Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH:

Mardiah

PO0220219019

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

T.A 2020/2021
A. Konsep Isolasi Sosial
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami
individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif
atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian
yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya
Klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang yang
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik
antar sesama.

2. Etiologi

Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan


dan sosial budaya.Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak
percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain,
dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2) Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.Kelainan struktur otak, seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini. (Stuart, 2007).
b. Faktor presipitasi
1) Stressor Sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor Psikologis Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi . (Stuart, 2007)

3. Manifestasi Klinis
Menurut Yosep (2009) tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat dari dua cara yaitu
secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial:
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3) Respons verbal kurang dan sangat singkat.
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7) Klien merasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan.
3) Klien berdiam diri di kamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis.
9) Ekspresi wajah kurang berseri.
10) Mengisolasi diri
11) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
12) Aktivitas menurun.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, segera
timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori:
halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan (Herman Ade,
2011).
4. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Solitude, Otonomi, Kesepian, Manipulasi,


kebersamaan, saling menarik diri, impulsif,
ketergantungan ketergantungan narkisisme

a. Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang
termasuk respon adaptif:
1. Solitude (menyendiri), respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang saling
membutuhkan satu sama lain.
4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling ketergantungan antara
individu dengan orang lain.
b. Respon Maladaptif
Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma
sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif:
1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu melakukan penilaian secara
objektif.
3. Narkisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sasial yang dapat ditemukan yaitu:
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Perilaku tidak sesuai dengan perkembangan
c. Afek tumpul
d. Bukti kecacatan (fisik, mental)
e. Tindakan tidak berarti
f. Tidak ada kontak mata
g. Menunjukan permusuhan
h. Ingin sendiri
i. Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang dominan.
j. Tidak komunikatif
k. Menarik diri
6. Penatalaksanaan Medis
a. ECT (Electro Confulsive Therapy)
Jenis pengobatan dengan menggunakan arus listrik pada otak menggunakan 2 elektrode.
b. Psikoterapi Membutuhkan waktu yang relative lama dan merupakan bagian penting dalam
proses teraupetik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi; memberikan rasa nyaman dan
tenang, menciptakan lingkungan yang teraupetik, bersifat empati, menerima klien apa
adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapakan perasaanya sacara verbal,
bersikap ramah, sopan dan jujur.
c. Terapi Okupasi Ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipan seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. (Dalami, 2009).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang di perlukan umumnya, dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi
pengkajian meliputi :
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No.Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, dependen.
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya perubahan struktur sosial.
Terjadi terauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosa, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang
dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga sosial dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
3) kenyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual)
4) Konsep diri
f. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh, persepsi negatif tentang tubuh, Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
mengungkapkan keputuasaan, mengungkapkan ketakutan.
g. Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
h. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus
sekolah, PHK.
i. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi.
j. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
k. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata kurang dapat memulai
pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain,
adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
l. Kebutuhan persiapan pulang.
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan Kamar mandi dan
jamban, merapihkan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi d. Klien dapat melakukan
istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
m. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang
lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
n. Asfek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi psikomotor, terapi okopasional,
TAK, dan rehabilitas.

2. Analisa Data
Dengan melihat data subyektif dan objektif dapat menentukan permasalahan yang
dihadapi pasien.Dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab, affeck
dari masalah tersebut.Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan
(keliet 2011).
3. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

4. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Affect


Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial Core Problem

Gangguan Konsep Diri: Harga Causa


Diri Rendah

4. Intervensi
5. Implementasi

No. Pasien Keluarga


SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi Mendiskusikan masalah yang
sosial pasien dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdiskusi dengan klien tentang pasien.
keuntungan berinteraksi dengan Menjelaskan pengertian, tanda dan
oranglain. gejala isolasi sosial yang dialami klien
3. Berdiskusi dengan klien tentang beserta proses terjadinya.
kerugian berinteraksi dengan Menjelaskan cara-cara merawat klien
oranglain dengan isolasi sosial
4.
Mengajarkan klien cara berkenalan
dengan satu orang
5.
Menganjurkan klien memasukan
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan oranglain dalam
kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikan cara
harian pasien merawat klien dengan isolasi sosial.
2. Memberikan kesempatan kepada Melatih keluarga mempraktikan cara
klien mempraktikan cara merawat langsung kepada klien isolasi
berkenalan dengan satu orang sosial.
3. Membantu klien memasukan
kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan oranglain sebagai
salah satu kegiatan harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal
harian pasien aktivitas dirumah termasuk minum
2. Memberikan kesempatan kepada obat
klien mempraktikan cara Menjelaskan follow up klien setelah
berkenalan dengan dua orang atau pulang
lebih
3.
Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.

6. Evaluasi
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku
Klien setelah diberikan tindakan keperawatan.Keluarga juga perlu dievaluasi karena
merupakan sistem pendukung yang penting. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi pada
Klien dengan isolasi sosial yaitu:
a. Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
b. Apakah klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
c. Apakah klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat, Klien-
perawat-perawat lain, klien-perawat-klien lain, klien-kelompok, dan klienkeluarga.
d. Apakahklien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
e. Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarga nya untuk
memfasilitasi hubungan sosialnya.
f. Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

Anda mungkin juga menyukai