Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi Balita


a. Pengertian Balita
Anak bawah lima tahun atau sering disebut sebagai anak balita adalah anak yang telah
menginjak usia diatas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah
lima tahun. Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan anak yang
cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau
kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015).
b. Pengertian Status Gizi
Menurut Supariasa (2017) gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluara zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
c. Klasifikasi Status Gizi
Menurut Ariani (2017), dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran
baku yang sering disebut reference. Buku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia
adalah WHO –NCHS (World Health Organization – National Centre for Health Statistic).
Berdasarkan buku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas
2) Gizi baik untuk well nourished
3) Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein
Calori Malnutrition).
4) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,marasmik-kwashiorkor dan
kwashiorkor.
d. Konsep status gizi pada balita
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur
proses-proses kehidupan. Definisi dari gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Definisi status gizi berasal dari zat gizi dan gizi, maka dapat
disimpulkan bahwa definisi status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Sulistyoningsih, 2011 dalam Maulana, 2013).
Menurut Ningtyias (2010) dalam Maulana (2013), beberapa definisi lain yang

berkaitan dengan status gizi dan sangat penting untuk dipahami, akan diuraikan berikut ini

yaitu:

1. Pangan dan makanan

Pangan merupakan pengertian secara umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan

makanan, sedangkan definisi dari makanan sendiri yaitu bahan selain obat yang mengandung

zat-zat gizi dan unsur-unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh

yang berguna di dalam tubuh.

2. Angka kecukupan gizi

Taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai

cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.

3. Keadaan gizi

Keadaan akibat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta

penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi

dalam seluler tubuh.

4. Malnutrition (gizi salah, malnutrisi)

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut

satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi yaitu :

a. Under nutrition merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relative

atau absolute untuk periode tertentu;

b. Specific deficiency merupakan kekurangan zat gizi tertentu, misalnya

kekurangan vitamin A, yodium Fe, dan lain-lain;


c. Over nutrition merupakan kelebihan konsumsi pangan untuk periode

tertentu

d. Imbalance disebabkan karena disporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi

karena tidak seimbangnya low density lipoprotein (LDL), high density

lipoprotein (HDL) dan very low density lipoprotein (VLDL).

Menurut UNICEF (1998) gizi kurang pada balita dapat disebabkan oleh

beberapa factor seperti factor penyebab langsung, tidak langsung, pokok

masalah dan akar masalah. Gizi kurang akibat factor secara langsung

disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak seimbang. Yang mana zat

gizi di dalam makanan yang di konsumsi tersebut tidak cukup atau tidak

mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang seharusnya. Sehingga

mempengaruhi dan menyebabkan daya tahan tubuh menjadi lemah, dengan

keadaan tersebut akan memudahkan munculnya penyakit infeksi seperti

diare, demam dan lain sebagainya. Hal ini juga kemudian akan

mempengaruhi nafsu makan, nafsu makan akan turun dan pada akhirnya jika

tidak dilakukan pengobatan akan jatuh kedalam kondisi kurang gizi. Begitu

juga pada anak yang mengalami penyakit infeksi. Walaupun mendapat

makanan yang cukup baik tetapi sering mengalami diare atau demam, hal ini

akhirnya dapat menyebabkan seseorang menderita kurang gizi, karena

penyakit infeksi memerlukan zat gizi yang lebih dari kebutuhan tubuh pada

kondisi normal.

Penyebab tidak langsung yaitu bahan makanan yang ada tidak mampu

memenuhi kebutuhan keluarga baik secara jumlah maupun zat gizinya.

Kemudian juga disebabkan oleh pola asuh dari orang tua ke anaknya yang

tidak memadai, misalnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan akan bahan


makanan, namun bahan makanan yang disediakan hanya mengikuti selera

anak tanpa memperhitungkan zat gizi yang terkandung di dalamnya. Selain

kedua hal tersebut, penyebab tidak langsung juga dapat dikarenakan

pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan yang tidak memadai.

Akar masalah dari kurang gizi adalah karena adanya krisis ekonomi,

politik dan social. Yang mana hal tersebut akan berdampak pada

pengambilan kebijakan oleh pemerintah dan kemampuan daya beli

masyarakat menjadi rendah akibat tidak stabilnya keadaan ekonomi Negara.

Misalnya, seperti krisis ekonomi yang memunculkan krisis monoter, hal ini

mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi turun karena ketidak mampuan

masyarakat dalam membeli bahan makanan yang dibutuhkan keluarga

(ningsi, 2014).

Gambar. Pohon masalah gizi menurut UNICEF (Ningsi, 2014)

5. Kurang energy protein

Kurang energi protein adalah keadaan seseorang yang kurang gizi yang dapat

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari

atau gangguan penyakit tertentu.


e. Metode Penilaian Status Gizi
Menurut (Supariasa, 2017), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan yaitu penilaian status gizi secara langsung maupun tidak langsung.
1) Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 (empat) penilaian
yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusiaditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbgai macam
pengukuran dimensi tubuh dan dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
1. Ukuran Antropometri
a. Berat Badan
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberika gambaran masa
tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
penurunan nafsu makan, atau jumlah yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi
terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam
keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Pada masa
bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,
asites, oedema dan adanya tumor.
b. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi. Kesalahan
penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penetuan umur yang tepat.
c. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti
berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah defisiensi gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan
tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan parameter yang
penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat.
d. Indeks BB/U
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,
tulang, dan otot, dan diantaranya beberapa macam indeks antropometri, indeks
BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U
menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah
berubah untuk anak pada umumnya. Kurang berat badan tidak hanya
menunjukkan konsumsi pangan yang tidak cukup tetapi juga mencerminkan
keadaan sakit yang baru saja dialami, seperti mencret yang mengakibatkan
berkurangnya berat badan menurut umur secara teratur dan sering dapat
digunakan sebagai indikator kurang gizi. Hasil pengukuran ini dapat
menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau gangguan yang mengakibatkan
laju pertumbuhan terhambat.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan
abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
a. Kelebihan indeks BB/U
Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
3) Berat badan dapat berfluktuasi.
4) Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil.
5) Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).
b. Kelemahan indeks BB/U
Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai
beberapa kekurangan, antara lain:
1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asites.
2) Didaerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering
sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah
usia lima tahun.
4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak saat penimbangan.
5) Secara oprasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial
budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang
anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.

e. Indeks TB/U atau PB/U


Tinggi badan kurang peka dipengaruhi oleh pangan dibandingkan
dengan berat badan. Oleh karena itu tinggi badan menurut umur yang rendah
biasanya akibat dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti
memberikan petunjuk bahwa konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup
TB/U lebih mengambarkan status gizi masa lalu. TB/U selain digunakan
sebagai indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai perkembangan
keadaan sosial ekonomi masyarakat. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan
gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan anak akan Nampak dalam waktu yang relative lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini
menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973)
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status
gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.
a. Keuntungan indeks TB/U
Keuntungan dari indeks TB/U, antara lain :
1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawah.
b. Kelemahan indeks TB/U
Adapun kelemahan indeks TB/U adalah:
1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
2) Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
3) Ketepatan umur sulit didapatkan

f. Indeks BB/TB
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator
yang baik untukmenilai status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah
indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa
keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan dibawah ini.
a. Keuntungan indeks BB/TB
Adapun keuntungan indeks ini adalah :
1) Tidak memerlukan data umur
2) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
b. Kelemahan indeks BB/TB
Kelemahan indeks ini adalah :
1) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek,
cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya,
karena faktor umur tidak dipertimbangkan.
2) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
3) Membutuhkan dua macam alat ukur
4) Pengukuran relative lebih lama
5) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
6) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama
bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

g. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)


Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks
BB/U dan BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri
yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan
profesional.
h. Z-Skor
Pertama kali dianjurkan oleh WHO pada tahun 1979, di Indonesia
penggunaan Z-Skor untuk penilaian status gizi anak balita telah disepakati
pada semiloka antropometri tahun 1991. Kemudian pada tanggal 17-19 Januari
2000 telah diadakan diskusi pakar di bidang gizi yang di selenggarakan oleh
persegi bekerja sama dengan UNICEF-Indonesia dan LIPI. Salah satu agenda
diskusi adalah tentang keseragaman istilah status gizi dan baku antropometri
yang di pakai. Diskusi pakar telah menyepakati bahwa: baku atropometri yang
digunakan adalah WHO-NCHS:

Batas Sebutan status


No Indeks yang dipakai
pengelompokkan gizi
1. BB/U <-3 SD Gizi buruk
-3 s/d <-2 SD Gizi kurang
-2 s/d +2 SD Gizi baik
>+2 SD Gizi lebih
2. TB/U <-3 SD Sangat pendek
-3 s/d <-2 SD Pendek
-2 s/d +2 SD Normal
>+2 SD Tinggi
3. BB/TB <-3 SD Sangat kurus
-3 s/d <-2 SD Kurus
-2 s/d +2 SD Normal
>+2 SD Gemuk

Tabel 1. kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks
Penilaian status gizi berdasarkan Z-Skor dilakukan dengan melihat
distribusi normal pertumbuhan seseorang. Nilai ini menunjukkan jarak nilai
baku median dalam unit simpang baku dengan asumsi distribusi normal.
Rumus:
- Berlaku untuk indeks BB/U, BB/TB, maupun TB/U
X-M
-Z=Skor SB
- Keterangan:
X = BB atau TB actual / hasil pengukuran
M = Nilai baku median BB atau TB
SB = Nilai simpang baku

b. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi terkait ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Selai itu, metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorangdengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
c. Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penemuan
kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan diagnosis atau
kekurangan/kelebihan gizi yang spesifik.
d. Penilaian Status Gizi Secara Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur jaringan.

2) Metode Penelitian Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan
metode ini akan diuraikan sebagai berikut :
a. Survei Konsumsi Makanan
Pengertian survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Penggunaan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Penggunaan Statistik Vital
Pengertian pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Penilaian Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Penggunaan pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.

2.2 Tanda Dan Gejala Klinis Anak Gizi Buruk


1. Kwashiorkor
 Perubahan status mental: apatis & rewel
 Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
sakit, rontok
 Wajah membulat dan sembab
 Pandangan mata sayu
 Pembesaran hati
 Otot mengecil (hipotrofi)
 Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
 Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya akut) seperti anemia dan diare
Gambar 1. Anak Kwashiorkor
2. MARASMUS
 Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
 Wajah seperti orang tua
 Cengeng, rewel
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai
celana longgar- baggy pants)
 Perut umumnya cekung
 Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”)
 Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare
persisten
Gambar 2. Anak Marasmus
2.3 Kurang Zat Gizi mikro
- Kurang Vitamin A
- Anemia (kurang Fe, Asam Folat)
- Kurang vitamin B dan C
- Kurang Zn
- Kurang Vitamin & Mineral lain
2.4 Penyakit Penyerta atau Penyulit
- ISPA/Pneumonia
- Diare Persisten & Cacingan
- Tuberkulosis
- Malaria HIV/AIDS
- Cacad/kelainan bawaan : hidrosephalus,Cerebal palsy, bibir sumbing

2.5 Anamnesa
 Jumlah asupan makanan & kebiasaan makan
 ASI Eksklusif dan MP-ASI
 Muntah dan diare (lama dan frekuensi)
 BAB Cair atau berdarah
 Kehilangan nafsu makan
 Batuk kronis atau kontak KP
 Suspek HIV/Aids
 Latar belakang : sosial, ekonomi, pendidikan
2.6 Pemeriksaan
 Tanda-tanda dehidrasi
 Syok (tangan dingin, nadi cepat & lemah): hipoglikemia
 Telapak tangan pucat : anemia
 Kurang Vitamin A (KVA) : Bitot’t spot pada mata
 Infeksi lokal : kulit, telinga, tenggorokan
 Tanda & gejala HIV
 Demam ≥ 38oC atau hipotermia ≤ 36oC
 Luka dimulut : defisiensi . Vit C & Vit B2
 Perubahan warna kulit : coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
2.7 Tatalaksana Gizi Buruk

Tabel. 10 langkah utama Tatalaksana Gizi buruk


a. Tujuan terapi gizi memberikan energi & zat gizi guna mencegah
dan mengatasi:
 Hipoglikemia
 Hipotermia
 Dehidrasi
 Kekurangan zat gizi mikro, vitamin mineral danelektrolit (K, Mg, Cl, Zn,
Cu)
 Memulihkan kondisi kesehatan
b. Prinsip dasar terapi gizi
Memberikan makanan secara bertahap karena terjadi kerusakan mukosa usus
& enzim yang terlalu lama : diare persisten
Pemberian Cairan dan Makanan:
- Secara teratur (selama 24 jam)
- Bertahap, mulai dari makanan cair, lumat & padat (mudah diserap) porsi kecil
& sering, tidak boleh tergesa-gesa
- Melalui fase stabilisasi, transisi & rehabilitasi
- Selalu dipantau dan dievaluasi (mencegah kelebihanpemberian cairan dan
makanan)
1. Fase Stabilisasi
Tujuan memberikan makanan:
- Agar kondisi anak stabil
- Diberikan F75/MODIFIKASI F75/MODISCO ½
- Cukup Energi
- Cukup Protein
- Cukup Cairan
- Cukup Elektrolit
 Bila edema berat (+++):
- Cairan : 100 ml/kg BB
- Energi : 80 – 100 Kkal/kg BB
- Protein: 1 – 1,5 g /kg BB
 Bila tanpa edema atau edema (+, ++):
- Cairan : 130 ml/kg BB
- Energi : 80 – 100 Kkal/kg BB
- Protein: 1 – 1,5 g/kg BB
2. Fase Stabilisasi →Transisi:
Tahap Akhir Stabilisasi:F 75 interval 4 jam (dpt dihabiskan) diganti
F100 setiap 4 jam dg jumlah cairan sesuai BB (tabel F 75) berikan selama
2 hari. Pada Hari ke 3: F100 dgn jumlah cairan sesuai BB (tabel F100), 4
jam berikut cairan dinaikan 10 ml kemudian dilanjutkan F 100 sesuai tabel
tetapi tak melebihi jumlah max. Pada Hari ke 4: F100 dengan jumlah
cairan sesuai BB + 7-14 hr, dilanjutkan ke fase rehabilitasi

Tabel Petunjuk Pemberian F-100 Untuk Anak Gizi Buruk


3. Fase Rehabilitasi
Tujuan memberikan makanan untuk Mengejar pertumbuhan. Diberikan
setelah anak bisa makan, diberikan (F135/Modisco III ditambah makanan
bayi/anak): Cairan : 150 – 200 ml/kg. BB,Energi : 150 – 220 kkal/kg BB.
Protein : 3 – 4 gr/kg BB
Bentuk Makanan padat, diberikan menurut BB:
• BB < 7 kg , diberikan makanan bayi/lumat
• BB > 7 kg , diberikan makanan anak/lunak

Tabel Kebutuhan Zat Gizi( 0 sampai 9 tahun)


Tabel Dosis Tablet Besi Dan Sirup Besi Untuk Anak Umur 6 Bulan
Sampai 5 Tahun
4. Fase Tindak lanjut
Kebutuhan energi dan protein sesuai dengan BB dan umur anak. PMT-
Pemulihan: Energi 350 Kkal/hr & protein 15 g/hr, ditambah makanan
keluarga.
Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang. Anak gizi buruk
dengan keterlambatan perkembangan mental dan perilaku dapat diberikan
kasih saying, lingkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama 15 –
30 menit/ hari (Misalnya: permainan ci luk ba atau menggunakan Alat
Permainan Edukatif). Aktifitas fisik segera setelah sembuh Keterlibatan
ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai