Kelompok 2 Angkatan 81
No Daftar Hadir 14
Judul Kasus : Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif
Artikel : https://nasional.kompas.com/read/2019/11/07/15454461/polemik-dana-desa-yang-
melahirkan-desa-fiktif?page=all
Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Lemahnya dalam melakukan verifikasi pengalokasian dana desa yang menyebabkan
munculnya desa fiktif. Menurut Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng, secara administratif, setiap desa memiliki kode wilayah
yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Walaupun kode wilayah desa
tersebut tidak ada, kata dia, Pemerintah tetap mengalokasikan dana desa walau penyalurannya
diberikan kepada kabupaten atau kota terlebih dahulu (
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/06/21090521/masalah-desa-fiktif-pemerintah-
dinilai-lemah-memverifikasi-dana-desa ). Harusnya ada koordinasi antar lembaga yaitu
Kemendagri, Kemendes, dan Kemenkeu. Tidak hanya antara pemerintah kota/kabupaten dan
Kemenkeu saja.
2. Lemahnya koordinasi dalam program dana desa. Sesuai paparan no satu maka koordinasi
yang lemah ini kalau saya analisa lebih detail lagi , tidak hanya lemah koordinasi antara tiga
lembaga saja, melainkan juga lemah koordinasinya dengan Pemerintah Tingkat II.
3. Lemahnya pengawasan aliran dana desa. Harusnya desa fiktif bisa terdeteksi bila ada
pengawasan yang kuat dan tersistematis, sebulan dua bulan setelah aliran dana dea cair bisa
terlacak gejala tidak beresnya. Untuk setiap penggunaan dana desa harus ada laporannya dan
di validasi kebenarannya.
4. Belum melibatkan partisipasi aktif masyarakat atau publik dalam pengawalan. Masyarakat
atau publik perlu diajak berpartisipasi aktif dalam program dana desa ini, misalkan dengan
diberi akses pelaporan temuan penyalahgunaan dana desa lewat internet atau media komunikasi
lainnya juga akses untuk pesan dan kesannya masyarakat dengan adanya program dana desa.
Bila tidak ada umpan balik dari masyarakat desa penerima dana, perlu dicurigai adanya desa
fiktif atau desa bodong dan kemungkinan desa tersebut tak berpenghuni.
Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. - Akuntabilitas, pelanggaran prinsip akuntabilitasnya, antara lain:
1. Tidak adanya koordinasi dan kerjasama antar pihak terkait.
2. Lemahnya verifikasi dan pengawasan antar lembaga hingga masyarakat.
3. Lemahnya pertanggungjawaban, adanya desa fiktif dan aliran dana desanya mengalir dengan
fiktif pula, berarti lemah dalam sistem pelaporan.
- Nasionalisme, Melanggar nilai-nilai Pancasila terutama sila ke 5, pelanggaran kepada
kepentingan umum yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Melanggar UUD 1945
terutama pada pembukaan UUD 1945 alinea 2 dan 4. - Etika Publik, memanipulasi data dan
pencurian.
- Komitmen mutu, tidak berorientasi pada mutu transparansi
- Anti korupsi, melakukan korupsi B. Dampaknya: muncul desa-desa fiktif, aliran dana desa
tidak mengalir pada tempat semestinya, dan pembangunan nasional tersendat atau tidak sesuai
target waktu terkhusus pembangunan-pembangunan di desa seluruh Indonesia.
Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus
1. Memperkuat aturan-aturan terkait dana desa. adanya desa fiktif merupakan kesalahan
kolektif karena pembentukan desa melibatkan eksekutif dan legislatif. Penyelesaian masalah
desa fiktif pun harus dilakukan secara komprehensif untuk menutup celah kejadian serupa dan
memberikan sanksi kepada para pihak yang terlibat didalamnya supaya menimbulkan efek jera.
Kementerian Dalam Negeri harus menindak tegas pihak yang terbukti melanggar aturan di
kasus desa fiktif ini supaya ada efek jera kemudian seluruh dana desa yang sempat digunakan
pun harus dikembalikan ke kas negara.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Korupsi Dana Desa. Pelibatan masyarakat
menjadi solusi yang utama karena masyarakat pula yang berkecimpung langsung dalam suatu
kegiatan desa.
Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan
masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Konsekuensinya dengan aturan tersebut langkah-langkah birokrasi jadi bertambah
tahapannya namun percepatan pelayanan tetap bisa dilakukan. Dan Penegakkan hukum berupa
sangsi apa saja yang diterapkan jadi lebih jelas terkait pelanggaran-pelanggaran pada program
dana desa.
2. Masyarakat harus siap terus mengawasi, membentuk organisasi pengawasan dana desa dan
menyiapkan bukti bila ada pelanggaran dana desa.
Nama : Afiatus shoffa
Nip : 198604172020122002
Kelompok :2
Angkatan : LXXXI
Instansi : SDN MOJO III/222 Surabaya
1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami
hubungan antara emosi, pikiran dan tindakan
2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang harus dapat mengatur
perasaannya agar perasaannya tersebut dapat terungkap dengan baik dan benar
3. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir positif
4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati)
5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk keterampilan yang sangat mendukung
keberhasilan seorang Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Menurut Arief Rachman, dalam makalahnya (Surabaya, Hyatt Hotel, 19-22/05/06)? Makna Nilai-Nilai
moral dan Etika bagi Profesional Kesehatan? menyatakan bahwa untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang Tenaga Kesehatan harus mempunyai 7
(tujuh) kompetensi andalan, yaitu:
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan
pelayanan publik, antara lain:
Pengembangan (advancement)
Pengembangan yang dimaksud diatas (no.8) merupakan pengembangan watak dari seseorang
yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel, keterbukaan, ketegasan, berencana, percaya diri,
toleransi, disiplin, berani ambil resiko, punya orientasi masa depan dalam menyelesaikan tugasnya
dan bertaqwa.
TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di Rumah Sakit, Puskesmas, maupun
Klinik-Klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktek pelayanan yang diberikan tenaga
kesehatan kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang tidak mengerjakan yang
seharusnya mereka kerjakan, serta bukan isapan jempol juga adanya tenaga kesehatan yang
mengerjakan sesuatu yang seharusnya bukan wewenangnya/ kompetensinya. Makin banyaknya
pengaduan para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat awam/ berpendidikan/ kalangan
tenaga kesehatan sendiri, terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan.
Kesalahan medik dapat terjadi dimana-mana, baik pada negara maju, berkembang, maupun
terbelakang, bahkan pada tempat-tempat tertentu kejadian ini telah mencapai angka yang cukup
memprihatinkan. Di negara tetangga kita, disemenanjung barat Malaka, di Pulau Pinang, beberapa
waktu lalu pernah kejadian suatu lembaga konsumen (Persatuan Pengguna Pulau Pinang) yang
mengupas buruknya pelayanan kesehatan tentang kesalahan medik yang diberikan oleh para
Tenaga Kesehatan, dimana hal tersebut sampai-sampai tidak bisa diterima oleh Profesi Tenaga
Kesehatan tersebut, yang ujung-ujungnya mereka sampai dituntut oleh Ikatan Dokter Malaysia ini
harus diakui, bahwa kejadian tersebut tidak bisa lepas begitu saja dari sikap dan perilaku tenaga
kesehatan itu sendiri.
Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan ETIKA
dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa
disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
kelompok manusia. Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied
ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya membicarakan tentang
pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi
telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan KODE ETIK PROFESI.
Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga
Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik profesinya.
Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para
kliennya, sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar
tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi yang
berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
Etika Profesi dan Hukum Profesi Kesehatan masing-masing mempunyai tingkatan masalah
terhadap sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang berbeda-beda, yaitu;
Perilaku yang dilakukan telah sesuai, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,
Perilaku yang dilakukan berlawanan, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,
Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan Etika, tetapi sesuai dengan Hukum
Profesi Kesehatan,
Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan hokum tetapi sesuai dengan Etika.
Uraian diatas kalau dipilah lagi sesuai dengan tingkatan masalah, maka tindakan no 1 dan 2 adalah
tingkatan masalah yang paling mudah diselesaikan serta pelanggan atau pengguna jasa tidak terlalu
dirugikan, sedangkan pada tindakan nomor 3 dan 4 adalah kondisi yang sangat sulit diselesaikan
dan biasanya terjadi tarik ulur satu sama lain, sehingga mempunyai potensi merugikan pengguna
jasa atau pelanggan. Dari sini Tenaga Kesehatan harus mencermati, dan mensikapi dengan baik
setiap tindakan yang hendak diberikan kepada pelanggan/ pengguna jasa.
Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan yang berkualitas atau pelayanan
kesehatan yang prima terhadap masyarakat, seperti halnya pemberian pelayanan publik lainnya,
dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan profesional bagi seluruh SDM-nya. Sikap tersebut
seharusnya dimulai dari jajaran yang paling atas, tingkat pimpinan yang tertinggi, sampai pada
lapisan terbawah, atau petugas lapangan. Seorang pimpinan, seyogyanya mau meluangkan
waktunya, tenaganya dan dananya untuk mempraktekkan apa yang pernah diucapkan. Memang,
kadang-kadang ada seorang pimpinan yang menekankan kepada anak buahnya agar memberikan
pelayanan yang berkualitas dengan baik dan benar terhadap pengguna jasa pelayanan, tetapi
kenyataannya mereka tidak mau ?membayar harga yang diperlukan?, ?tidak menyediakan
pendidikan atau pelatihan terhadap pelayanan?, serta tidak berupaya ?mengukur kualitas
pelayanan?.
Pendidikan formal bagi para pelaku pelayanan kesehatan yang terdapat pada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Depkes RI melalui Pusat Diknakes yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/Polri, dan Swasta, sebaiknya
kurikulum yang ada pada saat ini perlu penambahan bobot SKS-nya atau pokok Bahasannya pada
beberapa Mata Ajar tertentu, antara lain; Ilmu Etika, dengan tambahan Pokok Bahasan Etika
Terapan (Applkied Etichs) yang berkaitan dengan Moral, Sikap, dan Perilaku;
Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan Manajemen SDM. Serta perlu
penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat setempat. Kondisi tersebut sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga kesehatan yang selalu berhadapan dengan manusia
yang mempunyai rasa ingin diperhatikan dan dilayani dengan baik dan benar, sehingga
membutuhkan sikap dan perilaku bagi pengelola untuk selalu mawas diri sesuai dengan tuntunan
agama, nilai-nilai etika dan moral.
Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan masyarakat atas pelayanan
kesehatan yang baik dan benar, terlepas dari besar kecilnya organisasi/ institusi yang ada, sangat
membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut:
https://kabarinews.com/perilaku-tenaga-kesehatan-dalam-pelayanan-kesehatan/2073
PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
1. Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban :
Rumusan Masalah : Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang
bermakna akan tetapi masih terhitung rendah jika dibandingkan negara-negara tetangga
Aktor yang terlibat, antara lain:
a. Masyarakat; rendahnya strata ekonomi dan pendidikan.
b. Tenaga kesehatan; merupaakan SDM kesehatan yang merupakan unsur penunjang
utama dalam pelayanan kesehatan, namun kondisi saat ini masih kurang baik pada
kuantitas maupun kualitas.
c. Pemerintah; belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana di seluruh daerah
di Indonesia dan perlu pembentukan sikap dan perilaku profesional SDM kesehatan
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal dari pemerintah.
2. Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban :
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Akuntabilitas: adanya tenaga kesehatan yang mengerjakan sesuatau yang
seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya
Nasionalisme:tenaga kesehatan masih kurang efesien, efektif, dan profesionalisme
dalam menanggulangi permasalahan kesenatan
Etika publik: pelayanan yang di berikan oleh tenga kesehatan masih buruk
Komitmen mutu: masih lemahnya kemampuan SDM kesehatan dalam membuat
perencanaan pelayanan kesehatan yang terjadi dan tidak sesuai dengan harapan
masyarakat.
Korupsi: tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik
KKN, serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja.
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Menurunnya kepercayaan masyarakat pada bidang layanan kesehatan.
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Masalah pokok yang terdapat pada artikel KPK Tangkap 7 Kepala Daerah Sepanjang Januari-Oktober
2019 adalah masalah yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. 7 kepala daerah ini melakukan
tindakan yang merugikan negara dengan memakai uang rakyat untuk kepentingan pribadi, 7 pemimpin
ini yakni:
1. Bupati Mesuji periode 2017-2022, Khamami dalam kasusnya ia ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018
2. Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019, Sri Wahyumi Maria Manalip dalam kasusnya ia
ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi
pasar di Kabupaten Talaud
3. Gubernur Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun ia ditetapkan sebagai tersangka tindak
pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau tahun
2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan
4. Bupati Kudus periode 2003 -2008, Tamzil ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait
jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dan melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana
dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan
Negeri Kudus
5.Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad Yani ia ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan suap
proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim
6. Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman Gidot ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
proyek pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat
7. Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
suap terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran
PNS dalam NKRI Secara umum adalah merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan serta
memperlambat tercapainya tujuan nasional, diantaranya : 1.Tata ekonomi yakni pemborosan sumber-
sumber, dalam kasus ini dana-dana yang seharusnya bisa untuk mengoptimalkan pembangunan menjadi
tidak optimal karena telah dikorupsi oleh beberapa oknum kepala daerah tersebut.
2. Tata politik, yakni ketidakstabilan politik, karena adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh kepala
daerah tersebut maka terjadi ketidakstabilan dikarenakan adanya pengambilalihan kekuasaan oleh
oknum yang menyuap kepala daerah untuk menduduki suatu jabatan tertentu, serta terjadi hilangnya
kewibawaan pemerintah dalam kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah ini mengakibatkan
masyarakat tidak lagi percaya sepenuhnya dengan pemerintahan khususnya kepala daerah inilah yang
mengakibatkan hilangnya wibawa seorang kepala daerah.
Alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus korupsi oleh 7 kepala daerah ini
adalah dengan sejak dini mungkin kita menerapkan nilai-nilai integritas pada setiap warga negara. nilai-
nilai integritas tersebut antara lain adalah:
1. jujur
2. peduli
3. mandiri
4. disiplin
5. tanggung jawab
6. kerja keras
7. sederhana
8. berani
9. adil
dengan penerapan nilai-nilai tersebut didalam diri masyarakat diharapkan ketika dia menjadi apapun
maka ia tidak akan melakukan tindakan korupsi, tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
lingkungan sangat menentukan seseorang bersikap dan bertindak. maka dari itu harus ada upaya-upaya
menanamkan nilai integritas yang kuat dalam diri masyarakat khususnya sebagai seorang kepala daerah
sehingga ia dapat menyelaraskan dan mengendalikan diri dalam memimpin suatu daerah serta dibekali
dengan pengetahuan tentang jerat tindak pidana korupsi apabila ia melakukannya saat dalam masa
jabatan.
untuk kasus yang telah terjadi yakni 7 kepala daerah yang melakukan korupsi, maka hal ini harus
ditindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Dalam mengendalikan sistem integritas ini maka harus diadakan sistem-sistem khusus untuk
pengendalian korupsi dan standar etika, antara lain:
NIP : 198607182020122002
KELOMPOK :2
ANGKATAN : 81
Detail Kasus Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban Anda Mengubah pelayanan publik yang selama ini konvensional, harus melalui
berbagai instansim dan birokrasi yang ribet tanpa kejelasan alur pelayanan menjadi lebih
cepat, efisien, mudah, dan jelas alurnya. Menghindari dari oknum-oknum yang
memanfaatkan situasi tersebut untuk pungli, dan lain-lain. Aktor yang dilibatkan dalam
pelayanan publik adalah seluruh stakeholder. Pegawai setiap instansi, bahkan keamanan, dan
tukang parkir. semua yang terlibat diharapkan memiliki mental pelayan publik terlepas dari
statusnya yang merupakan ASN.
Soal Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban Anda A. Adanya pungli bila tidak adanya alur pelayanan yang jelas, ASN bermental
priyayi, yang tidak mau melayani rakyat. mempersulit pelayanan, yang seharusnya mudah
tapi dipersulit. ASN sebagai pelayan publik tetapi malah tidak ramah terhadap masyarakat
yang membutuhkan jasanya. B. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
birokrasi, rendahnya antusiasme masyarakat dalam pengurusan birokrasi, tingginya angka
korupsi dan pungli, dan jangka panjang, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap
negara
Jawaban Anda Menyediakan tempat pelayanan yang nyaman dengan dilengkapi berbagai
fasilitas pendukung, sehingga menghilangkan kesan angker tentang pelayanan publik.
Menginformasikan syarat administratif secara terbuka kepada masyarakat bila memerlukan
sebuah layanan tertentu Mengutamakan pelayanan secara online untuk efisiensi dan
menghindari antrian pelayanan Mengubah kinerja ASN dan pelayan publik dalam melayani
masyarakat
Jawaban Anda Membutuhkan anggaran yang besar untuk membangun atau merombak tempat
pelayanan publik Melakukan revolusi mental terhadap pegawai serta dilakukan punishment
dan reward terhadap pegawai teladan dan penerapan hal ini bisa berakibat persaingan diantara
pegawai mempersingkat waktu pelayanan tanpa harus bolak balik menuju kantor-kantor yang
dituju, kadang terdapat masyarakat yang belum paham terhadap alur pelyanan yang baru
Kesulitan mengakses layanan online bagi masyarakat yang masih gagap teknologi.
Evi Nur Musliati
199310302020122016
EVALUASI AKADEMIK (11 JUNI 2021)
Judul Artikel : Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
1. Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
Rumusan kasus :
2. Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban
A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Masyarakat
Masyarakat menerima pelayanan yang belum efektif dan efisien.
Masyarakat tidak mengetahui posisinya dalam kebijakan publik.
3. Instansi pemerintah
Akuntabilitas : belum adanya kejelasan SOP dan durasi waktu pelayanan
Nasionalisme : belum melibatkan masyarakat secara langsung dalam kebijakan
publik yang dibuat
Etika Publik : layanan kurang efektif dan efisien, sehingga merugikan
masyarakat yang mengakses pelayanan
Komitmen Mutu : kurang disiplin dalam menjalankan SOP yang sudah dibuat
Anti Korupsi : kurang adil dalam memberikan pelayanan dengan belum adanya
sarana untuk difabel, ruang laktasi dan lansia
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
1. Membudayakan mentalitas priayi ASN yang tidak mengutamakan masyarakat
sebagai prioritas utama dalam pelayanan.
2. Kebutuhan masyarakat dalam penggunaan layanan tidak terpenuhi.
3. Menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
4. Ketidakjelasan alur dan proses menghasilkan tumpukan pekerjaan dan justru
memperlambat kerja dan pelayanan dari ASN.
5. Memunculkan kebijakan publik yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
Masalah Pokok :
1. Belum Optimalnya Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat, digitalisasi sudah mulai memasuki celah- celah
kehidupan sehari-hari. Kemajuan Teknologi tersebut sudah banyak dimanfaatkan oleh
privat/swasta. Dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 Pemerintah juga harus memiliki sistem
yang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat. Saat ini sudah banyak tersedia Sistem
informasi Elektronik yang tersedia, Presiden Joko Widodo juga meluncurkan peta jalan (road map)
"Making Indonesia 4.0", tetapi belum sepenuhnya bisa dirasakan masyarakat luas. Hal tersebut
yang menjadi maslah yang harus dicari solusinya.
2. Belum Optimalnya aplikasi SIPPN
aplikasi SIPPN (Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional) telah diluncurkan unruk
membantu dalam menyelenggarakan pemerintahan yang memiliki fungsi merumuskan dan
menetapkan kebijakan terkait pelayanan publik berbasis digital. Tetapi aplikasi tersebut masih
belum maksimal karena belum semua daerah mengupdate kebutuhan data daerahnya.
3. Belum Optimalnya Sistem E-Goverment
E-goverment merupakan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan dalam era
digitalisasi, memiliki banyak manfaat dalam sistem berdemokrasi yang saat ini kita terapkan
diantaranya meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, maupun
koordinasi antar instansi yang berbasis internet. tetapi yang harus menjadi sorotan juga bahwa
asyarakat Indonesia yang wilayah nya cukup luas, apakah sudah terjangkau semua dan bisa
mengaplikasikan sistem tersebut.
Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS
dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi
kasus
Jawaban
A. Penerapan nilai-nilai dasar PNS dalam kasus ini adalah
Akuntabilitas - Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan kerjasama, meningkatkan
akuntabilitas dalam keputusan-keputusan dan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan.
Nasionalisme - Sila ke 5 Sila ini mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahiriah dan batiniah.
Etika Publik - Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Komitmen Mutu - Efektif, Efisien dan Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai
keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS dalam kasus tersebut adalah Kedisiplinan, kurangnya
disiplin di instansi yang belum melengkapi dokumen di aplikasi SIPPN.
B. Proses Pelayanan menjadi lambat, Menjadi celah bagi oknum untuk korupsi.
Sedangkan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus adalah
menjadi pemersatu bangsa dengan penerapan pelayanan publik yang cepat, terbuka untuk
masyarakat.
Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus
Jawaban
1. Melakukan Sosialiasi dan Diskusi Bersama kepada masyarakat dan pihak yang berkaitan tentang
manfaat, cara penggunaan sistem aplikasi tersebut.
2. Memberikan kemudahan akses bagi daerah-daerah yang kurang terjangkau dengan cara
membangun jaringan internet.
3.Memberikan pelatihan atau meningkatkan kwalitas SDM yang ada lingkungan pemerintahan
agar dapat memaksimalkan aplikasi atau sistem yang tersedia.
Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
1. Setelah dilakukan Sosialisai dan Diskusi bersama akan memberikan pengetahuan kepada
masyarakat dan pihak yang berkaitan, tetapi hal ini termasuk hal yang baru, sehingga tidak dengan
mudah diterima oleh sebagian masyarakat dan pihak yang berkaitan. Sehingga pihak2 tersebut
yang akan menghambat proses kemajuan.
2. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga membutuhkan waktu yang panjang untuk
proses pembangunan jaringan internet di daerah2 yang tidak terjangkau.
3. Membutuhkan biaya untuk pelatihan, dan membutuhkan waktu untuk proses pelatihan. Jika ada
SDM yang tidak memenuhi syarat setelah dilakuan pelatihan maka akan menghambat.
EVALUASI AKADEMIK
Mukaromah, S.Pd.I
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
DESKRIPSI RUMUSAN MASALAH
7 KASUS KKN PEJABAT DAERAH
1. 7 Oktober 2019, Khamami, Bupati Mesuji ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap
proyek
2. pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun 2018 sebesar Rp1,58 miliar dari pihak
swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji.
3. 30 April 2019, Bupati Kabupaten Talaud, Sri Wahyumi Maria Manalip ditetapkan tersangka
oleh KPK terkait kasus dugaan suap pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten
Talaud.
4. 10 Juli 2019, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak
pidana korupsi memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait
5. dengan izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir
6. dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang
7. berhubungan dengan jabatan.
8. 26 Juli 2019, Tamzil, Bupati Kudus ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait
jual beli jabatan di Kabupaten Kudus. Selain itu, ia juga pernah melakukan tindak pidana
korupsi terkait dana bantuan sarana dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun
anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan Negeri Kudus saat Tamzil menjabat sebagai bupati
Kudus.
9. 2 September 2019, Bupati Kabupaten Muara Enim, Ahmad Yani ditangkap tim Penindakan
KPK dengan menyita US $35 ribu yang Diduga uang itu terkait dugaan suap proyek Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Muara Enim.
10. 3 September 2019, Bupati Kabupaten Bengkayang, Suryadman Gidot ke Kantor KPK di
Jakarta dengan menyita uang sejumlah Rp340 juta. Suryadman disebut menerima uang Rp336
juta dari sejumlah pihak
11. swasta melalui Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkayang, Alexius.
12. 6 Oktober 2019, Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan suap sebesar Rp. 728 juta terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas
Perdagangan Kabupaten Lampung Utara.
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh
setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kesadaran adanya tanggung jawab dan kemauan untuk bertanggung
jawab. Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara yang berintegritas, membuat perencanaan yang
matang sebelum bekerja adalah suatu kewajiban agar pekerjaan berjalan dengan lancar dan
tertata.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar Ketika terjadi konflik antar kepentingan.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan
2. Nasionalisme
3. Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
a. Memgang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila
b. Setia mempertahankan UUD 1945
c. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
g. Mempertanggungjawabkan Tindakan dan kinerjanya kepada public
h. Meningkatkan sistem pemrintahan yang dmeokratis
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan sikap menjaga keefektifan, efisiensi, dan inovasi kerja demi
mencapai mutu atau kualitas tertentu. Mutu ASN dalam menjalankan tugas hendaknya
mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Ada tuntutan kreativitas bagi setiap individu dalam
menjalankan tugas sehari-hari. Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi,
inovasi, dan berorientasi pada mutu.
5. Anti Korupsi
Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa
korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Sedangkan pada UU No. 20 Tahun 2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan,
(4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi.
Anti korupsi merupakan sikap tegas memerangi korupsi. Memutus mata rantai korupsi dapat
diawali dari diri sendiri. Baik itu korupsi waktu, korupsi uang, maupun korupsi tugas (Alfaqi,
2016). Setiap individu hendaknya dapat menjadi pengingat bagi dirinya masing-masing.
Contohnya berada di lokasi sebelum jam kerja dimulai, tidak meninggalkan tempat kerja tanpa
alasan jelas sebelum jam kerja usai, dan tidak menggunakan uang negara untuk memenuhi
kebutuhan pribadi.
Jawaban:
Gagasan alternatif untuk pemecahan masalah Korupsi, Kolusi dan Neoptisme berdasarkan kasus
7 pejabat yang tertangkap OTT adalah sebagai berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi
politik dan kontrol sosial dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi Nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan Nasional.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak
korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah
Kementerian beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan
berdasarkan sistem “ascription”
7. Adanya kebutuhan Pegawai Negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi,
dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan
pengenaan pajak yang tinggi.
Rumusan Kasus:
- Terjadinya penyelewengan dana APBN untuk pembangunan desa melalui desa fiktif
- Lemahnya verifikasi data merupakan salah satu penyebab munculnya desa fiktif
Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS
dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi
kasus
Jawaban Anda 1. Deskripsi dari rumusan kasus Polemik Dana Desa yang
Melahirkan Desa Fiktif, antara lain : a.Desa fiktif Temuan
desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten
Konawe, Sulawesi Tenggara. Kepolisian daerah setempat
memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi
fiktif. Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan
pengecekan fisik di 23 desa yang tidak terdata di
Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara. b.Verifikasi lemah ada oknum yang
dengan sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum tersebut
memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah
dilakukan pemerintah, mengingat luasnya wilayah
sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke.
Hingga kini, tercatat ada sekitar 78.400 desa yang
tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. 2. Aktor yang
terlibat dan peran setiap aktornya berdasarkan konteks
deskripsi kasus Polemik Dana Desa Yang Melahirkan Desa
Fiktif adalah Berlapis lapis, modus desa fiktif untuk
mendapatkan alokasi dana desa paling mungkin
dilakukan pada level kabupaten. Kabupaten berperan
sebagai penerima (dana desa) sementara, sebelum
bermuara ke desa dan masyarakat yang berhak
menerima. Celah tersebut dipicu belum sinkronnya
koordinasi antar seluruh instansi pemerintah yang
berkewenangan dalam pengelolaan dana desa. Instansi
pemerintah ini terutama Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Persoalan belum sinkronnya koordinasi merupakan
imbas belum terbangunnya sistem. Kondisi ini kemudian
memicu kongkalikong.
Artikel Kasus
CNN Indonesia – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap tujuh kepala daerah sepanjang 2019 ini. Data tersebut dirilis KPK per
Senin, 7 Oktober 2019. Operasi tangkap tangan pertama menyasar Bupati Mesuji periode 2017-
2022, Khamami, pada 23 Januari 2019. Dalam penindakan tersebut, tim KPK menyita uang
pecahan Rp100.000 yang tersimpan dalam satu kardus. Khamami lalu ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Mesuji tahun
2018. Ia menerima sekurangkurangnya uang suap Rp1,58 miliar dari pihak swasta terkait
proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji. Atas perbuatannya, Khamami dijatuhi vonis
hukuman delapan tahun pidana penjara dan denda Rp300 juta subsider 5 bulan kurungan. Vonis
hakim ini sama dengan apa yang dituntut jaksa penuntut umum. Operasi tangkap tangan
berikutnya Bupati Kabupaten Talaud periode 2014-2019 Sri Wahyumi Maria Manalip. Itu
terjadi pada 30 April 2019. Tim penindakan KPK menyita sejumlah barang mewah dalam
operasi senyap tersebut. Barang-barang yang disita seperti tas tangan merek Channel senilai
Rp97.360.000; tas merek Balenciaga seharga Rp32.995.000; jam tangan merek Rolex seharga
Rp224.500.000; anting berlian merek Adelle senilai Rp32.075.000; serta cincin berlian merek
Adelle seharga Rp76.925.000. Sri ditetapkan tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap
pengadaan barang dan jasa revitalisasi pasar di Kabupaten Talaud. Ia saat ini tengah menjalani
proses persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi.
Selanjutnya pada 10 Juli 2019, tim penindakan lembaga antirasuah KPK menangkap Gubernur
Kepulauan Riau periode 2016-2021 Nurdin Basirun. Dari tangan Nurdin, tim KPK menyita
sejumlah uang dalam mata uang dolar Amerika, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan rupiah
sebesar Rp132 juta. Nurdin Basirun ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi
memberikan atau menerima hadiah atau janji terkait dengan izin prinsip dan lokasi
pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau
tahun 2018/2019 dan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan. Saat melakukan
penggeledahan rumah Nurdin, tim KPK menemukan uang berserakan. Dari kamar Nurdin
ditemukan duit dalam pecahan rupiah dan valuta asing. Uang itu terletak di tas ransel, kardus,
plastik dan paper bag dengan rincian Rp3,5 miliar, US$33.200 dan Sin$134.711. Saat ini
Nurdin menjadi tahanan KPK. Sementara kasusnya terus bergulir dengan pemeriksaan
sejumlah saksi, baik dari pihak lingkungan Pemprov Kepulauan Riau maupun pihak swasta.
Tamzil, Bupati Kudus menjadi 'pesakitan' berikutnya. Ia ditangkap pada 26 Juli 2019 saat
operasi tangkap tangan dilakukan tim penindakan KPK. Dari operasi tersebut turut disita uang
sejumlah Rp170 juta. Dalam waktu cepat, Tamzil ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi terkait jual beli jabatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.Tak terima hal tersebut, ia
mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Namun, majelis hakim
menolak praperadilan yang diajukan. Tamzil merupakan residivis kasus korupsi. Dia
sebelumnya pernah menjabat Bupati Kudus periode 2003 hingga 2008. Selama masa
pemerintahannya, dia pernah melakukan korupsi terkait dana bantuan sarana dan prasarana
pendidikan Kabupaten Kudus untuk tahun anggaran 2004 yang ditangani Kejaksaan Negeri
Kudus. Operasi tangkap tangan kelima di tahun ini menyasar Bupati Kabupaten Muara Enim,
Ahmad Yani. Ia ditangkap pada 2 September 2019. Tim Penindakan KPK menyita US $35 ribu
dari OTT tersebut. Diduga uang itu terkait dugaan suap proyek Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Muara Enim. Ada ironi dari penangkapan Bupati Muara Enim Ahmad Yani. Jauh
sebelumnya atau tepatnya pada Maret 2019, Ahmad Yani menyosialisasikan program
pemberantasan korupsi terintegrasi bersama KPK. Dikutip dari laman muaraenimkab.go.id,
Ahmad Yani sempat menyampaikan komitmen terhadap pencegahan dan penindakan korupsi
di lingkup Pemkab. "Kami buktikan dengan taat aturan dan taat administrasi dalam pengelolaan
keuangan daerah. Kami sangat mengapresiasi terhadap kegiatan yang diadakan oleh KPK ini,
semoga dapat menciptakan pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih, sehingga
terhindar dari budaya korupsi," kata Yani di Ruang Rapat Bina Praja Pemprov Sumatra Selatan,
20 Maret 2019. Secara pararel dengan penangkapan Ahmad Yani, pada tanggal 3 September
2019 Tim Penindakan KPK juga turut membawa Bupati Kabupaten Bengkayang Suryadman
Gidot ke Kantor KPK di Jakarta. Dari operasi itu, tim KPK menyita uang sejumlah Rp340 juta.
Tak berselang lama, Suryadman pun ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek
pemerintah di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Suryadman disebut menerima uang
Rp336 juta dari sejumlah pihak swasta melalui Kepala Dinas PUPR Kabupaten Bengkayang,
Alexius. Ia pun saat ini sedang menjalani masa tahanan di rumah tahanan Polres Jakarta Pusat.
Terkini, operasi tangkap tangan dilakukan pada 6 Oktober 2019 atas Bupati Lampung Utara,
Agung Ilmu Mangkunegara. Tim KPK menyita Rp728 juta dari operasi tersebut. Agung lalu
ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait Proyek di Dinas PUPR dan Dinas
Perdagangan Kabupaten Lampung Utara. Dalam jumpa pers penetapan tersangka, Wakil Ketua
KPK Basaria Panjaitan mengatakan pihaknya mengendus perilaku koruptif Agung sudah
tercermin sejak awal menjabat. Basaria mengatakan Agung memanfaatkan posisinya sebagai
kepala daerah baru untuk memperoleh pendapatan di luar penghasilan resminya. "Sebelumnya,
sejak tahun 2014, sebelum SYH [Syahbuddin] menjadi Kepala Dinas PUPR Lampung Utara,
AIM [Agung] yang baru menjabat memberi syarat jika SYH [Syahbuddin] ingin menjadi
Kepala Dinas PUPR, maka harus menyiapkan setoran fee sebesar 20-25 persen dari proyek
yang dikerjakan oleh Dinas PUPR," ujar Basaria saat konferensi pers di kantornya, Jakarta,
Senin (7/10) malam. 119 Kepala Daerah Terjerat Sejak KPK BerdiriSecara keseluruhan, Juru
Bicara KPK Febri Diansyah menyatakan bahwa pihaknya telah memproses hukum 119 orang
kepala daerah sejak mulai berdiri pada 2002 silam. "Dari 119 orang Kepala Daerah yang
diproses KPK, 47 di antaranya dari kegiatan tangkap tangan atau hanya 39,4 persen. Sehingga,
tidak sepenuhnya benar jika seluruh kepala daerah diproses melalui OTT," kata Febri saat
dikonfirmasi, Selasa (8/10). Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur menempati posisi teratas
dengan 14 kepala daerah yang diproses hukum. Selanjutnya Sumatera Utara (12); Jawa Tengah
(10); Sumatera Selatan (7); Riau dan Sulawesi Tenggara (6); Papua dan Kalimantan Timur (5);
Aceh, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Lampung (4); Bengkulu, Maluku Utara, NTB
(3); Kalimantan Tengah, NTT, Sulawesi Selatan (2); Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Jambi, Sumatera Barat (1). "Itu data per 7 Oktober 2019, sejak KPK berdiri,"
terang Febri. (Sumber: cnnindonesia.com, Edisi 09 Oktober 2019
EVALUASI AKDEMIK
No SOAL JAWABAN
1 Mendeskripsikan Masalah Pokok: " Pejabat Negara yang masih
rumusan kasus dan/ melakukan perilaku korupsi" Aktor yang terlibat:
atau masalah pokok, "Pejabat Negara khususnya kepala daerah dan
aktor yang terlibat dan komisi pemberantas korupsi"
persan setiap aktornya
berdasarkan konteks
deskripsi kasus.
2 Melakukan analisis Para Pejabat Korupsi tersebut: Melanggar nilai-
terhadap : A. Bentuk nilai dasar ANEKA Melanggar nilai dasar
penerapan dan Akuntabilitas: Para pejabat yang korupsi
pelanggaran terhadap tersebut, mereka tidak bertanggung jawab pada
nilai-nilai dasar PNS, tugas yang diembanya. mereka
dan Pengetahuan menyalahgunakan jabatanya dengan melakukan
tentang kedudukan dan korupsi. Melanggar nilai dasar Nasionalisme:
peran PNS dan NKRI Para pejabat yang korupsi tersebut, Mereka lebih
oleh setiap aktor yang mementingkan kepentingan pribadi mengambil
terlibat berdasarkan keuntungan sebanyak-banyaknya demi
konteks deskripsi kesejahteranya sendiri. mereka
kasus. B. Dampak tidak mengesampingkan kepentingan bangsa dan
diterapkannya nilai- negara. Melanggar nilai dasar Etika pubik: para
nilai dasar PNS dan pemimpin daerah tersebut tidak memberikan
pengetahuan tentang layanan yang jujur, tanggap,akurat dan
kedudukan dan peran berdayaguna, serta santun. Melanggar nilai dasar
PNS dalam NKRI Komitmen Mutu: para pejabat yang korupsi
tersebut tidak melakukan perilaku yang
berdasarkan konteks mengayomi dan melindungi masyarakatnya.
deskripsi kasus Melanggar nilai dasar Anti Korupsi: Sangat Jelas
disini, yang dilakukan oleh mereka (kepada
daerah yang korupsi) adalah menerima suap agar
kepentingan dari penyuap dapat diloloskan
walaupun tidak sesuai dengn prosedur yang
berlaku. Hal ini berakibat pada melemahnya
sikap kompetitif karena "uang yang bekerja"
bukan dari kredibilitas dan kemampuan yang
dimiliki.
3 Mendeskripsikan Gagasan pemecahan Masalah bisa dimulai dari
gagasan-gagasan proses Calon kepala Daerah yang harus dilakukan
alternatif pemecahan dengan Seleksi yang Jujur. mungkin bisa
masalah berdasarkan diterapkan seperti proses selesi CPNS dewasa ini
konteks deskripsi kasus menggunakan sistem CAT (computer Assistant
Test) untuk meminimalisir kecurangan dalam
perekrutan, interfensi pihak lain ataupun jual beli
jabatan. Dari penerapan sitem tersebut,
diharapkan akan mendapat calon kepala daerah
benar-benar memiliki kualifikasi yang
dibutuhkan sebagai kepala daerah. ketika sudah
menjabat sebagai kepala daerah, mungkin
dengan mengikutkan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan dan sebagai
penunjang dalam menjalankan kewajibanya
sebagai kepala Daerah yang komprtitif mampu
membawa daerahnya bersaing dengan daerah
lain.
4 Mendeskripsikan Ketika Gagasan pemecahan masalah tersebut
konsekuensi penerapan dilaksanakan , maka dipastikan Calon Kepala
dari setiap alternatif Daerah mendatang akan memiliki perilaku dan
gagasan pemecahan komptensi yang unggul sesuai dengan nilai-nilai
masalah berdasarkan dasar ANEKA. Akuntabilitas: Konsisten Melawan
konteks deskripsi Korupsi dan bertanggungjawab terhadap
kasus. Amanah yang dibebankan kepadanya.
Nasionalisme: Mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi.
Etika Publik: Dalam memberikan pelayanan tidak
berpihak dan membeda-bedakan. Komitmen
Mutu: Meningkatkan dan membuat Inovasi untuk
memajukan Daerah yg dipimpinya dalam masa
kepemimpinanya. Anti Korupsi: Disiplin
Menjalankan amanah Jabatanya sesuai dengan
aturan-aturan yang telah berlaku, mejalankan
Zona Integrasi Wilayah bebas korupsi dan
wilayah Birokrasi Bersih melayani.