PENDAHULUAN
2.1PENGERTIAN MOTIVASI
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti dorongan, daya pendorong atau
tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia bertindak.
Motivasi juga berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
melakukan suatu perbuatan / kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Beberapa Pengertian dari Motivasi menurut para ahli :
1. Mathis & Jackson (2006)
Motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan
suatu tindakan. Seseorang melakukan tindakan untuk sesuatu hal dalam mencapai tujuan.
Oleh sebab itu, motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan dan itu jarang
muncul dengan sia-sia.
2. Robbins (2003)
Motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas individu, arah, dan ketekunan
dalam upaya untuk mencapai tujuan. (Motivation as the processes that account for an
individual’s intensity, direction, and persistence of effort toward attaining a goal).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, motivasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang menimbulkan dorongan semangat, kekuatan, arahan kepada seseorang dalam upaya
untuk mencapai tujuan. Dari batasan pengertian motivasi di atas terlihat bahwa ada tiga hal
yang termasuk di dalamnya antara lain upaya, tujuan, dan kebutuhan. Unsur upaya
merupakan ukuran intensitas, bila seseorang termotivasi, ia akan mencoba mengulangi
perbuatan sebelumnya. Akan tetapi kemungkinan kecil tingkat upaya yang tinggi akan
mengantarkan pada kinerja dan memberikan keuntungan. Bila upaya itu disalurkan dalam
suatu arah yang bermanfaat bagi organisasi akan dapat mencapai tujuan organisasi tersebut.
Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan kualitas dari upaya itu maupun intensitasnya.
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang (pekerja) yang berupa kesadaran
mengenai pentingnya manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya. Motivasi seperti ini disebut
sebagai motivasi intrinsik (intrinsic motivation). Mereka merasa bertanggungjawab atas suatu
pekerjaan, jadi tanpa ada faktor luar yang memengaruhi mereka terdorong untuk
melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi ada juga motivasi yang bersumber dari luar diri
orang bersangkutan yang disebut sebagai motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation). Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan kerja yang bersumber dari luar diri pekerja, yang berupa suatu
kondisi yang mengharuskannya melaksanakan suatu pekerjaan secara maksimal.
2.2 KONSEP MOTIVASI
Perkara yang menggerakan dan menentukan tingkah laku seseorang selalu dikaitkan
dengan konsep motivasi yaitu keinginan (drives), keperluan (needs), rasa takut (fears), tujuan
(goals), tekanan sosial (social pressure), kepercayan diri (self-confidence), minat (interests),
rasa ingin tahu (curiousity), kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan pengharapan
(expectations).
Motivasi juga dirangsang oleh dua aspek yaitu motif dan insentif. Insentif ialah galakan
yang mendesak seorang individu supaya bertindak untuk mendapat hasil / imbalan.
Sedangkan motif ialah unsur yang lebih penting daripada insentif untuk merangsang
seseorang dalam pembelajaran.
Konsep motivasi juga dapat dijelaskan berdasarkan ciri-ciri individu. Sebagai contoh,
ada pekerja yang melakukan sesuatu karena keinginan yang tinggi untuk sukses, tetapi ada
juga yang melakukan tindakan karena rasa takut gagal, mungkin juga mereka bertindak
karena minat yang sangat mendalam, dan mungkin juga disebabkan oleh rasa bertanggung
jawab kepada orang lain yang menaruh harapan tinggi terhadap mereka.
2.3 PENDEKATAN-PENDEKATAN MOTIVASI
Dalam perkembangannya, motivasi dapat dipandang menjadi 4 pendekatan, antara lain:
1. Pendekatan Tradisional (traditional approach)
Pendekatan tradisional pertama sekali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor dari
manajemen ilmiah (scientific management school). Dalam model ini yang menjadi titik
beratnya adalah pengawasan (controlling) dan pengarahan (directing). Pada pendekatan ini,
manajer menentukan cara yang paling efisien untuk pekerjaan berulang dan memotivasi
karyawan dengan sistem insentif upah, semakin banyak yang dihasilkan maka semakin besar
upah yang diterima. Dengan menggunakan insentif, manajer dapat memotivasi bawahannya.
Makin banyak yang diproduksi, maka makin besar pula penghasilan yang mereka peroleh.
Dalam banyak situasi pendekatan ini sangat efektif.
Berdasarkan pandangan ini, umumnya pekerja dianggap malas bekerja, dan hanya
dapat dimotivasi dengan memberikan penghargaan yang berwujud uang. Pada umumnya para
pekerja kurang bertanggungjawab atas pekerjaannya, sehingga untuk meningkatkan
produktivitas kerja mereka harus dimotivasi dengan penghargaan dalam bentuk uang. Sejalan
dengan meningkatnya efisiensi, karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu akan dapat
dikurangi.
2. Pendekatan Hubungan Manusia (human relation model)
Pendekatan hubungan manusia selalu dikaitkan dengan pendapat Elton Mayo. Mayo
menemukan bahwa kebosanan dan pengulangan berbagai tugas merupakan faktor yang dapat
menurunkan motivasi, sedangkan kontrak sosial membantu dalam menciptakan dan
mempertahankan motivasi. Sebagai kesimpulan dari pendekatan ini, manajer dapat
memotivasi karyawan dengan memberikan kebutuhan sosial serta dengan membuat mereka
merasa berguna dan lebih penting.
3. Pendekatan Sumber Daya Manusia
Para pencetus teori lainnya seperti McGregor dan ahli-ahli lain, melontarkan kritik
kepada model hubungan manusia dengan mengatakan konsep tersebut hanya merupakan
pendekatan yang lebih canggih untuk memanipulasi karyawan. Kelompok mereka juga
mengatakan bahwa, pendekatan tradisional dan hubungan manusia terlalu menyederhanakan
motivasi hanya dengan memusatkan pada satu faktor saja seperti uang dan hubungan sosial.
Berbeda dengan pendekatan sumber daya manusia yang menyatakan bahwa para karyawan
dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan untuk mencapai kepuasan,
tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Sebagai
contoh, pada teori X dan Y mengasumsikan terdapat dua sifat manusia dalam menghadapi
pekerjaan, satu sisi melaksanakannya secara aktif, sedangkan pandangan lain menanggapinya
secara pasif.
4. Pendekatan Kontemporer (contemporary approach)
Pendekatan kontemporer didominasi oleh tiga tipe motivasi : teori isi, teori proses, dan
teori penguatan. Teori isi (content theory) menekankan pada teori kebutuhan-kebutuhan
manusia, menjelaskan berbagai kebutuhan manusia memengaruhi kegiatannya dalam
organisasi. Manajer harus dapat memahami kebutuhan para anggotanya untuk meningkatkan
tanggung jawab dan kesetiaannya atas pekerjaan dan organisasi. Dalam teori isi terdapat tiga
teori motivasi yang menekankan pada analisa yang mendasari kebutuhan-kebutuhan manusia,
antara lain : Teori Hirarki Kebutuhan, Teori ERG, dan Teori Dua Faktor. Pada Teori proses,
terdapat dua teori motivasi yang terpusat pada bagaimana para anggota organisasi mencari
penghargaan dalam keadaan bekerja, termasuk dalam kelompok ini : Teori Keadilan dan
Teori Harapan. Satu teori lagi, berpusat pada bagaimana karyawan mempelajari perilaku
kerja yang diinginkan, terdapat pada Teori Penguatan.
Tabel Pembagian Pendekatan Kontemporer dalam Teori-teori Motivasi
No. Teori Isi Teori Proses Teori Penguatan
Self
Growth ( G ) Actualization Motivator Factors
for Need
Esteem Need
Atau,
Hasil Seseorang Hasil Orang Lain
------------------------- < ----------------------------
Keluaran Seseorang Keluaran Orang Lain
6. Teori Pengharapan
Teori pengharapan (expectancy theory) pertama sekali dikemukakan oleh Victor
Vroom yang mengatakan bahwa motivasi seseorang mengarah pada suatu tindakan yang
bergantung pada kekuatan pengharapan. Tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu
dan bergantung pada hasil bagi seseorang tersebut. Teori Pengharapan berargumen bahwa
para karyawan menentukan terlebih dahulu tingkah laku apa yang dilaksanakan dan nilai
yang diperoleh atas perilaku tersebut. Teori ini berpendapat bahwa seseorang akan
termotivasi untuk melakukan sesuatu hal dalam mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa
tingkah laku mereka mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.
Nadler dan Lawler menguraikan empat macam asumsi mengenai tingkah laku dalam
organisasi yang menjadi dasar pendekatan harapan sebagi berikut :
a. Tingkah laku ditentukan oleh kombinasi dari faktor-faktor individu dan lingkungan
b. Individu secara sadar dalam membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka dalam
suatu organisasi.
c. Individu mempunyai perbedaan dalam kebutuhan, keinginan, dan sasaran yang ingin
dicapai.
d. Individu memilih berbagai alternatif dari tingkah laku mereka atas dasar harapan bahwa
suatu tingkah laku akan dapat membawa hasil yang diinginkan.
Berbagai asumsi tersebut akan menjadi dasar dalam teori pengharapan yang mempunyai tiga
komponen utama antara lain :
a. Harapan hasil prestasi, yaitu suatu kesempatan yang diperkirakan terjadi atas perilaku.
Harapan ini akan berpengaruh pada keputusan mereka tentang cara bertingkah laku.
b. Valensi, merupakan nilai positif atau negative dari hasil perilaku tertentu, valensi
merupakan preferensi pribadi individu.
c. Harapan prestasi usaha, yaitu harapan seseorang mengenai seberapa sulit melaksanakan
tugas dan berhasil dalam memengaruhi keputusan tentang tingkah laku.
Berdasarkan pengertian diatas, maka teori Vroom dapat dinyatakan sebagai berikut :
Kekuatan Motivasi = Valensi x Ekspektansi
Demikian, kekuatan motivasi ditentukan oleh valensi dan pengharapan. Menurut teori
pengharapan, individu akan termotivasi jika mereka melihat adanya kombinasi yang
menguntungkan tentang apa yang penting bagi mereka dan diharapkan sebagai suatu imbalan
atas pengorbanan mereka, dan mereka mengambil tingkah laku yang sesuai.
7. Teori Penguatan
Teori penguatan (reinforcement theory) pertama sekali dikemukakan oleh seorang ahli
psikolog B.F. Skinner, yang mengatakan bahwa bagaimana tingkah laku di masa lampau
memengaruhi tindakan di masa yang akan dating dalam proses belajar siklis.
Teori penguatan berargumen pada tingkah laku individu (respon) terhadap situasi tertentu
(rangsangan) merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Jika konsekuensi tersebut
positif maka pada masa depan akan terjadi pengulangan yang serupa dalam situasi yang
serupa pula. Tetapi bila konsekuensi tersebut tidak menyenangkan, maka orang akan
mengubah tingkah lakunya dalam menghindar dari konsekuensi tadi. Teori penguatan ini
berkaitan dengan pemberian hadiah (reward).Berarti bahwa penguatan (reinforcement) adalah
pengulangan kegiatan karena mendapat hadiah.Hadiah bisa dalam bentuk material dan juga
dalam bentuk non material. Sebagai contoh, orang akan mematuhi peraturan, karena kalau
taat pada peraturan makin meningkatkan prestasi kerjanya karena tindakan atas itu adalah
pemberian hadiah.
Gambar Proses Penguatan
Stimulus Respons Konsekuensi
3.1 KESIMPULAN
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan
atau tidak pada hakekatnya secara internal dan eksternal yang dapat positif atau negatif untuk
mengarahkannya sangat bergantung kepada motivator. Sedangkan motif adalah dorongan /
daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dari banyaknya pandangan yang berbeda dan berbagai teori yang ada. Ada macam-
macam motivasi dalam satu perilaku. Suatu perbuatan atau keinginan yang disadari dan
hanya mempunyai satu motivasi bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa. Karena suatu
keinginan yang disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsi sebagai penyalur
untuk tujuan-tujuan. Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut mencerminkan ”hasil
pekerjaan” seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk perilaku, yang dapat
diidentifikasi sebagai ”kemampuannya”. Jadi, motivasi memegang peranan sebagai perantara
untuk mentransformasikan kemampuan menjadi hasil pekerjaan.
Manusia sebagai unsur inti dari organisasi, ternyata merupakan faktor yang paling
penting sekaligus paling sulit pengelolaannya. Dalam rangka memotivasi seseorang,
pemimpin organisasi dapat / bahkan perlu melakukan tindakan konkret sehingga
memungkinkan termanfaatkannya potensi yang dimiliki anggota organisasi demi tercapainya
tujuan organisasi. Keterampilan dalam memilih dan mengembangkan teknik motivasi mutlak
untuk dimiliki oleh seorang pemimpin organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Prof. Dr. Wilson S.E M.Si., 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga,
Jakarta
Stephen P, robbins, perilaku organisasi edisi 12; salemba empat; 2009, Jakarta