Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Sistem Sirkulasi

Disusun Oleh:
Nama : Adelia Putri
NIM : K4317001
Kelas :A
Kelompok :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
Laporan Resmi Praktikum
Anatomi Fisiologi Manusia

I. JUDUL
Sistem Peredaran Darah
II. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami sistem sirkulasi dalam tubuh manusia
2. Mahasiswa mampu mengukur frekuensi denyut nadi
3. Mahasiswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi
4. Mahasiswa mampu mengukur tekanan darah
5. Mahasiswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
6. Mahasiswa dapat melakukan uji golongan darah
III. ALAT DAN BAHAN
Pengukur waktu (jam), alat tulis, tensimeter, indikator Hb, jarum lanset, serum anti A dan
anti B, objek glass, dan tusuk gigi
IV. PRINSIP KERJA
1. Mengukur denyut nadi
a. Probandus duduk dengan tenang dan menentukan arteri radialis ( menggunakan dua
atau tiga jari, menekan dengan lembut jari sampai dirasakan denyut nadi).
b. Mengukur denyut nadi probandus selama 1 menit dengan 5 kali perulangan sampai
diperoleh jumlah yang konstan
c. Dengan langkah yang sama, probandus melakukan olahraga selama 10 menit
d. Mengukur denyut nadi seperti sebelum berolah raga
2. Mengukur Tekanan Darah
a. Memasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3 cm dari lipat
siku dan memperhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas
denyutan arteri dilipat siku ( arteri brachialis).
b. Meletakkan stetoskop tepat di atas arteri brachialis.
c. Meraba pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis).
d. Memompa manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi arteri
radialis menghilang.
e. Membuka katup manset dan tekanan manset dibiarkan menurun perlahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg/detik.
f. Bila bunyi pertama terdengar, mengingat dan mencatat sebagai tekanan sistolik.
g. Mencatat bunyi terakhir yang masih terdengar sebagai tekanan diastolik.
h. Menurunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian melepaskan manset.
3. Menguji Golongan Darah dan kadar Hb
a. Membersihkan ujung jari probandus menggunakan alkohol 70%
b. Menusuk ujung jari dengan jarum lanset sampai keluar darah
c. Meneteskan darah yang sudah keluar di kedua ujung deg glass dan kertas skala
talquist
d. meneteskan serum anti A dan anti B pada kedua ujung deg glass yang sudah
ditetesi darah
e. Mengaduk menggunakan tusuk gigi dan mengamati apa yang terjadi
f. Membandingkan warna yang ada dengan skala talquist
V. DATA PENGAMATAN
1. Denyut Nadi

No Nama Jenis Respon Denyut Nadi


Kelompok Umur
. Probandus kelamin Istirahat Aktivitas
1. Arin 1A 21 P 70 79
2. Alfin 1A 20 P 69 76
3. Ihrom 2B 20 L 102 120
4. Nella 2B 20 P 72 115
5. Alfiana 1B 21 P 74 122
6. Haifa 1B 20 P 79 91
7. Cahyani 2A 20 P 85 107
8. Aris 2A 20 L 93 136
9. Firda 3A 20 P 87 98
10. Retno 3A 21 P 75 92
11. Diah 4A 20 P 81 118
12. Aullya 4A 20 P 85 101

2. Tekanan Darah

Nama Jenis Tekanan Darah


No. Umur
Probandus kelamin Digital Raksa
1. Putri 20 P 97/73 100/70
2. Eka 21 P 114/82 110/80
3. Ayuni 20 P 100/77 100/70
4. Dian 20 P 95/71 104/70
5. Ahnisa 20 P 99/65 102/70
6. Alia 20 P 119/75 120/80
7. Maftuhah 20 P 99/70 100/70
3. Golongan Darah & Hb
No Nama Golongan
Haemoglobin
. Probandus darah
1. Putri O 70
2. Alfin B 70
3. Arin B 60
4. Ayuni O 70
5. Dian AB 70
6. Eka A 60

VI. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Sirkulasi dan Sistem Imun
Sistem peredaran darah pada manusia termasuk sistem peredaran darah tertutup
artinya darah mengalir melalui pembuluh darah. Sistem peredaran darah pada manusia
juga disebut sistem peredaran darah rangkap dimana darah melewati jantung sebanyak
dua kali. Peredaran darah dari jantung menuju paru-paru dan kembali ke jantung
disebut peredaran darah kecil. Darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali
ke jantung disebut peredaran darah besar (Arfianto, 2017). Sistem peredaran pada
manusia tersusun atas darah, pembuluh darah dan jantung sebagai pusat peredaran
darah (Pratiwi dkk, 2007). Sistem peredaran darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Mengangkut zat makanan dan sisa hasil metabolism
2. Mendistribusikan hormon dari kalenjar dan organ yang memproduksinya ke sel-sel
tubuh yang membutuhkan
3. Mengatur suhu tubuh melalui aliran darah
4. Mencegah hilangnya darah melalui mekanisme pembekuan darah
5. Melindungi tubuh dari bakteri dan virus dengan mensirkulasikan antibodi dan sel
darah putih.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh
luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem
imunitas tubuh memiliki berbagai fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia;
mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi
serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari
dan merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Salah satu
komponen utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T. Sel T merupakan suatu bentuk
sel darah putih (limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen lalu
merusaknya. Limfosit dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh untuk
menghasilkan antibodi melawan infeksi. Secara umum, limfosit tidak berubah banyak
pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi berkurang.
Manusia memiliki jumlah T sel yang banyak dalam tubuhnya, namun seiring
peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan dengan rentannya
tubuh terhadap serangan penyakit (Fatmah, 2006).
B. Mekanisme Sistem Sirkulasi (Pulmonal dan Sistemik)
Sistem peredaran darah manusia dapat terbagi menjadi tiga, yakni sirkulasi
sistemik, sirkulasi pulmonal, dan sirkulasi koroner. Ketiga sirkulasi ini saling bekerja
sama untuk memastikan kelangsungan hidup manusia
1. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirlukasi darah yang mencakup seluruh
tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah yang mengandung oksigen mengisi
serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis, usai melakukan pelepasan karbon
dioksida di paru-paru. Kemudian, darah yang sudah berada di serambi kiri
diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah utama (aorta). Darah yang dipompa melewati aorta akan terus
mengalir hingga ke bagian paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan
berbagai zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir kembali
menuju serambi kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan darah.
2. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal (paru), ini merupakan sirkulasi darah dari jantung
menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat darah yang
mengandung karbon dioksida dari sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung
melalui pembuluh vena besar (vena cava). Lalu, memasuki serambi kanan dan
diteruskan ke bilik kanan jantung. Selanjutnya, darah yang sudah berada di bilik
kanan akan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakukan
pertukaran gas karbon dioksida dengan oksigen. Setelah itu, darah bersih yang
kaya oksigen akan memasuki serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.
3. Sirkulasi coroner
Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan oksigen
dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang
menutrisi jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke otot-otot jantung. Maka
dari itu, sumbatan pada arteri koroner bisa mengurangi aliran oksigen dan nutrisi
ke otot jantung, sehingga meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

C. Pengertian Denyut Nadi


Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas.
Darah yang didorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh
darah, tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri.
Gelombang yang bertekanan meregang di dinding arteri sepanjang perjalanannya dan
regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi. Denyut yang teraba bukan darah yang
dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan
dari aorta yang merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri. Pada jantung manusia
normal, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Semakin besar
metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. 1 2 Hal ini
menyebabkan kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar
banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Denyut nadi
normal dapat dikategorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100 dan bayi
100-140 (Kasenda, 2014).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi denyut nadi adalah tempat tinggal.
Letak tempat tinggal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dataran tinggi dan dataran
rendah. Pada suatu penelitian yang dibuat oleh mahasisiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana dengan sampel dataran rendah daerah Manado dan dataran tinggi
daerah Rurukan mendapatkan hasil lebih tinggi denyut nadi dari sampel dataran rendah
daripada dataran tinggi (Palilingan, 2009).
D. Analisis Data Pengamatan Denyut Nadi
Berdasarkan data hasil penghitungan denyut nadi dapat disimpulkan bahwa
denyut nadi setiap orang berbeda. Denyut nadi semua probandus berkisar pada 69-102
kali/menit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada orang dewasa
rata-rata denyut nadi berkisar 60-100 kali/menit. Dilihat dari tabel pengukuran denyut
nadi, dapat dilihat bahwa pada saat istiahat (normal) dan setelah melakukan aktivitas
menunjukkan hasil yang berbeda. Setelah aktivitas selama 5 menit, denyut nadi semua
probandus mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan saat aktivitas tubuh dipaksa untuk
bekerja lebih begitu juga dengan kerja denyut nadi untuk menyalurkan darah menuju
jantung. Oleh karena itu denyut nadi meningkat pada kisaran 76-1336 kali/menit.
Selain itu, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil denyut nadi perempuan lebih kecil dari
denyut nadi laki-laki baik pada kondisi normal maupun setelah aktivitas. Pada kondisi
normal, hasil denyut nadi tersebut tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan teori
frekuensi denyut nadi perempuan lebih tinggi dibandingkan denyut nadi laki-laki hal
ini sesuai dengan anatomi yang menunjukkan bahwa ukuran jantung wanita lebih kecil
dibandingkan pria. Jantung yang lebih kecil memerlukan detak yang lebih cepat untuk
memompa darah dengan jumlh yang sama di dalam tubuh dibandingkan jantung laki-
laki yang lebih besar (Penggalih, 2015). Sedangkan pada kondisi setelah aktivitas, hasil
denyut nadi tersebut dapat dikatakan sesuai dengan teori karena kemungkinan aktivitas
yang dijalani oleh laki-laki lebih berat daripada perempuan. Sehingga denyut nadi laki-
laki lebih tinggi disbanding perempuan. Jika dilihat dari tabel denyut nadi, umur
probandus tidak berpengaruh pada banyak sedikitnya denyut nadi karena semua
probandus masih dalam rentang usia yang tidak begitu jauh (masih seumuran) yaitu 20-
21 tahun. Oleh karena itu tidak berpengaruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penghitungan denyut nadi saat praktikum
pada masing-masing probandus berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain aktivitas, jenis kelamin dan umur.

E. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi


1. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen
selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya
terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi
kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia
antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit. Pada kondisi normal,
denyut nadi perempuan berkisar antara 72-80 denyutan/menit. Sedangkan denyut
nadi laki-laki berkisar antara 64-72 denyutan/menit. Frekuensi denyut nadi
perempuan lebih tinggi dibandingkan denyut nadi laki-laki, karena sesuai dengan
anatomi yang menunjukkan bahwa ukuran jantung wanita lebih kecil
dibandingkan pria. Jantung yang lebih kecil memerlukan detak yang lebih cepat
untuk memompa darah dengan jumlh yang sama di dalam tubuh dibandingkan
jantung laki-laki yang lebih besar (Penggalih, 2015).
3. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung
secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi
jantungnya cenderung meningkat.
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan
mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan
peningkatan denyut nadi.
5. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama
kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal
manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas
maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan
mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan
melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri
mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja
duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat
mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang.
Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
8. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.
F. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi arteri.
Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat
(duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah
paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak/ berkontraksi memompa darah disebut
tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung rileks diantara dua denyut nadi
disebut tekanan diastolik (Kowalski, 2010). Mekanisme terjadinya tekanan darah
berasal dari dua kekuatan, satu kekuatan diciptakan oleh jantung ketika memompa
darah menuju pembuluh darah arteri dan melalui sirkulatori. Sedangkan kekuatan yang
lain adalah kekuatan pembuluh arteri ketika mereka mendesak darah mengalir ke
jantung (Rmadhan, 2010)
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni dikenal dengan hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Hipertensi telah menjadi
penyakit yang menjadi perhatian di berbagai dunia, karena seringkali menjadi penyakit
tidak menular nomor satu di banyak Negara. Menurut World Health Organization
(WHO) (2013) memaparkan bahwa peningkatan tekanan darah / hipertensi merupakan
salah satu faktor kematian global dan diperkirakan telah menyebabkam 9,4 juta
kematian dan 7% dari beban penyakit yang diukur dalam Disability Adjusted Life Year
(DALY) pada tahun 2010 (Fitriani, 2017).
G. Cara Pengukuran Tensimeter (Digital dan Raksa)
Cara Menggunakan Tensimeter Digital
1. Terlebih dahulu memastikan tidak ada udara yang tersisa pada manset. Memeriksa,
jika ada, mengeluarkan dengan cara menekannya. Setelah itu, memasang kabel
(selang) manset pada posisi semula
2. Mengenakan manset di lengan dengan memperhatikan “Artery Marking” yaitu
penanda posisi arteri yang terdapat pada manset. Memastikan agar tinggi manset
sama dengan posisi jantung sehingga harus dalam posisi duduk
3. Menekan tombol on/off untuk menghidupkan tensimeter.
4. Menekan tombol “start” untuk mulai pengukuran, mengusahakan jangan terlalu
banyak bergerak saat tensimeter sedang bekerja dan menunggu hingga benar –
benar selesai.
5. Hasil akan muncul pada layar monitor tensimeter jika proses sampling
(pengukuran) telah selesai.
6. Menekan tombol on/off untuk mematikan tensimeter.
Cara Menggunakan Tensimeter Air Raksa
1. Mempersiapkan tensimeter dan stetoskop
2. Memeriksa manometer dan memastikan posisi air raksa berada di bagian paling
bawah
3. Memasang manset tensimeter dengan benar, posisi arteri harus benar dan dalam
keadaaan duduk
4. Memegang bola tensi dengan tangan kanan, jari telunjuk dan ibu jari memegang
katup pelepas tekanan.
5. Memastikan katup dalam osisi tertutup kemudian mulai memompa hingga air raksa
naik pada ketinggian 140 mmHg
6. Setelah itu kemudian melepaskan perlahan – lahan, mendengarkan suara pada
stetoskop dan mengamati skala.
7. Skala ketika anda mendengar detak nadi paling keras untuk pertama kali adalah
tekanan sistolik. Kemudian suara tersebut akan hilang, mengamati baik – baik pada
skala berapa terakhir kali mendengar suara tersebut, itulah tekanan diastolic
8. Mengulanginya bebrapa kali untuk memasikan bahwa pengukuran anda benar.
9. Jika pada skala 140 mmHg tidak mendengar nadi keras, maka naikan ke atasnya
160 hingga 170 mmHg
H. Analisis Data Pengamatan Tekanan Darah
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada probandus masing-masing
menunjukkan hasil yang berbeda. Pengaruh umur dan jenis kelamin yang ada pada
tabel tersebut tidak berpengaruh signifikan karena probandus masih dalam kisaran
umur 20-21 sedangkan jelnis kelamin semua probandus sama (perempuan). Hasil
pengukuran dari kedua tensimeter tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Akan
tetapi perbedaannya tidak jauh berbeda hanya selisih beberrapa angka saja. Sehingga
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Meskipun terdapat perbedaan selisih
hasil pengukuran antara tensimeter air raksa dan tensimeter digital, namun dalam
pelaksanaannya kedua jenis tensimeter tersebut tetap memberikan hasil yang
signifikan dibandingkan dengan menggunakan jenis tensimeter lainnya (Zunnur,
Adrianto, & Basyar, 2017)
Jenis
Kelebihan Kekurangan
Thermometer
Raksa - merupakan golden standart - memerlukan tenaga ahli untuk
pemeriksaan tekanan darah melakukan pemeriksaan
- hasil yang didapat lebih akurat - membutuhkan konsentrasi,
- tahan lama ketelitian dan ketepatan yang
lebih
- dapat terkontaminasi logam
berat seperti merkuri apabila air
raksanya bocor/pecah
- lebih aman karena tidak - Tingkat akurasi pengukuran
menggunakan air raksa yang lebih rendah dari pada tensimeter
beresiko radiasi logam berat raksa, hal ini dipengaruhi oleh
- lebih praktis, hasil beberapa faktor antara lain
pengukurannya langsung kondisi baterai (daya), usia
Digital ditampilkan pada layar digital pemakaian (semakin lama
- multifitur, alat ini biasanya semakin menurun tingkat akurasi)
dilengkapi juga dengan beragam dan teknologi produk
fitur lain yang berrmanfaat - diperlukan kalibrasi secara
berkala dengan menggunakan
tensimeter air raksa

I. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Faktor internal:
1. Variasi diurnal tekanan darah
Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa tekanan darah mencapai puncak
tertinggi pada pagi hari (mid morning), puncak kedua pada sore hari, menurun
malam hari, paling rendah pada waktu tidur sampai jam tiga sampai jam empat
pagi, kemudian tekanan darah naik perlahan sampai bangun pagi dimana tekanan
darah naik secara cepat. Tekanan darah dapat bervariasi sampai 40 mmHg dalam 24
jam. 15
2. Tidur dan bangun tidur
Menjelang bangun tidur tekanan darah meningkat 20 mmHg.Peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik bisa naik sewaktu mau bangun, kemudian naik lagi
setelah bangkit dari tidur dan bergerak.Naiknya tekanan darah pada awal pagi dapat
membahayakandan kebanyakan mati mendadak terjadi pada saat
tersebut.Umumnya selama tidur, tekanan darah tidak banyak bervariasi.
3. Valsalva maneuver
Peristiwa mengedan (ekspirasi yang ditahan terhadap penutupan glottis) menaikkan
tekanan intrathoraks sehingga menghalangi aliran balik vena dan mengakibatkan
turunnya isi sekuncup dan tekanan nadi dan disertai refleks takikardi.Bila manuver
ini dihentikan, tekanan intrathoraks turun dan darah vena yang menumpuk mengalir
sehingga menaikkan isi sekuncup (mekanisme Frank Starling).Akibatnya naiknya
tekanan nadi menyebabkan timbulnya refleks bradikardi secara dramatis. Valsalva
maneuver ini digunakan untuk tes klinis persarafan otonom jantung.
4. Jantung
Jantung dapat mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan curah
jantung. Curah jantung dapat berubah – ubah bergantung pada tingkat aktivitas
seseorang, usia, tingkat metabolisme tubuh dan ukuran tubuh. Ada dua faktor yang
mempengaruhi curah jantung, yaitu isi sekuncup dan denyut jantung. Frekuensi
denyut jantung dipengaruhi oleh rangsang saraf simpatis dan parasimpatis.
Rangsang pada saraf simpatis akan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
meningkatkan kontraktilitas miokardium sehingga akan menambah isi sekuncup.
Menurut Frank Starling, apabila jumlah darah yang mengalir ke jantung meningkat,
maka akan menyebabkan dinding ruang jantung meregang sehingga otot
berkontraksi lebih kuat lagi. Oleh karena itu, semua penambahan darah yang
kembali ke jantung akan dipompa masuk lagi ke sirkulasi secara otomatis.
5. Volume darah
Volume darah dalam tubuh dipengaruhi oleh volume cairan ekstraseluler, sehingga
peningkatan volume cairan ekstraseluler akan meningkatkan volume darah.
Peningkatan volume darah akan meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata
yang kemudian akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung sehingga
menyebabkan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung ini pada
akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah. Bila kehilangan darah terlalu banyak,
maka tekanan darah menurun, seperti pada kasus perdarahan. Bila perdarahan tidak
terlalu banyak maka dengan penambahan cairan atau darah jumlah darah akan
kembali normal. Sebaliknya, bila perdarahan banyak dan penambahan cairan atau
darah tidak dapat mengembalikan volume darah, maka tekanan darah tidak akan
meningkat kembali sehingga organ - organ vital akan kekurangan darah.
6. Viskositas darah
Viskositas darah adalah kekentalan darah sebagai zat cair yang banyak
mengandung unsur kimia. Viskositas darah dipengaruhi oleh hematokrit sehingga
peningkatan hematokrit akan meningkatkan viskositas darah. Bila viskositas darah
meningkat maka diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah pada
jarak tertentu dan alirannya akan lebih lambat. Hal ini disebabkan karena gesekan
yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat. Gesekan ini menentukan ukuran koefisien angkat
viskositas, sebaliknya bila viskositas darah menurun, maka gesekan antara lapisan
darah dan pembuluhnya akan menurun dan tekanan darah akan turun.
Faktor eksternal:
1. Umur
Tekanan darah seseorang akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur,
dikarenakan semakin berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh darah seiring
pertambahan usia. Hal ini mengakibatkan peningkatan terhadap tekanan sistolik
dan diastolik. Tekanan diastolik meningkat karena dinding pembuluh darah tidak
lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
2. Jenis kelamin
Tekanan darah pria lebih tinggi daripada tekanan darah wanita, hal ini disebabkan
wanita memimiliki hormon estrogen dan progesteron yang menjaga pembuluh
darah tetap elastis, tetapi setelah menopause, tekanan darah akan meningkat karena
pembuluh darah menjadi tidak elastis lagi.
3. Posisi tubuh
Jumlah darah arteri pada dasarnya ditentukan oleh jumlah darah yang terkandung
di dalam arteri tersebut. Variasi tekanan darah dapat terjadi bila pasien mengambil
posisi yang berbeda-beda. Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam
keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.
4. Kondisi Ruang
Pemeriksaan Suhu ruang, ketenangan dan kenyamanan pada ruang periksa yang
nyaman harus diperhatikan. Suhu ruang yang terlalu dingin dapat meningkatkan
tekanan darah. Suhu ruangan yang baik adalah suhu ruangan normal yaitu berkisar
20-25 derajat celcius.
5. Keadaan Psikologis
Keadaan psikologis yang terganggu seperti stres akan meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan kadar kolesterol serum yang akan melemahkan dan merusak
pelapis pembuluh darah, menyediakan tempat bagi mengendapnya lipid sehingga
terbentuk plak kolesterol. Akhirnya lumen menyempit, tahanan perifer meningkat,
dan tekanan darah naik.
6. Olahraga
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah pada individu yang menderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Olahraga
secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada
pembuluh darah.
7. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT berkorelasi dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. IMT dapat
digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena risiko
penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang dikatakan
kelebihan berat badan jika IMT ≥ 25 dan dikatakan obesitas apabila ≥30. Berat
badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah terutama tekanan darah
sistolik bilamana 5 kg dari berat badan yang berlebih hilang maka akan
menurunkan 2-10 poin tekanan darah sistolik.
(Sasmalinda, 2013)
J. Mekanisme Uji Penentuan Golongan Darah
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70% yaitu pada bagian
jari
3. Menusuk kulit dengan jarum lanset yang telah diatur kedalaman tusukannya (3-4)
4. Meneteskan darah secukupnya di bagian kanan dan kiri object glass
5. Meneteskan antiserum-A pada salah satu tetesan darah dan antiserum-B pada salah
satu tetesan darah yang lain.
6. Mengaduk campuran darah dan antiserum dengan menggunakan tusuk gigi
7. Diamati hasilnya setelah 2 – 3 menit, apakah terjadi penggumpalan darah atau tidak
(Oktari & Silvia, 2016).
8. Golongan Darah A: Jika saat ditetesi antiserum A menggumpal dan antiserum B
tidak menggumpal
Golongan Darah B: Jika saat ditetesi antiserum B menggumpal dan antiserum A
tidak menggumpal
Golongan Darah AB: Jika saat ditetesi antiserum A menggumpal dan antiserum B
menggumpal
Golongan Darah O: Jika saat ditetesi antiserum A tidak menggumpal dan antiserum
B tidak menggumpal

K. Analisis Hasil Pengamatan Golongan Darah Probandus Terkait dengan Golongan


Darah Orang Tua
Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang didasarkan pada
jenis antigen yang dimilikinya. Antigen dapat berupa karbohidrat dan protein. Sistem
penggolongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun
1900 dengan mencampur eritrosit dan serum darah para stafnya. Landsteiner, dari
percobaantersebut menemukan 3 dari 4 jenis golongan darah dalam sistem ABO, yaitu
A, B, dan O. Golongan darah yang keempat, yaitu AB ditemukan pada tahun 1901
(Farhud et al, 2013).
Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh
orangtua.pewarisan gen yang menentukan golongan darah mengikuti hokum Mendel.
Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip yang terdiri dari A, B dan O. Prinsip
pewarisan golongan darah berdasarkan hukum Mendel seperti pada table berikut.
 Orangtua golongan O dan O, menghasilkan anak golongan O.
 Orangtuagolongan O dan A, menghasilkan anak golongan O atau golongan A.
 Orangtua golongan O dan B, menghasilkan anak golongan O atau golongan B.
 Orangtua golongan O dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan
B.
 Orangtua golongan A dan A, menghasilkan anak golongan A atau golongan O.
 Orangtua golongan A dan B, menghasilkan anak golongan A atau golongan B
atau golongan AB atau golongan O.
 Orangtua golongan A dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan
AB atau golongan B.
 Orangtua golongan B dan B, menghasilkan anak golongan B atau golongan O.
 Orangtua golongan B dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan
AB atau golongan B.
 Orangtua golongan AB dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan
B atau golongan AB.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Putri kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah O dan O atau O
dan A atau O dan B yang menyebabkan Putri bergolongan darah O.
2. Alfin kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah O dan B atau
AB dan B atau AB dan AB atau A dan AB yang menyebabkan Alfin
bergolongan darah B.
3. Arin kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah O dan B atau
AB dan B atau AB dan AB atau A dan AByang menyebabkan Arin
bergolongan darah B.
4. Ayuni kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah O dan O atau
O dan A atau O dan B yang menyebabkan Ayuni bergolongan darah O.
5. Dian kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah AB dan AB
atau A dan AB atau B dan AB yang menyebabkan Dian bergolongan darah
AB.
6. Eka kemungkinan memiliki orang tua dengan golongan darah AB dan AB atau
O dan A atau AB dan B atau A dan AByang menyebabkan Putri bergolongan
darah A.

L. Analisis Kadar Hb
Kadar Hb yang normal bagi pria umumnya sekitar 13,8 sampai 17,2 g/dL.
Sedangkan untuk wanita adalah 12,1 sampai 15,1 g/dL, dan jika lebih dari itu, maka
dinyatakan memiliki jumlah Hb tinggi. Kadar hemoglobin dapat digunakan sebagai
parameter yang menandakan keadaan anemia zat besi . Anemia zat besi ditandai
dengan kadar hemoglobin di bawah nilai normal 12,0 mg/dl pada perempuan dewasa.
Kelompok yang rentan terhadap anemia zat besi adalah tenaga kerja wanita. Kurangnya
asupan zat gizi merupakan faktor yang mengakibatkan terjadinya anemia pada pekerja
wanita, selain itu menstruasi yang dialami wanita usia subur setiap bulan juga
berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dan produktivitas pada pekerja. Anemia yang
terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan dan
performa kerja seperti kelelahan dan penurunan kapasitas kerja. Wanita dengan
keadaan anemia, produktivitasnya lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang
tidak anemia karena dapat terjadi penurunan kapasitas kerja pada penderita anemia,
artinya semakin rendah kadar hemoglobin maka akan menurunya produktivitas kerja
(Khasanah, 2018).

Berdasarkan hasil pengecekan menggunakan Skala Hb Tallqvist menunjukkan


bahwa Putri, Alfin, Ayuni dan Dian pada skala Hb 70%, sehingga dapat diketahui
kadar Hb sebesar 10,9 g/dl. Sedangkan Arin dan Eka berada pada skala 60%, sehingga
dapat diketahui kadar Hb sebesar 9,4g/dl. Dari hasil pengecekan Hb tersebut semua
probandus memiliki Hb dibawah normal yaitu < 12,1 g/dl (untuk wanita). Hb yang di
bawah normal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti asupan makanan
yang kurang (utamanya kekuranggan zat besi), aktivitas yang berlebih, dan begadang.
Selain itu, rendahnya kadar Hb juga dapat mengindikasikan penyakit anemia. Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa wanita lebih beresiko terkena anemia dari pada
laki-laki.

M. Faktor yang Mempengaruhi kadar Hb


Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit)
pada seseorang:
1. Makanan
Makanan merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam
makanan yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu
Fe (zat besi) dan protein. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran juga dapat
meningatkan kadar hemoglobin.
2. Usia
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hbnya. Dengan
bertambahnya umur dan penurunan status kesehatan, maka terjadi penurunan fungsi
dari berbagai organ tubuh termasuk fungsi paru-paru. Penurunan fungsi paru-paru
mempermudah timbal yang masuk melalui sistim saluran pernapasan akan dapat
masuk ke dalam jaringan paru-paru selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah
dan mempengaruhi kadar Hb dalam darahnya (Rizkiawati, 2012).
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan lebih mudah mengalami penurunan dari pada laki-laki,
terutama pada saat menstruasi. Karena pada saat menstruasi perempuan
mengeluarkan banyak darah haid sehingga kandungan darah dalam tubuh lebih
sedikit dibandingkan dengan wanita yang tidak haid. Oleh karena itu
hemoglobinnya juga berkurang.
4. Aktivitas
Aktifitas fisik maksimal dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan tubuh, yang dikenal
sebagai stres oksidatif. Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan
menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi
membran sel. Membran sel ini sangat penting bagi fungsi reseptor dan fungsi
enzim, sehingga terjadinya peroksidasi lipid membran sel oleh radikal bebas yang
dapat mengakibatkan hilangnya fungsi seluler secara total. Peroksidasi lipid
membran sel memudahkan sel eritrosit mengalami hemolisis, yaitu terjadinya lisis
pada membran eritrosit yang menyebabkan hemoglobin terbebas dan pada akhirnya
menyebabkan kadar hemoglobin mengalami penurunan.
Individu yang secara rutin berolahraga kadar hemoglobinnya akan sedikit naik.
Hal ini disebabkan karena jaringan atau sel akan lebih banyak membutuhkan O2
(oksigen) ketika melakukan aktivitas. Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks
yang terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem yang mengandung zat besi.
Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen yang kaya akan zat besi dalam sel
darah merah, dan oksigen dibawa dari paru-paru ke dalam jaringan. Hemoglobin
merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin memiliki peranan penting
dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit) (Saputro, 2015).
5. Merokok
Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok memiliki afinitas yang besar
terhadap hemoglobin, sehingga memudahkan keduanya untuk saling berikatan
membentuk karboksihemoglobin, suatu bentuk inaktif dari hemoglobin. Hal ini
mengakibatkan hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen untuk dilepaskan ke
berbagai jaringan sehingga menimbulkan terjadinya hipoksia jaringan. Tubuh
manusia akan berusaha mengkompensasi penurunan kadar oksigen dengan cara
meningkatkan kadar hemoglobin (Wibowo, 2017)
6. Penyakit
Pemyakit yang menyertainya seperti leukemia, thalasemia, dan tuberkulosi.
N. Mekanisme Sistem Imun
Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang berperan dalam
mengenali atau mengidentifikasi senyawa asing yang masuk dalam tubuh kita.
Senyawa asing yang berpotensi membahayakan tubuh manusia ini nantinya akan
dilawan oleh sistem tersebut. Organ tubuh yang penting bagi pembentukan
komponen sistem imun, di antaranya Thymus, limpa, kelenjar getah bening, dan
sumsum tulang. Selanjutnya, komponen-komponen tersebut akan mempertahankan
tubuh manusia melawan infeksi, dengan bekerja dalam dua cara, yaitu sistem imun
alami dan sistem imun adaptif.
1. Sistem Imun Alami (Innate Immunity)
Sistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja
saat terdapat invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak
invasi organisme. Sel yang berperan dalam sistem imun alami di antaranya
adalah makrofag dan natural killer cell. Sel-sel tersebut dinamakan fagosit
karena akan melawan invasi dengan cara fagositosis (penelanan organisme
asing). Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami
adalah dengan produksi ‘antibiotik alami’ berupa interferon dan lysozyme.
Interferon berperan dalam mengeblok replikasi dari virus yang masuk ke dalam
tubuh, sedangkan lysozyme berperan dalam menyerang dinding sel bakteri.
2. Sistem Imun Adaptif (Adaptive Immunity)
Apabila invasi bakteri tidak dapat diatasi dengan sistem imun alami, saat
tersebut akan diaktifkan sistem imun lainnya, yaitu sistem imun adaptif. Pada
sistem imun adaptif, antigen pertama kali akan difagositosis oleh antigen
presenting cells (APC), misalnya makrofag. Hasil dari pencernaan tersebut
akan dibawa ke sel T untuk ‘dikenalkan’. Dari proses tersebut dapat terjadi dua
macam mekanisme berdasarkan jenis sel T.
Pertama, sel T akan mengaktifkan sel B menjadi sel plasma. Selanjutnya, sel
plasma ini akan memproduksi antibodi yang spesifik untuk melawan antigen.
Sel T yang terlibat pada jenis ini disebut sel T helper, atau dapat juga sel T
langsung melawan antigen tersebut. sel T yang demikian disebut sel T
sitotoksik (toksik terhadap sel yang telah terinfeksi).
Mekanisme sistem imun alami dan adaptif terutama berbeda dalam waktu
yang diperlukan. Imunitas alami merupakan mekanisme pertahanan pertama
dengan bermacam-macam cara, misalkan dinding epitel (kulit, mukosa), serta
fagosit. Sementara itu, respon imun adaptif akan muncul selanjutnya atas
inisiasi sel respon alami juga. Limfosit dan produk-produknya akan bekerja,
seperti antibodi yang memblok infeksi. Selain itu sel T akan bersifat sitotoksik.
Oleh karena itu, dengan adanya sistem imun, invasi organisme asing terhadap
tubuh kita dapat dilawan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil praktium, dapat disimpulakn bahwa
1. Sistem sirkulasi dalam tubuh manusia
Sistem peredaran darah pada manusia termasuk sistem peredaran darah tertutup
artinya darah mengalir melalui pembuluh darah. Peredaran darah dari jantung menuju
paru-paru dan kembali ke jantung disebut peredaran darah kecil. Darah beredar dari
jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung disebut peredaran darah besar.
Sistem peredaran pada manusia tersusun atas darah, pembuluh darah dan jantung
sebagai pusat peredaran darah.
2. Mengukur frekuensi denyut nadi
a. Probandus duduk dengan tenang dan menentukan arteri radialis ( menggunakan dua
atau tiga jari, menekan dengan lembut jari sampai dirasakan denyut nadi).
b. Mengukur denyut nadi probandus selama 1 menit dengan 5 kali perulangan sampai
diperoleh jumlah yang konstan
c. Dengan langkah yang sama, probandus melakukan olahraga selama 10 menit
d. Mengukur denyut nadi seperti sebelum berolah raga
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi:Usia, Jenis Kelamin,
Keadaan Kesehatan, Riwayat Kesehatan, Intensitas dan Lama Kerja, Sikap Kerja ,
Ukuran Tubuh, Kondisi Psikis
4. Mengukur tekanan darah
Cara Menggunakan Tensimeter Digital
a. Terlebih dahulu memastikan tidak ada udara yang tersisa pada manset. Memeriksa,
jika ada, mengeluarkan dengan cara menekannya. Setelah itu, memasang kabel
(selang) manset pada posisi semula
b. Mengenakan manset di lengan dengan memperhatikan “Artery Marking” yaitu
penanda posisi arteri yang terdapat pada manset. Memastikan agar tinggi manset
sama dengan posisi jantung sehingga harus dalam posisi duduk
c. Menekan tombol on/off untuk menghidupkan tensimeter.
d. Menekan tombol “start” untuk mulai pengukuran, mengusahakan jangan terlalu
banyak bergerak saat tensimeter sedang bekerja dan menunggu hingga benar –
benar selesai.
e. Hasil akan muncul pada layar monitor tensimeter jika proses sampling
(pengukuran) telah selesai.
f. Menekan tombol on/off untuk mematikan tensimeter.
Cara Menggunakan Tensimeter Air Raksa
a. Mempersiapkan tensimeter dan stetoskop
b. Memeriksa manometer dan memastikan posisi air raksa berada di bagian paling
bawah
c. Memasang manset tensimeter dengan benar, posisi arteri harus benar dan dalam
keadaaan duduk
d. Memegang bola tensi dengan tangan kanan, jari telunjuk dan ibu jari memegang
katup pelepas tekanan.
e. Memastikan katup dalam osisi tertutup kemudian mulai memompa hingga air raksa
naik pada ketinggian 140 mmHg
f. Setelah itu kemudian melepaskan perlahan – lahan, mendengarkan suara pada
stetoskop dan mengamati skala.
g. Skala ketika anda mendengar detak nadi paling keras untuk pertama kali adalah
tekanan sistolik. Kemudian suara tersebut akan hilang, mengamati baik – baik pada
skala berapa terakhir kali mendengar suara tersebut, itulah tekanan diastolic
h. Mengulanginya bebrapa kali untuk memasikan bahwa pengukuran anda benar.
i. Jika pada skala 140 mmHg tidak mendengar nadi keras, maka naikan ke atasnya
160 hingga 170 mmHg

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah


Faktor internal: Variasi diurnal tekanan darah, Tidur dan bangun tidur, Valsalva
maneuver, Jantung, Volume darah, Viskositas darah
Faktor eksternal: Umur, Jenis kelamin, Posisi tubuh, Kondisi Ruang, Keadaan
Psikologis, Olahraga, Indeks Massa Tubuh (IMT)
6. Uji golongan darah
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Membersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70% yaitu pada bagian
jari
c. Menusuk kulit dengan jarum lanset yang telah diatur kedalaman tusukannya (3-4)
d. Meneteskan darah secukupnya di bagian kanan dan kiri object glass
e. Meneteskan antiserum-A pada salah satu tetesan darah dan antiserum-B pada salah
satu tetesan darah yang lain.
f. Mengaduk campuran darah dan antiserum dengan menggunakan tusuk gigi
g. Diamati hasilnya setelah 2 – 3 menit, apakah terjadi penggumpalan darah atau tidak

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Arfianto, Fahruddin. (2017). Pengaruh Alat Peraga Tiga Dimensi Sistem Peredaran Darah
Manusia Terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma. Anterior
Jurnal. Vol 16 (2): 120-128
Farhud, D.D. & Yeganeh, M.Z.,2013. A Brief History Of Human Blood Groups. Iranian J
Publ Health, Vol. 42, No 1, Pp.1-6
Fatmah. (2006). Respons Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
Makara Kesehatan. Vol 10 (1):47-53
Fitriani, Nur. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Pada
Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di Pt. X Gresik.
Kasenda, I., Sylviah M., & Herlina W. (2014). Perbandingan Denyut Nadi Antara
Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. Jurnal e-Biomedik
(eBM). Vol 2(2)
Khasanah, Uswatun & Triska S.N. (2018). Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Status
Gizi dengan Produktivitas Pekerja Wanita di Bagian Percetakan dan Pengemasan di UD X
Sidoarjo. . Amerta Nutr. Vol 2(1)83-89
Kowalski, R. E. 2010. Teori Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah
Tinggi dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke Secara Alami. Bandung:
Qanita. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health. Vol 2(1): 57-75
Oktari, A., & Silvia, N. D. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode
Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A , B , O. Jurnal Teknologi
Laboratorium, 5(2), 49–54
Palilingan R. (2009). Model Aktifitas Praktikum Lapangan berbasis ergonomic (APeLErg)
memperbaiki respon fisiologis tubuh, menurunkan kelelahan dan meningkatkan
kinerja dibandingkan dengan model lama (APeL), pada mahasiswa FMIPA UNIMA.
Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Penggalih, Miza. (2015). Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Dan Denyut Jantung Pada
Berbagai Intensitas Latihan Atlet Balap Sepeda. Jurnal Keolahragaan. Vol 3 (2): 218–
227
Ramadhan, A.J. 2010. Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan Pembuluh
Darah. Yogjakarta: DIVA Press.
Rizkiawati, Aulia. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Hemoblobin
(Hb) Dalam Darah Pada Tukang Becak Di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 1(2): 663-669
Saputro, D.A. (2015). Pemberian Vitamin C Pada Latihan Fisik Maksimal Dan Perubahan
Kadar Hemoglobin Dan Jumlah Eritrosit. Journal of Sport Sciences and Fitness. Vol
4(3): 32-40
Sasmalinda, Lusi. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah
Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan Regresi Linier
Berganda. Padang: UNP.
Wibowo, D. V. (2017). Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin dan Trombosit
pada Perokok Dewasa. Jurnal e-Biomedik. Vol 5(2)
Zunnur, N. H., Adrianto, A. A., & Basyar, E. (2017). Kesesuaian Tipe Tensimeter Air
Raksa Dan Tensimeter Digital Terhadap Pengukuran Tekanan Darah Pada Usia
Dewasa. Jurnal Kedokteran Diponegoro , 940-946 .
IX. LAMPIRAN
Dua lembar laporan sementara
Satu lembar dokumentasi praktikum
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai