Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SUSPEK KISTA
OVARIUM BILATERAL+ TUMOR ILEUM
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK R
8) Lubang Kemih
Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibagian bawah klitoris disekitar
lubang kemih bagian kiri dan kanan lubang kelenjar skene.
9) Perineum
Terletak diantara vulva dan anus.
1) Vagina
Liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim terletak diantara
saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim.
Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk
dinding dalamnya berlipat – lipat disebut rugae sedangkan ditengahnya ada
bagian yang lebih keras disebut kolumna ruganum. Dinding vagina terdiri dari
lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.
2) Uterus
Suatu struktur otot yang cukup kuat bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum
sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.
Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear mempunyai
rongga yang terdiri dari tiga bagian dasar yaitu : Badan rahim (korpus uteri)
berbentuk segitiga, leher rahim (service uteri), Rongga rahim (kavum uteri).
Besarnya rahim berbeda-beda tergantung dari usia dan pernah melahirkan anak
atau belum. Ukurannya sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara ukurannya
5,5 – 8 cm x 3,5 – 4 cm x 2 – 2,5 cm : multipara 9 – 9,5 cm x 5,5 – 6 cm x 3 –
3,5 cm. Dinding rahim secara histologic terdiri dari 3 lapisan : Lapisan serosa
(lapisan peritoneum) diluar, lapisan otot (lapisan miometrium) ditengah,
lapisan mukosa (endometrium) didalam. Sikap dan letak rahim dalam rongga
panggul terfikasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh: Tonus
rahim sendiri, tekanan intra abdominal, otot-otot dasar panggul, ligamen-
ligamen.
3) Tuba Fallopi
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri panjangnya 12 – 13 cm,
diameter 3 – 8 mm, bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral merupakan
bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu
rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi.
Saluran telur terbagi 4 yaitu : Paris intertisialis (intramularis), pars ismika yang
merupakan bagian tengah saluran telur yang sempit, pars ampularis, dimana
biasanya pembuahan (konsepsi terjadi), infundibulum, yang merupakan ujung
tuba yang terbuka kerongga perut di infudibulum terdapat fimbriae yang
berguna untuk menangkap sel telur (ovum) yang kemudian dapat disalurkan
kedalam tuba.
4) Ovarium
Terdapat dua indung telur masing-masing dikanan dan kiri rahim dilapisi
mesovarium dan tergantung dibelakang lig latum. Bentuknya seperti buah
almond, sebesar ibu jari tangan (jempol), berukuran 2,5 – 5 cm x 1,5 – 2 cm x
0,6
– 1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium lig. Ovarika
dan lig. Infundibulopelvikum.
Fisiologi
a. Vagina
Fungsi penting dari vagina ialah :
1) Saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim.
2) Alat untuk bersenggama.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Fungsi utama uterus (rahim) adalah :
1) Setiap bulan berfungsi untuk siklus haid.
2) Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3) Berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.
c. Tuba Fallopi
Fungsi utama saluran telur adalah :
1) Sebagian saluran telur menangkap dan membawa ovum.
2) Tempat terjadinya pembuahan.
d. Ovarium
Fungsi indung telur yang utama yaitu :
1) Menghasilkan sel telur (ovum)
2) Menghasilkan hormon-hormon ( progesterone dan estrogen)
3) Ikut serta mengatur haid.
3. Etiologi
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2002), penyebab dari kista belum diketahui
secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan pembentukan
hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang
gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang
terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar
bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral
dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal
dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
Menurut (Yatim,2008) ada beberapa penyebab kista ovarium anatara lain
perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause yang timbul karena gangguan
perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi. Kista ovarium
disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,hipofisis dan
ovarium.
4. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat
sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam
ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
5. Klasifikasi
Klasifikasi kista ovarium menurut Nugroho, 2010 adalah :
1) Tipe kista normal
a. Kista fungsional
Merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal
dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi
yang normal. Kista ini akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa
subur, untuk melepaskan sel telur yang pada akhirnya siap dibuahi oleh sperma.
Setelah pecah kista ini akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat
menstruasi. Kista fungsiaonal terdiri dari :
a) Kista Folikuler
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada
didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir didalam ovarium.
b) Kista Corpus Luteum
Kista ini timbul karena pada waktu pelepasan sel telur terjadi pendarahan dan
lama – lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang – kadang perlu
tindakan operasi untuk mengatasinya.
6. Manifestasi Klinis
1) Gejala – gejala akibat kista ovarium dapat dijabarkan sebagai berikut.
(Yatim,2008) gejala kista secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap
dirongga panggul disertai rasa agak gatal, rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau
nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak, perut membesar, rasa nyeri timbul
begitu siklus menstruasi selesai, perdarahan menstruasi tidak seperti biasa.
Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek atau tidak keluar
darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2) Menurut Winkjosastro, 2005.
a) Gejala akibat pertumbuhan dapat menimbulkan
- Rasa berat di abdomen bagian bawah.
- Mengganggu miksi atau defekasi.
- Tekanan kista ovarium dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada
tingkat tungkai bawah.
b) Gejala akibat hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita bila menjadi tumor dapat
mengganggu menstruasi, tumor sel granulose dapat menimbulkan
hipermenorea sedangkan tumor menimbulkan archenoblastoma dapat
menimbulkan amenorea.
c) Gejala akibat komplikasi
1) Perdarahan kedalam kista
Terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran kista yang menimbulkan gejala nyeri perut mendadak.
2) Putaran tungkai
Adanya putaran tungkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulepelvikum terhadap peritoneum dan ini menimbulkan rasa
sakit karena vena lebih mudah tertekan dan terjadi pembendungan darah
dan dapat terjadi robekan dinding kista, untuk itu perlu tindak lanjut.
3) Infeksi pada kista
Cenderung mengalami peradangan dan disusul penanahan.
7. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium adalah :
1) Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
2) Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.
3) Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu persetubuhan.
4) Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
5) Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
8. WOC
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus ovarium atau kandung kencing, apakah tumor lasik atau
solid dan dapat dibedakan juga antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Fotorontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks selanjutnya pada
kista demoroid kadang – kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista.
4. Parasentesis
Fungsi pada asitis berguna untuk menentukan sebab asites yang berguna untuk
mencemarkan kavum peritonei isi kista bila dinding kista tertusuk
5. Pemeriksaan kadar HCG
Untuk menyisihkan ada tidaknya kehamilan
6. Pemeriksaan CS -125
Untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanann umum
Menurut Yatim, 2008 :
a. Apabila kistanya kecil misal sebesar permen dan pada pemeriksaan sonogram
tidak terlihat tanda – tanda keganasan biasanya dilakukan laparaskopi.
b. Apabila kistanya agak besar biasanya dilakukan laparatomi
c. Untuk polikistik ovarium biasanya dengan pengobatan oral yaitu pil KB
gabungan estrogen – progesteron untuk mengurangi ukuran besar kista.
Menurut Winkjosastro,2008 :
a. Kista yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5
cm disebut kista folikel atau korpus luteum. Penanganannya adalah dengan
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium.
b. Jika kista berukuran besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi).
c. Jika terdapat keganasan dilakukan histerektomi dan salpingo ooforektomi
bilateral
Penatalaksaan Medis
1) Observasi
Kebanyakan kista ovrium terbentuk normal yang disebut kista fungsional dimana
setiap ovulasi, telur dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa
tempat telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3
bulan. Oleh sebab itu, dokter menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah
3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul menyusut
(Yatim, 2005).
2) Pemberian hormone
Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi, dengan pemberian obat pil KB
(gabungan esterogen-progesteron) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesterone cyproteronasetat (Yatim, 2005).
3) Terapi bedah atau operasi
Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala, dan ukuran besar kista.
Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi,
biasanya tidak dilakukan pengobatan dengan operasi. Tetapi bila hasil pada
sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional dan kista berukuran besar,
biasanya dokter menganjurkan untuk mengangkat kista dengan operasi. Begitu
pula bila perempuan sudah menopause dan dokter menemukan adanya kista,
sering kali dokter yang bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan jalan
operasi meskipun kejadian kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi,
apabila si permpuan berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker
(Yatim, 2005).
Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah dan diRS.
c. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan , dan TTV
1) Kepala
Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan
2) Mata
Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea
3) Hidung
Kesimetrisan, keadaan kebersihan , penciuman
4) Mulut
Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi
5) Telinga
kelainan bentuk, keadaan dan fungsi
6) Leher
Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid
7) Daerah dada
Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung, frekuensi nadi
dan TD.
8) Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen , distensi, bising usus, nyeri tekan
9) Genetalia eksterna
Pengeluaran sekret dan perdarahan , warna, bau keluhan gatal dan kebersihan
10) Ekstremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan kesulitan
pergerakkan
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Nyeri Akut b/d adanya masa abnormal di abdomen
2) Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
3) Konstipasi
Post Operasi
1) Nyeri Akut b/d proses pembedahan
2) Risiko Infeksi b/d pembedahan
3) Intoleransi Aktivitas b/d keterbatasan kemampuan dalam beradaptasi
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
o
1 Nyeri akut b.d adanya Tingkat nyeri (2102) Manajemen nyeri (1400)
masa abnormal di Aktivitas :
Kriteria Hasil :
abdomen - Lakukan pengkajian nyeri
- Nyeri yang
komprehensif yang meliputi
dilaporkan (4)
lokasi, karakteristik,
- Panjangnya episode
onset/durasi, frekuensi,
nyeri (4)
kualitas, intensitas atau
- Menggosok area
beratnya nyeri
yang terkena
- Observasi adanya penunjuk
dampak (4)
non verbal
- Ekspresi nyeri wajah
- Tentukan akibat dari
(4)
pengalaman nyeri terhadap
- Tidak bisa
kualitas hidup pasien
beristirahat (4)
- Kendalikan faktor
- Agitasi (5)
lingkungan yang dapat
- Iritabilitas (5)
mempengaruhi respon
- Mengeluarkan
pasien terhadap
keringat (5)
ketidaknyamanan
- Berkeringat
- Ajarkan prinsip-prinsip
berlebihan (5)
manajemen nyeri
- Ketegangan otot (5)
- Dorong pasien untuk
- Kehilangan nafsu
memonitor nyeri dan
makan (4)
menangani nyeri yang tepat
- Mual (4)
- Ajarkan metode
- Intoleransi makan
nonfarmakologi untuk
(5)
menurunkan nyeri
- Frekuensi napas (5)
- Berikan individu penurun
- Tekanan darah (4)
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
- Gunakan tindakan
2 Intoleransi Aktivitas pengontrol nyeri
Toleransi Terhadap
Aktivitas (0005) Manajemen Energi (0180)
Kriteria Hasil : Aktivitas:
- Saturasi oksigen - Kaji status fisiologis
ketika beraktivitas pasien yang menyebabkan
- Frekuensi nadi kelelahan sesuai dengan
ketika beraktivitas konteks usia dan
- Frekuensi perkembangan
pernapasan ketika - Gunakan instrument yang
beraktivitas valid untuk mengukur
- Kemudahan kelelahan
bernapas ketika - Perbaiki defisit status
beraktivitas fisiologis
- Tekanan darah - Pikih intervensi untuk
sistolik ketika mengurangi kelelahan
beraktivitas baik farmakologi maupun
- Tekanan darah nonfarmakologi
diastolic ketika - Monitor intake/asupan
beraktivitas nutrisi untuk mengetahui
- Warna kulit sumber energi yang
- Kecepatan berjalan adekuat
- Jarak berjalan - Monitor sumber kegiatan
- Toleransi dalam olahraga dan kelelahan
menaiki tangga emosional yang dialami
- Kekuatan tubuh pasien
bagian atas Anjurkan periode istirahat dan
3 Konstipasi Kekuatan tubuh bagian kegiatan secara bergantian
bawah
4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana
tindakan tersebut diharapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan
klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai
apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil. Ada tiga alternatif yang
dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut adalah : tujuan
tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai.
S : Subjek yaitu data yang di dapatkan dari pasien mengenai apa yang di rasakan
pasien.
O : Objektif yaitu data yang di dapatkan baik dari hasil pengukuran vital sains
maupun data yang tampak secara psikis dari pasien.
A : Assignment yaitu keterangan mengenai tindakan keperawatan berhasil tidaknya di
lakukan pada pasien.
P : Planning yaitu tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
I.PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 31 tahun 5 bulan 1hari
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Padang
Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
Diagnosa Medis : Suspek Kista Ovarium Bilateral + Tumor
Ileum
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit perut bagian kiri bawah, menjalar sampai
ke ari-ari. Pasien mengalami keputihan seperti serbuk tepung sejak
1 tahun lalu
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa klien saat ini
merasakan mual, nyeri pada bagian perut bawah, dan merasa tidak
nyaman pada bagian perutnya. Klien sulit tidur akibat rasa tidak
nyaman yang dialami di perut. Tanda-tanda vital pasien didapatkan
hasil yaitu tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu
36,50C, pernapasan 20 x/ menit. Pasien akan dilakukan operasi
laparaskopi pada senin 13 Desember 2021 jam 16.00. Pasien tidak
terpasang infus ataupun kateter, hanya terpasang threeway.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat Servisitis sejak tahun 2018. Klien juga
memiliki riwayat maag.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien dan penyakit keganasan lainnya.
5. Riwayat Obstetri sebelumnya
Klien menikah di usia 23 tahun. Klien melahirkan secara normal
melalui bidan diusia 28 tahun dan tidak ada masalah pada
kehamilan sebelumnya. Riwayat obstetric klien P2A0H2. Anak
pertama klien lahir pada tahun 2018 (berusia 3 tahun) dan anak
kedua klien lahir tahun 2021 (berusia 6 bulan).
6. Riwayat Menstruasi
Menarche klien pada usia 13 tahun. Klien tidak memiliki masalah
menstruasi sebelumnya. Lama haid klien lebih kurang 7 hari dengan
frekuensi ganti pembalut sebanyak 2-3 kali/hari.
7. Riwayat KB
Klien pernah menggunakan KB tahun 2019 bentuk pil KB selama 1
bulan
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : tampak lemah
b. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x / i
Suhu : 36,6
C Napas : 20 x /
i
c. Pengukuran Antropometri
: TB : 154 cm
BB : 50 Kg
IMT : 21,09
d. Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala
- Bentuk : Bulat
- Simetris : Simetris
- Luka : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
2) Rambut
- Warna : Hitam
- Struktur : rambut klien mudah rontok
3) Mata
- Simetris : kiri dan kanan
- Pupil : isokor
- Edema : tidak ada
- Penglihatan : menggunakan kaca mata
- Sklera : tidak ikterik
- Konjungtiva : tidak anemis
4) Hidung
- Simetris : Simetris antara lubang kiri dan kanan
- Tulang hidung : Normal
- Secret : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
5) Telinga
- Daun telinga : Normal
- Liang telinga : Normal
- Membran thympani : Normal
6) Mulut dan tenggorokkan
- Warna bibir : merah sedikit pucat
- Mukosa bibir : mukosa bibir sedikit kering
- Kondisi gigi : baik
7) Leher
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
- Kaku kuduk : Tidak ada
8) Wajah
- Inspeksi : tampak pucat
- Edema : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
9) Paru – Paru
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
- Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
10) Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Redup, Gallop -
- Auskultasi : Reguler.
11) Payudara
- Inspeksi : tampak normal, aerola coklat
- Palpasi : tidak ada benjolan
12) Abdomen
- Inspeksi : tampak sedikit membuncit
- Palpasi : nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus normal
13) Eksremitas atas/bawah
- Inspeksi : tampak kurus dan lemah
- Palpasi : akral teraba hangat, CRT < 2 detik
- Kemampuan otot :
55555555
55555555
14) Genitalia
Tidak ada kelainan
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Penunjang
1) Biopsi
Tanggal : 12 Februari 2020
Kesan : HSIL (High grade Squamous Intraepithelial Lesion) dan
Servisiti Kronik
Tanggal: 12 Maret 2020
Makroskopik
Sepotong jaringan putih kecoklatan kenyal padat ukuran 2,5x2x1 cm
penampang putih kecoklatan
Mikroskopik
Tampak potongan jaringan serviks dengan sebagian permukaan
dilapisi epitel berlapis gepeng (ektoserviks) yang mengalami
koilositosis dan sebagian dilapisi epitel kolumnar (endoserviks) yang
mengalami metaplasia skuamosa dengan inti yang reaktif. Pada
stroma jaringan ikat dibawahnya tampak sebukan sedan sel-sel
limfosit. Sel plasma dan histiosit serta beberapa leukosit PMN.
Tampak pula kelenjar-kelenjar yang dilapisi oleh epitel kolumnar inti
di basal, sitoplasma jernih. Beberapa dengan sel yang tumbuh berpapil
dengan inti reaktif. Kelenjar ada yang melebar kistik. Tak tampak sel-
sel tumor ganas dalam sedian ini
Diagnosa : Servisitis Kronik Eksaserbasi Akut
Nabothyan Cyst
2) Pemeriksaan Radiologi
Kesan : MSCT Scan Abdomen sampai pelvis menunjukkan:
Sugestif Kista Overius Bilateral
- Lesi berdensitas udara yang tampaknya di dinding uterus
(sugestif suatu emfisema subkuti)
- Ileus di abdomen atas sampai bawah
II. ANALISA DATA
Data Objektif
- Leukosit : 4, 40 x 103/mm3
- Pasien dilakukan tindakan
laparaskopi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Senin/ 13 Risiko Infeksi - Memonitor tanda dan S:
Desember b.d efek gejala infeksi lokal - Pasien mengalami
2021 prosedur dan sistemik keputihan seperti serbuk
Pukul 12.00 invasif - Mempertahankan tepung
wib teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi O:
- Mengajarkan cara - Leukosit : 4, 40 x 103/mm3
mencuci tangan
dengan benar A:
- Mengajarkan cara Masalah belum teratasi
memeriksa kondisi
luka operasi
- Memberikan P:
perawatan luka Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
3. Senin/ 13 Gangguan - Mengidentifikasi S:
Desember Rasa Nyaman teknik relaksasi yang - Pasien mengatakan
2021 efektif digunakan merasa tidak nyaman area
Pukul 14.00 - Memeriksa perut bawah
wib ketegangan otot,
frekuensi nadi, TD, O:
suhu sebelum dan - Tanda- tanda vital
sesudah latihan TD: 100/70 mmHg
- Memonitor respon
N : 88 x/menit
terhadap terapi
relaksasi S: 36,6 0C
- Menganjurkan ambil P: 20 x/menit
posisi nyaman
- Pasien kesulitan tidur akibat
- Mendemonstrasikan
dan latih teknik rasa tidak nyaman di perut
relaksasi bawah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
4. Selasa/ 14 Nyeri Akut - Mengidentifikasi S:
Desember b.d agen lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri
2021 pencedera durasi, frekuensi, bagian perut bawah dan bekas
Pukul 10.00 fisiologis kualitas dan intensitas operasi
wib nyeri
- Mengidentifikasi O:
skala nyeri - Pasien tampak meringis
- Mengidentifikasi menahan nyeri di perut
respon nyeri
- Pasien tampak sulit tidur
- Mengidentifikasi
respon nyeri non - Pengkajian nyeri
verbal P : nyeri disebabkan oleh
- Mengidentifikasi
proses penyakit
faktor yang
memperberat dan Q: nyeri terasa seperti di
memperingan nyeri tekan
- Memberikan R: nyeri terasa di perut
analgesik
Memberikan bagian bawah dan bekas
analgesik (ranitidin operasi
3mg , parasetamol 50 S: skala nyeri 3
mg)
T: nyeri hilang timbul
-
- Memonitor tanda- dengan durasi 1-2 menit
tanda vital sebelum - Tanda- tanda vital
dan sesudah
TD: 98/62 mmHg
pemberian analgesik
N : 93 x/menit
S: 36,5 0C
P: 20 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
5. Selasa/ 14 Risiko Infeksi - Memonitor tanda dan S:
Desember b.d efek gejala infeksi lokal - Pasien mengalami
2021 prosedur dan sistemik keputihan seperti serbuk
Pukul 11.00 invasif - Mempertahankan tepung
wib teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi O:
- Mengajarkan cara - Leukosit : 4, 40 x 103/mm3
mencuci tangan - Pasien baru selesai operasi
dengan benar
laparaskopi
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka operasi A:
- Memberikan Masalah teratasi sebagian
perawatan luka
- Menganjurkan
P:
meningkatkan asupan
Intervensi dilanjutkan
nutrisi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
6. Selasa/ 14 Gangguan - Mengidentifikasi S:
Desember Rasa Nyaman teknik relaksasi yang - Pasien mengatakan
2021 efektif digunakan merasa tidak nyaman area
Pukul 14.00 - Memeriksa bekas operasi
wib ketegangan otot,
frekuensi nadi, TD, O:
suhu sebelum dan - Tanda- tanda vital
sesudah latihan TD: 98/62 mmHg
- Memonitor respon
N : 93 x/menit
terhadap terapi
relaksasi S: 36,5 0C
- Menganjurkan ambil P: 20 x/menit
posisi nyaman
- Pasien kesulitan tidur akibat
- Mendemonstrasikan tidak nyaman pada area
dan latih teknik luka operasi
relaksasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
7. Rabu / 15 Nyeri Akut - Mengidentifikasi S:
Desember b.d agen lokasi, karakteristik, Pasien mengatakan nyeri
2021 pencedera durasi, frekuensi, bagian perut bawah dan bekas
Pukul 10.00 fisiologis kualitas dan intensitas operasi, namun tidur pasien
wib nyeri telah baik
- Mengidentifikasi
skala nyeri O:
- Mengidentifikasi - Pasien tampak meringis
respon nyeri menahan nyeri di perut
- Mengidentifikasi
- Pengkajian nyeri
respon nyeri non
verbal P : nyeri disebabkan oleh
- Mengidentifikasi proses penyakit
faktor yang
Q: nyeri terasa seperti di
memperberat dan
memperingan nyeri tekan
- Memberikan R: nyeri terasa di perut
analgesik bagian bawah dan bekas
Memberikan
analgesik (ranitidin operasi
3mg , parasetamol 50 S: skala nyeri 2
mg) T: nyeri hilang timbul
-
dengan durasi 1-2 menit
- Memonitor tanda-
tanda vital sebelum - Tanda- tanda vital
dan sesudah TD: 100/69 mmHg
pemberian analgesik
N : 90 x/menit
S: 36,4 0C
P: 20 x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
8. Rabu/ 14 Risiko Infeksi - Memonitor tanda dan S:
Desember b.d efek gejala infeksi lokal - Pasien mengalami
2021 prosedur dan sistemik keputihan seperti serbuk
Pukul 11.00 invasif - Mempertahankan tepung
wib teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi O:
- Mengajarkan cara - Leukosit : 7, 40 x 103/mm3
mencuci tangan - Pasien hari kedua selesai
dengan benar
operasi laparaskopi
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi - Pasien tampak sudah bisa
luka operasi berjalan sendiri secara pelan
- Melatih perawatan
luka A:
- Menganjurkan Masalah teratasi sebagian
meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan P:
meningkatkan asupan Intervensi dilanjutkan
cairan
9. Rabu/ 14 Gangguan - Mengidentifikasi S:
Desember Rasa Nyaman teknik relaksasi yang - Pasien mengatakan
2021 efektif digunakan merasa tidak nyaman area
Pukul 14.00 - Memeriksa bekas operasi
wib ketegangan otot,
frekuensi nadi, TD, O:
suhu sebelum dan - Tanda- tanda vital
sesudah latihan
- Memonitor respon TD: 100/69 mmHg
terhadap terapi N : 90 x/menit
relaksasi
S: 36,4 0C
- Menganjurkan ambil
posisi nyaman P: 20 x/menit
- Mendemonstrasikan Pasien sering terbangun
dan latih teknik
dimalam hari
relaksasi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien dengan suspek kista
ovarium bilateral + tumor ileum ruangan Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa klien saat ini merasakan
mual, nyeri pada bagian perut bawah, dan merasa tidak nyaman pada bagian
perutnya. Klien sulit tidur akibat rasa tidak nyaman yang dialami di perut. Tanda-
tanda vital pasien didapatkan hasil yaitu tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88
x/menit, suhu 36,50C, pernapasan 20 x/ menit. Pasien akan dilakukan operasi
laparaskopi pada senin 13 Desember 2021 jam 16.00. Pasien tidak terpasang infus
ataupun kateter, hanya terpasang threeway. Menurut ( Yatim,2008) gejala kista
secara umum antara lain : Rasa nyeri yang menetap dirongga panggul disertai
rasa agak gatal,rasa nyeri timbul begitu siklus menstruasi selesai, perdarahan
menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih
pendek atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa atau siklus
menstruasi tidak teratur.
A. Kesimpulan
2. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah nyeri akut, resiko infeksi, dan
gangguan rasa nyaman
4. Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari rawatan ketiga didapatkan masalah
nyeri akut teratasi sebagian dan masalah resiko infeksi teratasi sebagian, dan
masalah ganggguan rasanyaman teratasi sebagian
B. Saran