PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2019 A. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009). Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010). Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain: Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional Bunuh diri dilakukan dengan intensi Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. B. Tanda dan gejala : Sedih Marah Putus asa Tidak berdaya Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal C. Penyebab Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. Terbagi menjadi: 1. Faktor genetik (berdasarkan penelitian): 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot. 2. Faktor Biologis lain: Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke Gangguuan kerusakan kognitif (demensia) DiabetesPenyakit arteri koronaria Kanker HIV / AIDS 3. Faktor Psikososial & Lingkungan: Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial D. Akibat Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut : Keputusasaan Menyalahkan diri sendiri Perasaan gagal dan tidak berharga Perasaan tertekan Insomnia yang menetap Penurunan berat badan Berbicara lamban, keletihan Menarik diri dari lingkungan social Pikiran dan rencana bunuh diri Percobaan atau ancaman verbal E. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah
F. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria Usia: lebih tua, masalah semakin banyak Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri. 2. Diagnosa Keperawatan Rsisiko Perilaku bunuh diri 3. Rencana Keperawatan Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: Perkenalkan diri dengan klien Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur. Bersifat hangat dan bersahabat. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat. b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri Tindakan : Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain). Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. Awasi klien secara ketat setiap saat. c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya Tindakan: Dengarkan keluhan yang dirasakan. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. d. Klien dapat meningkatkan harga diri Tindakan: Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan). e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif Tindakan: Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
1. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien 2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas 3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. 4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga 1. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan umum : - Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : - Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya - Pasien mampu mengungkapkan perasaannya - Pasien mampu meningkatkan harga dirinya - Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik Tindakan : - Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan - Meningkatkan harga diri pasien dengan cara : o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien o Merencanakan yang dapat pasien lakukan - Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara : o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik Daftar Pustaka
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.