Anda di halaman 1dari 2

KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID 19 DALAM UPAYA MEMUTUS RANTAI PENULARAN

COVID 19 DI LINGKUNGAN KELUARGA

Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang mengikuti suami berdinas di wilayah malang
selatan. Disaat covid 19 masuk di Indonesia saya tidak pernah menutup mata, saya selalu mencari
perkembangan informasi tentang pencegahan dan penularan covid 19 dari internet,televise dan sosmed
lainnya. Walaupun di tempat tinggal saya ini diperdesaan jauh dari kota saya sekeluarga selalu menjaga
diri dan mentaati anjuran pemerintah dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu 3M (memakai
masker,mencuci tangan dan menjaga jarak). Ketika memasuki bulan ramadhan yaitu bulan yang penuh
berkah kami selalu berdoa agar covid 19 ini hilang dari muka bumi supaya kami bisa berkumpul dan
merayakan lebaran dengan keluarga besar seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan berjalannya waktu
penyebaran virus ini sangatlah cepat yang mengakibatkan zona merah diberbagai wilayah di Indonesia.
Hari lebaran di tahun 2020 telah tiba kami pun tidak pulang sesuai anjuran pemerintah karena kami juga
tidak ingin membahayakan kesehatan orang tua dan keluarga kami disana. Lebaran ini memang sangat
terasa berbeda dengan lebaran sebelumnya yang mana dulu kita bisa bersilaturahmi,berkumpul dengan
keluarga besar dan teman-teman sedangkan untuk lebaran tahun ini kita tetap di rumah saja serta tidak
berkunjung ke tetangga ataupun kerabat terdekat. Tetapi Alhamdulillah walaupun kita tidak bisa pulang,
dengan perkembangan teknologi kita bisa silaturahmi sama keluarga melalui video call sehingga rasa
kangen sama keluarga sedikit bisa terobati.

Pada awal bulan desember 2020 saat mendengar suami akan berangkat dinas luar, saya sebagai
istri langsung menyiapkan apa saja yang harus dibawa mulai dari masker,hansdtanitaser,sarung
tangan,vitamin dan lain sebagainya karena kekawatiran saya di masa pandemi yang belum usai ini. Tidak
lupa saya selalu mengingatkan suami untuk memakai masker,menjaga jarak dan sering mencuci tangan.
Dengan berjalanya waktu tugas suami telah selesai,betapa terkejutnya saya mendengar lewat telephon
bahwa suami tidak bisa pulang dikarenakan positif covid 19 dan harus menjalani isolasi. Tentu hancur
dan sedih hati saya mendengar berita tersebut tetapi saya berusaha kuat,berusaha tenang karena suami
sempat panik menyampaikan hasilnya. Saya masih ingat betul situasinya dimana saya harus menahan air
mata agar suami tidak mengkhawatirkan saya dan anak-anak dirumah. Saya pun bertanya kepada suami
apa yang dikeluhkan, ternyata suami tidak merasakan gejala tertentu (tidak sesak nafas,demam,batuk
dan indra penciuman masih normal). Dokter pun telah mendiagnosa bahwa suami saya OTG (Orang
Tanpa Gejala) tidak seperti yang dirasakan pasien covid 19 pada umumnya . Saya pun tidak tinggal diam
saya berusaha mencari informasi tentang apa itu OTG dan penanganan apa saja yang harus dilakukan.
Saya saling shering via telephon dengan saudara yang pernah terpapar covid 19 dan berkonsultasi
dengan saudara kami yang juga kebetulan berprofesi sebagai dokter. Setelah mendapat informasi cara
penanganan tentang OTG saya langsung menyampaikan kepada suami via video call supaya suami dapat
menjaga pola makanan yang sehat,berolahraga,berjemur,istirahat yang cukup dan di suplay dengan
vitamin untuk meningkatkan daya imun tubuh dan yang paling penting harus menjalaninya dengan
iklas,sabar dan berserah diri kepada Allah swt karena tidak akan menguji melebihi batas kemampuan
umatnya. Saya setiap hari selalu menanyakan kepada suami apa ada keluhan yang dirasakan dan
mengingatkan sudah makan,minum vitamin,berolahraga dan berjemur. Terimakasih atas support
keluarga besar dengan membatu mengirimkan suplement vitamin karena lokasi kami yang termasuk
pelosok jauh dari kota tentu kesediaan diapotik pun terbatas diwilayah kami.
Hal yang sangat menyentuh hati adalah ketika anak-anak kami melakukan video call selalu
bertanya kapan ayah pulang dan kenapa ayah tidak pulang juga. Akhirnya saya menyampaikan kepada
anak saya yang masih berumur 4 dan 6 tahun ini agar setelah sholat mendoakan ayahnya supaya
sehat,segera pulang dan bisa berkumpul dirumah kembali. Tentu tidak mudah kami bagi dalam melewati
hari demi hari apalagi berita tersebut telah beredar di wilayah sekitar rumah kami. Cara pandang , sikap
dan perlakuan terhadap saya dan anak-anak dilingkungan juga terasa mulai berbeda. Saya menyadari
dan memakluminya tapi saya harus bisa sabar dan kuat demi anak-anak dan suami. Suatu ketika saya
mengamati anak perempuan kecil saya yang mengenakan mukena kecil berwana merah muda
kesukaanya duduk sambil mengangkat kedua tangan begitu lama sambil menutupi bibir mungilnya dan
tidak seperti biasanya setelah selesai dia menghapiri saya dan berbisik mengatakan adik sudah berdoa
buat ayah biar ayah sehat biar pulang dan main lagi sama adik dan sayapun mengamininya sambil
memeluknya. Setiap malam anak anak selalu bercerita kepada ayahnya aktifitas apa saja yang seharian
dilakukan tentu dengan polosnya mereka menirukan tingkah pola sendiri sampai adakalanya mereka
terjatuh karena terlalu bersemangat bercerita hingga membuat kami semua tertawa sejenak
melepaskan rasa rindu. Dan sebelum tidur kami juga terbiasa berdoa bersama dengan menggunakan
video call, terharu rasanya sampai tidak terasa saya meneteskan air mata kami pun bertiga saling
berpelukan akhirnya kita pun menangis bersama dikamar kecil kami yang terasa hening saat itu. Anak
laki-laki saya juga sudah mulai bisa meluapkan rasa rindunya dengan menggambar kebersamaan
ayahnya di papan tulis tempat mereka belajar dan sering mengirim pesan gambar sedih taupun
mengirim suara menanyakan kapan ayahnya bisa pulang agar bisa bermain dilapangan yang kebetulan
ada didepan rumah kami seperti biasanya. Selalu ada hikmah disetiap situasi yang kami lewati saya pun
tetap bersyukur karena ada ALLAH SWT bersama kami dan juga masih beruntung sedangkan diluar sana
bayak sekali keluarga yang kehilangan orang yang disayangi akibat virus covid 19 ini. Alhamdulilallah
pimpinan kami,senior,junior suami dan juga para tetangga ringan tangan tangan membatu keperluan
kami. Saya bersyukur kepada ALLAH SWT yang telah mengabulkan doa kami semua.

Dengan berjalannya waktu akhirnya masa isolasi suami telah selesai dan hasil sweb juga
menujukkan negative,akhirnya kami sekeluarga bisa berkumpul kembali. Desember 2020 adalah bulan
yang tidak akan telupakan bagi keluarga kami tentunya rasa syukur yang tidak henti-hentinya kami
panjatkan kepada ALLAH SWT. Tentunya saya ingin sampaikan kembali bahwasanya covid 19 masih ada
dan kita harus bersama-sama tetap melakukan protocol kesehatan dengan menerapkan 3M tolong
jangan sia-siakan perjuangan tim medis yang gugur terpapar membantu pasien covid 19 dan masih
banyak diluar sana mereka yang masih berjuang untuk hidup menggunakan alat bantu oksigen. Tentu
kita semua tidak ingin seperti mereka ataupun kehilangan orang-orang yang kita sayangi hanya karena
tidak percaya. Kami yang sudah menerapakan protocol kesehatan masih bisa terkena kenapa anda
dengan sombongnya tidak mau memakai masker dan menertawakannya mengganggap itu hanya isu
saja. Padahal kematian diseluruh warga dunia juga terus bertambah banyak, pemerintah kita pun sudah
mulai menyiapkan vaksin kepada warganya. Maka kita bersama harus ikut mendukung terlaksana
vaksin untuk kesehatan kita semua. Tentunya kita ingin melewati bulan ramadhan tahun 2021 ini bisa
lebih baik dari tahun sebelumnya dan bisamerasakan mudik lebaran lagi. Semoga kita semua dirahmati
ALLAH SWT serta dilindungi dan di jauhkan dari covid 19 dan semoga bumi kita sehat bersih kembali
bebas dari virus covid 19 Aminn YRA.

Anda mungkin juga menyukai