Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

MATERI PERKULIAHAN

Dosen Pembimbing :
Drs.Jumarianto, M.Si
Drs. Dwi Korastati, M.Pa

Disusun oleh :
Lukman Andi Gunawan
P07131117100

Kementrian KesehatanRepublik Indonesia


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin
Program Diploma III JurusanGizi
2016 / 2017
MATERI 9

 Manusia sebagai makhluk individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam bahasa inggris salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
suatu kesatuan.

Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium artinta tidak terbagi, jadi merupakan
suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas.

Individu bukan berarti manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan
sebagai sebutan “orang-seorang” atau “manusia perorangan”.

Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Dengan kemampuan rohaninya
individu dapat berhubungan dan berfikir, serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan
memimpin kesanggupan akali dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala masalah dan
kenyataan yang dialaminya.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur-unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi, maka
seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Jika seseorang hanya tinggal raga, fisik, dan jasmaninya saja, maka dia tidak dikatakan sebagai
individu. Jadi pengertian manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur
yang ada di dalam diri individu tidak terbagi, merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Jadi, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan
rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, dan keutuhan jiwa dan raganya.

Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Sekalipun orang tersebut terlahir kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis
yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak ada yang persis sama meskipun sama-
sama terlahir kembar.

Walaupun secara umum manusia itu memiliki fisik yang sama, tetapi kalau perhatian kita
tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini
terletak pada bentuk, ukuran, sifat dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan seseorang dari
lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada perbedaan fisik maupin psikis.
Contohnya: sidadap dan siwaru, karena di antaranya ada perbedaan fisik yang gampang
dikenali.

Begitu pula dalam kumpulan atau kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita dapat mengenali
seseorang yang sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita kenal.

 Ciri-ciri Individu

Ciri individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau biologisnya, sifat, karakter,
perangai, atau gaya dan selera orang juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama
kali kita mudah dikenali. Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada yang kulit coklat,
hitam, atau putih, ada yang rambut lurus dan ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya,
ada orang yang periang, sabar, cerewet, atau lainnya.

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip dalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan. Secara fisik seseorang
memiliki kemiripan atau kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau kesamaan itu
mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga pada bagian-bagian
tubuh tertentunya saja.

Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fenotip). Faktor
fenotip berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang contohnya: orang
yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda dengan orang yang
tinggal di daerah pegunungan.
Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan kepribadian, setiap orang
memiliki kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling
berinteraksi terus menerus.

Mayor polak menjelaskan bahwa kepribadian adalah “keseluruhan sikap, kelaziman, pikiran
dan tindakan, baik biologis maupun psikologis, yang dimiliki oleh seseorang dan berhubungan
dengan peranan dan kedudukannya dalam berbagai kelompok dan mempengaruhi kesadaran
akan dirinya”. Meskipun dalam pengertian tersebut Mayor Polak tidak memasukan faktor
lingkungan sebagai bagian dari kepribadian, namun dalam pembahasannya dia mengatakan
bahwa pembentukan kepribadian diantaranya dipengaruhi oleh masukan lingkungan sosial
(kelompok), dan lingkungan budaya (pendidikan).

Yinger, seperti dikutip oleh Horton dan Hunt memberikan batasan kepribadian adalah
“keseluruhan perilaku seseorang yang merupakan interaksi antara kecenderungan-
kecenderungan yang diwariskan (secara biologis) dengan rentetan-rentetan situasi (lingkungan).

Menurut Nursid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang


merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan
perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.

 Proses Destruktif dan Konstruktif

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.

- konflik destruktif merupakan sebuah situasi konflik yang pada akhirnya memberi efek negatif
kepada salah satu atau seluruh pihak yang terlibat konflik
contoh :
1.       Budi & Badu berebut pacar & ada pihak ke 3 yang menyikapi konflik tanpa
kebijaksanaan akhirnya keduanya adu jotos.

2.       Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertikaian antara pihak pihak yang bertikai
berkelahi.

-konflik konstruktif merupakan sebuah situasi konflik yang pada akhirnya malah membangun
pihak yang terlibat konflik tanpa merugikan pihak lainnya ( atau malah membangun semua
pihak ) contoh :

1.       Perusahaan A & B bersaing secara sehat. Pada akhirnya kedua perusahaan berusaha
meningkatkan kualitas produknya agar menarik minat pelanggan.

2.       Siswa A mendapat nilai tertinggi di kelas, dan siswa B mendapat nilai di bawah nilai A
pada mata pelajaran Matematika. Siswa B termotivasi untuk giat belajar supaya mendapat nilai
terbaik.

 Kompromistis dan Anti-Establishment

Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti-
establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi
dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian
identitas diri yang bersifat psikologis (in the search for self identity). Sehingga dalam proses
pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.

 Manusia sebagai makhluk sosial

Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan,
yaitu :

 Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.


 Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
 Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
 Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi
sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain
kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau
dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

  Interaksi Sosial dan Sosialisasi

1.      Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses
di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan
tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas
dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang
bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling
berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-
bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial adalah proses di mana orang-orang yang menjalin kontak dan berkomunikasi
saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial terjadi antara
individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok. Yang terpenting dalam interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik.

Komunikasi dengan menggunakan bahasa-bahasa isyarat tersebut disebut dengankomunikasi


nonverbal.

Dalam komunikasi kalian juga menggunakan kata-kata, yang mengandung arti bersama dan
bersifat standar. Komunikasi dengan menggunakan kata-kata ini disebut dengan komunikasi
verbal.

Bentuk Bentuk Interaksi Sosial

Secara umum bentuk interaksi sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk interaksi sosial
yang menghasilkan kerjasama (Asosiatif), dan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
perpecahan (Disasosiatif)

1.    Bentuk Interaksi Sosial yang Menghasilkan Kerjasama

a.    Kerjasama adalah bentuk utama proses interaksi sosial. Hampir setiap pekerjaan besar
umumnya dikerjakan secara bergotongroyong, seperti memperbaiki jalan, membuat rumah,
memperbaiki bendungan, dan lain-lain.
b.    Akomodasi adalah proses penyesuaian sosial untuk meredakan pertentangan. Dalam
akomodasi masing-masing kelompok yang betentangan berusaha berakomodasi
menghilangkan gap atau jarak yang menjadi pangkal pertentangan.

c.    Akulturasi adalah proses sosial di mana suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari


suatu kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya bentuk kepribadian sendiri. Misalnya :
Prosesi "Grebeg Suro" pada masyarakat Yogyakarta setiap tanggal 1 Syura /1 Muharam
merupakan bentuk akulturasi lokal

Bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan.

a.    Persaingan adalah bentuk usaha yang dilakukan agar memperoleh kemenangan atau hasil


yang lebih tanpa menimbulkan benturan fi sik.

b.    Kontroversi merupakan bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan


konflik. Wujudnya antara lain, rasa tidak senang, kebencian.

c.    Konflik adalah interaksi sosial akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang
mendasar, sehingga menimbulkan jarak yang tas di antara mereka yang berkonflik.

C. Sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang seseorang menghayati (internalisasi) norma-norma


sosial di mana ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Atau sosialisasi adalah suatu
proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari suatu masyarakat.

Contoh sosialisasi :

Di sekolah kalian diajari oleh guru untuk mentaati semua peraturan sekolah, untuk
mengucapkan salam kepada setiap guru, harus berbakti kepada orangtua, menghormati guru,
berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan sebagainya. Guru memberi hukuman kepada kalian
bila datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak tertib selama mengikuti
pelajaran, dan sebagainya. Guru di sekolah mengajak kepada kalian semua untuk menjadi anak
yang pandai, taat dan patuh, sopan dan santun, hormat kepada orangtua dan guru.
 Sosialisasi
1. Arti Penting Sosialisasi

Dalam pembentukan kepribadian, manusia sangat tergantung pada orang lain atau
kelompoknya. Kepribadian seseorang dibentuk setelah ia dilahirkan ke dunia.

Pembentukan kepribadiannya melalui dua proses, yaitu: Pertama, proses sosialisasi yang
dilakukan tanpa sengaja melalui interaksi sosial, dan kedua, proses sosialisasi yang dilakukan
secara sengaja melalui proses pendidikan dan pengajaran.

Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi jika seorang individu yang disosialisasi menyaksikan
apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya di dalam interaksi antar
mereka, kemudian dengan menyaksikan tingkah laku mereka individu melakukan internalisasi
pola-pola tingkahlaku dan pola-pola interaksi tersebut beserta norma-norma sosial yang
mendasarinya ke dalam mentalnya.

Proses sosialisasi yang disengaja terjadi apabila seorang individu (yang disosialisasi) mengikuti
pengajaran dan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik-pendidik yang
mewakili masyarakat, dengan tujuan yang disadari agar norma-norma sosial bisa dipahami
individu yang disosialisasi tersebut dan bisa tertanam baik-baik dalam batinnya.

2. Media Sosialisasi

Media sosialisasi merupakan tempat di mana sosialisasi itu terjadi. Paling tidak ada tiga media
sosialisasi, yaitu: keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain.

a.  Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak yang baru lahir mengalami proses
sosialisasi. Di keluarga inilah seorang anak mengenal lingkungan sosial dan budayanya, dan
juga mengenal anggota keluarganya: ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek. Pembentukan
kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagiamana keluarga itu memberikan pendidikan
kepada anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan.

b.  Sekolah
Selama di sekolah juga dididik dan dibimbing oleh guru-guru agar kalian menjadi anak yang
baik dan pandai. Di sekolah kalian diminta untuk mentaati seluruh peraturan sekolah, seperti
memakai seragam, datang ke sekolah tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan
rumah, dan sebagainya. Di sekolah kalian juga dididik untuk rajin belajar, jujur, kerja keras,
disiplin, menghormati guru, dan sebagainya.

Sekolah akan menjatuhkan hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah.
Hukuman tersebut bisa berupa teguran hingga seorang siswa dikeluarkan dari sekolah, sekolah
akan memberikan hadiah kepada siswa yang mempunyai prestasi,

c.  Kelompok Bermain

Di dalam kelompok bermain seorang anak memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman,
yang tidak didapatkannya di keluarga maupun sekolah. Di dalam kelompok bermain, seorang
anak mempelajari norma, nilai, budaya, dan peran yang dibutuhkan individu untuk
memungkinkan keterlibatannya dalam kelompok permainannya.

 Pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu
ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di
dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup,
warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu
mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan
pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela
mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang
tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional
yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa
emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam
arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap
anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi
kebutuhan rohani.

Anda mungkin juga menyukai