Anda di halaman 1dari 36

Abdi Malik Ramadhani, S.Pd.

Kelompok 2 Angkatan 81
No Daftar Hadir 14
Judul Kasus : Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif
Artikel : https://nasional.kompas.com/read/2019/11/07/15454461/polemik-dana-desa-yang-
melahirkan-desa-fiktif?page=all
Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Lemahnya dalam melakukan verifikasi pengalokasian dana desa yang menyebabkan
munculnya desa fiktif. Menurut Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng, secara administratif, setiap desa memiliki kode wilayah
yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Walaupun kode wilayah desa
tersebut tidak ada, kata dia, Pemerintah tetap mengalokasikan dana desa walau penyalurannya
diberikan kepada kabupaten atau kota terlebih dahulu (
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/06/21090521/masalah-desa-fiktif-pemerintah-
dinilai-lemah-memverifikasi-dana-desa ). Harusnya ada koordinasi antar lembaga yaitu
Kemendagri, Kemendes, dan Kemenkeu. Tidak hanya antara pemerintah kota/kabupaten dan
Kemenkeu saja.
2. Lemahnya koordinasi dalam program dana desa. Sesuai paparan no satu maka koordinasi
yang lemah ini kalau saya analisa lebih detail lagi , tidak hanya lemah koordinasi antara tiga
lembaga saja, melainkan juga lemah koordinasinya dengan Pemerintah Tingkat II.
3. Lemahnya pengawasan aliran dana desa. Harusnya desa fiktif bisa terdeteksi bila ada
pengawasan yang kuat dan tersistematis, sebulan dua bulan setelah aliran dana dea cair bisa
terlacak gejala tidak beresnya. Untuk setiap penggunaan dana desa harus ada laporannya dan
di validasi kebenarannya.
4. Belum melibatkan partisipasi aktif masyarakat atau publik dalam pengawalan. Masyarakat
atau publik perlu diajak berpartisipasi aktif dalam program dana desa ini, misalkan dengan
diberi akses pelaporan temuan penyalahgunaan dana desa lewat internet atau media komunikasi
lainnya juga akses untuk pesan dan kesannya masyarakat dengan adanya program dana desa.
Bila tidak ada umpan balik dari masyarakat desa penerima dana, perlu dicurigai adanya desa
fiktif atau desa bodong dan kemungkinan desa tersebut tak berpenghuni.
Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. - Akuntabilitas, pelanggaran prinsip akuntabilitasnya, antara lain:
1. Tidak adanya koordinasi dan kerjasama antar pihak terkait.
2. Lemahnya verifikasi dan pengawasan antar lembaga hingga masyarakat.
3. Lemahnya pertanggungjawaban, adanya desa fiktif dan aliran dana desanya mengalir dengan
fiktif pula, berarti lemah dalam sistem pelaporan.
- Nasionalisme, Melanggar nilai-nilai Pancasila terutama sila ke 5, pelanggaran kepada
kepentingan umum yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Melanggar UUD 1945
terutama pada pembukaan UUD 1945 alinea 2 dan 4. - Etika Publik, memanipulasi data dan
pencurian.
- Komitmen mutu, tidak berorientasi pada mutu transparansi
- Anti korupsi, melakukan korupsi B. Dampaknya: muncul desa-desa fiktif, aliran dana desa
tidak mengalir pada tempat semestinya, dan pembangunan nasional tersendat atau tidak sesuai
target waktu terkhusus pembangunan-pembangunan di desa seluruh Indonesia.
Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus
1. Memperkuat aturan-aturan terkait dana desa. adanya desa fiktif merupakan kesalahan
kolektif karena pembentukan desa melibatkan eksekutif dan legislatif. Penyelesaian masalah
desa fiktif pun harus dilakukan secara komprehensif untuk menutup celah kejadian serupa dan
memberikan sanksi kepada para pihak yang terlibat didalamnya supaya menimbulkan efek jera.
Kementerian Dalam Negeri harus menindak tegas pihak yang terbukti melanggar aturan di
kasus desa fiktif ini supaya ada efek jera kemudian seluruh dana desa yang sempat digunakan
pun harus dikembalikan ke kas negara.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Korupsi Dana Desa. Pelibatan masyarakat
menjadi solusi yang utama karena masyarakat pula yang berkecimpung langsung dalam suatu
kegiatan desa.
Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan
masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Konsekuensinya dengan aturan tersebut langkah-langkah birokrasi jadi bertambah
tahapannya namun percepatan pelayanan tetap bisa dilakukan. Dan Penegakkan hukum berupa
sangsi apa saja yang diterapkan jadi lebih jelas terkait pelanggaran-pelanggaran pada program
dana desa.
2. Masyarakat harus siap terus mengawasi, membentuk organisasi pengawasan dana desa dan
menyiapkan bukti bila ada pelanggaran dana desa.
Nama : Afiatus shoffa
Nip : 198604172020122002
Kelompok :2
Angkatan : LXXXI
Instansi : SDN MOJO III/222 Surabaya

Perilaku Tenaga Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan


August 4, 2007 Kabari Kesehatan No Comments 11197
oleh : Drg. Bambang Roesmono, MM, Dosen Jurusan Gigi Poltekkes Makassar.
Salah satu strategi untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010 adalah dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan sasaran utamanya antara lain
?Disetiap desa tersedia SDM Kesehatan yang kompeten?, dan Pelayanan Kesehatan di setiap
Rumah Sakit, Puskesmas, dan Jaringannya memenuhi standar mutu?. Aburizal Bakrie, dalam
opininya (Kompas 24/05/2006) yang berjudul ?Mengapa Pembangunan Manusia?? mengatakan
bahwa:??.perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan melakukan investasi pembangunan
manusia, baik dalam meningkatkan akses dan kualitas di bidang pendidikan dan layanan di bidang
kesehatan.
Dalam tiga dekade ini derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang bermakna,
tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka peningkatan tersebut masih
terhitung rendah. Permasalahan utama yang dihadapi adalah masih rendahnya kualitas kesehatan
masyarakat yang terlihat pada Renstra Depkes RI 2005-2009, dengan masih tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB): 32/1000 kelahiran hidup (2005), Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI):
262/100.000 kelahiran (2005), dan Usia Harapan Hidup (UHH): 69 tahun. Kualitas kesehatan
masyarakat pada wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) nampak sekali ketimpangannya,
ditambah masih rendahnya strata ekonomi dan pendidikan. Untuk itu, perlu diupayakan suatu
pelayanan kesehatan yang bermutu, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, yang dapat diterima
seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang pada satu sisi adalah unsur
penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata kondisinya saat ini masih
jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah pada
peningkatan dan pemberdayaan SDM Kesehatan secara profesional. Utamanya dalam
pembentukan Sikap dan Perilaku Profesional SDM Kesehatannya melalui jalur pendidikan formal
maupun non formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah
mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan profesionaliesme dalam
menanggulangi permasalahan kesehatan. Masih lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam
membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi
permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Yang
mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, masih adanya
praktik KKN, serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja aparatur pelayanan publik
dalam pelayanan kesehatan.
SIKAP DAN PERILAKU
Sikap dan Perilaku seseorang dibatasi oleh Hukum dan Moral. Hukum membatasi sisi lahiriahnya,
sedangkan moral membatasi sisi sikap batiniahnya. Disamping itu, sikap dan perilaku seseorang
juga dipengaruhi oleh EI (Emotional Intelligence) atau Kecerdasan emosional orang itu sendiri.
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya saat
menghadapi situasi atau masalah yang menyenangkan maupun menyakitkan. Daniel Goleman
(1995), dalam bukunya ? Emotional Intellegence: Why it can matter more than IQ?, menyatakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi
diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa seseorang. Agar EI seseorang dapat tercapai dengan optimal, maka Daniel
Goleman membagi EI dalam 5 (lima) tahapan bidang kompetensi yang harus dikuasai seseorang.
Bidang kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami
hubungan antara emosi, pikiran dan tindakan
2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang harus dapat mengatur
perasaannya agar perasaannya tersebut dapat terungkap dengan baik dan benar
3. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir positif
4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati)
5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk keterampilan yang sangat mendukung
keberhasilan seorang Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Menurut Arief Rachman, dalam makalahnya (Surabaya, Hyatt Hotel, 19-22/05/06)? Makna Nilai-Nilai
moral dan Etika bagi Profesional Kesehatan? menyatakan bahwa untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang Tenaga Kesehatan harus mempunyai 7
(tujuh) kompetensi andalan, yaitu:

 Manajemen diri sendiri,


 Keinginan untuk berprestasi,
 Keterampilan hubungan antar manusia,
 Keterampilan melayani,
 Keterampilan Teknis Profesionalisme,
 Keterampilan manajerial,
 Mempunyai wawasan berpikir global.

Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan
pelayanan publik, antara lain:

 Pekerjaan (work itself)


 Pengakuan (recognition)
 Prestasi (achievement)
 Tanggung jawab (responsibility)
 Gaji (salary)
 Status
 Fasilitas

Pengembangan (advancement)
Pengembangan yang dimaksud diatas (no.8) merupakan pengembangan watak dari seseorang
yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel, keterbukaan, ketegasan, berencana, percaya diri,
toleransi, disiplin, berani ambil resiko, punya orientasi masa depan dalam menyelesaikan tugasnya
dan bertaqwa.
TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di Rumah Sakit, Puskesmas, maupun
Klinik-Klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktek pelayanan yang diberikan tenaga
kesehatan kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang tidak mengerjakan yang
seharusnya mereka kerjakan, serta bukan isapan jempol juga adanya tenaga kesehatan yang
mengerjakan sesuatu yang seharusnya bukan wewenangnya/ kompetensinya. Makin banyaknya
pengaduan para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat awam/ berpendidikan/ kalangan
tenaga kesehatan sendiri, terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan.
Kesalahan medik dapat terjadi dimana-mana, baik pada negara maju, berkembang, maupun
terbelakang, bahkan pada tempat-tempat tertentu kejadian ini telah mencapai angka yang cukup
memprihatinkan. Di negara tetangga kita, disemenanjung barat Malaka, di Pulau Pinang, beberapa
waktu lalu pernah kejadian suatu lembaga konsumen (Persatuan Pengguna Pulau Pinang) yang
mengupas buruknya pelayanan kesehatan tentang kesalahan medik yang diberikan oleh para
Tenaga Kesehatan, dimana hal tersebut sampai-sampai tidak bisa diterima oleh Profesi Tenaga
Kesehatan tersebut, yang ujung-ujungnya mereka sampai dituntut oleh Ikatan Dokter Malaysia ini
harus diakui, bahwa kejadian tersebut tidak bisa lepas begitu saja dari sikap dan perilaku tenaga
kesehatan itu sendiri.
Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan ETIKA
dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa
disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
kelompok manusia. Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied
ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya membicarakan tentang
pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi
telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan KODE ETIK PROFESI.
Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga
Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik profesinya.
Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para
kliennya, sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar
tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi yang
berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
Etika Profesi dan Hukum Profesi Kesehatan masing-masing mempunyai tingkatan masalah
terhadap sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang berbeda-beda, yaitu;
 Perilaku yang dilakukan telah sesuai, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan berlawanan, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan Etika, tetapi sesuai dengan Hukum
Profesi Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan hokum tetapi sesuai dengan Etika.

Uraian diatas kalau dipilah lagi sesuai dengan tingkatan masalah, maka tindakan no 1 dan 2 adalah
tingkatan masalah yang paling mudah diselesaikan serta pelanggan atau pengguna jasa tidak terlalu
dirugikan, sedangkan pada tindakan nomor 3 dan 4 adalah kondisi yang sangat sulit diselesaikan
dan biasanya terjadi tarik ulur satu sama lain, sehingga mempunyai potensi merugikan pengguna
jasa atau pelanggan. Dari sini Tenaga Kesehatan harus mencermati, dan mensikapi dengan baik
setiap tindakan yang hendak diberikan kepada pelanggan/ pengguna jasa.
Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan yang berkualitas atau pelayanan
kesehatan yang prima terhadap masyarakat, seperti halnya pemberian pelayanan publik lainnya,
dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan profesional bagi seluruh SDM-nya. Sikap tersebut
seharusnya dimulai dari jajaran yang paling atas, tingkat pimpinan yang tertinggi, sampai pada
lapisan terbawah, atau petugas lapangan. Seorang pimpinan, seyogyanya mau meluangkan
waktunya, tenaganya dan dananya untuk mempraktekkan apa yang pernah diucapkan. Memang,
kadang-kadang ada seorang pimpinan yang menekankan kepada anak buahnya agar memberikan
pelayanan yang berkualitas dengan baik dan benar terhadap pengguna jasa pelayanan, tetapi
kenyataannya mereka tidak mau ?membayar harga yang diperlukan?, ?tidak menyediakan
pendidikan atau pelatihan terhadap pelayanan?, serta tidak berupaya ?mengukur kualitas
pelayanan?.
Pendidikan formal bagi para pelaku pelayanan kesehatan yang terdapat pada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Depkes RI melalui Pusat Diknakes yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/Polri, dan Swasta, sebaiknya
kurikulum yang ada pada saat ini perlu penambahan bobot SKS-nya atau pokok Bahasannya pada
beberapa Mata Ajar tertentu, antara lain; Ilmu Etika, dengan tambahan Pokok Bahasan Etika
Terapan (Applkied Etichs) yang berkaitan dengan Moral, Sikap, dan Perilaku;
Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan Manajemen SDM. Serta perlu
penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat setempat. Kondisi tersebut sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga kesehatan yang selalu berhadapan dengan manusia
yang mempunyai rasa ingin diperhatikan dan dilayani dengan baik dan benar, sehingga
membutuhkan sikap dan perilaku bagi pengelola untuk selalu mawas diri sesuai dengan tuntunan
agama, nilai-nilai etika dan moral.
Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan masyarakat atas pelayanan
kesehatan yang baik dan benar, terlepas dari besar kecilnya organisasi/ institusi yang ada, sangat
membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut:

 Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur hidup


 Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan
kompetensinya
 Hargai keluhan pelanggan dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah
 Perlakukan setiap pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus
 Lakukan doktrin Informed Consent secara ikhlas
 Laksanakan tindakan Rekam Medik secara lege artis, sesuai dengan ketentuan yang ada
 Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata pelanggan memandang kepuasan
yang didapat
 Paham, mengerti, dan mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas
sesuai dengan Etika dan Hukum yang berlaku
 Tetapkan sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan
 Mau terjun langsung ke lapangan dan melihat apa yang terjadi
 Bersikap sabar dan tidak mudah puas dengan hasil yang didapat
 Mau mendengar dan mensikapi terhadap gagasan yang timbul terhadap pelayanan yang
berkualitas.

https://kabarinews.com/perilaku-tenaga-kesehatan-dalam-pelayanan-kesehatan/2073
PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

1. Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban :
 Rumusan Masalah : Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang
bermakna akan tetapi masih terhitung rendah jika dibandingkan negara-negara tetangga
 Aktor yang terlibat, antara lain:
a. Masyarakat; rendahnya strata ekonomi dan pendidikan.
b. Tenaga kesehatan; merupaakan SDM kesehatan yang merupakan unsur penunjang
utama dalam pelayanan kesehatan, namun kondisi saat ini masih kurang baik pada
kuantitas maupun kualitas.
c. Pemerintah; belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana di seluruh daerah
di Indonesia dan perlu pembentukan sikap dan perilaku profesional SDM kesehatan
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal dari pemerintah.

2. Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban :
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus:
 Akuntabilitas: adanya tenaga kesehatan yang mengerjakan sesuatau yang
seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya
 Nasionalisme:tenaga kesehatan masih kurang efesien, efektif, dan profesionalisme
dalam menanggulangi permasalahan kesenatan
 Etika publik: pelayanan yang di berikan oleh tenga kesehatan masih buruk
 Komitmen mutu: masih lemahnya kemampuan SDM kesehatan dalam membuat
perencanaan pelayanan kesehatan yang terjadi dan tidak sesuai dengan harapan
masyarakat.
 Korupsi: tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik
KKN, serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja.
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Menurunnya kepercayaan masyarakat pada bidang layanan kesehatan.

3. Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus.
Jawaban : gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi
kasus, antara lain;
a. Membentuk/membuat KODE ETIK PROFESI.
b. Menyediakan pendidikan atau pelatihan terhadap pelayanan.
c. Sebaiknya kurikulum saat ini ditambah bobot SKS-nya atau pokok
bahasannya pada beberapa mata ajar tertentu, antara lain ; ilmu etika,
kewirausahaan dan managemen serta muatan lokal tentang kebudayaan ,
adat istiadat setempat.

4. Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban : konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus, antara lain :
a. Profesi akan berjalan dengan aturan yang di terapkan
b. peningkatan sumber daya manusia
c. bertambahnya ilmu pengetahuan di luar bidang keahlianya
Nama : ARINI MAFAIDA, S.Pd.
NIP : 199511072020122020
KELOMPOK 2 ANGKATAN 81

1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Masalah pokok yang terdapat pada artikel KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober
2019 adalah masalah yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. 7 kepala daerah ini melakukan
tindakan yang merugikan negara dengan memakai uang rakyat untuk kepentingan pribadi, 7 pemimpin
ini yakni:

1. Bupati Mesuji periode 2017-2022, Khamami dalam kasusnya ia ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018

2. Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019, Sri Wahyumi Maria Manalip dalam kasusnya ia
ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi
pasar di Kabupaten Talaud

3. Gubernur Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun ia ditetapkan sebagai tersangka tindak
pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau tahun
2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan

4. Bupati Kudus periode 2003 -2008, Tamzil ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait
jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dan melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana
dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan
Negeri Kudus

5.Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad Yani ia ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan suap
proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim

6. Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman Gidot ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
proyek pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat

7. Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
suap terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara

2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-


nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh 7 kepala daerah tersebut adalah tidak adanya nilai dasar anti
korupsi dan integritas dalam dirinya sebagai seorang PNS. Penyalahgunaan kekuasan atau jabatannya
merupakan tindak pidana korupsi, termasuk juga menerima atau memberi suap untuk memperlancar
proyek-proyek adalah bentuk tindak pidana korupsi.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI Secara umum adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan serta
memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya : 1.Tata ekonomi yakni pemborosan sumber-
sumber, dalam kasus ini dana-dana yang seharusnya bisa untuk mengoptimalkan pembangunan menjadi
tidak optimal karena telah dikorupsi oleh beberapa oknum kepala daerah tersebut.

2. Tata politik, yakni ketidakstabilan politik, karena adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh kepala
daerah tersebut maka terjadi ketidakstabilan dikarenakan adanya pengambilalihan kekuasaan oleh
oknum yang menyuap kepala daerah untuk menduduki suatu jabatan tertentu, serta terjadi hilangnya
kewibawaan pemerintah dalam kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah ini mengakibatkan
masyarakat tidak lagi percaya sepenuhnya dengan pemerintahan khususnya kepala daerah inilah yang
mengakibatkan hilangnya wibawa seorang kepala daerah.

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus

Alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus korupsi oleh 7 kepala daerah ini
adalah dengan sejak dini mungkin kita menerapkan nilai-nilai integritas pada setiap warga negara. nilai-
nilai integritas tersebut antara lain adalah:

1. jujur

2. peduli

3. mandiri

4. disiplin

5. tanggung jawab

6. kerja keras

7. sederhana

8. berani
9. adil

dengan penerapan nilai-nilai tersebut didalam diri masyarakat diharapkan ketika dia menjadi apapun
maka ia tidak akan melakukan tindakan korupsi, tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
lingkungan sangat menentukan seseorang bersikap dan bertindak. maka dari itu harus ada upaya-upaya
menanamkan nilai integritas yang kuat dalam diri masyarakat khususnya sebagai seorang kepala daerah
sehingga ia dapat menyelaraskan dan mengendalikan diri dalam memimpin suatu daerah serta dibekali
dengan pengetahuan tentang jerat tindak pidana korupsi apabila ia melakukannya saat dalam masa
jabatan.

untuk kasus yang telah terjadi yakni 7 kepala daerah yang melakukan korupsi, maka hal ini harus
ditindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan


pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
konsekuensi dari penerapan alternatif gagasan pemecahan masalah korupsi dari artikel tersebut adalah
harus ada pengendalian sistem integritas yang nantinya akan berjalan secara efektif pada organisasi
yang sudah terintegrasi dan selaras pada semua aspek organisasi yakni : Nilai, Visi dan Misi, Strategi,
Program, dan Kegiatan.

Dalam mengendalikan sistem integritas ini maka harus diadakan sistem-sistem khusus untuk
pengendalian korupsi dan standar etika, antara lain:

1. Peningkatan Peran Pengawasan Internal


2. Post Employment
3. Integrity checking
4. Pengungkapan isu integritas
5. Pengendalian gratifikasi
6. Pelaporan harta kekayaan
7. Analisis resiko terhadap integritas
8. Revitalisasi kode etik dan pedoman perilaku
9. Seleksi dan keteladanan pimpinan puncak
10. Evaluasi eksternal integritas
NAMA : DIAN NUR ‘AINI S.Pd.

NIP : 198607182020122002

KELOMPOK :2

ANGKATAN : 81

Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik

Detail Kasus Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik

Detail Ujian Anda

Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban Anda Mengubah pelayanan publik yang selama ini konvensional, harus melalui
berbagai instansim dan birokrasi yang ribet tanpa kejelasan alur pelayanan menjadi lebih
cepat, efisien, mudah, dan jelas alurnya. Menghindari dari oknum-oknum yang
memanfaatkan situasi tersebut untuk pungli, dan lain-lain. Aktor yang dilibatkan dalam
pelayanan publik adalah seluruh stakeholder. Pegawai setiap instansi, bahkan keamanan, dan
tukang parkir. semua yang terlibat diharapkan memiliki mental pelayan publik terlepas dari
statusnya yang merupakan ASN.

Soal Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban Anda A. Adanya pungli bila tidak adanya alur pelayanan yang jelas, ASN bermental
priyayi, yang tidak mau melayani rakyat. mempersulit pelayanan, yang seharusnya mudah
tapi dipersulit. ASN sebagai pelayan publik tetapi malah tidak ramah terhadap masyarakat
yang membutuhkan jasanya. B. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
birokrasi, rendahnya antusiasme masyarakat dalam pengurusan birokrasi, tingginya angka
korupsi dan pungli, dan jangka panjang, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap
negara

Soal Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus

Jawaban Anda Menyediakan tempat pelayanan yang nyaman dengan dilengkapi berbagai
fasilitas pendukung, sehingga menghilangkan kesan angker tentang pelayanan publik.
Menginformasikan syarat administratif secara terbuka kepada masyarakat bila memerlukan
sebuah layanan tertentu Mengutamakan pelayanan secara online untuk efisiensi dan
menghindari antrian pelayanan Mengubah kinerja ASN dan pelayan publik dalam melayani
masyarakat

Soal Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban Anda Membutuhkan anggaran yang besar untuk membangun atau merombak tempat
pelayanan publik Melakukan revolusi mental terhadap pegawai serta dilakukan punishment
dan reward terhadap pegawai teladan dan penerapan hal ini bisa berakibat persaingan diantara
pegawai mempersingkat waktu pelayanan tanpa harus bolak balik menuju kantor-kantor yang
dituju, kadang terdapat masyarakat yang belum paham terhadap alur pelyanan yang baru
Kesulitan mengakses layanan online bagi masyarakat yang masih gagap teknologi.
Evi Nur Musliati
199310302020122016
EVALUASI AKADEMIK (11 JUNI 2021)

Judul Artikel : Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
1. Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban

Rumusan kasus :

Banyaknya permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian layanan kepada


masyarakat. Beberapa permasalahan tersebut adalah:

1. Paradigma administrator publik yang belum menempatkan masyarakat sebagai


aspek terdepan prioritas.
2. Kurangnya keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengaturan dan
implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat maupun daerah.
3. Beberapa instansi belum memiliki SOP yang jelas
4. Beberapa instansi belum memberikan layanan dengan SOP
5. Durasi waktu dalam pelayanan belum ada
6. Kompetensi petugas pemberi layanan masih rendah dan kurang sesuai
7. Sarana dan prasarana pelayanan belum memadai

Aktor dan perannya :

1. Masyarakat, sebagai pengguna layanan.


2. Administrator Publik/Petugas Pelayanan, sebagai petugas yang memberikan
layanan langsung ke masyarakat.
3. Instansi pemerintah, sebagai penyedia layanan.

2. Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Masyarakat
Masyarakat menerima pelayanan yang belum efektif dan efisien.
Masyarakat tidak mengetahui posisinya dalam kebijakan publik.

2. Administrator Publik/Petugas Pelayanan


Akuntabilitas : SOP yang sudah ada tidak diterapkan dengan baik
Nasionalisme : belum mengutamakan masyarakat dalam prioritas pelayanan
Etika Publik : bersikap kurang ramah dan kurang sopan
Komitmen Mutu : kompetensi yang rendah dalam menyediakan pelayanan
Anti Korupsi : kurangnya semangat kerja keras dalam memberikan pelayanan

3. Instansi pemerintah
Akuntabilitas : belum adanya kejelasan SOP dan durasi waktu pelayanan
Nasionalisme : belum melibatkan masyarakat secara langsung dalam kebijakan
publik yang dibuat
Etika Publik : layanan kurang efektif dan efisien, sehingga merugikan
masyarakat yang mengakses pelayanan
Komitmen Mutu : kurang disiplin dalam menjalankan SOP yang sudah dibuat
Anti Korupsi : kurang adil dalam memberikan pelayanan dengan belum adanya
sarana untuk difabel, ruang laktasi dan lansia
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
1. Membudayakan mentalitas priayi ASN yang tidak mengutamakan masyarakat
sebagai prioritas utama dalam pelayanan.
2. Kebutuhan masyarakat dalam penggunaan layanan tidak terpenuhi.
3. Menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
4. Ketidakjelasan alur dan proses menghasilkan tumpukan pekerjaan dan justru
memperlambat kerja dan pelayanan dari ASN.
5. Memunculkan kebijakan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus
Jawaban
1. Membuat SOP yang jelas dan terukur durasi waktunya untuk dilaksanakan petugas
pelayanan serta dipublikasikan kepada masyarakat
2. Melakukan perbaikan proses bisnis pada pelayanan publik dan
mengimplementasikannya
3. Melakukan audit terhadap pengelolaan pelayanan
4. Memberikan bimbingan atau pelatihan kepada ASN dalam memberikan pelayanan
publik yang ideal
5. Memberikan penghargaan dan hukuman kepada ASN sesuai dengan kinerjanya
dalam melayani masyarakat
6. Memberikan sarana dan prasarana yang dapat memberikan kenyamanan untuk
disabilitas, lansia, maupun anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui

4. Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
Konsekuensi
1. Membuat SOP yang jelas dan terukur durasi waktunya untuk dilaksanakan petugas
pelayanan serta dipublikasikan kepada masyarakat
Konsekuensi : Petugas pelayanan dituntut untuk memiliki integritas yang tinggi
untuk mau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP; Masyarakat mudah
mengetahui kelemahan dalam pelayanan, sehingga instansi harus selalu siap
terhadap perbaikan dan perubahan ; Instansi harus menyediakan kontrol dan
pengawasan untuk terlaksananya SOP dengan baik
2. Melakukan perbaikan proses bisnis pada pelayanan publik dan
mengimplementasikannya
Konsekuensi : Petugas pelayanan harus memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang proses bisnis; Instansi harus siap dalam perubahan yang kemungkinan
terjadi akibat perbaikan proses bisnis yang diterapkan
3. Melakukan audit terhadap pengelolaan pelayanan
Konsekuensi : Adanya ketidakjujuran petugas pelayanan dalam pelaporan
pengelolaan layanan publiknya; Membutuhkan biaya lebih untuk melakukan proses
audit yang sesuai dengan standar
4. Memberikan bimbingan atau pelatihan kepada ASN dalam memberikan pelayanan
publik yang ideal
Konsekuensi : Belum tentu semua ASN dapat menerimadan menerapkan dengan
baik bimbingan dan pelatihan yang sudah diberikan; Instansi harus menyiapkan
anggaran untuk mengadakan bimbingan dan pelatihan
5. Memberikan penghargaan dan hukuman kepada instansi dan ASN sesuai dengan
kinerjanya dalam melayani masyarakat
Konsekuensi : Setelah mendapatkan penghargaan harus dapat menjaga kualitasnya;
Pemberian hukuman tidak memberikan dampak yang signifikan
6. Memberikan sarana dan prasarana yang dapat memberikan kenyamanan untuk
disabilitas, lansia, maupun anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui
Konsekuensi : Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam membangun sarana dan
prasarana tersebut; Harus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
pemanfaatan sarana prasarana tersebut
Nama : Muhamad Agung Sutopo
NIP : 199407022020121009
Kelompok : 2 Angkatan LXXXI
Instansi : Dinas Kepemudaan dan Olahaga Kota Blitar

Revolusi Industri 4.0 :


Tantangan dan Peluang untuk Optimalisasi Pelayanan Publik

Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
Masalah Pokok :
1. Belum Optimalnya Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat, digitalisasi sudah mulai memasuki celah- celah
kehidupan sehari-hari. Kemajuan Teknologi tersebut sudah banyak dimanfaatkan oleh
privat/swasta. Dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 Pemerintah juga harus memiliki sistem
yang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat. Saat ini sudah banyak tersedia Sistem
informasi Elektronik yang tersedia, Presiden Joko Widodo juga meluncurkan peta jalan (road map)
"Making Indonesia 4.0", tetapi belum sepenuhnya bisa dirasakan masyarakat luas. Hal tersebut
yang menjadi maslah yang harus dicari solusinya.
2. Belum Optimalnya aplikasi SIPPN
aplikasi SIPPN (Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional) telah diluncurkan unruk
membantu dalam menyelenggarakan pemerintahan yang memiliki fungsi merumuskan dan
menetapkan kebijakan terkait pelayanan publik berbasis digital. Tetapi aplikasi tersebut masih
belum maksimal karena belum semua daerah mengupdate kebutuhan data daerahnya.
3. Belum Optimalnya Sistem E-Goverment
E-goverment merupakan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan dalam era
digitalisasi, memiliki banyak manfaat dalam sistem berdemokrasi yang saat ini kita terapkan
diantaranya meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, maupun
koordinasi antar instansi yang berbasis internet. tetapi yang harus menjadi sorotan juga bahwa
asyarakat Indonesia yang wilayah nya cukup luas, apakah sudah terjangkau semua dan bisa
mengaplikasikan sistem tersebut.

Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS
dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi
kasus

Jawaban
A. Penerapan nilai-nilai dasar PNS dalam kasus ini adalah
Akuntabilitas - Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan kerjasama, meningkatkan
akuntabilitas dalam keputusan-keputusan dan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan.
Nasionalisme - Sila ke 5 Sila ini mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahiriah dan batiniah.
Etika Publik - Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Komitmen Mutu - Efektif, Efisien dan Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai
keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS dalam kasus tersebut adalah Kedisiplinan, kurangnya
disiplin di instansi yang belum melengkapi dokumen di aplikasi SIPPN.

B. Proses Pelayanan menjadi lambat, Menjadi celah bagi oknum untuk korupsi.
Sedangkan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus adalah
menjadi pemersatu bangsa dengan penerapan pelayanan publik yang cepat, terbuka untuk
masyarakat.
Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus
Jawaban
1. Melakukan Sosialiasi dan Diskusi Bersama kepada masyarakat dan pihak yang berkaitan tentang
manfaat, cara penggunaan sistem aplikasi tersebut.
2. Memberikan kemudahan akses bagi daerah-daerah yang kurang terjangkau dengan cara
membangun jaringan internet.
3.Memberikan pelatihan atau meningkatkan kwalitas SDM yang ada lingkungan pemerintahan
agar dapat memaksimalkan aplikasi atau sistem yang tersedia.
Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
1. Setelah dilakukan Sosialisai dan Diskusi bersama akan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat dan pihak yang berkaitan, tetapi hal ini termasuk hal yang baru, sehingga tidak dengan
mudah diterima oleh sebagian masyarakat dan pihak yang berkaitan. Sehingga pihak2 tersebut
yang akan menghambat proses kemajuan.
2. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga membutuhkan waktu yang panjang untuk
proses pembangunan jaringan internet di daerah2 yang tidak terjangkau.
3. Membutuhkan biaya untuk pelatihan, dan membutuhkan waktu untuk proses pelatihan. Jika ada
SDM yang tidak memenuhi syarat setelah dilakuan pelatihan maka akan menghambat.
EVALUASI AKADEMIK
Mukaromah, S.Pd.I
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
DESKRIPSI RUMUSAN MASALAH
7 KASUS KKN PEJABAT DAERAH
1. 7 Oktober 2019, Khamami, Bupati Mesuji ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
proyek
2. pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018 sebesar Rp1,58 miliar dari pihak
swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji.
3. 30 April 2019, Bupati Kabupaten Talaud, Sri Wahyumi Maria Manalip ditetapkan tersangka
oleh KPK terkait kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten
Talaud.
4. 10 Juli 2019, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak
pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait
5. dengan izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir
6. dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang
7. berhubungan dengan jabatan.
8. 26 Juli 2019, Tamzil, Bupati Kudus ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait
jual beli jabatan di Kabupaten Kudus. Selain itu, ia juga pernah melakukan tindak pidana
korupsi terkait dana bantuan sarana dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun
anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan Negeri Kudus saat Tamzil menjabat sebagai bupati
Kudus.
9. 2 September 2019, Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad Yani ditangkap tim Penindakan
KPK dengan menyita US $35 ribu yang Diduga uang itu terkait dugaan suap proyek Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim.
10. 3 September 2019, Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman Gidot ke Kantor KPK di
Jakarta dengan menyita uang sejumlah Rp340 juta. Suryadman disebut menerima uang Rp336
juta dari sejumlah pihak
11. swasta melalui Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkayang, Alexius.
12. 6 Oktober 2019, Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan suap sebesar Rp. 728 juta terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas
Perdagangan Kabupaten Lampung Utara.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban:

A. Analisis bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nlai-nilai dasar PNS


Berdasarkan artikel tersebut, 7 pejabat yang ditangkap tangan oleh pihak KPK, jelas bertentangan
dengan konsep ANEKA (akuntabilitas, nasionalisme, Etika Publik , Komitmen Mutu dan Anti-
Korupsi):

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kesadaran adanya tanggung jawab dan kemauan untuk bertanggung
jawab. Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara yang berintegritas, membuat perencanaan yang
matang sebelum bekerja adalah suatu kewajiban agar pekerjaan berjalan dengan lancar dan
tertata.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar Ketika terjadi konflik antar kepentingan.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan
2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme


memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu
cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya
oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia
(nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan tugas,
seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan
bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang
lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya, PNS akan
mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan kerja dan masyarakat
sekitar.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme
bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa;
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta
tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
mengembangkan sikap tenggang rasa.

3. Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
a. Memgang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila
b. Setia mempertahankan UUD 1945
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
g. Mempertanggungjawabkan Tindakan dan kinerjanya kepada public
h. Meningkatkan sistem pemrintahan yang dmeokratis

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan sikap menjaga keefektifan, efisiensi, dan inovasi kerja demi
mencapai mutu atau kualitas tertentu. Mutu ASN dalam menjalankan tugas hendaknya
mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Ada tuntutan kreativitas bagi setiap individu dalam
menjalankan tugas sehari-hari. Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi,
inovasi, dan berorientasi pada mutu.

5. Anti Korupsi
Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa
korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Sedangkan pada UU No. 20 Tahun 2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan,
(4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi.
Anti korupsi merupakan sikap tegas memerangi korupsi. Memutus mata rantai korupsi dapat
diawali dari diri sendiri. Baik itu korupsi waktu, korupsi uang, maupun korupsi tugas (Alfaqi,
2016). Setiap individu hendaknya dapat menjadi pengingat bagi dirinya masing-masing.
Contohnya berada di lokasi sebelum jam kerja dimulai, tidak meninggalkan tempat kerja tanpa
alasan jelas sebelum jam kerja usai, dan tidak menggunakan uang negara untuk memenuhi
kebutuhan pribadi.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang


kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus

1. Tidak terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat


2. Tidak bisa terwujud masyarakat madani yangberintegrasi dengan pemerintah
3. Tidak bisa tercipta good governance
4. Tidak adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap pemerintah
5. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pejabat daerah
6. Masyarakat enggan mendukung dan melaksanakan kebijakan pemerintah

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi


kasus

Jawaban:
Gagasan alternatif untuk pemecahan masalah Korupsi, Kolusi dan Neoptisme berdasarkan kasus
7 pejabat yang tertangkap OTT adalah sebagai berikut :

1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi
politik dan kontrol sosial dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi Nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan Nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak
korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah
Kementerian beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”
7. Adanya kebutuhan Pegawai Negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi,
dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan
pengenaan pajak yang tinggi.

4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban:
Konsekuensi penerapan dari alternatif gagasan pemecahan masalah:
1. Masyarakat harus bekerjasama dan memiliki solidaritas tinggi untuk melakukan kontrol
politik dan kontrol sosial. Kerja dobel masyarakat ini akan menambah beban dan
tanggungjawab disamping tugas lain sebagai bangsa negara.
2. Pemerintah harus bertindak tegas dalam pencegahan KKN dengan cara pengawasan ketat
kepada pejabat aparatur negara. pemerintah harus siap memiliki musuh-musuh para pelaku
tindka kejahatan korupsi (seperti kasus 75 orang penyidik KPK yang dinonaktifkan)
3. KKN bisa diibaratkan sebagai gurita yang siap setiap saat mencengkeram siapa saja
dibawahnya untuk ikut turut serta dalam tindak pidana korupsi. Ini akan menjadi beban
besar bagi pemerintah untuk menghancurkan ‘Gurita’ yang sudah menjadi budaya. Bisa-
bisa sistem pemerintahan akan turut terseret dengan arus negatif ‘Gurita’ini.
Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif

KOMPAS.com - Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan triliunan rupiah dana desa


di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah desa yang menerima bantuan. Tahun
2020 misalnya, dana desa yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun.
Jumlah itu naik Rp 2 triliun bila dibandingkan alokasi pada tahun 2019.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan, peningkatan dana desa dilakukan sebagai
upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan potensi ekonomi
desa. Sehingga, diharapkan dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat desa. "Di samping itu, dana desa diharapkan dapat mendorong
inovasi dan entrepreneur baru, sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap
desa dapat dipasarkan secara nasional, bahkan global melalui marketplace," ucap
Jokowi saat menyampaikan pidato nota keuangan di Kompleks Parlemen, 16 Agustus
lalu.
Ironisnya, harapan peningkatan kesejahteraan itu pupus. Maraknya kabar
keberadaan desa fiktif di sejumlah wilayah Tanah Air menjadi indikasi bahwa dana
desa yang selama ini dikucurkan pemerintah pusat hanya sekedar menjadi bancakan
untuk dibagi-bagi oleh oknum tidak bertanggung jawab di daerah.
Desa fiktif
Temuan desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara. Kepolisian daerah setempat memperoleh informasi adanya 56 desa yang
terindikasi fiktif. Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan pengecekan fisik
di 23 desa yang tidak terdata di Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kepala Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra, Kompol
Dolfi Kumaseh mengatakan, dari 23 desa yang telah dicek, dua desa di antaranya
diketahui tidak memiliki penduduk sama sekali. Namun, Dolfi masih merahasiakan
identitas desa tersebut lantaran masih dalam proses penyelidikan. "Penyidik sudah
periksa saksi dari Kemendagri, kemudian ahli pidana dan ahli adiministrasi negara.
Telah dilakukan pemeriksaan fisik kegiatan dana desa bersama ahli lembaga
pengembangan jasa konstruksi," ujar Dolfi, di ruang kerjanya, Kamis (7/11/2019).
Di lain pihak, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turun tangan untuk
membantu Polda Sulawesi Tenggara menangani kasus yang terindikasi ada dugaan
tindak pidana korupsi ini. "Salah satu bentuk dukungan KPK adalah memfasilitasi
keterangan para ahli pidana dan kemudian dilanjutkan gelar perkara bersama 16
September 2019," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah dalam keterangan tertulis,
Rabu (6/11/2019).
Dalam kasus ini, KPK mengindikasi adanya 34 desa yang bermasalah. Tiga desa fiktif,
sedangkan 31 lainnya ada tapi surat keputusan pembentukannya dibuat dengan
tanggal mundur. Sementara, ketika desa tersebut dibentuk sedang berlaku kebijakan
moratorium dari Kemendagri. Sehingga untuk bisa mendapatkan dana desa harus
dibuat tanggal pembentukan backdate.
Perkara ini kemudian telah naik ke tahap penyidikan dan membutuhkan keterangan
ahli pidana. "Akan dilakukan pengambilan keterangan ahli hukum pidana untuk
menyatakan proses pembentukan desa yang berdasarkan peraturan daerah yang
dibuat dengan tanggal mundur (backdate), merupakan bagian dari tindak pidana dan
dapat dipertanggungjawabkan atau tidak," ucap Febri.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, desa fiktif mulai bermunculan
setelah pemerintah secara rutin mengucurkan dana desa setiap tahun. Momentum
inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk untuk
membentuk desa baru. "Kami mendengar beberapa masukan karena adanya transfer
ajeg dari APBN maka sekarang muncul desa-desa baru yang bahkan tidak ada
penduduknya. Hanya untuk bisa mendapatkan (dana desa)," ujar Sri Mulyani saat
rapat kerja evaluasi kinerja 2019 dan rencana kerja 2020 bersama dengan Komisi XI
DPR RI, Senin (4/11/2019).
Hingga September 2019, penyaluran dana desa baru mencapai Rp 44 triliun atau 62,9
persen dari total alokasi Rp 70 triliun pada tahun ini. Serapan ini turun bila
dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 63,2 perse atau sekitar Rp 37,9
triliun.
Verifikasi lemah
Pihak Istana Kepresidenan bukannya tutup mata dan telinga melihat realita ini. Jokowi
bahkan menegaskan, akan mengejar oknum pelaku yang sengaja memanfaatkan
kucuran dana desa untuk kepentingan pribadi. "Kami kejar agar yang namanya desa-
desa tadi diperkirakan, diduga, itu fiktif, ketemu, ketangkep," kata Jokowi usai
membuka acara Konstruksi Indonesia 2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu
(6/11/2019).
Menurut Jokowi, ada oknum yang dengan sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum
tersebut memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah dilakukan pemerintah,
mengingat luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke.
Hingga kini, tercatat ada sekitar 78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah
Air. "Manajemen pengelolaan desa sebanyak itu tidak mudah. Tetapi, kalau informasi
benar ada desa siluman itu, misalnya dipakai plangnya saja, tapi desanya enggak,
bisa saja terjadi," ucapnya.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi
bahwa proses verifikasi di lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki
kode wilayah yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin
mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat, harus mengajukan usulan melalui
pemerintah kabupaten/kota sebelum ke Kementerian Keuangan. Adapun besaran
alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama. Tergantung dari letak geografis,
jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan.
"Saat masuk ke Kemenkeu, ketika memasukkan desa itu dalam variabel perhitungan
kan tidak asal angkut begitu saja. Dia harus koordinasi dengan Kemendagri yang
punya kode wilayah, bahkan juga Kementerian Desa," kata Robert saat dihubungi,
Rabu (6/11/2019). "(Dengan kasus ini), berarti dari kabupaten/kota langsung ke
Kemenkeu dipakai tanpa ada koordinasi kiri-kanan dengan dua kementerian lain,"
imbuh dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Budi Arie Setiadi mengatakan, alokasi dana desa yang cukup besar
memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh elemen masyarakat. Ia
menambahkan, tidak boleh hanya sekedar menjadi penonton ketika dana desa ini
mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus berperan aktif bila ada dugaan
penyelewengan dana tersebut. "Kalau ada masalah, kita akan langsung cari dan
temukan solusi untuk mengatasinya. Rakyat jangan jadi penonton pembangunan.
Pengawasan dana desa terbaik adalah lewat peran aktif masyarakat," ucapnya.
(Sumber: Kompas.com. Edisi 7 November 2019. Penulis: Dani Prabowo)
Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Rumusan Kasus:

- Terjadinya penyelewengan dana APBN untuk pembangunan desa melalui desa fiktif
- Lemahnya verifikasi data merupakan salah satu penyebab munculnya desa fiktif

Aktor yang terlibat dan peran :

- KPK : Melakukan supervisi dan memberi bantuan berupa fasilitasi


- Polda : Melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, melakukan
pembinaan masyarakat
- Masyarakat : Berpartisipasi aktif dengan cara melaporkan apabila ada penyelewengan

Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS
dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi
kasus

A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS


- Akuntabilitas
Tidak sesuainya data yang terkirim dengan fakta yang ada di lapangan merupakan wujud
dari tidak akuntabelnya data tersebut.
- Nasionalisme
Penyelewengan dana tersebut merupakan contoh pelanggaran dari sila kelima
- Etika Publik
Rendahnya moral dari para oknum-oknum terkait
- Komitmen Mutu
Pemanfaatan celah-celah dalam administrasi pengajuan bantuan dana untuk desa
- Anti-Korupsi
Terjadinya praktik penggelapan dana desa merupakan contoh dari pelanggaran nilai anti
korupsi

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS


- Munculnya desa fiktif lain
- Tidak terlaksananya program pembangunan desa secara optimal
- Melemahnya ekonomi negara
- Memburuknya pandangan masyarakat terhadap kinerja pemerintah

Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasusAlternatif pemecahan masalah:

- Dilaksanakannya pembaruan data


- Dilaksanakannya penertiban administrasi
- Pengoptimalan peran organisasi yang ada di desa

Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.

- Dilaksanakannya pembaruan data


Pembaruan data dilakukan untuk mengetahui desa-desa mana yang terindikasi sebagai
desa fiktif
- Dilaksanakannya penertiban administrasi
Penertiban administrasi dapat mengurangi kemungkinan adanya desa-desa fiktif lain.
Penertiban administrasi memperkecil tingkat kelulusan pengajuan desa-desa yang tidak
memenuhi syarat sebagai desa yang layak mendapat bantuan
- Pengoptimalan peran organisasi yang ada di desa
Untuk mengurangi desa-desa fiktif lain, diperlukan peran aktif masyarakat melalui
organisasi-organisasi desa.
RIZKY PERMATASARI, S. Pd.
LATSAR CPNS ANGKATAN 81
EVALUASI TGL 11 JUNI 2021

Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah


pokok, aktor yang terlibat dan persan setiap aktornya
berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban Anda 1. Deskripsi dari rumusan kasus Polemik Dana Desa yang
Melahirkan Desa Fiktif, antara lain : a.Desa fiktif Temuan
desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara. Kepolisian daerah setempat
memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi
fiktif. Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan
pengecekan fisik di 23 desa yang tidak terdata di
Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara. b.Verifikasi lemah ada oknum yang
dengan sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum tersebut
memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah
dilakukan pemerintah, mengingat luasnya wilayah
sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke.
Hingga kini, tercatat ada sekitar 78.400 desa yang
tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. 2. Aktor yang
terlibat dan peran setiap aktornya berdasarkan konteks
deskripsi kasus Polemik Dana Desa Yang Melahirkan Desa
Fiktif adalah Berlapis lapis, modus desa fiktif untuk
mendapatkan alokasi dana desa paling mungkin
dilakukan pada level kabupaten. Kabupaten berperan
sebagai penerima (dana desa) sementara, sebelum
bermuara ke desa dan masyarakat yang berhak
menerima. Celah tersebut dipicu belum sinkronnya
koordinasi antar seluruh instansi pemerintah yang
berkewenangan dalam pengelolaan dana desa. Instansi
pemerintah ini terutama Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Persoalan belum sinkronnya koordinasi merupakan
imbas belum terbangunnya sistem. Kondisi ini kemudian
memicu kongkalikong.

Soal Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan


pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI
oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks
deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai
dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi
kasus

Jawaban Anda A. Analisis terhadap penerapan dan pelanggaran terhadap


nilai-nilai dasar PNS, pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dan NKRI adalah : Dalam Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Fungsi ASN
yaitu melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat
persatuan dan kesatuan Bangsa. Untuk menjadi seorang
pelayan publik yang professional diperlukan pembekalan
kepada PNS dengan nilai-nilai dasar profesi ASN yang
dikenal dengan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). 1.
Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Indikator nilai dasar akuntabilitas, yaitu:
Kepemimpinan, Memberi contoh kepada orang lain,
memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan. Transparansi, tujuannya mendorong
komunikasi dan kerjasama, meningkatkan akuntabilitas
dalam keputusan-keputusan dan meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan. Integritas,
kesesuaian antara perkataan dan tindakan.
Tanggungjawab, kewajiban dari individu atau lembaga
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukan. Keadilan,
merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal yang
dapat dipercaya. Keseimbangan, kinerja yang baik harus
disertai keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian yang dimiliki. Kejelasan, mengetahui
kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi. Konsistensi,
menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang
akuntabel. 2. Nasionalisme Nasionalisme adalah
pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai
kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah
dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnya, setiap penyelenggara negara, baik di pusat
maupun di daerah (LAN RI, 2015b). Sila 1 (Ketuhanan
Yang Maha Esa) Nilai ini mengandung arti adanya
pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan
bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa religious,
bukan bangsa atheis. Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan
beradab) Nilai ini mengandung arti adanya kesadaran
sikap dan perilaku sesuai dengan nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya.
Sila 3 (Persatuan Indonesia) Sila ini mengandung nilai
bahwa makna usaha kearah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia
sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya
terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Sila 4 (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan) Sila
ini mengandung makna bahwa suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga perwakilan. Sila 5
(Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) Sila ini
mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu
tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
lahiriah dan batiniah. 3. Etika Publik Etika publik adalah
refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan, dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum
dalam undang-undang ASN, yakni: Memegang teguh nilai-
nilai dalam ideologi Negara Pancasila. Setia dan
mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945. Menjalankan tugas
secara profesional dan tidak berpihak. Membuat
keputusan berdasarkan prinsip keahlian. Menciptakan
lingkungan kerja yang non diskriminatif. Memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika luhur.
Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik. Memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir. Komitmen
Mutu Standar penjaminan mutu pada setiap organisasi
tentulah tidak sama mengingat visi dan arah yang akan
dituju berbeda tetapi ada beberapa nilai yang harus ada
pada 4. Komitmen mutu seperti : Efektif (tepat sasaran)
yaitu tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan
baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisien
(tepat guna) yaitu tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang keluar alur. Inovatif yaitu perubahan
yang diciptakan untuk mencapai keadaan yang lebih baik
di masa yang akan datang. Berorientasi mutu yaitu setiap
kegiatan atau program yang dilakukan diarahkan untuk
pencapaian standar mutu. 5. Anti Korupsi Menurut
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi adalah
tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Anti korupsi dapat diidentifikasi ke
dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri dari Nilai-nilai anti
korupsi antara lain: Kejujuran Kejujuran berasal dari kata
jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak
curang. Kepedulian Peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
Kemandirian Mandiri berarti dapat berdiri di atas kaki
sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang
lain dalam berbagai hal. Kedisiplinan Disiplin adalah
ketaatan/kepatuhan kepada peraturan. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatu. Kerja keras Kerja keras didasari dengan
adanya kemauan di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian. Kesederhanaan Gaya hidup yang sederhana
yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros. Keberanian
Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran. Keadilan Adil adalah sama berat,
tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya. B. Dampak Tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI adalah : 1.
Hilangnya kepercayaan warga negara terhadap sistem
pemerintahan 2. korupsi yang semakin meningkat 3.
Angka kemiskinan yang tinggi 4. Carut marutnya sistim
birokrasi

Soal Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban Anda Deskripsi gagasan alternatif pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus Polemik Dana Desa
Yang Melahirkan Desa Fiktif adalah Peningkatan kualitas
hidup, peningkatan kesejahteraan, penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan pelayanan publik

Soal Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap


alternatif gagasan pemecahan masalah berdasarkan
konteks deskripsi kasus.

Jawaban Anda Deskripsi konsekuensi penerapan dari setiap alternatif


gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus Polemik Dana Desa Yang Melahirkan Desa
Fiktif adalah: Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan
triliunan rupiah dana desa di dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah desa yang menerima
bantuan. Tahun depan misalnya, dana desa yang akan
dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun. Jumlah itu
naik Rp 2 triliun bila dibandingkan alokasi pada tahun ini.
peningkatan dana desa dilakukan sebagai upaya untuk
pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan
potensi ekonomi desa. Sehingga, diharapkan dapat
mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat desa. Di samping itu, dana desa diharapkan
dapat mendorong inovasi dan entrepreneur baru,
sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap
desa dapat dipasarkan secara nasional, bahkan global
melalui marketplace.
Nama: Ummi ‘Athfiyah, S.Pd.I
SDN UJUNG IX/34 Dinas Pendidikan Kota Surabaya
LATSAR CPNS Golongan III Kelompok 2 Angkatan LXXXI

Artikel Kasus

KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober 2019

CNN Indonesia – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang 2019 ini. Data tersebut dirilis KPK per
Senin, 7 Oktober 2019. Operasi tangkap tangan pertama menyasar Bupati Mesuji periode 2017-
2022, Khamami, pada 23 Januari 2019. Dalam penindakan tersebut, tim KPK menyita uang
pecahan Rp100.000 yang tersimpan dalam satu kardus. Khamami lalu ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun
2018. Ia menerima sekurangkurangnya uang suap Rp1,58 miliar dari pihak swasta terkait
proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji. Atas perbuatannya, Khamami dijatuhi vonis
hukuman delapan tahun pidana penjara dan denda Rp300 juta subsider 5 bulan kurungan. Vonis
hakim ini sama dengan apa yang dituntut jaksa penuntut umum. Operasi tangkap tangan
berikutnya Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019 Sri Wahyumi Maria Manalip. Itu
terjadi pada 30 April 2019. Tim penindakan KPK menyita sejumlah barang mewah dalam
operasi senyap tersebut. Barang-barang yang disita seperti tas tangan merek Channel senilai
Rp97.360.000; tas merek Balenciaga seharga Rp32.995.000; jam tangan merek Rolex seharga
Rp224.500.000; anting berlian merek Adelle senilai Rp32.075.000; serta cincin berlian merek
Adelle seharga Rp76.925.000. Sri ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap
pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud. Ia saat ini tengah menjalani
proses persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi.
Selanjutnya pada 10 Juli 2019, tim penindakan lembaga antirasuah KPK menangkap Gubernur
Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun. Dari tangan Nurdin, tim KPK menyita
sejumlah uang dalam mata uang dolar Amerika, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan rupiah
sebesar Rp132 juta. Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi
memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau
tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan. Saat melakukan
penggeledahan rumah Nurdin, tim KPK menemukan uang berserakan. Dari kamar Nurdin
ditemukan duit dalam pecahan rupiah dan valuta asing. Uang itu terletak di tas ransel, kardus,
plastik dan paper bag dengan rincian Rp3,5 miliar, US$33.200 dan Sin$134.711. Saat ini
Nurdin menjadi tahanan KPK. Sementara kasusnya terus bergulir dengan pemeriksaan
sejumlah saksi, baik dari pihak lingkungan Pemprov Kepulauan Riau maupun pihak swasta.
Tamzil, Bupati Kudus menjadi 'pesakitan' berikutnya. Ia ditangkap pada 26 Juli 2019 saat
operasi tangkap tangan dilakukan tim penindakan KPK. Dari operasi tersebut turut disita uang
sejumlah Rp170 juta. Dalam waktu cepat, Tamzil ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.Tak terima hal tersebut, ia
mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun, majelis hakim
menolak praperadilan yang diajukan. Tamzil merupakan residivis kasus korupsi. Dia
sebelumnya pernah menjabat Bupati Kudus periode 2003 hingga 2008. Selama masa
pemerintahannya, dia pernah melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana dan prasarana
pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan Negeri
Kudus. Operasi tangkap tangan kelima di tahun ini menyasar Bupati Kabupaten Muara Enim,
Ahmad Yani. Ia ditangkap pada 2 September 2019. Tim Penindakan KPK menyita US $35 ribu
dari OTT tersebut. Diduga uang itu terkait dugaan suap proyek Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Muara Enim. Ada ironi dari penangkapan Bupati Muara Enim Ahmad Yani. Jauh
sebelumnya atau tepatnya pada Maret 2019, Ahmad Yani menyosialisasikan program
pemberantasan korupsi terintegrasi bersama KPK. Dikutip dari laman muaraenimkab.go.id,
Ahmad Yani sempat menyampaikan komitmen terhadap pencegahan dan penindakan korupsi
di lingkup Pemkab. "Kami buktikan dengan taat aturan dan taat administrasi dalam pengelolaan
keuangan daerah. Kami sangat mengapresiasi terhadap kegiatan yang diadakan oleh KPK ini,
semoga dapat menciptakan pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih, sehingga
terhindar dari budaya korupsi," kata Yani di Ruang Rapat Bina Praja Pemprov Sumatra Selatan,
20 Maret 2019. Secara pararel dengan penangkapan Ahmad Yani, pada tanggal 3 September
2019 Tim Penindakan KPK juga turut membawa Bupati Kabupaten Bengkayang Suryadman
Gidot ke Kantor KPK di Jakarta. Dari operasi itu, tim KPK menyita uang sejumlah Rp340 juta.
Tak berselang lama, Suryadman pun ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Suryadman disebut menerima uang
Rp336 juta dari sejumlah pihak swasta melalui Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkayang,
Alexius. Ia pun saat ini sedang menjalani masa tahanan di rumah tahanan Polres Jakarta Pusat.
Terkini, operasi tangkap tangan dilakukan pada 6 Oktober 2019 atas Bupati Lampung Utara,
Agung Ilmu Mangkunegara. Tim KPK menyita Rp728 juta dari operasi tersebut. Agung lalu
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas
Perdagangan Kabupaten Lampung Utara. Dalam jumpa pers penetapan tersangka, Wakil Ketua
KPK Basaria Panjaitan mengatakan pihaknya mengendus perilaku koruptif Agung sudah
tercermin sejak awal menjabat. Basaria mengatakan Agung memanfaatkan posisinya sebagai
kepala daerah baru untuk memperoleh pendapatan di luar penghasilan resminya. "Sebelumnya,
sejak tahun 2014, sebelum SYH [Syahbuddin] menjadi Kepala Dinas PUPR Lampung Utara,
AIM [Agung] yang baru menjabat memberi syarat jika SYH [Syahbuddin] ingin menjadi
Kepala Dinas PUPR, maka harus menyiapkan setoran fee sebesar 20-25 persen dari proyek
yang dikerjakan oleh Dinas PUPR," ujar Basaria saat konferensi pers di kantornya, Jakarta,
Senin (7/10) malam. 119 Kepala Daerah Terjerat Sejak KPK BerdiriSecara keseluruhan, Juru
Bicara KPK Febri Diansyah menyatakan bahwa pihaknya telah memproses hukum 119 orang
kepala daerah sejak mulai berdiri pada 2002 silam. "Dari 119 orang Kepala Daerah yang
diproses KPK, 47 di antaranya dari kegiatan tangkap tangan atau hanya 39,4 persen. Sehingga,
tidak sepenuhnya benar jika seluruh kepala daerah diproses melalui OTT," kata Febri saat
dikonfirmasi, Selasa (8/10). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur menempati posisi teratas
dengan 14 kepala daerah yang diproses hukum. Selanjutnya Sumatera Utara (12); Jawa Tengah
(10); Sumatera Selatan (7); Riau dan Sulawesi Tenggara (6); Papua dan Kalimantan Timur (5);
Aceh, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Lampung (4); Bengkulu, Maluku Utara, NTB
(3); Kalimantan Tengah, NTT, Sulawesi Selatan (2); Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Jambi, Sumatera Barat (1). "Itu data per 7 Oktober 2019, sejak KPK berdiri,"
terang Febri. (Sumber: cnnindonesia.com, Edisi 09 Oktober 2019
EVALUASI AKDEMIK

No SOAL JAWABAN
1 Mendeskripsikan Masalah Pokok: " Pejabat Negara yang masih
rumusan kasus dan/ melakukan perilaku korupsi" Aktor yang terlibat:
atau masalah pokok, "Pejabat Negara khususnya kepala daerah dan
aktor yang terlibat dan komisi pemberantas korupsi"
persan setiap aktornya
berdasarkan konteks
deskripsi kasus.
2 Melakukan analisis Para Pejabat Korupsi tersebut: Melanggar nilai-
terhadap : A. Bentuk nilai dasar ANEKA Melanggar nilai dasar
penerapan dan Akuntabilitas: Para pejabat yang korupsi
pelanggaran terhadap tersebut, mereka tidak bertanggung jawab pada
nilai-nilai dasar PNS, tugas yang diembanya. mereka
dan Pengetahuan menyalahgunakan jabatanya dengan melakukan
tentang kedudukan dan korupsi. Melanggar nilai dasar Nasionalisme:
peran PNS dan NKRI Para pejabat yang korupsi tersebut, Mereka lebih
oleh setiap aktor yang mementingkan kepentingan pribadi mengambil
terlibat berdasarkan keuntungan sebanyak-banyaknya demi
konteks deskripsi kesejahteranya sendiri. mereka
kasus. B. Dampak tidak mengesampingkan kepentingan bangsa dan
diterapkannya nilai- negara. Melanggar nilai dasar Etika pubik: para
nilai dasar PNS dan pemimpin daerah tersebut tidak memberikan
pengetahuan tentang layanan yang jujur, tanggap,akurat dan
kedudukan dan peran berdayaguna, serta santun. Melanggar nilai dasar
PNS dalam NKRI Komitmen Mutu: para pejabat yang korupsi
tersebut tidak melakukan perilaku yang
berdasarkan konteks mengayomi dan melindungi masyarakatnya.
deskripsi kasus Melanggar nilai dasar Anti Korupsi: Sangat Jelas
disini, yang dilakukan oleh mereka (kepada
daerah yang korupsi) adalah menerima suap agar
kepentingan dari penyuap dapat diloloskan
walaupun tidak sesuai dengn prosedur yang
berlaku. Hal ini berakibat pada melemahnya
sikap kompetitif karena "uang yang bekerja"
bukan dari kredibilitas dan kemampuan yang
dimiliki.
3 Mendeskripsikan Gagasan pemecahan Masalah bisa dimulai dari
gagasan-gagasan proses Calon kepala Daerah yang harus dilakukan
alternatif pemecahan dengan Seleksi yang Jujur. mungkin bisa
masalah berdasarkan diterapkan seperti proses selesi CPNS dewasa ini
konteks deskripsi kasus menggunakan sistem CAT (computer Assistant
Test) untuk meminimalisir kecurangan dalam
perekrutan, interfensi pihak lain ataupun jual beli
jabatan. Dari penerapan sitem tersebut,
diharapkan akan mendapat calon kepala daerah
benar-benar memiliki kualifikasi yang
dibutuhkan sebagai kepala daerah. ketika sudah
menjabat sebagai kepala daerah, mungkin
dengan mengikutkan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan dan sebagai
penunjang dalam menjalankan kewajibanya
sebagai kepala Daerah yang komprtitif mampu
membawa daerahnya bersaing dengan daerah
lain.
4 Mendeskripsikan Ketika Gagasan pemecahan masalah tersebut
konsekuensi penerapan dilaksanakan , maka dipastikan Calon Kepala
dari setiap alternatif Daerah mendatang akan memiliki perilaku dan
gagasan pemecahan komptensi yang unggul sesuai dengan nilai-nilai
masalah berdasarkan dasar ANEKA. Akuntabilitas: Konsisten Melawan
konteks deskripsi Korupsi dan bertanggungjawab terhadap
kasus. Amanah yang dibebankan kepadanya.
Nasionalisme: Mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi.
Etika Publik: Dalam memberikan pelayanan tidak
berpihak dan membeda-bedakan. Komitmen
Mutu: Meningkatkan dan membuat Inovasi untuk
memajukan Daerah yg dipimpinya dalam masa
kepemimpinanya. Anti Korupsi: Disiplin
Menjalankan amanah Jabatanya sesuai dengan
aturan-aturan yang telah berlaku, mejalankan
Zona Integrasi Wilayah bebas korupsi dan
wilayah Birokrasi Bersih melayani.

Anda mungkin juga menyukai