Dosen Pengampu:
Firmansyah, S.E., M.Si., Ph.D
Disusun Oleh:
Nisrina Nuril Mala (12030116130172)
KELAS A
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB 1 PENDAHULUAN
Menurut data yang didapatkan dari BPS, Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan
dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Hal
ini dapat dirumuskan dnegan:
GK = GKM + GKNM
Penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk miskin adalah Penduduk yang memiliki rata-
rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan,
daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Pada bulan Maret 2018, menurut data yang bersumber dari BPS jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen), berkurang sebesar 633,2 ribu orang
dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2018 mencapai 25,95 juta orang. Terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan September 2017.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin
menurun sebanyak 1,82 juta orang.
Berdasarkan daerah tempat tinggal penduduk miskin didaerah perkotaan pada bulan
September 2017 mempunyai presentase sebesar 7,26 persen. Presentase ini turun sebesar 0,24
persen menjadi 7,02 persen pada bulan Maret 2018. Sementara, presentase penduduk miskin
yang berada di wilayah perdesaan pada bulan September 2017sebesar 13,47 persen.
Mengalami penurunan pada bulan Maret 2018 sebesar 0,27 persen menjadi 13,20 persen.
Pada periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin yang berada didaerah
perkotaan mengalami penurunan sebesar 128,2 ribu orang (dari 10,27 juta orang pada
September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan
turun sebanyak 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81
juta orang pada Maret 2018).
Sementara, persentase dan jumlah penduduk miskin menurut pulau pada Maret 2018
menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku
dan Papua, yaitu sebesar 21,20 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah
berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 6,09 persen. Dari sisi jumlah, sebagian besar
penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (13,34 juta orang), sedangkan jumlah
penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (0,98 juta orang).
Penyumbang peran terbesar terhadap Garis Kemiskinan yaitu peranan komoditi makanan.
Jika dibandingkan peranan bukan komoditi makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan) maka peranan komoditi makanan lebih besar terhadap Garis Kemiskinan. Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar 73,48
persen. Presentase ini mengalami kenaikan dibandingkan kondisi September 2017, yaitu
sebesar 73,35 persen.
Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam
ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar
terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin,
listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Pada periode September 2017–Maret 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1 ) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2 ) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada
September 2017 adalah 1,79 dan pada Maret 2018 mengalami penurunan menjadi 1,71.
Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama mengalami
penurunan dari 0,46 menjadi 0,44 (Tabel 5). Sementara untuk periode Maret 2017–Maret
2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
cenderung mengalami penurunan. Menurut survei BPS, Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan selama periode September 2017– Maret 2018 antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Selama periode September 2017–Maret 2018 terjadi inflasi umum sebesar 1,92
persen.
2. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk rumah tangga yang berada di 40
persen lapisan terbawah selama periode September 2017–Maret 2018 tumbuh 3,06
persen.
3. Bantuan sosial tunai dari pemerintah tumbuh 87,6 persen pada Triwulan I 2018, lebih
tinggi dibanding Triwulan I 2017 yang hanya tumbuh 3,39 persen.
4. Program Beras Sejahtera (Rastra) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada
Triwulan I telah tersalurkan sesuai jadwal. Berdasarkan data Bulog, realisasi distribusi
bantuan sosial Program Beras Sejahtera (Rastra) pada Januari 2018 sebesar 99,65
persen, pada Februari 2018 sebesar 99,66 persen, dan pada Maret 2018 sebesar 99,62
persen.
5. Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2018 berada di atas angka 100, yaitu 101,94. 6.
Kenaikan harga beras yang cukup tinggi, yaitu mencapai 8,57 persen pada periode
September 2017–Maret 2018, disinyalir mengakibatkan penurunan kemiskinan
menjadi tidak secepat periode Maret 2017–September 2017. Pada periode Maret
2017–September 2017, harga beras relatif tidak berubah.
Menurut data yang diperoleh dari BPS, jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak
133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Komponen pembentuk
angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Februari 2018,
sebanyak 127,07 juta orang penduduk bekerja sedangkan sebanyak 6,87 juta
orangmenganggur.
Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53 juta orang sedangkan
pengangguran berkurang 140 ribu orang. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat. TPAK pada Februari 2018
tercatatsebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin dibanding setahun yang lalu.
Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan
(supply) tenaga kerja.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada
Februari 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan TPAK perempuan hanya
sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu,
TPAK perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK laki-laki menurun
0,04 persen poin.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar
kerja. TPT pada Februari 2017 sebesar 5,33 persen turun menjadi 5,13 persen pada Februari
2018.
Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di
perdesaan. Pada Februari 2018, TPT di perkotaan sebesar 6,34 persen, sedangkan TPT di
wilayah perdesaan hanya sebesar 3,72 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, TPT di
perkotaan dan TPT di perdesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,16 persen
poin dan 0,28 persen poin.
Dilihat dari tingkat pendidikan pada Februari 2018, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) tertinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 8,92 persen. TPT tertinggi
berikutnya terdapat pada Diploma I/II/III sebesar 7,92 persen. Dengan kata lain, ada
penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan
Diploma I/II/III. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa
saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu
sebesar 2,67 persen. Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, peningkatan TPT terjadi pada
tingkat pendidikan Diploma I/II/III, Universitas, dan SMA, sedangkan TPT pada tingkat
pendidikan lainnya menurun.
Kesimpulan