KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER OVARIUM
OLEH:
VISCA DWI FEBRIATI, S.Kep
2141312067
KELOMPOK T
PEMBIMBING AKADEMIK:
WEDYA WAHYU, S.Kp., M.Kep
PEMBIMBING CI KLINIK:
RAHMI AMELIA, S.TR.KEB
1. Ovarium
Adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak pada kedua sisi uterus.
Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh sikliis hormon hipofise ini menghasilkan oosit
Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ reproduksi wanita yang berfungsi
untuk menghasilkan sel telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium, terletak pada rongga
Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki dua
ovarium. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua sisi rahim
(uterus) terhadap dinding panggul di daerah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka
diadakan di tempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak secara langsung melekat
pada sisa saluran reproduksi wanita, misalnya saluran telur. (Kliksama, 2015)
2. Fungsi ovarium
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba
fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika
terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus
dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi
akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
b. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap
menstruasi.
c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan
progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri
seks
sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk
implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal
3. Letak Ovarium
Ovarium adalah dua organ kecil, seukuran ibu jari Anda, yang terletak di panggul
perempuan. Mereka melekat pada rahim, satu di setiap sisi, dekat pembukaan tuba fallopi.
Ovarium berisi sel gamet wanita, disebut oosit. Dalam istilah non medis, oosit disebut
“telur”. Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki
dua indung telur. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua
sisi rahim (uterus) dinding panggul di wilayah yang dikenal sebagai fossa ovarium.
Mereka ditahan oleh ligamen melekat pada rahim tetapi tidak secara langsung melekat
a. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk
wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar,
Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat
di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai
menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
– paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki wanita
suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat cepat,
bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja.
Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di
ovarium. Tumor
malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol
sehingga berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal
yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang
dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-
sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%
dan 10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas
jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-maligna
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan
tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl
20-7- 2009).
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan
(Smeltzer, 2001;1570)
pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
metastasis jauh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita
sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung
telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga
2. Epidemiologi
Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala
peringatan adalah penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika
didiagnosa. Kejadian merupakan penyebab kematian utama di antara malignan si
ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000.
Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk
mendiagnosa dan adalah unik sehingga kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari
banyak kanker primer dan mungkin menjadi tempat metastase dari kanker lainnya.
Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan merupakan penyebab
prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita ( Wingo et. al. , 1995 ).
Sebagian kasus mengenai wanita usia 50 – 59 tahun. Insidens tertingginya adala di negara
Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga
sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang
meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah
ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat
berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan
pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker
ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat
jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini,
meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian
antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami
kondisi ini. Akhir – akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam
perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining
umum dini.
Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan
bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan
riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-
ovulasi adalah faktor – faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap
mana kanker didiagnosis. Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita
pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling
sering ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun.
ginekologi, di antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah kanker
ovarium epitelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-II (42,5%).
Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.
3. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika
kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan
Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal
ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
Hipotesisi Progesteron
yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik
(Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak
untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker
ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat
dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:
Merokok
Alkohol
Nulipara
Infertilitas
Menstruasi dini
Kontrasepsi oral
Menarche dini
4. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari,
ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada
pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan
oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan
Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel
ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa
gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat
timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun
5. Pathway
6. Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
Tumor-tumor epitel
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid),
tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
o Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi
o Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel
o Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan
Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum
di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi
o Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
o Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar
o Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis
ke permukaan liver.
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
c. Menopause dini
d. Dispepsia
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
2001;1570)
8. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah
massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa
tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.
Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi
dan sering bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
a. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang
timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan
serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa
kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul
adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur
penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat
ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari
hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang
kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan
risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.
Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,
ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan
parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat
perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma
payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga
pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor
adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak
cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan
tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering
bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada
c. Pemeriksaan penunjang
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan
gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites .
Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance
imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan,
namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih
baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling
sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human
chorionic gonadotrophin(hCG).
a. Torsi
b. Rupture kista
c. Perdarahan
d. Keganasan
12. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:
(Smeltzer, 2001;1570)
Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan
Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat
Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk sisplantin,
Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,
mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak
dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat
membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga
asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista
akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat
1. Pengkajian
yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,
berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering
berkemih.
5) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
6) Neurosensori
Gejala : Pusing
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai
8) Keamanan
9) Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10) Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi
dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi,
berat badan
a. Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,
akomodasi.
e. Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan
f. Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit
dada
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan
kreatinin meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit
kanker ovarium
fungsi gastrointestinal
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
No. Dx Evaluasi
1 Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh atau
efek samping minimal
TTV pasien dalam batas normal
Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai
indikasi untuk mengontrol nyeri
2 Berat badan pasien stabil.
Pasien bebas dari tanda – tanda malnutrisi.
Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
TTV pasien dalam batas normal
3 Tidak terjadi hematuria
Tidak terjadi inkontinensia urine
Tidak terjadi disuria
Jumlah output urine dalam batas normal (± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
4 Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
Feses lunak dan berbentuk
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
5 Pasien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan
6 Pasien tampak lebih rileks
Pasien mampu menunjukkan mekanisme koping yang efektif
7 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Perdarahan tidak ada
8 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, tumor, rubor, fungsiolaesa)
Hasil lab terutama WBC dalam batas normal (WBC = 4,9-10,9)
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC
Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta
: EGC
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3.
Jakarta : EGC
Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA,
OLEH:
VISCA DWI FEBRIATI, S.Kep
2141312067
KELOMPOK T
PEMBIMBING AKADEMIK:
WEDYA WAHYU, S.Kp., M.Kep
PEMBIMBING CI KLINIK:
RAHMI AMELIA, S.TR.KEB
I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Kamis/25 November
2021 Oleh : Visca Dwi Febriati
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien masuk pada tanggal 18 November 2021 dengan keluhan merasakan
nyeripada perut bagian bawah, perut terasa membengkak, darah (-)
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 November 2021 pukul 15.00 WIB
dengan hari rawatan ke 8, Ny. D post op mengeluhkan nyeri pada ari-ari nyeri
dirasakan hilangtimbul, nyeri skala 6, nyeri hilang timbul dan seperti tertusuk jarum,
klien juga mengeluhkan nyeri perut bagian tengah. Klien juga mengeluh letih dan
nafsu makan menurun dan terkadang mual.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny.D mengatakan pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit kanker ovarium
pada bulan Januari dan Maret 2020 dilakukan operasi pengangkatan Rahim di rumah
sakit RSUP Dr.M Djamil Padang.Klien juga pernah melakukan kemoterapi di rumah
sakit RSUP Dr.M Djamil Padang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi dan Jantung
5. Riwayat Obstetri sebelumnya
No L/P Usia BBL Cara Penolong ASI Komplikasi
Lahir Persalinan
1 P 10 th 2.6 kg SC Dokter 2 th -
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 12
tahun Siklus : 1/28 hari
Banyaknya ganti pembalut
:3x/hari Lama haid : 7-14 hari
7. Riwayat KB
Klien mengatakan pernah menggunakan KB Pill setelah hamil anak pertama
selama 2 tahun, tahun berikutnya tidak pernah menggunakan KB lagi.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Compos Mentis
b. Tanda-tanda vital : TD : 100/69mmhg Nadi: 90x/mnt Nafas : 19x/mnt Suhu: 36.4
c. Pengukuran Antropometri : TB: 150 cm BB: 58 kg IMT: 25 m2
d. Pemeriksaan Head to Toe :
1) Kepala : tidak ada pembekakan di kepala
2) Rambut : penyebaran rambut merata, rambut rontok efek kemoterapi
dan rambut berwarna putih
3) Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
4) Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
5) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat bekas luka
6) Mulut dan tenggorokkan: tidak ada stomatis, mukosa mulut kering
7) Leher : tidak terdapat membengkakan vena jugularis
8) Wajah : tidak terdapat edema pada wajah
9) Dada dan thorax :
a. Paru-paru :
i. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
ii. Palpasi : vocal fremitus teraba
iii. Perkusi : sonor ( berisi jaringan paru)
iv. Auskultasi : suara nafas vesikuler
b. Jantung
i. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
ii. Palpasi : ictus cordis teraba
iii. Perkusi : pekak
iv. Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
c. Payudara
i. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
ii. Palpasi : tidak terdapat benjolan massa pada payudara
10) Abdomen
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : nyeri tekan (-)
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : Bising usus (+)
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan. Klien tidak merokok
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan makanan selingan pada siang atau hari
Minum 10 gelas/hari
Pasien mengatakan terkadang tidak nafsu dan biasanya pulang dari RS klien
mengalami mual
Selama di RS pasien mengatakan hanya habis ½ porsi karena menu yang disajikan tidak
3) Pola eliminasi
Klien mengatakan defekasi 1x sehari sekali, BAB lunak, BAK ±5-6x dalam sehari.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, yang setiap hari mengasuh anak. Pasien
mencuci dll.
bisa tidur lagi sampai pagi. Pasien merasakan kurang segar setelah bangun tidur.
7) Pola hubungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan suami, anak dan tetangga sekitar rumah
Pasien mengatakan saat sakit menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak pernah
9) Pola koping
Pasien mengatakan jika ada masalah ia akan bercerita kepada suami dan anaknya, dan
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien tetap melaksanakan sholat 5 waktu, dan
selama di RS klien tidak ada melaksanakan shalat karena alasan perut sakit.
f. Data Penunjang
1) Radiologi (rontgen thoraks)
2) Laboratorium : Hematologi
Pasien mengeluh
mual
DO:
BB saat ini: 58 kg
BB sebelum operasi 75 kg
Hb: 11.9 g/dL
III. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut (D.0077) 1. Tingkat nyeri (L.08066) 1. Manajemen nyeri (I.08238)
Kriteria Hasil : Tindakan
Gejala &Tanda Mayor :
- Keluhan nyeri dari meningkat ke Observasi
a. Subjektif menurun (5-1) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Mengeluh nyeri - Meringis dari meningkat ke menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Objektif (5-1) - Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis - Kesulitan tidur dari meningkat ke - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Bersikap protektif menurun (5-1) - Identifikasi factor yang memperberat dan
- Gelisah - Diaphoresis dari meningkat ke memperingan nyeri
- Frekuensi nadi meningkat menurun (5-1) Terapeutik
- Sulit tidur - Muntah dari meningkat ke menurun - Berikan terapi non farmakologi untuk
(5-1) mengurangi rasa nyeri
Gejalah & Tanda Minor
- Mual dari meningkat ke menurun (5-1) - Fasilitasi istirahat dan tidur
a. Subjektif - Anoreksia dari meningkat ke menurun Edukasi
(Tidak Tersedia) (5-1) - Jelaskan penyebab, periode, dan peicu nyeri
b. Objektif - Frekuensi nadi dari memburuk ke - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Tekanan dara meningkat membaik (1-5) - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Pola napas berubah - Pola napas memburuk ke membaik (1- - Anjurkan menggunakan analgesic yang
5) tepat
- Tekanan darah memburuk ke - Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk
- Nafsu makan berubah membaik (1-5) mengurangi rasa nyeri
- Proses berfikir terganggu - Nafsu makan memburuk ke Kolaborasi
- Menarik diri membaik (1-5) Kolaborasikan pemberian analgesic
- Berfokus pada diri sendiri - Pola tidur memburuk ke membaik jika perlu
- Diaforesis (1- 5) 2. Kompres panas (I.08235)
Tindakan
2. Kontrol Nyeri (L.08063) Observasi
Kriteria Hasil :
- Melaporkan nyeri terkontrol dari - Identidikasi kontraindikasi kompres hangat
(1-5)
- Keluhan sulit tidur dari meningkat ke 3. Kompres dingin (I.08234)
- Pola tidur dari memburuk ke membaik - Monitor iritasi kulit atau kerusakan jaringa
(1-5) Terapeutik
- Pilih motode kompres yang nyaman dan
mudah didapat
- Pilih lokasi kompres
- Balut alat kompres panas dengan
kain pelindung, jika perlu
- Hindari menggunakan kompres pada
jaringan yang terpapar terapi radiasi
Edukasi
Jelaskan prosedur penggunaan
kompres hangat
- Ajarkan cara menghindari keruskaan
jaringan akibat panas
OLEH:
VISCA DWI FEBRIATI, S.Kep
2141312067
KELOMPOK T
PEMBIMBING AKADEMIK:
WEDYA WAHYU, S.Kp., M.Kep
PEMBIMBING CI KLINIK:
RAHMI AMELIA, S.TR.KEB
B. Epidimiologi
Plasenta previa banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan berisiko seperti
pada ibu dengan paritas tinggi, dan usia diatas 30 tahun, uterus yang cacat serta ibu
dengan kehamilan ganda. Pada beberapa rumah sakit, insiden plasenta previa
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Insiden di negara maju lebih rendah yakni
sekitar 0,3-0,6 % dari seluruh persalinan atau kurang dari 1% yang disebabkan
berkurangnya jumlah ibu dengan paritas tinggi atau risiko tinggi. Kejadian plasenta
previa. Peningkatan penggunaan ultrasonografi dapat meningkatkan deteksi dini
plasenta previa. Kejadian plasenta previa adalah 1 dari 200 persalinan
(Prawirohardjo 2010; Quennan, 2012).
C. Klasifikasi
(1) Plasenta previa totalis yaitu ostium internum tertutup sama sekali
oleh jaringan plasenta,
(3) Plasenta previa marginalis dimana tepi plasenta terletak pada bagian
pinggir ostium internum dan
(4) Plasenta letak rendah yaitu plasenta tertanam dalam segmen bawah
uterus, sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium
internum tetapi sangat berdekatan dengan ostium tersebut.
D. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui
dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi,
endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang
persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande
multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma
uteri. (Norma, dkk. 2013)
E. Manifestasi klinis
Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus
plasenta previa adalah sebagai berikut:
(1) Gejala
Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi
pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian terendah masih
tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak). Perdarahan dapat sedikit atau
banyak sehingga timbul gejala. Biasa perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi
gambaran yang tidak berbeda dari abortus, perdarahan pada plasenta previa di
sebabkan karena pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim.Biasanya
kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala
tidak dapat mendekati pintu atas panggul, karena hal tersebut di atas, juga ukuran
panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering terdapat kelainan
letak(Rukiyah, 2010:205-206).
(2) Dampak
a. Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu perdarahan yang
hebat, Infeksi sepsis dan emboli udara
b. Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia, Perdarahan dan
syok (Maryunani, 2013:138).
G. Faktor Risiko
H. Patofisiologi
I. Penatalaksanaan
Menurut Sukarni. I,. Sudarti (2014), penatalaksanaan plasenta previa yaitu:
(1) Konservatif
J. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis plasenta previa adalah sebagai berikut:
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk
diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya sangat besar.
3. Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia
darah untuk menunjang persiapan operasi
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
5. Vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di
ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
7. Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah
dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain – lain.
8. Pemeriksaan radio isotope
Macam – macam pemeriksaan ini antara lain :
a. plasentografi jaringan lunak
b. sitografi
c. plasentografi inderek
d. anterigrafi
e. amnigrafi
f. radio isotopik plasentografi
(Prawirohardjo (2010)
L. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa
menurut manuaba (2014), yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan dan
kesehatan klien meliputi :
1. Pengumpulan data
Anamnesa
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh
darah dan placenta.
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
- Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
Riwayat Kontrasepsi
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
3. Pemeriksaan fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae
atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan
rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi
selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas,
Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung,
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal.
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovelemia b/d kehilangan cairan aktif (perdarahan) (D.0023)
2. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
3. Risiko Syok b/d kekurangan volume cairan (D.0039)
4. Risiko Infeksi b/d Efek prosedur invasif (D.0142)
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
19. Kolaborasi pemberian
uterotonika, antikoagulan,
jika perlu
2. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) :
Agen Pencedera keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
Fisiologis diharapkan “Tingkat Nyeri (L. 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) 12111) menurun, dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
No. Indikator Skala 2. Identfikasi skala nyeri
1. Keluhan 4 3. Identifikasi faktor yang
Nyeri memperberat dan
2. Ketegangan 4 memperingan nyeri
otot 4. Monitor efek samping
3. Frekuensi 4 penggunaan analgetik
nadi Terapeutik
4. Tekanan 3 5. Berikan teknik
darah nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan (no.1,2) : 6. Fasilitasi istirahat dan
1 : meningkat tidur.
2 : cukup meningkat
3 : sedang Edukasi :
4 : cukup menurun 7. Jelaskan penyebab, periode,
5 : menurun dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi
Keterangan (no.3,4) : meredekan nyeri
1 : memburuk 9. Anjurkan
2 : cukup memburuk menggunakan analgetik
3 : sedang secara tepat
4 : cukup membaik 10.Anjurkan teknik
5 : membaik nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Cunningham, F., Leveno, K.., Bloom, S., Hauth, J., Rouse, D., Spong, C. (2010). Williams
Obstetrics,( 23rd ed.). San Francisco: The Mc Graw-Hill Companies
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
OLEH:
VISCA DWI FEBRIATI, S.Kep
2141312067
KELOMPOK T
PEMBIMBING AKADEMIK:
WEDYA WAHYU, S.Kp., M.Kep
PEMBIMBING CI KLINIK:
RAHMI AMELIA, S.TR.KEB
I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Senin / 22 November 2021
Oleh : Visca Dwi Febriati
A. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 35th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien rujukan dari RSUD Solok datang ke IGD RSUP M. DJAMIL Padang dengan
keluhan perdarahan hebat pasca partus anak ketiga dan diagnose plasenta previa totalis.
Saat pengkajian pada tanggal 22 November 2021 pasien mengeluh pusing, batuk disertai
dahak yang sulit dikeluarkan, pasien juga mengeluh nyeri pada bekas sc dan nyeri pada
kedua payudara pasien mengatakan dirinya merasa cemas terhadap kondisinya dari awal
didiagnosa plasenta previa totalis karena pengangkatan rahim total pasien saat itu tidak
tahu,
saat mengetahui setelah sadar dan pasien merasa cemas bayinya lahir yang belum cukup
bulan tidak mendapatkan ASI karena ASI nya tidak mau keluar sejak pasca partus, dan
pasien juga mengatakan mengalami ini untuk pertama kalinya. Pasien juga mengatakan
dirinya sudah tidak menjadi wanita sempurna karena rahim sudah diangkat total. Pasien
tampak gelisah, pasien tampak cemas, pasien tampak lemah dan tampak pucat. Pasien
tampak terpasang Ringer Lactat dan transfusi darah sebanyak 4 kantong. Golongan darah
Pasien mengatakan pernah melahirkan dengan sectio caesaria pada anak pertama dan
kedua. Pasien mengatakan tidak ada mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
C. Riwayat Obstetri P3 A0
Pasien mengatakan saat hamil anak pertama mual dan sempat kurang nafsu makan , dan saat
melahirkan panggul sempit. Pasien juga mengatakan saat hamil sekarang baru diperiksa
kehamilan setelah 4 minggu hamil.
Pasien mengatakan obat yang diberikan oleh posyandu adalah Vit. B Komplek dan Obimin
AF (penambah darah).
Pasien mengatakan saat hamil tidak terkendala nafsu makan, biasanya makan 3-4 kali sehari
dengan nasi, lauk, sayur dan buah. Pasien juga mengatakan tidak ada pantangan makan
selama hamil.
E. Riwayat persalinan
1. Jenis persalinan :Pasien mengatakan persalinan anak pertama dan kedua persalinan
SC dengan penolong persalinan oleh dokter.
F. Riwayat Kontrasepsi
G. Data Psikologis
1. Empati Sensitivitas terhadap Isyarat Bayi : Pasien mengatakan selama merawat anak
pertama dan kedua, pasien mengerti isyarat bayi ketika menangis berarti haus atau berarti
bayi basah/pipis. Pasien mengatakan bayi saat ini jauh dari dekapannya yaitu di RSUD
Rasidin Padang karena ruang bayi di RSUP M jamil saat itu penuh.
2. Respon ibu ketika bayi menangis : Pasien mengatakan biasanya akan mendekapkan atau
memeluk bayi dan menyusui bayi. Pasien juga mengatakan akan memeriksa tubuh bayi
apakah basah atau tidak.
3.Konsep diri: Pasien mengatakan bangga pada diri sendiri saat ini sudah melahirkan 3 anak
tetapi untuk anak ke4 tidak bisa karena rahim sudah diangkat secara total, pasien
mengatakan sebagai perempuan , ia menganggap sudah tidak sempurna lagi dan pasien
tampak cemas dan sedih.
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran : Pasien mengatakan puas terhadap kelahiran ini tetapi
kaget dan cemas setelah mengetahui rahimnya diangkat.
b. Penerimaan diri ibu : Pasien mengatakan pasrah terhadap kondisinya, dan mungkin ini
sudah jalannya tidak bisa hamil lagi.
a. Harga diri :
1) Perubahan apa yang ibu rasakan setelah mengalami persalinan: Pasien
mengatakan sebagai perempuan kaget dan cemas mengetahui rahim nya
diangkat secara total.
RSUD.
5. Kecemasan.
Pasien mengatakan akan cemas jika anaknya sakit yang tidak kunjung sembuh
6. Depresi
7. Konflik peran.
8. Dukungan Sosial ( suami dan keluarga) : Pasien mengatakan selama merawat anak
biasanya dibantu oleh suami dan selama di rumah sakit suami memberikan dukungan
penuh kepada istrinya.
a. Nutrisi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan pasien
mengatakan selama di rumah sakit makan 3x dalam sehari dengan porsi 1 piring tidak habis
karena nasinya keras. Diit MB TKTP ( Nasi + Lauk + Sayur + Buah)
b. Eliminasi : Pasien tampak terpasang kateter dengan warna urine kuning kemerahan,
pasien mengatakan biasanya BAK 5-6x/hari , dan BAB 1 x/ hari dengan konsistensi lembek
warna kuning.
c. Oksigenasi : Pasien mengatakan sesak dan mengeluhkan batuk dengan dahak yang tak
kunjung keluar, Pernapasan 22x/menit
d. Aktivitas dan Istirahat : Pasien mengatakan sudah bisa duduk ditempat tidur namun untuk
berjalan masih perlu bantuan.
e. Pola Tidur : Pasien mengatakan tidur nyenyak dan tidak ada masalah
f. Seksualitas : Pasien mengatakan dalam berhubungan seks tidak ada masalah namun untuk
saat ini tentu perlu dipikir dulu karena Rahim pasien sudah diangkat
I. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS 15
TTV : TD : 120/67 mmHg N: 90x/I S: 36,5°C RR: 22x/i
4. Dada/ mammae
a. Inspeksi :
a. Inspeksi
b. Palpasi :
a. Vagina :
jenis lokhea :
Jumlah :
Konsistensi :
Tipe :-
jumlah jahitan : -
jumlah jahitan : -
7. Ektrimitas
1. Laboratorium
2. Radiologi / USG
SC dengan histerektomi
2. Tanggal : 19/11/2021
L. Terapi obat
- Ceftriaxone 2x1 gr
- Netronidae 3x500 gr
- Paracetamol 3 x 500 mg
- SF 2x180mg
- Vit C 3 x 50 mg
II. ANALISA DATA
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi: