S DENGAN GANGGUAN
SISTEM CARDIOVASKULER : CHF DI RUANG RAWATAN
KELAS III RSUD DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2022
DISUSUN OLEH:
DIAN H SILABAN
NIM: 1902004
1.2 ANATOMI
1. Atrium Dextra
2. Ventrikel Dextra
3. Atrium Sinistra
4. Ventrikel Sinistra
5. Miokardium
Miokardiom yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung titik ketebalannya beragam paling tipis pada kedua
atrium dan yang paling tebal di ventrikel kiri. Lapisan otot jantung menerima darah
dari arteri koronaria, arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desenden
anterior dan tiga arteri sikumpleks. Arteri koronaria kanan memberikan darah
untuk sinoatrial node, ventrikel kanan dan permukaan diafragma ventrikel kanan.
Vena koronaria mengembalikan darah kesinus kemudian bersikulasi langsung
kedalam paru – paru. Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri
dari otot –otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah, otot jantung ini
membentuk bundalan – bundalan otot yaitu (Karson, 2016):
Susunan otot artial sangat tipis kurang teratur serabut – serabutnya, dan
disusun oleh dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria serabut luar dan
paling nyata. Dibagian depan atria, beberapa serabut masuk kedalam septum atrium
ventrikular. Lapisan dalam terdiri dari serabut – serabut. Ini terdapat di bagian kiri
atau kanan dan basis cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis.
Miokardium atrium lebih tipis dari ventriculus. Bekas – bekas serabut otot jantung
yang merupakan sisa – sisa semasa embrio diketemukan sebagai tojolan – tonjolan
di permukaan dalam sebagai trabeculae carneae. Serabut elastis diantara serabut
otot jantung terdapat di dinding ventriculus, sedang di dinding atrium terdapat lebih
banyak serabut elastisnya. Jaringan pengikat diantara bekas – bekas otot jantung
banyak mengandung serabut retikuler.
8. Endokardium
9. Epikardium / Pericardium
1.3 ETIOLOGI
1. Infeksi
Pasien dengan kongesti vaskuler paru akibat gagal ventrikal kiri lebih rentan
terhadap infeksi paru dari pada subjek normal dan setiap infeksi dapat memicu
gagal jantung, demam, takikardi, hipoksemia, dan peningkatan tuntutan metabolik
yang ditimbulkannya semakin memperberat beban miokardium yang memang
sudah kelebihan beban (Namun masih bisa di kompensasi pada pasien dengan
penyakit jantung kronis)
2. Anemia
4. Aritmia
Demam rematik akut dan sejumlah proses infeksi atau inflamasi lainya yang
menyerang miokardium dpaat memicu gagal jantung pada pasien dengan atau
tanpa gagal jantung sebelumnya Infeksi Endokarditis Kerusakan valvular lebih
lanjut, anaemia, demam, dan miokarditis yang sering terjadi sebagai konsekuensi
dari endokarditis infektif sering kali memicu gagal jantung.
6. Aktifitas Fisik berlebihan
7. Hipertensi sistemik
8. Infrak Miokard
9. Embolisme Paru
Pasien yang tidak aktif secara fisik dan memiliki curah jantung rendah
beresiko tinggi mengalami trombus di vena ekstremitas bawah atau pelvis.
Emboli paru bisa mengakibatkan elevasi tekanan darah arteri dan pada akhirnya
menghasilkan atau memperburuk gagal ventrikel. Jika terjadi konesti vaskuler
ginjal, maka emboli ini dapat menimbulkan infrak paru (Syamsudin, 2011).
1.4 PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokard yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respons
terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat (Aspiani,
2014):
1. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin
aldosterone
3. Hipertrofi ventrikel
Pada gagal jantung kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami
hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dari paru ke
atrium kiri terbendung. Akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru
dan arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru yang akan
menyebabkan edema paru, sesak waktu bekerja (dyspnea d’effort) atau waktu
istirahat (ortopnea) (Aspiani, 2014).
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat kelanjutan dari gagal
jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal terjadi penimbunan darah dalam
ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Setiap hambatan pada
arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada
arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Bila jantung bagian kanan
dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah
dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut dengan gagal jantung
kongestif (Aspiani, 2014).
1.5 PATHWAY
Congestive Heart Failure (CHF), yaitu: Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi,
tergantung dari umur pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung,
ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan
serta derajat gangguan penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif,
hampir selalu ditemukan :
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis,iskemia, disaritmia,
takikardi dan fibrilasi atrial.
2. Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering dipakai dan ditayangkan bersama
EKG).
4. Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan).
Ekokardiografi doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
5. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup
6. Radiografi dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
9. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
1. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
10. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid sebagai
pencetus gagal jantung (Nurarif dan Kusuma, 2015)
1.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien dengan gagal jantung terbagi menjadi terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis.
1. Terapi farmakologis
a. Terapi digitalis
b. Terapi diuretic
c. Terapi nitrat dan vasodilator
d. Inotropik positif
e. Dopamin
f. Dobutamin
2. Terapi non farmakologis
a. Diit rendah garam
b. Membatasi cairan
c. Mengurangi berat badan
d. Menghindari alcohol
e. Mengurangi aktifitas fisik
1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada klien Congestive Heart Failure (CHF), yaitu:
1. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung.
2. Asites
Bila proses hepatomegali ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh
portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu
suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres
pernapasan.
3. Edema paru
Pada gagal jantung kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami
hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dari paru ke
atrium kiri terbendung. Akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru
dan arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru yang akan
menyebabkan edema paru (Aspiani, 2014)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian sistematis pasien mencangkup riwayat yang cermat, khususnya
yang berhubungan dengan gambaran gejala. Tanda dan gejalan yang muncul pada
klien Congestive Heart Failure (CHF) antara lain dyspnea, batuk, mudah lelah,
insomnia, kegelisahan, edema ekstremitas dan anoreksia.
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku/ bangsa,
agama, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian, nomor medrec, diagnosa medis dan
alamat.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama yang paling sering manjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan, meliputi:
a. Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak nafas merupakan manifestasi kongesti pulmonalis
skunder dan kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan kontraktilitas sehingga
akan m engurangi curah secukupnya.
b. Kelemahan fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dalam
melakukan aktivitas.
c. Edema sistematik
Tekanan arteri paru dapat meningkatkan respons terhadap peningkatan
kronis terhadap vena paru. (Muttaqin, 2009)
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : NY. S
Umur :55tahun
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat
:holbung
Pasien mengatakan badan terasa lelah, cepat capek dan sesak nafas
saat melakukan aktifitas ringan seperti duduk dan ubah posisi
b. Riwayat penyakit sekarang
Keterangan :
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
: Yang Sudah meninggal
------- : Tinggal serumah
TTV
TD: 130/ 80 MMHG
RR: 24x/i
HR:87 x/i
T:36,5
6. Pengkajian primer
a. Airways (jalan nafas)
sputum() lendir()
lain-lain sebutkan:-
b. Breathing (pernafasan)
tidak
nyeri dada :
( ) Seperti ditusuk-tusuk
1. Cairan Turgor
Kulit
() < 3 detik ( ) > 3 detik
2. Mukosa Mulut
4. Eliminasi :
Pemeriksaan Abdomen :
Tingkat kesadaran : (√ ) CM
Pupil : (√)
c. Psikologis
Ketegangan meningkat
Mengatasi kecemasan,
Alprazolam 0,5 mg Oral 22.00
serangan panic
ANALISA DATA
Problem Etiology Sign & Symptoms
Ketidakefektifan pola Keletihan Data Subyektif :
nafas NY. S mengatakan merasakan lelah dan capek,
sesak saat melakukan aktifitas ringan.
Data obyektif :
NY. S mengalami sesak nafas, menggunakan
otot bantu nafas, frekuensi nafas 31x/menit,
irama nafas tidak
teratur
P:
Lanjutkan intervensi.
Rabu/ 19 januari 2022