MAKALAH ILKEB Kelompok 5-Dikonversi
MAKALAH ILKEB Kelompok 5-Dikonversi
PROFESIONALISME BIDAN
Disusun Oleh:
Dosen Pengajar:
2022
KATA PENGANTAR
Segal puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Ilmu Kebidanan (midwifery) dan profesionalisme bidan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................................................... 2
A. Kode Etik Bidan ........................................................................................................................... 2
B. UU Kebidanan No 4 Tahun 2019…………………………………………………………………………………………………8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam
bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Salah satunya
mempunyai patokan atau standar kode etik profesi, mengembangkan ilmu
pengetahuan, mengikuti pelatihan berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan
lisensi serta membina, mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan
standar pelayanan atau pun standar pendidikan yang berlaku.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai- nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif dari profesi bidan
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam pengabdian profesi yang meliputi
kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat, kewajiban bidan terhadap tugasnya,
kewajiban bidan terhadap sejawat tenaga kesehatan lainnya, kewajiban bidan terhadap
profesinya, kewajiban bidan terhadap diri sendiri, kewajiban bidan terhadap pemerintah,
nusa,bangsa dan tanah air.
Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional (rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam
berperilaku. Kemudian pada tahun 2007, dikeluarkan Surat Keputusan oleh Menteri
Kesehatan Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.
Kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang
dalam mukadimah tujuan dan bab. Secara umum, kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh
bab tersebut dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu:
4
Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan
1. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, di Rumah Sakit dan di rumah klien
3. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.
5
➢ Bab 4. Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
a. Menjadi panutan dalam hidupnya
b. Berpenampilan baik
c. Tidak membeda-bedakan, pangkat, jabatan dan golongan
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah
ditentukan
e. Dalam mejalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan
pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya dalam waktu dinas
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik
b. Mengikuti Pendidikan formal
c. Mengikuti Pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya,
symposium, membaca majalah, buku, dan lain-lain
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri
f. Membuat laporan penelitian
6
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera
memeriksakan diri ke dokter
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Membaca buku Kesehatan
b. Berlangganan majalah profesi dan majalah Kesehatan
c. Meyempatkan membaca koran
d. Mengikuti penataran, seminar, symposium, lokakarya tentang Kesehatan
umumnya, kebidanan khususnya
e. Mengadakan Latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk Tindakan
yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan,
cabang, daerah atau pusat
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan
g. Mengisi rubrik bulletin
h. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit yang lebih
maju ke daerah terpencil
i. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin
7
d. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan
umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya
a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk
faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian
mengenai :
1) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
2) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas
KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat. Atau pemerintah
a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup sejahtera
lahir dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b. bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak
yang dilaksanakan oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, aman, dan
berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan
kewenangan.
c. bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan
terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif sebagaimana
profesi kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum
bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
8
1. Pendidikan bidan
➢ Menurut pasal 4 mengenai Pendidikan Kebidanan terdiri atas:
a. Pendidikan akademik ; yang terdiri dari program sarjana, program magister
dan program doktor
b. Pendidikan vokasi atau pendidikan profesi harus mengikuti uji kompetensi
yang bersifat nasional. Uji kompotensi merupakan syarat kelulusan
pendidikan vokasi atau profesi
c. Pendidikan profesi ; setiap lulusan pendidikan akademik dapat melanjutkan
program pendidikan profesi.
➢ Menurut Pasal 5 ayat (1)
a. program sarjana;
b. program magister;
c. program doktor.
(2) Lulusan pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan
menjadi Bidan lulusan pendidikan profesi harus melanjutkan program
pendidikan setara sarjana ditambah pendidikan profesi.
9
profesi. Tanpa mengambil pendidikan profesi mereka hanya diperbolehkan
berpraktik di fasilitas kesehatan.
1. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.
3. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
Bidan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku; dan b. tempat praktik.
(6) SIPB berlaku apabila: a. STR masih berlaku; dan b. Bidan berpraktik di
tempat sebagaimana tercantum dalam SIPB.
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
Bidan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku; dan b. tempat praktik.
(6) SIPB berlaku apabila: a. STR masih berlaku; dan b. Bidan berpraktik di
tempat sebagaimana tercantum dalam SIPB.
11
➢ Pada Pasal 26 Bidan paling banyak mendapatkan 2 (dua) SIPB.
➢ Pasal 1
➢ Pasal 2
(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Formulir I terlampir.
12
· Minimal pendidikan Bidan adalah dIII kebidanan
> Pasal 3
(3) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Formulir II terlampir.
13
> Pasal 4
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
untuk menerbitkan SIB.
(2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara
nasional.
(3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.
> Pasal 5
> Pasal 6
(1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan SIB.
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.
(3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan surat keterangan selesai
adaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan.
> Pasal 7
(1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar
untuk menerbitkan SIPB.
(2) Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana bidan praktik dengan
melampirkan antara lain:
· > Pasal 14
a. pelayanan kebidanan
> Pasal 15
15
b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara
(periode interval).
> Pasal 16
b. pemeriksaan fisik
c. perawatan bayi
16
d. resusitasi pada bayi baru lahir
f. pemberian imunisasi
g. pemberian penyuluhan.
· > Pasal 17
· > Pasal 18
a. memberikan imunisasi
f. episiotomy
i. pemberian infuse
k. kompresi bimanual
17
n. pengendalian anemia
q. penanganan hipotermi
· > Pasal 19
> Pasal 20
18
d. melaksanakan deteksi dini, melaksanakan petolongan pertama, merujuk
dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) serta penyakit lainnya.
> Pasal 21
> Pasal 20
19
> Pasal 27
> Pasal 20
· > Pasal 21
> Pasal 22
> Pasal 23
- Teguran lisan
- Teguran tertulis
> Pasal 24
21
melakukan praktek tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki SIKB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat ( 1 ) dan ( 2 )
b. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
> Pasal 31
2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari angka
kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat.
> Pasal 32
> Pasal 33
22
2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara
periodic sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun.
> Pasal 34
> Pasal 35
> Pasal 36
> Pasal 37
23
> Pasal 38
> Pasal 39
> Pasal 40
24
> Pasal 41
Ketentuan pidana
a. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
> Pasal 42
> Pasal 43
25
> Pasal 44
1) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42. Bidan yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam keputusan ini dapat
dikenakan tindakan disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan izin.
2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
> Pasal 25
2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat
Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya berdasarkan peraturan ini.
> Pasal 26
26
➢ Pasal 27
> Pasal 28
b. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
> Pasal 45
1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan no 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi dan praktek bidan dianggap
telah memiliki SIB dan SIPB berdasarkan ketentuan.
2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun dan
apabila telah habis maka masa berlakunya dapat di perbaharui sesuai ketentuan
keputusan ini.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai- nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif dari profesi bidan.
B. Saran
28
REFERENSI
Diah Arimbi, 2014, Etikolegal Kebidanan, Yogyakarta: Pustaka Rihama, Hal. 95
Masrudi Muchtar, 2016, Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan (Prespektif Profesi Bidan
Dalam Pelayanan Kebidanan Indonesia), Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal. 10
Desak gde ari wartika utami Rabu, 04 Juni 2014 teori asuhan kebidanan.
29