Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN KURIKULUM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KARAKTER MASYARAKAT


Andi Irwanto

Abstract

Penelitian ini bertujuan menyelidiki Peran kurikulum lembaga pendidikan islam


sebagai basis pengembangan karakter masyarakat. Desain penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah SMK Ma’arif 6
Ayah. Jumlah partisipan adalah 25 orang terdiri dari 10 orang siswa, 5 Orang guru,
5 orang karyawan, 1 orang kepala sekolah, dan 4 orang warga masyarakat.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
berfokus pada tiga tema, yaitu kurikulum lembaga kependidikan Islam, karakter,
dan masyarakat. Hasil temuan mengungkapkan bahwa kurikulum lembaga
pendidikan islam memiliki peranan penting dalam pengembangan karakter.
Karakter yang dimaksud seperti karakter bhineka tunggal ika yang ada pada
masyarakat sekitar. Temuan berikutnya adalah terkait dengan belum optimalnya
penerapan kurikulum kebhineka tunggal ika-an. Indikasi belum optimalnya
penerapan kurikulum untuk mengembangkan karakter kebhineka tunggal ika-an
diantaranya disebabkan oleh hubungan yang kurang harmonis antara lembaga
pendidikan Islam dengan masyarakat sekitar. Selanjutnya untuk optimalisasi
penerapan kurikulum stakeholder harus mendukung kegiatan-kegiatan sekolah
dalam mengimplementasikan peningkatan karakter masyarakat melalui kurikulum
yang dikembangkan oleh sekolah tersebut. Hal itu sebagai upaya untuk membina
hubungan baik antara sekolah dan mayarakat dan menciptakan lulusan SMK yang
berkarakter kuat dalam kebinekaan. Diharapkan, melalui kurikulum pendidikan
Islam yang ditetapkan akan terbentuk masyarakat yang memahami dan merepkan
nilai-nilai bhineka tunggal ika sehingga mewujudkan masyarakat yang cinta damai.

Key Words: Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam, Karakter, Masyarakat


INTRODUCTION

Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua buah lembaga yang


saling terkait dan saling membutuhkan. Literatur menyebutkan bahwa keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat. Keberhasilan pendidikan merupakan
tanggung jawab dari semua pihak yaitu lembaga pendidikan, keluarga dan
masyarakat. Masing-masing pihak memiliki kewajiban untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas baik dalam bentuk kontribusi berupa dukungan
pikiran, ide dan gagasan serta bantuan meteriil yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikian menjadi kebutuhan
lembaga pendidikan untuk mengelola dengan baik hubungan dengan masyarakat.
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat pada dasarnya merupakan
kegiatan hubungan masyarakat (humas) yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
formal (sekolah) atau lembaga pendidikan non formal (Cepi Safrudin Abdul Jabbar,
dkk. 2016).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, Karena itu kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami
perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang
paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar
bagaimana usaha yang dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
keagamaan. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat
evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat (Muhammad Roihan Alhaddad, 2018).
Pendidikan secara estimologi berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”
kata majemuk dari “Paes” yang berarti anak dan “Ago” yang berarti aku
membimbing. Jadi “Paedagogike” artinya aku membimbing anak. Jika ditelaah
secara harfiah maka pendidikan dapat diartikan memberikan bimbingan pada anak
agar anak mampu kembali dan menyesuaikan keadaan masyarakat. Sedangkan
pendidikan Islam atau dalam bahasa Arab “Tarbiyyah Islamiyyah” yaitu
pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam ajaran dasarnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits
(Munardji, 2019).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum lembaga
pendidikan Islam adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam
ajaran dasarnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kurikulum pada lembaga pendidikan
diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam memberikan pengajaran
dengan tetap sesuai dengan norma-norma aturan ajaran Islam.
Sebuah pepatah klasik berbumyi “If the wealth is lost, nothing is lost. If the
health is lost, something is lost. But if the character is lost, everything is lost”.
Pepatah klasik ini mengisyaratkan bahwa jika kita kehilangan kekayaan, pada
hakekatnya kita tidak kehilangan apapun; begitu juga ketika kita kehilangan
kesehatan, pada hakekatnya memang ada sesuatu yang hilang. Akan tetapi jika
kehilangan karakter, itu artinya kita telah kehilangan segala-galanya. Dengan
demikian betapa pentingnya karakter dalam kehidupan ini. Bahkan karakter
dianggap mempunyai nilai yang “lebih tinggi di atas” kesejahteraan (wealth) dan
kesehatan (health). Statemen tersebut mengisyaratkan betapa karakter merupakan
pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia,
jelas bahwa kemudinya adalah Pancasila yang merupakan falsafah bangsa. Namun,
fenomena keseharian kita menunjukkan bahwa perilaku masyarakat belum sejalan
dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh falsafah Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika. Kondisi ini menyebabkan keinginan pemerintah dan berbagai kalangan
masyarakat untuk merevitalisasi peran Pancasila dalam membangun karakter
bangsa (Ni Putu Suwardani, 2020).
Definisi Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yg mereka anggap sama”. Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang
terdapat dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab,
“musyarakah”. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau
komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang
satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu
sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang
definisi masyarakat, "sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat
apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama".
Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama
mereka berdasarkan kepentingan bersama (Suwari Akhmaddhian dan Anthon
Fathanudien, 2015).
Pentingnya pendidikan berkarakter sebagaimana tertulis dalam Undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional pasal 3
menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menajadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Pada kenyataannya penerapan kurikulum, khusunya lembaga pendidikan
Islam SMK Ma’arif 6 Ayah masih mempunyai banyak masalah dalam
pelaksanaannya di lapangan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:
1. Penerapan kurikulum yang dapat mengembangkan karakter kebinekaan masih
belum optimal.
2. Hubungan antara sekolah dan masyarakat masih kurang harmonis.
3. Kurang maksimalnya dukungan stakeholder dalam mendukung kegiatan-
kegiatan sekolah terutama dalam upaya peningkatan dan pengembangan
karakter kebinekaan pada masyarakat sekitar.
Masalah tersebut tentunya tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja, tetapi
menyangkut banyak pihak mulai dari para pembuat kebijakan sampai pada
pelaksanaan di lapangan. Sebagaimana tujuan pendidikan tidak hanya berorientasi
untuk membentuk peserta didik yang memiliki kepandaian saja, tetapi juga
membentuk peserta didik yang berkarakter yang dapat dijadikan sebagai basis
pengembangan karakter masyarakat menjadi latar belakang penulis untuk
melakukan penelitian ini. Salah satu karakter yang disoroti dalam penelitian ini
adalah karakter masyarakat yang berbhineka tunggal ika. Karakter Bhineka
Tunggal Ika merupakan karakter masyarakat yang menghargai adanya
keberagaman Agama, suku, ras, adat istiadat dan bahasa menjadi satu kekuatan
kebenaran dalam satu ikatan Bangsa dan Negara yaitu Indonesia.

Research Questions
Dapat dipahami bahwa dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan
berfokus pada penerapan kurikulum lembaga pendidikan Islam sebagai basis
pengembangan karakter masyarakat, dimana dalam penelitian ini subjek
penelitiannya adalah Kurikulum di SMK Ma’arif 6 Ayah dan komponen-komponen
pelaksananya seperti siswa, guru, karyawan, kepala sekolah dan masyarakat
sekitar. Dari tujuan penelitian ini maka rumusan masalah penelitian adalah;
Bagaimana penerapan Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam dalam
Pengembangan Karakter Masyarakat?

REVIEW OF LITERATURE

Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, Karena itu kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami
perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang
paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar
bagaimana usaha yang dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
keagamaan. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan
menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pembelajaran dan alat
evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat (Muhammad Roihan Alhaddad, 2018).
Kata Lembaga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
Badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau
melakukan usaha (Tim Penyusun KBBI, 1999: 579-580). Sedangkan yang
dimaksud Pendidikan Islam menurut Omar Mohammad Al Toumy Al Syaebani
adalah “sebagai proses mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan alam sekitarnya melalui interaksi
yang dilakukan oleh individu tersebut” (Omar Mohammad Al Toumy Al Syaebani,
1979: 57). Jadi, yang dimaksud Lembaga Pendidikan Islam adalah Lembaga atau
tempat berlangsungnya pendidikan yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku
individu ke arah yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
dengan dilandasi nilai-nilai islami.
Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu mantis yang berarti tangan dan
agree yang berarti melakukan, dan jika digabungkan menjadi manager yang artinya
menangani. Istilah manajemen juga dapat dikonotasikan dengan kata pengelolaan
atau administrasi namun istilah manajemen pendidikan lebih familiar digunakan
saat ini jika dibandingkan dengan administrasi pendidikan (Munardji, 2019: 10).
Sehingga adanya manajemen pada kurikulum Lembaga Pendidikan Islam bertujuan
untuk mengatur agar Lembaga Pendidikan Islam tersebut dalam setiap proses yang
dilalui senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai pendidikan Islam sehingga dapat
mencapai tujuan bersama seperti yang diharapkan dan dicita-citakan.
Manajemen Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam adalah sebuah proses
pendayagunaan semua unsur manajemen yang meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian dan evaluasi kurikulum
secara kooperatif, komperhensif, sistemik dan sistematik, dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum pendidikan Islam yaitu
mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama
Islam yang dilaksanakan di lembaga pendidikan (Muhammad Nasir dan
Muhammad Khairul Rijal, 2021: 13).
Kurikulum pendidikan Islam memiliki ciri-ciri khusus yang kesemuanya
bermuara pada akhlak mulia. Secara lebih rinci, ciri kurikulum pedidikan yang
berlandaskan Islam dalah sebagai berikut:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlaqul karimah, baik dalam tujuan
pengajaran, materi, dan gerak pelaksanaanya.
2. Kandungan materi pendidikan mencakup aspek jasmaniah, intelektual,
psikologi, dan spiritual.
3. Adanya keseimbangan antara ilmu syariah dan ilmu-ilmu aqliyah.
4. Tidak mengesampingkan bakat dan apresiasi seni, tetapi juga tidak
menghalangi perkembangan akhlak.
5. Adanya pertibangan terhadap kondisi psikologis peserta didik.
Sedangkan menurut Dr. Mujammil Qomar, Kurikulum Pendidikan Islam
memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya adalah:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan,
metode, alat, dan tehniknya.
2. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni,
pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam.
3. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh. Maksudnya
ialah aspek pribadi siswa tepat pada sasaran terutama jasmani, akal, dan rohani.
4. Berkecenderungan pada seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan
militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan dan bahasa asing untuk
perorangan, maupun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat, dan
keinginan.
5. Keterkaitan kurikulum dengan ketersediaan, minat, kemampuan, kebutuhan
dan perbedaan perorangan diantara mereka.

Karakter
Karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan
seorang individu dengan individu lainnya. Karakter dapat dikatakan juga sebagai
keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan
antara dirinya dengan individu lain. Berikut ini adalah pengertian karakter menurut
para ahli, sebagai berikut:
1. Maxwell
Pengertian karakter sebetulnya jauh lebih baik dikomparasikan dengan sebatas
perkataan. Lebih dari urusan tersebut, karakter adalah pilihan yang bisa menilai
suatu tingkat kesuksesan dari seseorang.
2. Wyne
Pengertian karakter menandai bagaimana teknis maupun teknik yang dipakai
dalam memusatkan penerapan dari nilai-nilai kebajikan ke dalam suatu tingkah
laku maupun tindakan.
3. Kamisa
Pengertian karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak serta budi pekerti yang
dipunyai seseorang yang membuatnya bertolak belakang dibandingkan dengan
orang lainnya. Berkarakater pun dapat ditafsirkan sebagai mempunyai sebuah
watak serta kepribadian.
4. Doni Kusuma
Pengertian karakter ialah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun ciri khas yang
dipunyai seseorang yang berasal dari pembentukan atupun tempaan yang
didapatkannya melewati lingkungan yang terdapat di sekitar.
5. Gulo W
Pengertian karakter merupakan jati diri yang dapat disaksikan dari titik moral
maupun tolak etis, contohnya saja kejujuran seseorang. Biasanya karakter
mempunyai hubungan pada sifat-sifat yang lazimnya tetap.
6. W.B. Saunders
Pengertian karakter ialah sifat yang nyata serta bertolak belakang yang mana
diperlihatkan oleh seseorang. Karakter itu dapat disaksikan dari berbagai
macam atribut di dalam tingkah laku seseorang.
7. Alwisol
Pengertian karakter ialah penggambaran dari tingkah laku yang dilaksanakan
dengan menunjukkan serta menonjolkan nilai, baik nilai tersebut benar atau
salah secara implisit maupun eksplisit. Karakter tentu bertolak belakang dengan
sebuah jati diri yang memang di dalamnya tidak mengikat nilai sama sekali.
8. Soemarno Soedarsono
Pengertian karakter adalah sebuah nilai yang telah terpatri di dalam diri
seseorang melewati pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta
pengaruh lingkungan yang lantas dipadupadankan dengan nilai-nilai yang
terdapat di dalam diri seseorang dan menjadi nilai intrinsik yang terwujud di
dalam sistem daya juang yang lantas mendasari sikap, perilaku, dan pemikiran
seseorang.
9. Ryan & Bohlin
Pengertian karakter adalah sebuah pola perilaku seseorang. Orang dengan
karakter yang baik pasti saja bakal paham tentang kebaikan, menyukai
kebaikan, serta menggarap sesuatu yang baik pula. Orang dengan perilaku yang
memang cocok kaidah moral dinamakan sebagai orang yang berkarakter mulia.
10. Imam Al-Ghajali
Pengertian karakter adalah sifat yang mana tertanam di dalam sifat dan jiwa
seseorang tersebut. Sehingga secara spontan sikap, dan tindakan tersebut akan
terpencarkan.
11. Drs. Hanna Djumhana Bastaman M.Psi
Pengertian karakter merupakan format dari aktualisasi diri serta internalisasi
nilai serta moral yang berasal dari luar menjadi satu ke dalam unsur
kepribadiannya.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “beraneka satu itu”
yang bermakna meski berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap
satu kesatuan. Negara republik Indonesia yang terdiri beraneka ragam budaya
bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan tersebut memiliki
kesatuan yang tercakup di dalam semboyan tersebut. Semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” bisa ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang
ditulis pada abad ke-14 pada era Kerajaan Majapahit (Susi Sumisih, 2019).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter kebhinekaan
adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian manusia sebagai individu atau
kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika,
yang senantiasa menjaga persatuan tanpa membedakan suku, agama, ras, budaya
maupun adat istiadat.

Masyarakat
Definisi Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yg mereka anggap sama”. Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang
terdapat dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab,
“musyarakah”. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau
komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang
satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu
sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang
definisi masyarakat, "sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat
apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama".
Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama
mereka berdasarkan kepentingan bersama (Suwari Akhmaddhian dan Anthon
Fathanudien, 2015).
Pengembangan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa
dan harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan,
mengusahakan kesejahteraan, menangani sumber daya dan mewujudkan tujuan
hidup mereka sendiri. Pengembangan masyarakat diarahkan untuk membangun
supportive communities, yaitu sebuah struktur masyarakat yang kehidupannya
didasarkan pada pengembangan dan pembagian sumber daya secara adil serta
adanya interaksi sosial, partisipasi, dan upaya saling mendorong antara satu dengan
yang lain.
Salah satu tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun sebuah
struktur masyarakat yang di dalamnya memfasilitasi tumbuhnya partisipasi secara
demokratis ketika terjadi pengambilan keputusan. Upaya ini menuntut
pembentukan proses yang memungkinkan sebuah masyarakat mempunyai akses
kepada sumber daya, mampu mengontrol sumber daya dan struktur kekuasaan di
masyarakat. (Zubaedi, 2013)

METHODS
Design
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengatahuan
yang benar mengenai suatu masalah. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau
kelompok orang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis dan secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke
tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. (Adhi Kusumastuti dan Ahmad
Mustamil Khoeron, 2019). Penelitian berfokus pada tiga tema yaitu: Penerapan
Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam, Karakter, dan Masyarakat. Lokasi
penelitian dilakukan di SMK Ma’arif 6 Ayah Kecamatan Ayah Kabupaten
Kebumen. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2021.

Participants
Dalam penelitian ini dibutuhkan partisipan-partisipan dari berbagai unsur di
Lembaga Pendidikan Islam dalam hal ini adalah SMK Ma’arif 6 Ayah. Partisipan
penelitan berjumlah 25 orang terdiri dari 10 orang siswa, 5 Orang guru, 5 orang
karyawan, 1 orang kepala sekolah dan 4 orang warga masyarakat. Siswa berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Kriteria guru/karyawan adalah guru/karyawan
tetap di SMK Ma’arif 6 Ayah. Warga masyarakat adalah warga sekitar yang terlibat
dalam organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di sekitar SMK Ma’arif 6 Ayah.

Data and Sources of Data


Peneliti memanfaatkan literatur sebagai sumber data sekunder dan sebagai
dasar dalam menyusun pertanyaan yang akan diajukan pada partisipan atau
responden, untuk pedoman dalam melakukan pengamatan pada awal penelitian.
Daftar pertanyaan yang disusun melalui literature dapat meyakinkan subjek yang
diteliti kaitannya dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Ketika terdapat
perbedaan antara data yang ditemukan dengan literature yang dipersiapkan dalam
penelitian, maka peneliti dapat meninjau kembali data tersebut atau kembali ke
lapangan dengan mencari jawaban pertanyaan berikut. Mengapa terjadi perbedaan?
Apakah ada hal penting yang terlewatkan dalam penggalian data di lapangan?
Apakah kondisi kenyataannya berbeda? Bagaimana perbedaan tersebut terjadi?
(Farida Nugrahani, 2014).
Data penelitian dibagi menjadi dua. Pertama, data primer yang diperoleh
melalui prosedur wawancara dan observasi. Adapun yang menjadi data primer pada
penelitian adalah penerapan kurukulum lembaga pendidikan Islam SMK Ma’arif 6
Ayah sebagai basis pengembangan karakter masyarakat. Kedua, data sekunder yang
diperoleh secara tidak langsung berupa dokumentasi tentang kegiatan pembelajaran
pendidikan Islam di SMK Ma’arif 6 Ayah, kegiatan organisasi siswa dan literatur
terkait dengan tema penelitian.

Instrument
Intrumen berfokus pada tiga tema penelitian yaitu: 1) Penerapan Kurikulum
SMK Ma’arif 6 Ayah; 2) Isi muatan kurikulum SMK Ma’arif 6 Ayah yang
berkarakter; dan 3) Pengembangan karakter masyarakat berbhineka tuggal ika. Dari
ketiga tema tersebut kemudian dipilih indikator yang tepat yang berasal dari
literatur terdahulu dan dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan. Jenis validasi
yang digunakan adalah validasi dari para ahli. Cara yang dilakukan adalah dengan
meminta pertimbangan para ahli untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis.
Dalam menguji valid atau tidaknya instrumen, penelitin memvalidasi dari para
dosen ahli di bidangnya. Dalam prosesnya, dosen meneliti dan mencermati setiap
butir pertanyaan agar sesuai dengan kajian teori dan layak digunakan. Agar
penelitian terarah, peneliti menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang
selanjutnya dijadikan acuan dalam pedoman wawancara dan observasi.
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Pedoman
Tema Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Observasi
Penerapan 1. Perencanaan penyusunan 1. Menggunakan beragam
Kurikulum kurikulum lembaga pendidikan pendekatan, media
Pendidikan Islam. pembelajaran, dan
Islam 2. Langkah-langkah strategis sumber belajar lainnya
yang dilaksanakan dalam agar siswa memberikan
penyusunan kurikulum pendapatnya sendiri
lembaga pendidikan Islam berdasarkan persepsi
yang berkarakter kebhinekaan. diri yang sebenarnya
3. Metode yang digunakan guru 2. Memberi kesempatan
pengajar dalam implementasi berfikir untuk
kurikulum berkarakter. menumbuhkan sikap
4. Media dalam setiap berfikir kreatif dan kritis
pembelajaran pendidikan Islam terhadap praktik
yang mengimplementasikan pendidikan Islam terkait
karakter Bhineka Tunggal Ika. pengembangan karakter
5. Kendala dan solusi dalam Bhineka Tunggal Ika.
implementasi atau penerapan 3. Memberikan umpan
kurikulum yang dapat balik dan melakukan
mengembangkan karakter penelian terhadap
masyarakat.
Karakter 1. Langkah-langkah yang telah implementasi
dilaksanakan lembaga kurikulum kebhinekaan.
pendidikan islam dalam
implementasi kurikulum
lembaga pendidikan islam
sebagai basis pengembangan
karakter kebinekaan.
2. Metode dan media yang
digunakan lembaga pendidikan
Islam dalam implementasi
kurikulum lembaga pendidikan
Islam sebagai basis
pengembangan karakter
kebhinekaan
3. Kendala dan solusi dalam
implementasi kurikulum
lembaga pendidikan islam
sebagai basis pengembangan
karakter kebhinekaan.
Masyarakat 1. Menanyakan aktualisasi
kurikulum lembaga pendidikan
islam dalam kegiatan
kemasyarakatan pada
partisipan.
2. Menanyakan adanya dampak
yang dirasakan oleh
masyarakat terkait penerapan
kurikulum lembaga pendidikan
islam terhadap pengembangan
karakter masyarakat
Data Collection
Pengumpulan sumber data dan informasi dari subyek dan objek penelitian
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi non
partisipatif dilakukan dengan menganalisis dan mencatat secara sistematis
mengenai tingkah laku partisipan secara langsung. Observasi digunakan peneliti
untuk mengamati sikap dan karakter para partisipan dalam implementasi kurikulum
lembaga pendidikan Islam untuk mengetahui sejauh mana kurikulum tersebut dapat
mengembangkan karakter partisipan. Wawancara dilakukan melalui tanya jawab
secara sepihak menggunakan pedoman wawancara dengan merujuk pada
pelaksanaan pembelajaran serta menyampaikan butir yang hendak dikembangkan
peneliti. Peneliti menyampaikan terlebih dahulu pertanyaan yang telah disusun
secara sistematis dan mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh partisipan
secara teliti. Khusus untuk Partisipan (Guru dan Kepala Sekolah) SMK Ma’arif 6
Ayah peneliti mencatat apapun data berupa bagaimana proses penyusunan
kurikulum, pelaksanaan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran dan penerapan
kurikulum pendidikan sebagai basis pengembangan karakter masyarakat.
Dokumentasi yang dikumpulkan berupa catatan gambaran kegiatan SMK Ma’arif
6 Ayah, gambaran kegiatan organisasi siswa, dokumen kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), silabus dan bahan ajar, sarana dan prasarana, dokumen
kegiatan hubungan masyarakat (kehumasan) serta literatur yang berkaitan dengan
tema penelitian.

Data Analysis
Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari tiga tahapan sebagaimana
teori dari Miles, Huberman, & Saldaña (2014). Pertama, mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok sesuai dengan tema dan memfokuskan
pada hal-hal penting saja. Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan berupa data
observasi dan wawancara terkait peran manajemen kurikulum lembaga pendidikan
islam sebagai basis pengembangan karakter masyarakat. Kedua adalah penyajian
data dengan membuat tabel dan teks naratif berupa uraian singkat yang bermakna.
Penyajian data disusun dalam pola hubungan dimulai dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi sehingga mudah dipahami. Ketiga, melakukan
verifikasi data yang awalnya bersifat sementara. Data yang telah disajikan dengan
bukti-bukti pendukung yang kuat dikumpulkan untuk memperoleh kesimpulan
yang sesuai dengan tujuan masalah penelitian. Deskripsi singkat dari hasil temuan
diperjelas pada kesimpulan dan saran. Pada tahap ini, data disajikan dan
dikomentari untuk mengetahui apa yang terjadi sehingga dapat ditarik kesimpulan
secara umum tentang peran pendidikan Islam penerapan kurikulum lembaga
pendidikan islam sebagai basis pengembangan karakter masyarakat. Uji keabsahan
data dilakukan untuk menguji kredibiltas data menggunakan triangulasi yaitu
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh
dengan mengindetifikasi kejujuran peneliti, mengecek sumber data melalui waktu
dan cara yang berbeda, metode dan teori yang digunakan.

RESULT AND DISCUSSION


Penerapan Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam Sebagai Basis
Pengembangan Karakter Masyarakat

Perencanaan Penyusunan Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam SMK


Ma’arif 6 Ayah.
Perencanaan penyusunan kurikulum SMK Ma’arif 6 Ayah dimulai dari
tahap evaluasi diri sekolah (EDS) dan review KTSP. Penggunaan hasil evaluasi
sebagai bahan masukan dan perbaikan. Kegiatan perencanaan kurikulum di SMK
Ma’arif 6 Ayah melibatkan seluruh Guru dan pihak-pihak lain yang terkait seperti
Dinas Pendidikan dan Dunia Usaha/Dunia Industri. Peran dan konstribusi dunia
usaha terhadap jurusan yang ada di SMK Ma’arif 6 Ayah sangat besar dan
membantu dalam pencapaian kompetensi siswa.
Kendala yang dialami pada proses kegiatan perencanaan kurikulum SMK
Ma’arif 6 Ayah adalah belum bisa menghadirkan secara langsung pihak-pihak luar
sekolah yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Hal tersebut menyebabkan ada
beberapa kegiatan yang pelaksanaannya menjadi kurang fokus terhadap tujuan yang
ingin dicapai. Salah satu contohnya adalah kegiatan peningkatan dan
pengembangan karakter masyarakat.
Langkah-Langkah Strategis yang Dilaksanakan dalam Penyusunan
Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam yang Berkarakter Kebhinekaan.
Penyusun kurikulum SMK Ma’arif 6 Ayah dilakukan memalui beberapa
tahapan sehingga meghasilkan kurikulum sesuai dengan yang diharapkan.
Tahapan-tahapan dalam penyusunan kurikulum SMK Ma’arif 6 Ayah adalah:
1. Penertapan tujuan pendidikan
2. Penetapan profil lulusan
3. Penetapan capaian pembelajaran
4. Penetapan bahan kajian
5. Penetapan mata pelajaran
6. Penetapan metode pembelajaran
7. Penetapan strategi penilaian
Metode yang Digunakan Guru Pengajar dalam Implementasi Kurikulum
Berkarakter Bhinneka Tunggal Ika
Metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam
interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan (Muhamad Afandi, Evi Chamalah, dan Oktarina Puspita
Wardani: 2013). Menurut teori, terdapat banyak metode yang dapat diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran seperti metode pembelajaran kelompok atau
cooperative learning, metode pembelajaran diskusi atau discussion learning,
metode pembelajaran berbasis proyek atau project base learning, metode
pembelajaran berbasis masalah atau problem base learning, dan lain-lain.
Dalam upaya mengimplementasikan kurikulum berkarakter bhinneka
tunggal ika, guru pengajar di SMK Ma’arif 6 Ayah menggunakan metode
ketauladanan. Metode ini dipilih karena menurut mereka pembelajaran yang paling
mudah diterima oleh siswa adalah contoh atau ketauladanan. Sebagaimana Nabi
Muhammad SAW dalam membimbing para sahabat juga melalui ketauladanan.
Dengan memberikan tauladan penerapan karakter yang baik dalam pembelajaran
maka siswa secara otomatis akan menerima dan mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Media dalam Setiap Pembelajaran Pendidikan Islam yang
Mengimplementasikan Karakter Bhineka Tunggal Ika.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa agar proses belajar berjalan optimal. Berkaitan dengan
hal tersebut maka media pembelajaran meliputi 3 jenis yaitu (1) alat bantu
mengajar, (2) alat peraga dalam mengajar, dan (3) sumber belajar. (Muhammad
Ramli: 2012).
Media pembelajaran yang digunakan di SMK Ma’arif 6 Ayah tidaklah
berbeda dengan media yang digunakan di sekolah lain. Selain 3 jenis media yang
telah disebutkan di atas, SMK Ma’arif 6 Ayah juga menggunakan berbagai macam
poster untuk mendukung implementasi kurikulum yang berkarakter bhinneka
tunggal ika.
Kendala dan Solusi dalam Implementasi Atau Penerapan Kurikulum yang
Dapat Mengembangkan Karakter Masyarakat.
Hasil penelitian tentang penerapan kurikulum pendidikan Islam sebagai
basis pengembangan karakter masyarakat mengungkapkan bahwa lembaga
pendidikan Islam SMK Ma’arif 6 Ayah melalui kurikulum yang dikembangkannya
dapat dijadikan basis pengembangan karakter masyarakat terutama karakter
Bhineka Tunggal Ika. Sikap tidak membeda-bedakan antar komponen masyarakat
serta saling menghargai antar masyarakat yang memiliki perbedaan asal, ras, suku
dan agama merupakan salah satu karakter yang dikembangkan yaitu karakter
Bhineka Tunggal Ika. Sayangnya, implementasi penerapan kurikulum tersebut di
SMK Ma’arif 6 Ayah belum maksimal. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa hubungan antara Warga SMK Ma’arif 6 Ayah dan masyarakat
masih kurang harmonis. Ketidak harmonisan tersebut ditunjukkan dari kurang
aktifnya beberapa partisipan dalam kegiatan kemasyarakatan. Selain itu, ketidak
harmonisan juga ditunjukkan dari kurangnya intensitas kegiatan di SMK Ma’arif 6
Ayah yang melibatkan masyarakat sekitar. Padahal sejatinya, jika kurikulum yang
ada benar-benar dilaksanakan dengan baik maka tidak menutup kemungkinan SMK
Ma’arif 6 Ayah bisa menjadi basis kegiatan dan pengembangan karakter
masyarakat. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam umumnya dan khususnya SMK
Ma’arif 6 Ayah. Seharusnya pihak yayasan tidak hanya fokus pada pengembangan
infrastruktur lembaga saja tetapi juga dapat mendukung implementasi penerapan
kurikulum yang dapat dijadikan sebagai basis pengembangan karakter masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempererat
hubungan dengan masyarakat, SMK Ma’arif 6 Ayah rutin melakukan kegiatan yang
melibatkan tokoh masyarakat di lingkungan sekitar seperti kegiatan pengajian
dalam rangka peringatan hari-hari besar Islam seperti Ira’ mi’raj, Maulid Nabi, Idul
Adha dan lain-lain. Menilik dari hasil wawancara, tampak bahwa pengajian-
pengajian dan kegiatan kehumasan lainnya yang diadakan belum berfokus pada
pengembangan karakter masyarakat.

CONCLUSION
Hasil temuan mengungkapkan bahwa kurikulum lembaga pendidikan
islam memiliki peranan penting dalam pengembangan karakter. Karakter yang
dimaksud seperti karakter bhineka tunggal ika yang ada pada masyarakat sekitar.
Temuan berikutnya adalah terkait dengan belum optimalnya penerapan kurikulum
kebhineka tunggal ika-an. Indikasi belum optimalnya penerapan kurikulum untuk
mengembangkan karakter kebhineka tunggal ika-an diantaranya disebabkan oleh
hubungan yang kurang harmonis antara lembaga pendidikan Islam dengan
masyarakat sekitar. Selanjutnya untuk optimalisasi penerapan kurikulum
stakeholder harus mendukung kegiatan-kegiatan sekolah dalam
mengimplementasikan peningkatan karakter masyarakat melalui kurikulum yang
dikembangkan oleh sekolah tersebut. Hal itu sebagai upaya untuk membina
hubungan baik antara sekolah dan mayarakat dan menciptakan lulusan SMK yang
berkarakter kuat dalam kebinekaan. Diharapkan, melalui kurikulum pendidikan
Islam yang ditetapkan akan terbentuk masyarakat yang memahami dan merepkan
nilai-nilai bhineka tunggal ika sehingga mewujudkan masyarakat yang cinta damai.
REFERENCES

Abdul Jabar, Cepi Safrudin, dkk. (2016). Manajemen Pendidikan, Yogyakarta:


UNY Yogyakarta.

Admin, Guru Pendidikan. (2021). Pengertian Karakter.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-karakter/, diakses hari Ahad,
14 November 2021 Jam 09.59

Afandi, Muhamad, Chamalah, Evi, & Wardani, Oktarina Puspita. (2013). Model
dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.

Afifah, Durotul. (2016). Pelaksanaan Manajemen Kurikulum dalam Membentuk


Karakter Siswa di MAN 1 Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga –
Tesis.

Akhmaddhian, Suwari & Fathanudien, Anthon. (2015). Partisipasi Masyarakat


dalam Mewujudkan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi. Jurnal
Unifikasi. 2 (1). 67-90.

Alhadad, Muhammad Roihan. (2018). Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam.


Jurnal Tarbiyah Islamiyyah, 3 (1), 57 – 66.

Andarwati, Melaningrum. (2017). Menguatkan karakter Bhineka Tunggal Ika


Melalui pembelajaran Sejarah di Kelas. Jurnal Sejarah Budaya. (2), 172-179.

Bafadhol, Ibrahim. (2017). Lembaga pendidikan Islam di Indonesia.


https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/article/view/95, diakses
hari sabtu tanggal 20 November 2021 Jam 22.000

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Hawi, Akmal. (2017). Tantangan lembaga Pendidikan Islam. Tadrib, 3(1), 143-161.

Idris, Saefullah, ZA, Tabrani, & Sulaiman, Fikri (2018). Critical Education
Paradigm in the Prespective of Islam Education. Journal of Computational
and Theoretical Nanoscience, 24 (11), 8226 – 8230.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017), Pendidikan Kebinekaan pada


Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta: Puslitjakdikbud.

Kusumastuti, Adhi & Khiron, Ahmad Mustamil. (2019). Metode Penelitian


Kualitatif. Semarang: lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo.
LP3M Universitas Andalas. (2015). Pedoman Penyusunan dan Evaluasi
Kurikulum. Padang: Universitas Andalas.

Maya, Rahendra & Lesmana, Iko. (2018). Pemikiran Prof. DR. Mujamil Qomar,
M.Ag. Tentang Manajemen Pendidikan Islam. e-Journal STAI Al Hidayah
Bogor. 1 (2), 291-316.

Munardji. (2019). Manajemen lembaga pendidikan Islam. Jakarta: Alam’s


Publishing.

Mustoip, Soyan, Japar, Muhammad, & MS, Zulela. (2018). Implementasi


Pendidikan Karakter. Surabaya: Jakad Publishing.

Natsir, Muhammad & Rijal, Muhammad Khairul. (2020). Manajemen Kurikulum


Pendidikan Islam PengantarTeoritis dan Praktis. Samarinda: BO’ Kampong
Publishing.

Nugrahani, Farida. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam penelitian


Pendidikan Bahasa. Solo: Cakra Books.

Nungsih, Tutuk. (2015). Implementasi Pendidian Karakter, Purwokerto: STAIN


Press.

Ramli, Muhammad. (2012). Media Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin:


Antasari Press.

Ruslan & Hendra. (2019). Problematika Kurikulum Pendidikan Islam dalam Era
Pluralitas Agama. JurnalPemikiran Keislaman dan Kemanusiaan. 3(1)552-
560.

Saldana, Johnny, Huberman, A. Michael, & Milles B. Mattew. (2014). Qualitattive


Data Analysis A Methods Sourcebook Edition 3. USA: Sage Publication Ltd.

Salma. (2021). Pengertian, Ciri, dan Jenis Model Pembelajaran yang Perlu
Diketahui. https://penerbitdeepublish.com/model-pembelajaran/, diakses hari
sabtu tanggal 20 November 2021 Jam 22.42

Shulhan, Muwahid & Soim. (2013). Manajemen Pendidikan Islam Startegi Dasar
menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

Sumisih, Tuti. (2019). Konsep Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Tafsia Al-
Azhar dan Kontribusinyabagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lampung: Universtas Negeri Raden Intan – Tesis.

Suwardani, Ni Putu. (2020). Quo Vadis Pendidikan Karakter dalam Merajut


Harapan Bangsa yang Bermanfaat, Denpasar: UNHI Press.
Suyanta, Sri. (2013). Membangun Pendidikan Karakter dalam Masyarakat. Jurnal
Ilmiah Islam Futura. 13(1), 1-11.

T. Pido, Siti Asiah. (2018). Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka


Cendikia.

Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai