Anda di halaman 1dari 13

KONSEP ISLAM DAN ETIKA PRATEK DALAM

PSIKOLOGI KLINIS

Kelompok : 6

RIJAL AL KHAIR 50200118055


M. SAHID SAM 50200118056
NURUL CAHAYA 50200118057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Puji dan syukur hanyalah milik Allah swt


yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita terutama nikmat keimanan dan
hidayah - Nya. Sholawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada kekasih Allah
yaitu nabi Muhammad saw karena Beliau lah sebaik
– baik panutan di muka bumi ini. Alhamdulillahhirobbil’alamin. Berkat kekuatan
dari Allah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ KONSEP
ISLAM DAN ETKA PRAKTEK DALAM PSIKOLOGI KLINIS ”. di dalamnnya
termuat tentang bagaimana kemudian kita menanamkan dan menggunakan konsep
konsep islami dalam praktek psiologi klinis

Kami segenap kelompok satu memohon maaf Jika, dalam makalah ini
ditemukan kekeliru atau kesalahan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk
meningkatkan kualitas karya tulis ilmiah kami berikutnya. Semoga dengan adanya
makalah ini, bisa membantu seluruh pihak terutama para teman-teman yang
bergelut dalam bidang psikologi untuk mempermudah dalam melakukan
tugasnnya.

Buton Tengah , Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Psikologi klinis Dalam agama Islam...........................................................................5
B. Etika dalam pelaksanan psikologi Klinis....................................................................11
BAB III..................................................................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatu yang ada dunia baik itu suatu
peristiwa maupun sistem ataupun tatanan yang ada, tidak terlepas dari sebuah
kepercayaan pada suatu agama dan agama yang memiliki pemeluk terbanyak di
dunia adalah agama islam dengan pemeluk 2/3 dari penduduk bumi dan tentunya
hal telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam dunia kesehatan
termasuk psiologi klinis, dalam halah ini termasuk etika dalam melaksanakan
poaraktek , untuk itu perlu di jabarkan bagaimana dan apa saja konsep islam dalam
psikologi klinis

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalalah sebagai berikut :
1. Bagaiamana bentuk-bentuk konsep islam dalam psikologi klinis
2. Bagaiamana etika dalam pelaksanaan psikplogi klinis

C. Tujuan
3. Memahami konsep islam dalam psikologi klinis
4. Memahami etika dalam pelaksanaan psikplogi klinis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Psikologi klinis Dalam agama Islam

Esensi psikoterapi sebagai suatu bentuk bantuan yang diberikan seseorang


kepada orang lain yang mempunyai problem psikologis. Berbagai bentuk bantuan
tersebut sebenarnya dapat ditemui pada setiap masyarakat dari berbagai budaya. Hal
ini dapat dilihat dari peranan yang dilakukan oleh para tokoh spiritual ataupun
sesepuh dalam masyarakat tradisional.
Dalam masyarakat islam, fungsi psikoterapis banyak diperankan oleh para tokoh
agama, ulama atau Kyai. Khusus untuk menangani masalah-masalah psikologis pada
umumnya masyarakat mempercayakan pada ulama, Ustadz, Guru Tasawuf, Kyai atau
Imam sebagai pimpinan umat di suatu daerah. Hanya saja kelemahannya adalah
bahwa sistem yang digunakan dan diterapkan itu sering masih implisit dan belum
sistematis.
1) Psikologi Kesehatan
Seperti yang kita lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam
pendekatan-pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi
sendiri. Karena adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru
muncul. Definisi psikologi kesehatan mencakup definisi sebagai berikut :
a. Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi
yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan
kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini.
b. Penekanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan
kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso
dan makro dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan.
c. Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada

2
3

bidang psikologi kesehatan.

2) Penanggulangan Gangguan mental Dalam Prespektif Islam


Pembinaan mental seseorang mulai sejak kecil, semua pengalaman yang
dilalui baik yang disadari maupun tidak disadari ikut menjadi unsur-unsur yang
menggabung dalam kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur yang akan
menentukan corak kepribadian adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan,
terutama keluarga sendiri. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral
dan sosial. Apabila dalam pengalaman di waktu kecil itu, banyak didapat nilai-nilai
agama, maka kepribadiaanya akan mempunyai unsur-unsur baik. Demikian
sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama, maka unsur-unsur
kepribadiannya akan jauh dari agama dan akan menjadi goncang. Karena nilai-nilai
positif yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama, sedangkan nilai-nilai
sosial dan moral yang didasarkan bukan kepada agama, akan sering mengalami
perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah maka
mental yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang mungkin berubah
dan goncang itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa.
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tentram dalam hatinya adalah
orang yang sakit rohani atau mentalnya. Para ahli psikiater mengakui bahwa setiap
manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk
melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut berupa
kebutuhan jasmani dan dapat berupa kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial.
Tetapi dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tak mampu
menahan keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan bagi dirinya. Dalam kondisi seperti
itu akan terjadi pertentangan dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan ketidak
seimbangan dalam kehidupan rohani, yang dalam kesehatan mental disebut kekusutan
rohani. Kekusutan rohani ini disebut kekusutan fungsional.
Bentuk kekusutan fungsional ini bertingkat yaitu psychopat, psychoneurose, dan
psikotis. Psychoneurose di tandai bahwa seseorang tidak mengikuti tuntutan-tuntutan

3
4

masyarakat. Pengidap psychoneurose menunjukkan perilaku menyimpang.


Sedangkan penderita psikotis dinilai mengalami kekusutan mental yang berbahaya
sehingga memerlukan perawatan khusus.
Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini sebenarnya dapat dilakukan
sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk
menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan
terselesaikan.
Pendekatan terapi keagamaan ini dpat dirujuk dari informasi al-quran sendiri.
Di antara konsep terapi gangguan mental ini adalah firman Allah dalam surat
Yunus:57
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu al-Quran yang
mengandung pengajaran, penawar bagi penyakit jiwa, tuntunan serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman”.
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman, tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan
antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan).
Agama merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat mempengaruhi
keseharian seseorang. Dengan dasar keyakinan akan ajaran agama, seseorang akan
berusaha mengubah dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama tersebut.
Sehingga tidak mengherankan, karena ajaran agama dan keyakinan yang berbeda,
membuat individu memunculkan perilaku yang berbeda sesuai dengan ajaran
agamanya.
Jika dalam pandangan teori psikoanalisa, agama merupakan bentuk perilaku tidak
dewasa (abnormal), tetapi teori ini sudah banyak dimentahkan oleh teori-teori yang
berorientasi humanistic, yang memandang bahwa manusia harus dilihat secara utuh.
Walaupun pada dasarnya agama adalah sebuah perilaku yang tidak bisa dijelaskan
secara rasional.
Seseorang yang mengalami tekanan psikologis yang tinggi, harus ada usaha untuk

4
5

mengembalikan tekanan tersebut kearah normal. Sebenarnya, manusia modern saat


ini memiliki tekanan yang sangat tinggi. Ada dua cara untuk menghadapi tekanan
tersebut agar kembali normal, yaitu:
a. Ilmu Pengetahuan
Sebenarnya manusia diberikan suatu kekuatan yang sangat kuat menghadapi
permasalahan hidupnya, yaitu ilmu. Yang menjadi masalah adalah, jika tekanan
kehidupan tambah berat, tetapi perkembangan ilmu tidak mengimbanginya, sehingga
membuat orang stress. Mungkin pada taraf ini yang membedakan antara potensi stres
orang-orang yang mempunyai ilmu dan teknologi tinggi, lebih rendah dibandingkan
dengan orang-orang yang tinggal didaerah miskin. Dengan kekuatan ilmunya, orang-
orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan berusaha menjawab tantangan dan
tekanan yang datang.
b. Agama dan Kepercayaan
Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki ilmu yang cukup. Ini adalah orang-
orang yang rentang mengalami stress kearah yang negatif. Tetapi ada satu pertahanan
kuat yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu, agama. Agama merupakan sandaran
dan pertahanan terakhir menghadapi tekanan yang dihadapi. Sehingga, seseorang
yang tidak bisa menjawab tantangan yang dihadapi, dan tidak pula mempunyai
benteng pertahanan ini (agama), akan jatuh kepada stress yang berat.
Ini menunjukkan bahwa, agama dapat mengembalikan tekanan kehidupan kearah
yang normal dengan menjadi benteng pertahanan terhadap tekanan kehidupan. Tetapi
alangkah baiknya, jika kedua benteng itu (ilmu dan agama) dimiliki oleh setiap orang,
sehingga akan menjadi manusia yang sehat, jauh dari stress.
3) Konsep Konsep Dasar psikologi klinis dalam islam
Setiap bentuk pendekatan terapi dalam psikologi senantiasa dilandasi oleh
suatu pendangan tertentu tentang manusia. Pandangan tersebut sangat berpengaruh
terhadap aplikasi praktis yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu dalam
mengembangkan psikoterapi yang berwawasan Islam, sangat penting untuk
memahami bagaimana konsep manusia. Konsep yang sangat penting dan mendasar

5
6

adalah sebagai berikut:

a. Manusai Terdiri dari Unsur Tanah da Ruh.


Al-Quran surat Al-Ankabut menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari lumpur dan
tanah hitam yang berbau busuk, kemudian Tuhan menghembuskan roh-Nya ke dalam
manusia ciptaan-Nya itu. Menurut Ali Shari’ati mengemukakan makna ayat tersebut
adalah bahwa manusia mempuyai dua dimensi yaitu dimensi Ketuhanan dan dimensi
Kerendahan. Ruh adalah dimensi Ketuhanan dalam diri manusia yang memungkinkan
manusia dapat mencapai derajat yang tinggi dan dapat berhubungan langsung dengan
Tuhan. Pengaruh ruh pada diri manusia adalah timbulnya dorongan untuk berbuat
kebaikan. Jasad yang berasal dari tanah lumpur menurut Ali Shari’ati merupakan
simbol yang menunjuk pada kecenderungan manusia pada keburukan, kejahatan dan
kehinaan. Pengaruh unsur tanah ini membuat manusia memiliki dorongan-dorongan
primitif.
Ketika manusia lahir, pengaruh unsur ruh yang berasal dari alam arwah masih sangat
dominan, sehingga dalam hadits Nabi disebutkan bahwa dia berada dalam kondisi
fitrahnya, yaitu suci dan baik. Tetapi ketika manusia sudah berkembang, pengaruh
unsur jasad dan alam dunia sedikit demi sedikit mulai menutupi pengaruh unsur ruh.
Ketika manusia berkembang hingga dewasa, ada kemungkinan pengaruh unsur jasad
menjadi sangat dominan, tetapi ada juga yang pengaruhnya seimbang atau lebih
dominan unsur ruh lebih dominan. Ini bergantung pada perkembangan unsur ruhitu
sendiri dalam diri manusia. Jika unsur jasad lebih dominan, maka kehidupan
seseorang akan lebih diarahkan pada kesenangan-kesenangan kehidupan duniawi dan
jasmani, dan sebaliknya.
b. Manusia Memiliki Akal dan Kalbu.
Akal dan kalbu adalah dua aspek enting dalam diri manusia yang membedakannya
dengan binatang. Kedua aspek ini yang membuat manusia mempunyai kesadaran
sehingga mampu mengenal diri sendiri dan lingkungan. Akal memungkinkan
manusia dapat menyadari, memeperoleh pengetahuan dan berhubungan dengan dunia

6
7

disekitarnya. Akal memungkinkan manusia memiliki kesadaran rasional.


Dalam kehidupan sehari-hari kalbu sering dikaitkan dengan aspek rasa. Tidak hanya
terbatas pada perasaan emosi, tetapi lebih jauh lagi adalah juga menyangkut rasa yang
lebih dalam lagi sampai tidak terbatas. Kalbu juga tidak hanya mempuyai
kemampuan merasakan saja, tetapi juga mengetahui atau mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh, dapat bersifat rohaniah, termasuk mengetahui rahasia-
rahasia Ketuhanan.
Kalbu mempunyai kaitan erat dengan Ruh. Sebagian ulama mengaakan bahw
tempatnya Ruh adlah di dalam kalbu manusia. Selama perkembangan keidupan
manusia, Ruh yang ada dalam kalbu di dominasi oleh akal (rasional), sehingga daerah
ketidaksdaran manusia semakin besar dan manusia menjadi terasing dengan dirinya
sendiri. Kalbu adalah pusat dari diri manusia. Segala sesuatu yang terjadi pad diri
manusia berpagkal pada kalbu. Dapat disimpulkan bahwa berbagai bentuk gangguan
jiwa berpangkal pada kalbu yang didominasi oleh nafsu dan banyak penyakitnya.
Psikoterapi islam lebih memfouskan pada dimensi spiritual dalam paraktiknya.
c. Nafs Manusia Mempunyai Tingkatan-tingkatan.
Nafs adalah keseluruhan diri pribadi manusia itu sendiri, yang meliputi eksistensi
manusia yang paling luar (jasad) sampai esensi yang paling dalam (ruh). Tingkatan
nafs adalah sebagai berikut:
 Nafs Al-Amarah, yaitu diri atau jiwa manusia yang banyak dipengaruhi oleh
doronngan-dorongan primitif, sering terikat pada kenikmatan-kenikmatan
badani dan duniawi.
 Nafs Al-Lawwamah, yaitu diri atau jiwa manusia mulai menyadari dirinya
sendiri dan berusaha meningkatkan diri ke arah yang lebih baik.
 Nafs Al-Muthmainnah, yaitu diri atau jiwa manusia yang banyak didominasi
oleh kebajikan.
Semakin tinggi tingkat nafs, semakin besar pengaruh dari ruh, yaitu yang mengarah
pada kebajikan dan berhubungan dengan Tuhan.

7
8

B. Etika dalam pelaksanan psikologi Klinis

Dalam penanganan klien, seorang psikolog sebaiknya memegang teguh kode


etik profesi psikologi.
Profesi menurut Sinclair, Simon, dan Pettifor (1996):
1. Kelompok dan para anggotanya memberikan pelayanan.
2. Para anggota memiliki pengetahuan spesialisasi tinggi yang membutuhkan
banyak latihan.
3. Ada persyaratan masuk yang terkontrol.
4. Melatih dan mensosialisasikan anggota baru.
5. Mengatur dan memonitor kegiatan anggota.
6. Terus mengembangkan bidang keahlian dan pengetahuannya.
7. Bertanggung jawab dan terbuka terhadap reviu antar anggota maupun
masyarakat.
8. Mengembangkan dan mempromosikan kode etik dan fungsi yang sejalan
dengan kode etik mereka.

Salah satu kode etik yang paling tua adalah Sumpah Hipokrates. Dalam
psikologi, kode etik profesi muncul pertama kali pada tahun 1950, dikeluarkan
pertama kali oleh APA. Namun yang berlaku pertama kali adalah versi 1963. Setelah
itu, revisi berkelanjutan dilakukan berdasarkan masukan dari komisi etik dan komite
kasus-kasus khusus. Pada akhirnya kode etik standar kemudian berkembang
pada beberapa bidang-bidang khusus seperti penelitian, encounter groups, dan
periklanan (preambul prinsip-prinsip etik APA 1992). Yang berlaku saat ini
merupakan penyulingan dari proses ekstensif ini, yaitu versi 1992b. Kode etik profesi
sejatinya disesuaikan dengan konteks atau wilayah kode etik tersebut diterapkan

8
BAB III

KESIMPULAN

Dalam setiap sendi kehidupan termasuk kesehatan baik itu kesehatan fisik dan
jiwa tidak terepas dari konsep beragama terutama dalam agama islam yang
merupakan agama terbesar di dunia untuk dimana dalam agama islam kita mengenal
tiga konsep ilmu atau nafs yang berkaitan lansung dengan psikoloi klinis yaitu:
 Nafs Al-Amarah
 Nafs Al-Lawwamah
 Nafs Al-Muthmainnah

Dan Salah satu kode etik yang paling tua adalah Sumpah Hipokrates. Dalam
psikologi, kode etik profesi muncul pertama kali pada tahun 1950, dikeluarkan
pertama kali oleh APA. Namun yang berlaku pertama kali adalah versi 1963. Setelah
itu, revisi berkelanjutan dilakukan berdasarkan masukan dari komisi etik dan komite
kasus-kasus khusus. Pada akhirnya kode etik standar kemudian berkembang pada
beberapa bidang-bidang khusus seperti penelitian, encounter groups, dan periklanan
(preambul prinsip-prinsip etik APA 1992).

9
DAFTAR PUSTAKA
Nietzel, M.T., Bernstein, D.A., Milich, R. 1998. Introduction to Clinical
Psychology (5th Ed).New Jersey: Prentice Hall.

Phares, E. Jerry. 1992. Clinical Psychology Concept, Methods, and Profession


(4th Ed).
California: Brooks/Cole Publishing Company.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi).


Bandung: Refika Aditama.

10

Anda mungkin juga menyukai