Anda di halaman 1dari 3

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Badan Pusat Statistik (2016), Indonesia memiliki panjang pantai
yang apabila diukur dari Sabang sampai Merauke adalah sekitar 99.093 km serta
dua pertiga wilayah Indonesia berupa perairan laut. Indonesia sendiri merupakan
negara kepulauan dimana jumlah pulau mencapai lebih kurang 17.499 buah
(Irawanto dkk, 2017). Saking banyaknya pulau yang ada di Indonesia, sehingga
sekitar 60 % penduduknya hidup di wilayah pesisir (Tarigan, 2010). Dan sudah
barang tentu dengan luas perairan, panjang garis pantai dan jumlah pulau yang
demikian besar, secara alami Indonesia mewarisi kekayaan sumberdaya alam
yang melimpah (Rudyanto, 2004).
Dari sekian banyak pulau yang ada di Indonesia, salah satu yang terkenal
hingga dunia Internasional adalah Pulau Bali (Gautama, 2015). Bali merupakan
salah satu provinsi di Indonesia yang wilayahnya terdiri atas satu pulau dengan
luas wilayah 5.633 km2 (Evita dkk, 2012). Pulau Bali memiliki panjang garis
pantai 437,7 (0,5% panjang pantai Indonesia) (Eryani, 2015). Bali terdiri dari 8
kabupaten dan 1 kotamadya. Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten
di Bali. Kabupaten Tabanan memiliki luasan wilayah sebesar 839,33 Km2 atau
14,90 persen dari luas Provinsi Bali (5.632,86 Km 2) (Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali, 2016). Menurut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali (2010)
panjang pantai Tabanan 34,5 km yang tersebar dari Pantai Selabih sampai Pantai
Nyanyi sehingga dapat diketahui bahwa wilayah pesisir di Kabupaten Tabanan
lumayan luas. Wilayah pesisir Tabanan memiliki jenis tipe pantai berpasir dan
berbatu. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi pesisir dan laut apabila
dimanfaatkan dengan benar dapat menghasilkan manfaat yang besar terutama di
bidang pariwisata (Welly dkk, 2016).
Ditinjau dari berbagai macam peruntukan, wilayah pesisir dan laut
merupakan wilayah yang sangat produktif. Tingginya produktivitas primer di
wilayah pesisir memungkinkan tingginya produktivitas sekunder seperti ikan dan
hewan-hewan laut lainnya, sehingga wilayah ini mampu menyumbangkan devisa
yang tidak sedikit kepada negara (Wiradharma & Antara, 2006). Pada saat ini
2

pengelolaan wilayah dengan menjadikannya sebagai ekowisata telah berkembang.


Ekowisata merupakan salah satu bentuk rekreasi di alam bebas yang
pengelolaanya didasari dengan tanggung jawab di daerah yang masih alami atau
di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam, yang tujuannya selain untuk
menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendiikan (Yulianto, 2006).
Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan mangrove,
snorkeling ataupun diving, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian dan
penduduk lokal (Fandeli, 2000).
Ekowisata merupakan suatu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang
optimal (Flamin & Asnaryati, 2013). Dalam konteks ini wisata yang dilakukan
memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi,
pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap
perbedaan kultur atau budaya (Satria, 2009). Terdapat tiga alasan utama yang
mendukung kawasan pesisir Tabanan menjadi lokasi wisata. Pertama, adanya
keterkaitan di wilayah pesisir. Kedua, pariwisata pesisir mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Ketiga, pariwisata pesisir merupakan pariwista utama yang
dapat diandalkan (Amanah & Utami, 2006). Kegiatan ekowisata diharapkan dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi masyrakat setempat yang berasal dari
wisatawan, sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap ekosistem yang
ada di pesisir Kabupaten Tabanan agar dapat terjaga dan lestari (Sitorus &
Budiyulianto, 2016). Atas dasar pemikiran di atas sehingga penulis mengambil
judul “Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupataen Tabanan Sebagai
Penunjang Ekowisata di Provinsi Bali” yang dijadikan sebagai bahan praktik
integrasi.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktik ini adalah:
1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Tabanan
2. Menganalisis beberapa parameter kualitas air sebagai faktor pendukung
kegiatan pariwisata
3. Menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan pesisir dan laut sebagai
ekowisata pantai
3

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan tujuan diatas maka dalam praktik ini dibatasi pada aspek-
aspek yang berkaitan, antara lain :
1. Jenis ekosistem, tipe pantai, biota yang ada di dalam kawasan pesisir.
2. Parameter kualitas air meliputi suhu air, salinitas air, pH air, bau dan
dissolved oxygen (DO).
3. Parameter pembatas ditinjau dari kedalaman perairan, tipe pantai, lebar
pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, penutupan lahan, biota
berbahaya dan ketersediaan air tawar yang menjadi parameter kesesuaian
kawasan untuk dijadikan ekowisata pantai.

Anda mungkin juga menyukai