Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ( KONSEP KDM ) ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN PERSONAL HYGIENE

NAMA : Wulan Rismawati Bastari


NIM : 21101104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1.1. Pengertian
Definisi Personal Hygiene Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangandan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene
merupakan suatu tindakan untuk memeliharakebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diriadalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhan gunamempertahankan kehidupannya, kesehatan,
kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatan,klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri(Depkes 2000).Ukuran kebersihan atau
penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhanPersonal Hygiene berbeda pada
setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhankebutuhan. Perawat dapat
memberikan informasi-informasi tentang personal hygiene yanglebih baik terkait
dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalammelakukan
perawatan diri.

Personal hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya mengatasi masalah


kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene mempengaruhi kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan” (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Personal hygiene itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Selain itu, ada juga faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap personal hygiene di
antaranya: citra tubuh, kebudayaan, praktik sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Hal-hal yang muncul bila lansia kurang menjaga personal hygienenya diantaranya
penyakit kulit. Penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap, serta kuku yang panjang
dan kotor dapat menjadi sarang kuman penyebab penyakit saluran pencernaan, pada gigi
dan mulut akan menyebabkan karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi, dan bau mulut, pada
rambut terdapat ketombe/kutu” (dalam Wahyuni, 2013).
1.2 Etiologi

1. Faktot Predisposisi

Faktor predisposisi menurut Departemen Kesehatan (2000) adalah :

a). Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.

b). Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.

d). Sosial Kurang dukungan dari latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempemgaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres
seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat dikelompokkan
dalam kategori :

1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh menurunnya


stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti didalam
kehidupannya.
2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya (Stuart, 2006).
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2010), manifestasi klien dengan kebutuhan dan kebersihan
perawatan diri adalah sebagai berikut :
1). Fisik
a. Kulit kepala kotor, rambut kusam dan acak – acakan
b. Hidung dan telinga kotor
c. Gii kotor disertai mulut bau
d. Kulit kusam dan tidak terawatt
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
f. adan kotor, bau, dan pakain kotor
g. Penampilan tidak rapi.
2) Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri dan isolasi mandiri
c. Merasa tak berdaya, rendah hati dan meraa hina
3) Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan Kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
1.4 Patofisiologi
Ketidakmampuan perawatan diri ditentukan oleh ketidakmampuan untuk
Melakukan aktivitas. Ketidakmampuan untuk beraktivitas ini juga ditentukan oleh
beberapa hal seperti lemah atau lelah, cemas berat, tidak mampu merasakan bagian
tubuh,kerusakan kognisi atau perceptual, nyeri, kerusakan neurovaskuler, kerusakan
musculoskeletal. Jika kita tidak mampu beraktivitas (intoleransi aktivitas) atau
mengalami penurunan motivasi atau keinginan untuk beraktivitas, maka kita juga tidak
akan mampu untuk melakukan perawatan diri, sehingga kita akan mengalami defisit
perawatan diri.

1.5 Pathway/W.O.C
Terlampir
1.6 Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan kimia darah,
pemeriksaan serologi.
b) Pemeriksaan radiagnostik
foto tulang belakang, x foto kpeal dsb)
c) Pemeriksaan penunjang yang lain ( CT Joan , LP)
1.7 Komplikasi
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan membarn mukosa mulut
c. Infeksi
d. Gangguan psikologi
1.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/ Farmakologi dan Non
Farmakologi/ Konvensional dan Komplementer
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada
daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi
terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan
pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah
membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi
kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran darah
di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan
menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada
mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu
makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien
yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga
kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
1.9 Konsep Keperawatan
1.9.1 Pengkajian
a. Biodata Pasien
Riwayat kesehatan
Tanyakan Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan terakhir, alamat. tentang pola kebersihan individu sehari hari,
sarana dan prasarana yang dimiliki, serta factor faktor yang mempengaruhi
hygiene personal individu, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.
b. Diagnosa medis
Scabies
c. Keluhan utama
Tanyakan pada klien apa yang dirasakan sekarang.
d. Riwayat penyakit sekarang
P (Palliative) : apa yang menyebabkan nyeri.
Q (Quality) : seberapa sering nyeri dirasakan
R (Regio) : kaji bagian sendi mana yang
nyeri S (Scala) : Tentukan skala nyeri
T (Time) ; Tanyakan kapan waktu merasakan nyeri
e. Riwayat Kesehatan / Penyakit Yang Lalu
Tanyakan pada klien riwayat penyakit terdahulu yang dideritanya
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga yang mengalami hal
sedemikian
g. Pola aktivitas sehari-hari sebelum sakit dan saat sakit
a. Makan dan minum
b. Pola eliminasi
c. Pola istirahat/tidur
d. Kebersihan diri
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : kesadaran klien saat datang
2) TTV: Tekanan darah, Nadi, Suhu, RR
3) Pemeriksaan kepala dan leher : bentuk kepala, rambut, bentuk mata dan
kesimetrisan mata, bentuk hidung, apakah ada penonjolan kelenjar tyroid/ DVJ
(distensi vena jugularis)
4) Pemeriksaan Integumen : warna kulit, tekstur kulit, suhu kulit, kelembapan kulit.
5) Pemeriksaan dada/thorax : inspeksi pergerakan dinding dada dan pola napas
klien, perkusi apakah ada nyeri tekan pada sisi kanan dan kiri dada klien,
palpasi apakah ada edema/benjolan, vocal fremitus apakah normal atau tidak,
auskultasi apakah ada suara tambahan
6) Pemeriksaan payudara: apakah bentuk payudara simetris, apakah aja benjolan,
luka, lesi dan massa.
7) Pemeriksaan abdomen : inspeksi apakah pergerakan dinding perut simetris,
auskultasi bising usus, Perkusi suara perut apakah normal atau tidak, palpasi
apakah ada nyeri tekan dan pembengkakan,
i. Pemeriksaan genetalia :
Kebersihan genetalia, apakah ada edema, lesi
k. Pemeriksaan ekstremitas :
Apakah ada benjolan, lesi dan kesimetrisan serta tonus otot eksterimas atas dan bawah
dextra sinistra.
l. Pemeriksaan neurologis :
Olfaktorius kaji penciuman klien, optikus kaji apakah klien dapat menyebutkan
apa yang ditunjuk perawat, okulomotorius kaji apakah klien dapat menggerakkan bola
mata, trigeminus kaji apakah klien dapat merasakan stimulus, fasialis kaji apakah klien
dapat mengangkat alis dan vagus kaji apakah klien dapat menelan.
m.Penatalaksanaan (Terapi/Pengobatan)
a) Terapi intervensi pikiran (Mind-Body)
Tanyakan kepada klien apakah pernah melakukan terapi mind-body
b) Terapi energi
Tanyakan kepada klien apakah pernah melakukan terapi energi c) Terapi berbasis
manipulasi tubuh Tanyakan kepada klien apakah pernah melakukan terapi berbasis
manipulasi
c) Terapi biologis (Pengobatan Herbal)
Tanyakan kepada klien apakah pernah melakukan terapi biologis (pengobatan
herbal) d.)Terapi tambahan
Tanyakan kepada klien apakah pernah melakukan terapi tambahan seperti bekam,
akupuntur atau akupresur.
1.9.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yssang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
 Gangguan intgritas kulit / jaringan b.d kerusakan jaringan dan lapisan kulit ditandai
dengan Nyeri ( D.0129)
 Gangguan rasa Nyaman b.d mengeluh tidak nyaman ditandai dengan merasa gatal
( D.0074)
DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Gangguan intregitas Setelah di lakukan asuhan keperawatan 45 Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit/ jaringan b.d menit jam masalah dapat teratasi dengan O :
kerusakan jaringan kreteria hasil :  identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
atau kerusakan kulit di Integritas kulit dan jaringan ( L.14125) (perubahan sirkulasi, perubahan status
tandai dengan nyeri ( INDIKATOR SA ST nutrisi,penurunan kelebapan, suhu lingkungan ekstrim,
D.0129) 1. kerusakan 1 3 penurunan mobilitas.
jaringan T:
2. kerusakan 1 3 1. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
lapisan kulit kulit kering
3. nyeri 2 3 2. Gunakan produk berbahan ringan /alami dan hipoelergik
4. pendarahan 3 3 pada kulit sensitive.
3. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
E.
1. Anjurkan menggunakan pelembab ( lotion, serum)
2. Anjurkan menghindari suhu exstrem
3. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
1. Meningkat
2. Cukup
meningkat
3. Sedang
4. Cukup
menurun
5. Menurun

2. Gangguan rasa Setelah di lakukan asuhan keperawatan 45 Manajemen nyeri (I.08238)


Nyaman b.d mengeluh menit masalah dapat teratasi dengan O :
tidak nyaman ditandai kreteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan merasa gatal Status kenyamanan ( L.08064) durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
( D.0074) INDIKATOR SA ST 2. Skala nyeri
1. keluhan tidak 3 4 3. Identifikasi nyeri non verbal
nyaman 4. Monitoring efek samping pengguna analgesik
2. gelisah 3 4 T:
3. keluhan sulit 3 4 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
tidur rasa nyeri ( TENS, hypnosis, akupresure, terapi music,
4. gatal 3 4 terapi pijat, kompres hangat/dingin)
2. Kontol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur)

E.
1. Meningkat 1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Cukup 2. jelaskan strategi meredakan nyeri
meningkat 3. anjurkan menggunakan alagesik secara tepat
3. Sedang 4. anjurkan teknik non farmakologis untuk menggurangi
4. Cukup rasa nyeri
menurun K
5. Menurun Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia.
Depkes RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942.
Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
Jakarta: Depkes RI. Wahyuni, Sri, Endang Soelistyowati. Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan Remaja Putri di SMA Dharma Wanita 4 Taman Sidoarjo. Jurnal
Keperawatan. 2011;4(3): 100-103.
Isro’in. L, dan Andarmono. S. 2012. Personale Hygine. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai