Anda di halaman 1dari 4

Maharani

3. Stakeholder adalah publik yang terdiri dari shareholder (pemilik saham), masyarakat
umum, pemerintah, konsumen, supplier, investor, analis dan lain sebagainya, berikut
merupakan penjelasan dari stakeholders selain pada Tabel 6.1

Berikut merupakan kepentingan PT. Hutama Karya sebagai owner:


1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek
2. Mengadakan kegiatan administrasi.
3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek.
4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen
konstruksi (MK).
5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
6. Membuat surat perintah kerja (SPK)
7. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
8. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan
konstruksi.
9. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat
melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak.

Adapun cara agar dapat memastika bahwa seluruh stakeholders bekerja dengan baik
dengan mendefinisikan tugas masing-masing dengan menggunakan metode RACI.
Metode RACI merupakan singkatan dari responsible, accountable, consulted,
informed, metode ini dianggap efektif untuk mengurangi kebingungan setiap
stakeholder karena tidak aka nada double jobdesk.

5. Pada pelaksanaan asesmen risiko, penentuan tingkat risiko dilakukan dengan


mengukur tingkat akibat (impact) dan nilai kemungkinan (likelihood/probabilitas) dari
setiap risiko yang teridentifikasi dengan menggu nakan kriteria rating risiko. Setelah
nilai risiko ditentukan selanjutnya risiko dipetakan dalam peta risiko untuk
mengetahui letak risiko dan tingkat eksposur yang dimiliki risiko. Berikut merupakan
penjelasan lebih lanjut mengenai nilai akibat dan nilai kemungkinan dan peta risiko:
1. Nilai akibatMerupakan kerugian yang timbul karena terjadinya sebuah peristiwa
risiko. Nilai akibat yang dimiliki oleh sebuah risiko dapat berbeda sesuai dengan
tipe akibat yang dihasilkan, sebagai contoh risiko “kesalahan dalam penyusunan
anggaran Project” memiliki tipe akibat kerugian finansial sedangkan risiko
“kekeliruan pembuangan limbah konstruksi” memiliki tipe akibat lingkungan.
2. Nilai kemungkinanMerupakan tingkat kemungkinan dan/atau frekuensi sebuah
peristiwa risiko terjadi. Nilai kemungkinan terjadinya sebuah risiko dapat diukur
dalam bentuk probabilitas (contoh: 25% kemungkinan terjadinya suatu risiko)
ataupun frekuensi (contoh: setidaknya 1 kali dalam 2 tahun). Adapun Pelaksanaan
asesmen risiko pada Project dilakukan setelah identifikasi yang selanjutnya
dilakukan penilaian ulang secara bulanan. Berikut adalah mekanisme pelaksanaan
asesmen risiko di Project:

- Risk Officer mempersiapkan materi dan dokumen yang dibutuhkan untuk


mendukung pelaksanaan asesmen risiko. Dokumen tersebut dapat berupa:
1. Rencana anggaran.
2.  Rencana jadwal pelaksanaan Project.
3. Perjanjian kerja dan ruang lingkup pekerjaan Project.
4. Draft Risk Register hasil identifikasi risiko.
5. Laporan dan data-data pelaksanaan project, termasuk kejadian K3LMP
6. Informasi risiko project-project sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya
7. Serta dokumen lain yang dianggap relevan

- Risk Officer pertama-tama akan melakukan asesmen terhadap risiko awal


dengan menganalisis masing-masing risiko yang telah teridentifikasi dan
tercantum dalam Risk Register untuk menentukan tipe akibat yang akan
diukur. Setelah tipe akibat telah diidentifikasi, selanjutnya Risk Officer akan
menentukan nilai akibat berdasarkan kriteria rating risiko (untuk akibat)
dengan mencantumkan justifikasi atas penentuan nilai tersebut (dapat
berdasarkan data historis ataupun berdasarkan professional judgement)

- Selanjutnya Risk Officer akan menentukan nilai kemungkinan dari peristiwa


risiko berdasarkan kriteria rating risiko serta dilengkapi dengan justifikasi
berdasarkan data historis ataupun berdasarkan professional judgement.
Penentuan nilai akibat dan kemungkinan dapat menggunakan pendekatan
kualitatif ataupun kuantitatif sesuai dengan jenis risiko yang teridentifikasi.

- Dari penentuan nilai akibat dan kemungkinan Risk Officer selanjutnya


memetakan risiko ke dalam peta risiko. Peta risiko menunjukan tingkat risiko
yang didapatkan sesuai dengan penentuan nilai akibat dan kemungkinan.

- Setelah tingkat risiko awal ditentukan, selanjutnya Risk Officer melalui


kerjasama dengan personel yang penanggung-jawab di aktivitas bisnis /
operasional, akan menentukan rencana mitigasi risiko (tindak lanjut atau
kontrol) yang akan dilakukan, untuk selanjutnya melakukan asesmen terhadap
sisa risiko (risiko residual).

- Jika asesmen risiko dilakukan pada awal Project, hasil dari asesmen risiko
dapat dijadikan sebagai masukan dalam memperkirakan biaya/harga risiko
dengan melihat akibat yang dihasilkan dari risiko yang tercantum pada risk
register.

- Hasil asesmen tersebut selanjutnya dicantumkan ke dalam risk register oleh


Risk Officer (di tingkat Project) dan dilaporkan kepada Risk Owner (di tingkat
Project). Risk Owner akan melakukan validasi atas asesmen yang dilakukan
sebagaimana yang dilaporkan dalam risk register oleh Risk Officer. Setelah
disetujui oleh Risk Owner, laporan Risk Register akan dilaporkan oleh Risk
Officer di tingkat Project kepada Risk Officer di tingkat Business Unit.
11. Kinerja waktu berkaitan dengan manajemen waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pemilihan alat
yang tepat dan efektif akan mempengaruhi kecepatan proses konstruksi, pemindahan
atau distribusi material dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal. Menurut
Oyfer (2002), untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi tidak mudah,
kadangkala sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai
faktor. Perilaku manusia juga berperan signifikan, demikian dikemukakan oleh
Vicknasyon (2003), 80% dari total kegagalan konstruksi dimungkinkan penyebabnya
faktor manusia. Riset yang dilakukan Oyfer (2002) menyatakan hal seperti itu di
Amerika disebabkan oleh faktor konstruksi (54%), desain (17%), perawatan (15%),
material (12%) dan hal yang tak terduga (2%). Fakta-fakta menunjukkan bahwa tidak
mudah menemukan sumber kegagalan dengan tepat, karena kejadiannya disebabkan
oleh banyak hal yang berkaitan satu sama lain. Dari berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegagalan utama disebabkan oleh kesalahan yang berasal dari
manusia (human error), seperti ketidaktahuan, kesembronoan/kelalaian, kurang
perhatian, komunikasi yang buruk, ketidakjelasan tanggung jawab, ketamakan/
korupsi dan birokratis.

Anda mungkin juga menyukai