. Melakukan pengamatan sejak
awal pemasukan bahan isian,
C. METODE PENELITIAN diamati pada 0 hari sampai 14
Obyek penelitian adalah hari pada pukul 13.00 siang,
membuat biogas dengan pengukuran yang dilakukan :
menggunakan kotoran sapi, limbah a. Mengukur pH dengan kertas
buah-buahan yaitu buah pepaya, dan pH pada hari ke-0 dan hari
enceng gondok di kosan peneliti ke-14.
daerah banguntapan dan analisi b. Mengukur temperatur dengan
sampel gas metan (CH4) dilakukan menggunakan termometer,
di Laboratorium Analisis dan mengecek temperatur
Instrumen, Jurusan Teknik Kimia, digester pada hari ke 0, 2, 4,
Fakultas Teknik UGM. Waktu 6, 8, 10, 12, 14.
pelaksanaan penelitian ini c. Menghitung tekanan dan
berlangsung dari bulan Mei 2016 volume gas yang ditandai
sampai dengan bulan Juli 2016. pengamatan pada hari ke 0, 2,
Tahapan penelitian yang 4, 6, 8, 10, 12, 14.
dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: Rumus tekanan :
1. Data-data sekunder yang diambil
berupa proses pembuatan biogas

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 9


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sistem Biodigester
Sistem yang digunakan dalam
digester ini adalah batch feeding.

Dimana :
ρ = Berat Jenis Air, 1 Kg/m^3
g = Gaya Gravitasi, 9.8 m/s^2
h1 = tinggi gas (cm)
h2 = tinggi air (cm)

Tekanan Hidrostatis
P= ρ x g x h
Dimana : Gambar 1. Disain Reaktor Biogas
ρ = Berat Jenis Air, 1 Kg/m3 Sederhana
g = Gaya Gravitasi, 9.8 m/s2 Keterangan Gambar 1 :
h = tinggi gas (m) 1. Selang (d : 1 cm)
2. Termometer
3. Botol kaca (volume : 2,5 liter)
Rumus Volume Biogas
4. Papan sterofoam
Π .(D)2 . h
V= 5. Meteran
4
Dimana : 6. Air berwarna merah
V = volume gas bio (cm3) 7. Tutup botol kaca
D = diameter selang (cm) 2. Pembahasan
h = tinggi kenaikan air Hasil pengukuran analisa gas
dalam selang metan dari ketiga bahan baku
pembuatan biogas diperoleh
d. Mengambil sampel gas bio kandungan gas metan teringgi dari
sebanyak 5 ml pada hari ke- kotoan sapi yaitu 25,517%. Gas
14 dan kemudian dianalisis metan terendah sebesar 0% dari
laboratorium UGM dengan limbah buah pepaya dan eceng
gas kromatografi. gondok yang tersaji pada gambar
6. Melakukan pembahasan untuk 4.14.
perhitungan dan usulan yang
dilakukan.
7. Kemudian penulis memberikan
simpulan dan saran dari hasil
pembahasan di atas.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 10


netral pH maka makin tinggi pula
kadar CH4, sebaliknya kadar CO2
akan menjadi semakin rendah.
Sedangkan pH optimum dicapai pada
kotoran sapi. Hal ini diperkuat
dengan penelitian Yonathan dkk
(2013) yang menyatakan bahwa pH
netral dapat memacu perkembangan
bakteri metana (metanigen) sehingga
pada pH tersebut bakteri perombak
asam asetat dapat tumbuh dan
berkembang biak secara optimal, hal
ini akan berdampak pada produksi
gas yang dihasilkan.
Gambar 2. Perbandingan Hasil
Analisa Gas Metan
pada ke-3 Bahan Baku
Perbandingan hasil
pengukuran analisa pH pada hari
pertama dan terakhir dapat dilihat
pada gambar 2. pH terendah didapat
pada limbah buah pepaya senilai 4
pada hari ke-14 dan pH tertinggi
pada kotoran sapi yaitu 8.

Gambar 4. Perbandingan Analisa pH


pada ke-3 Bahan Baku

Selain pH, kondisi suhu yang


baik menjadi salah satu hal yang
sapat mempengaruhi dari
produktivitas biogas. Suhu yang
ideal akan membuat bakteri akan
mudah berkembang sehingga
pembentukkan gas metan akan cepat.
Gambar 3. Perbandingan Analisa pH Perbandingan suhu pada masing-
pada ke-3 Bahan Baku masing digester dicatat selama proses
Hasil penelitian Fachry, dkk pembentukan biogas berlangsung,
(2004) menunjukkan bahwa semakin temperatur yang diukur meliputi

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 11


temperature reaksi. Berdasarkan mempengaruhi tingginya tekanan.
gambar diatas, proses anaaerobik Semakin lama waktu fermentasi,
yang terjadi pada digester seluruh tekanan yang dihasilkan semakin
perlakukan berada dalam kisaran tinggi. Kondisi tersebut berbanding
temperature 29-31 0C. Berbagai lurus dengan volume biogas yang
literaur memberikan informasi yang dihasilkan yang menandakan
berbeda-beda terhadap rentan suhu aktivitas mikroorganisme sedang
baik untuk menghasilkan biogas. bekerja merombak bahan organik
Menurut Paimin (1995) temperature yang menghasilkan gas.
yang baik dalam proses
pembentukkan biogas berkisar antara
20-40 0C.

Gambar 6. Perbandingan
PengukuranVolume pada
Gambar 5. Perbandingan Pengukuran ke-3 Bahan Baku
Tekanan Biogas pada ke-
Volume biogas tertinggi terjdai
3 Bahan Baku
pada hari ke-14 dihasilkan dari
limbah buah-buahan sebesar 13.35
Pada hari ke-14 gambar 5.
cm3, yang kemudian diikuti oleh
menunjukkan tekanan tertinggi
biogas dari kotoran sapi sebesar 5,89
dihasilkan dari biogas limbah buah
cm3, dan terendah dari biogas eceng
pepaya sebesar 666,4 pascal dan
gondok yaitu 2,36 cm3. Menurut
tekanan terendah dari bigas eceng
Padang (2011) perbedaan produksi
gondok sebesar 117,6 pascal.
biogas disebabkan karena
Lamanya waktu fermentasi

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 12


ketersediaan nutrisi (sumber energi) menyeimbangkankomposisi
bagi bakteri anaerob yang berbeda- bahan dengan digester yang
beda dari masing-masing bahan digunakan, sehingga dapat
baku, sehingga berdampak pada diperoleh hasil yang signifikan
perbedaaan laju fermentasi dari dan sesuai.
setiap bahan baku. d. Untuk penelitan lainnya perlu
dilakukan kontrol (tanpa ada
E. KESIMPULAN DAN SARAN penambahan sarter) agar dapat
1. Kesimpulan melihat perbedaan perbandingan
a. Potensi jumlah pembentukan gas tanpa perlakukan dan dengan
metan (CH4) terbaik pada hari perlakukan.
ke-14 terdapat pada kotoran sapi e. Perlu adanya penelitian lebih
sebesar 25,517 % dengan pH 8, lanjut mengenai pengaruh pH,
suhu 29,3 oC, tekanan gas suhu, terhadap kemanpuan dalam
sebesar 294 pascal, dan volume hal ini proses anaerob.
sebesar 5,89 cm3. Biogas dari f. Dalam analisis gas metan (CH4)
limbah buah-buahan dan eceng perlu dilakukan setiap minggu
gondok masing-masing 0 % agar lebih jelas perbantingan gas
belum menghasilkan gas metan. metan dalam kandungan biogas.
b. Bahan dasar yang paling efektif g. Perlu dilakukannya uji nyala api
dalam menghasilkan gas metan agar mengetahui secara langsung
(CH4) adalah limbah ternak dari gas metan telah terbentuk.
kotoran sapi.
2. Saran F. DAFTAR PUSTAKA
a. Perencanaan sistem penyediaan Bebefield L.D. and Randall C.W,
Mengembangkan alat penelitian 1979, Biological Process
ini menjadi desain alat / bahan Design for Waste Water
dan utilitas yang lebih kompleks Treatment, Virginia
dan efisien, sehingga polytechnic Institut and State
dimungkinkan dapat memberikan University.
nilai efektifitas yang lebih tingg Brock,1991, Bakteri Selulotik
dalam mendapatkan gas. Memecah dan Memotong
b. Perlu dilakukan penelitian lebih Molekul Selulosa.
lanjut mengenai komposisi bahan Fachry, H.A. Rasyidi., Rinenda, dan
dan penggunaan EM4 agar gas Gustiawan. 2004. Penentuan
metan (CH4) dapat terbentuk. Nilai Kalorifik Yang
c. Lebih terseleksi / cermat dalam Dihasilkan dari Proses Biogas.
mekanisme alat, media dan Jurnal Teknik Kimia. 2(5) : 7-
kegiatan yang mendukung 12.
penelitian dengan cara

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 13


Harahap F. M. A. dan Ginting S,
1978, Teknologi Gas Bio. Pusat
Teknologi Pembangunan, ITB-
Bandung
Padang, Y. A,. Nurchayanti, dan
suhandi. 2011. Meningkatkan
Kualitas Biogas dengan
Penambahan Gula. Jurnal
Teknik Rekayasa. 12(1) : 53-
62.
Paimin, F.B. 1995. Alat Pembuat
Biogas dari Drum. Penebar
Swadaya : Jakarta. 49 Hlm
Suriawiria, U dan Sastamiharja,
1996, Faktor Lingkungan
Biotis dan Abiotis Dalam
Proses Pembentukan Gas
Bioserta Kemungkinan
Penggunaan Starter Efektif di
Dalamnya, Lab. Mikrobiologi,
ITB, Bandung.
Wahyu, Sri, MP, 2008. Biogas.
Swadaya : Jakarta
Wahyuni, S. 2011. Menghasilkan
Biogas dari Aneka Limbah.
Edisi Pertama. PT Agro
Medika Pustaka : Jakarta. 96
Hlm.
Yonathan, A., A. R.Prasetya, dan B,
Pramudono, 2013. Produksi
Biogas dari Eceng Gondok
(Eicchorina Crissipes): Kajian
Konsistensi dan pH Terhadap
Biogas Dihasilkan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri.
2(2): 211-215)

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 14


JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 15
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.17/NO.2/Oktober 2017 Page | 16

Anda mungkin juga menyukai