Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ILMU KEBIDANAN ( MIDWIFERY) DAN

PROFESIONALISME BIDAN

Disusun Oleh:

1. Afsyari Nur Asyifa (P3.73.24.1.21.001)


2. Arisah Gisthania (P3.73.24.1.21.001)
3. Mutiara Nabila Tifani (P3.73.24.1.21.001)
4. Nyimas Alia (P3.73.24.1.21.001)
5. Prita Laura (P3.73.24.1.21.001)
6. Syifa Nabila (P3.73.24.1.21.001)

Dosen Pengajar:

Gita Nirmalasari, SST, M.Keb.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

PROGRAM PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III

2022
KATA PENGANTAR

Segal puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Ilmu Kebidanan (midwifery) dan profesionalisme bidan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 26 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................................................... 2
A. Kode Etik Bidan ........................................................................................................................... 2
B. UU Kebidanan No 4 Tahun 2019…………………………………………………………………………………………………8

BAB III .................................................................................................................................................... 28


PENUTUP ............................................................................................................................................... 28
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 28
B. Saran ......................................................................................................................................... 28
REFERENSI ............................................................................................................................................. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam
bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Salah satunya
mempunyai patokan atau standar kode etik profesi, mengembangkan ilmu
pengetahuan, mengikuti pelatihan berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan
lisensi serta membina, mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan
standar pelayanan atau pun standar pendidikan yang berlaku.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang


dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation Of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi
bidan yang disempurnakan dalam kongres ICM tahun 2011 di Durban adalah:Bidan
adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya dan yang didasarkan pada ICM kompetensi. Telah lulus dari pendidikan
tersebut Untuk pendidikan, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan
atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

B. Tujuan Penulisan Makalah

a) Dapat menjelaskan dan mendiskusikan tentang kode etik bidan


b) Dapat menjelaskan dan mendiskusikan tentang UU Kebidanan No. 4 Tahun
2019; bahasan; Pendidikan bidan, registrasi dan ijin praktik bidan

1
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kode Etik Bidan

1. Deskripsi kode etik bidan

Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai- nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif dari profesi bidan
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam pengabdian profesi yang meliputi
kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat, kewajiban bidan terhadap tugasnya,
kewajiban bidan terhadap sejawat tenaga kesehatan lainnya, kewajiban bidan terhadap
profesinya, kewajiban bidan terhadap diri sendiri, kewajiban bidan terhadap pemerintah,
nusa,bangsa dan tanah air.

2. Kode etik bidan

Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan
dalam Rapat Kerja Nasional (rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam
berperilaku. Kemudian pada tahun 2007, dikeluarkan Surat Keputusan oleh Menteri
Kesehatan Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan.

Kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang
dalam mukadimah tujuan dan bab. Secara umum, kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh
bab tersebut dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu:

➢ Bab 1. Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat


1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
sumpah-sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
a. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang
telah ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku
dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab
b. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal
kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan,
bangsa dan negara
2
c. Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang
lain dan merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
d. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan
kesaksian pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien yang membutuhkan penghargaan dan
pengakuan yang hakiki baik dari golongan masyrakat intelektual, menengah
atau masyarakat kurang mampu
b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi
pelayanan professional yang memadai kepada setiap klien
c. Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi
secara penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan
kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana bidan menghargai
dirinya sendiri
d. Dalam pemberian pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang
memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial. Pengabdian dan
pelayanan bidan adalah dorongan hati Nurani yang tidak mendahulukan balas
jasa
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas, dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesui dengan tugas dan kewajiban
yang telah digariskan dalam permenkes No. 900/Permenkes/IX/2002
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia,
melaksanakan perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang
makanan bayi, termasuk cara menyusui yang baik dan benar serta makanan
tambahan sesuai dengan usia anak
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi klien
d. Mengadakan konsultasi dengan profesi Kesehatan lainnya dalam kasus-kasus
yang tidak dapat diatasi sendiri
e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyrakat
3
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyrakat
a. Kepentingan klien berada di atas kepentingan sendiri maupun kelompok
b. Bidan harus menghormati klien
c. Bidan menghormati nilai-nilai masyarakat
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyrakat untuk memberi
penyuluhan serta motivasi agar masyrakat ingin membentuk posyandu atau
PKMD atau kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan
diri di posyandu
b. Bidan di mana saja berada, baik di kantor, puskesmas atau rumah, di tempat
praktik BPS, maupun di tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal , harus
selalu memberi motivasi untuk selalu hidup sehat

➢ Bab 2. Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya

Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga


dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat :

1. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal,


memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan

2. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan

3. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.


4. Memberi pelayanan bersifat rehabilitative

4
Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan

1. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, di Rumah Sakit dan di rumah klien

2. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan


wewenangnya

3. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas
lebih lengkap.

Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau


dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien. Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan
menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada siapapun termasuk
keluarganya

➢ Bab 3. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan


Lainnya
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
a. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika
ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggatikan, sehingga
tugas pelayanan tetap berjalan
b. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan,
piknik Bersama, mengunjungi teman yang sakit.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga Kesehatan lainnya
a. Dalam menetapkan lokasi BPS, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang
sudah ada
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan
mengonsultasikan kesulitan kepada sejawat
c. Dalam kerja sama antarteman sejawat, konsultasi atau pertolongan mendadak
hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan Bersama

5
➢ Bab 4. Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
a. Menjadi panutan dalam hidupnya
b. Berpenampilan baik
c. Tidak membeda-bedakan, pangkat, jabatan dan golongan
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah
ditentukan
e. Dalam mejalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari keuntungan
pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya dalam waktu dinas
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik
b. Mengikuti Pendidikan formal
c. Mengikuti Pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya,
symposium, membaca majalah, buku, dan lain-lain
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya
a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri
f. Membuat laporan penelitian

➢ Bab 5. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri


1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik
a. Memperhatikan Kesehatan program
b. Memperhatikan Kesehatan lingkungan

6
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera
memeriksakan diri ke dokter
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Membaca buku Kesehatan
b. Berlangganan majalah profesi dan majalah Kesehatan
c. Meyempatkan membaca koran
d. Mengikuti penataran, seminar, symposium, lokakarya tentang Kesehatan
umumnya, kebidanan khususnya
e. Mengadakan Latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk Tindakan
yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan,
cabang, daerah atau pusat
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan
pertemuan rutin, misalnya bulanan
g. Mengisi rubrik bulletin
h. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit yang lebih
maju ke daerah terpencil
i. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam
kesempatan pertemuan rutin

➢ Bab 6. Kewajibab Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa, dan


Tanah Air

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-


ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB
dan kesehatan keluarga serta masyarakat

a. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan


cara : Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari
kepada anggota
b. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan
c. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di
Indonesia

7
d. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan
umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya

Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan


pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan
kesehatan, terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk
faktor penunjang maupun penghambat pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat
yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian
mengenai :
1) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
2) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas
KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat. Atau pemerintah

B. UU Kebidanan No. 4 Tahun 2019

UU Kebidanan No. 4 tahun 2019, bahasan,Pendidikan bidan, registrasi dan izin


praktik bidan. Latar belakang lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan adalah:

a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup sejahtera
lahir dan batin, sehingga mampu membangun masyarakat, bangsa, dan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
b. bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak
yang dilaksanakan oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, aman, dan
berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan
kewenangan.
c. bahwa pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan
terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif sebagaimana
profesi kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum
bagi bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

8
1. Pendidikan bidan
➢ Menurut pasal 4 mengenai Pendidikan Kebidanan terdiri atas:
a. Pendidikan akademik ; yang terdiri dari program sarjana, program magister
dan program doktor
b. Pendidikan vokasi atau pendidikan profesi harus mengikuti uji kompetensi
yang bersifat nasional. Uji kompotensi merupakan syarat kelulusan
pendidikan vokasi atau profesi
c. Pendidikan profesi ; setiap lulusan pendidikan akademik dapat melanjutkan
program pendidikan profesi.
➢ Menurut Pasal 5 ayat (1)

Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a


terdiri atas :

a. program sarjana;

b. program magister;

c. program doktor.

2 Lulusan pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dapat melanjutkan program pendidikan profesi.

> Menurut Pasal 6

(1) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b


merupakan program diploma tiga kebidanan.

(2) Lulusan pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan
menjadi Bidan lulusan pendidikan profesi harus melanjutkan program
pendidikan setara sarjana ditambah pendidikan profesi.

> Menurut Pasal 7 Pendidikan profesi

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c merupakan program


lanjutan dari program pendidikan setara sarjana atau program sarjana.
Berdasarkan UU 4/2019, untuk dapat berpraktik mandiri, bidan, baik dengan
pendidikan akademik maupun pendidikan vokasi wajib mengambil pendidikan

9
profesi. Tanpa mengambil pendidikan profesi mereka hanya diperbolehkan
berpraktik di fasilitas kesehatan.

Selain syarat lulus pendidikan kebidanan, seorang bidan juga wajib


melakukan registrasi dan izin praktik. Registrasi dibuktikan dengan Surat Tanda
Registrasi (STR) yang diberikan konsil kepada bidan yang memenuhi
persyaratan, yaitu memiliki:

1. Ijazah dari perguruan tinggi kebidanan.


2. Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.
3. Surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Surat pernyataan telah mengucapkan janji/sumpah profesi, dan
5. Surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

Sedangkan izin praktik, berupa Surat Izin Praktik Bidan (SIPB)


diberikan oleh Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten kepada bidan yang telah
memiliki STR dan tempat praktik.

> Menurut Pasal 1

1. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.

2. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan


pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.

3. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

> Menurut Pasal 3

(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.

(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

10
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.

(4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(5) Untuk mendapatkan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Bidan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku; dan b. tempat praktik.

(6) SIPB berlaku apabila: a. STR masih berlaku; dan b. Bidan berpraktik di
tempat sebagaimana tercantum dalam SIPB.

> Pada Pasal 26 Bidan paling banyak mendapatkan 2 (dua) SIPB.

SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk:

a. 1 (satu) di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan 1 (satu) di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan selain dr Tempat Praktik Mandiri Bidan; atau

b. 2 (dua) Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan selain di Tempat


Praktik Mandiri Bidan.

> Menurut Pasal 3

(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.

(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.

(4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(5) Untuk mendapatkan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Bidan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku; dan b. tempat praktik.

(6) SIPB berlaku apabila: a. STR masih berlaku; dan b. Bidan berpraktik di
tempat sebagaimana tercantum dalam SIPB.

11
➢ Pada Pasal 26 Bidan paling banyak mendapatkan 2 (dua) SIPB.

SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk:

a. 1 (satu) di Tempat Praktik Mandiri Bidan dan 1 (satu) di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan selain dr Tempat Praktik Mandiri Bidan; atau

b. 2 (dua) Praktik Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan selain di Tempat


Praktik Mandiri Bidan.

2. Registrasi dan ijin praktik bidan

a. Praktik bidan menurut Permenkes nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

➢ Pasal 1

Praktik bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.

b. Pelaporan dan registrasi Permenkes nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

➢ Pasal 2

(1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan


laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat lambatnya 1 (satu)
bulan setelah dinyatakan lulus.

(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Formulir I terlampir.

· Ketentuan untuk pelaporan peserta didik yang baru lulus ke Dinas


Kesehatan provinsi

· Kewajiban untuk registrasi bagi bidan yang baru lulus

· Penerbitan SIB oleh kepala Dinas Kesehatan Propinsi

· Kewajiban untuk kepemilikan SIB termasuk untuk Bidan luar negeri

· Pembaharuan SIB Permenkes nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

· Bidan dapat praktik mandiri atau di fasilitas pelayanan kesehatan

12
· Minimal pendidikan Bidan adalah dIII kebidanan

· Kewajiban memiliki SIKB untuk Bidan yang bekerja di fasilitas


pelayanan kesehatan

· Kewajiban memiliki SIPB untuk Bidan yang praktik mandiri

· Kewajiban memiliki STR, SIKB dan SIPB yang di keluarkan oleh


pemerintah daerah kabupaten/Kota

· Kewenangan Bidan untuk hanya menjalankan praktik/ kerja paling


banyak 1 tempat kerja dan 1 tempat praktik

· Masa berlaku SIKB dan SIPB

Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan


pengakuan terhadap bidan setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan
sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik
profesinya.

> Pasal 3

(1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan


kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah bidan.

(2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud meliputi:

· fotokopi Ijazah Bidan;

· fotokopi Transkrip Nilai Akademik

· surat keterangan sehat dari dokter

· pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

(3) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Formulir II terlampir.

13
> Pasal 4

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
untuk menerbitkan SIB.

(2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara
nasional.

(3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.

> Pasal 5

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi


mengenai SIB yang telah diterbitkan.

(2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala


kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro
Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi
profesi mengenai SIB yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala
akan diterbitkan dalam buku registrasi nasional.

> Pasal 6

(1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan SIB.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.

(3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan surat keterangan selesai
adaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan.

(4) Untuk melakukan adaptasi bidan mengajukan permohonan kepada Kepala


Dinas Kesehatan Propinsi.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan:

a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan


Tinggi;
14
b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik yang bersangkutan.

(6) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan
adaptasi.

(7) Bidan yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.

(8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagaimana


tercantum dalam Formulir IV terlampir.

> Pasal 7

(1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar
untuk menerbitkan SIPB.

(2) Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana bidan praktik dengan
melampirkan antara lain:

a. SIB yang telah habis masa berlakunya

b. Surat Keterangan sehat dari dokter

c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar..

c. Wewenang bidan Kepmenkes 900 tahun 2002

· > Pasal 14

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan


pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan kebidanan

b. pelayanan keluarga berencana

c. pelayanan kesehatan masyarakat

> Pasal 15

a. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a


ditujukan kepada ibu dan anak.

15
b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara
(periode interval).

c. Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru


lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.

> Pasal 16

Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

a. penyuluhan dan konseling

b. pemeriksaan fisik

c. pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil


dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I,
preeklamsi ringan dan anemi ringan

e. pertolongan persalinan normal

f. pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang,


partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)
tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia
karena inersia uteri primer, post term dan preterm

g. pelayanan ibu nifas normal

h. pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup ratensio plasenta,


renjatan, dan infeksi ringan

i. pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi


keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:

a. pemeriksaan bayi baru lahir

b. perawatan tali pusat

c. perawatan bayi

16
d. resusitasi pada bayi baru lahir

e. pemantauan tumbuh kembang anak

f. pemberian imunisasi

g. pemberian penyuluhan.

· > Pasal 17

Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah


tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit
ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.

· > Pasal 18

Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaskud dalam


Pasal 16 berwenang untuk :

a. memberikan imunisasi

b. memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas

c. mengeluarkan placenta secara manual

d. bimbingan senam hamil

e. pengeluaran sisa jaringan konsepsi

f. episiotomy

g. penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II

h. amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm

i. pemberian infuse

j. pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan


sedative

k. kompresi bimanual

l. versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya

m. vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul

17
n. pengendalian anemia

o. meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu

p. resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

q. penanganan hipotermi

r. pemberian minum dengan sonde/pipet

s. pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat


sesuai dengan Formulir VI terlampir

t. pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

· > Pasal 19

Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana sebagaimana


dimaksud dalam pasal 14 huruf b berwenang untuk:

a. memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan


alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom

b. memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi

c. melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim

d. melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

e. memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana


dan kesehatan masyarakat.

> Pasal 20

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat sebagaimana


dimaskud dalam pasal 14 huruf c berwenang untuk :

a. pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak

b. memantau tumbuh kembang anak

c. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

18
d. melaksanakan deteksi dini, melaksanakan petolongan pertama, merujuk
dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) serta penyakit lainnya.

> Pasal 21

a. Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan


kebidanan selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.

b. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk


penyelamatan jiwa.

d. Pencatatan dan pelaporan

a. Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO.


1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan
pada bab VI pasal 20 mengenai pencatatan dan pelaporan. Yang mana
bunyi pasal tersebut ialah :

> Pasal 20

1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan


pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas


wilayah tempat praktik.

3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk


bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002

Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI


NO.900/MENKES/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan pada bab
VI pasal 27 mengenai pencatatan dan pelaporan yang mana bunyi
pasal tersebut ialah :

19
> Pasal 27

1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan


pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke puskesmas


dan tembusan ke kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat

3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum


dalam lampiran IV keputusan ini.

a. Pembinaan dan pengawasan

b. Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan


penyelenggaraan praktek bidan pada Bab V pasal 20 sampai pasal 24
mengenai pembimbingan dan pengawasan.

Yang mana bunyi pasal tersebut ialah :

> Pasal 20

1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan


pengawasan dan mengikutsertakan organisasi profesi.

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan
melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

· > Pasal 21

1) Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten /


Kota melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengikut sertakan
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi,
organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan.

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan
melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
20
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus melaksanakan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan praktik bidan.

4) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus membuat pemetaan tenaga
bidan praktik mandiri dan bidan di desa serta menetapkan dokter
puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervise terhadap bidan di
wilayah tersebut.

> Pasal 22

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan bidan yang


bekerja dan yang berhenti bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada
tiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan
tembusan kepada organisasi profesi.

> Pasal 23

1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten / kota dapat memberikan tindakan administrative kepada bidan
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik
dalam peraturan ini.

2) Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui:

- Teguran lisan

- Teguran tertulis

- Pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun

- Pencabutan SIKB / SIPB selamanya.

> Pasal 24

1) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat memberikan sanksi berupa


rekomendasi pencabutan surat izin / STR kepada kepala dinas kesehatan
provinsi / majelis tenaga kesehatan Indonesia ( MTKI ) terhadap bidan yang

21
melakukan praktek tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki SIKB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat ( 1 ) dan ( 2 )

2) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat mengenakan sanksi teguran lis


an,teguran sementara / tetap kepada pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempekerjakan bidan yang tidak mempunyai SIKB.

b. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi


dan praktek bidan pada Bab VIII pasal 31 sampai pasal 41 mengenai
pembimbingan dan pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

> Pasal 31

1) Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya


ditetapkan oleh organisasi profesi.

2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari angka
kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat.

3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.

4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong


para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.

> Pasal 32

Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan


praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada saran kesehatannya
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada organisasi profesi.

> Pasal 33

1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi


terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang
melakukanpraktik diwilayahnya.

22
2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara
periodic sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun.

> Pasal 34

Selama menjalankan praktik seorang Bidan wajib mentaati semua


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

> Pasal 35

1) Bidan dalam melakukan praktik dilarang :

- Menjalankan praktik apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang


tercantum dalam izin praktik.

- Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.

2) Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau


menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan
lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir
a.

> Pasal 36

1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan peringatan


lisan atau tertulis kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap
keputusan ini.

2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak
diindahkan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut
SIPB bidan yang bersangkutan.

> Pasal 37

Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
(MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan Etika Pelayanan
Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23
> Pasal 38

1) Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang bersangkutan


dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak
keputusan ditetapkan.

2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama


pencabutan SIPB.

3) Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


diajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam waktu
14 (empat belas) hari setelah Keputusan diterima, apabila dalam waktu
14(empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan
tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap.

4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan ditingkat pertama dan


terakhir semua keberatan mengenai pencabutan SIPB.

5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


ditempuh, Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang
mengadili sengketa tersebut sesuai dengan maksud Pasal 48
Undang undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha
Negara.

> Pasal 39

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap


pencabutan SIPB kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.

> Pasal 40

1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional Menteri Kesehatan


dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut
untuk sementara SIPB bidan yang melanggar ketentuan
peraturan perundang - undangan yang berlaku

2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan keputusan ini.

24
> Pasal 41

1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim/Panitia yang bertugas
melakukan pemantauan pelaksanaan praktik bidan di wilayahnya.

2) Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur


pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan profesi kesehatan terkait
lainnya.

Ketentuan pidana

a. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan pada


Bab IX pasal 42 sampai pasal 44 mengenai ketentuan pidana yang mana bunyi pasal tersebul
ialah :

> Pasal 42

Bidan yang dengan sengaja :

1) Melakukan praktik kebidanan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 dan/atau

2) Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

3) Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 ayat (1) ayat (2); dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

> Pasal 43

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan bidan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan/atau mempekerjakan bidan yang tidak
mempunyai izin praktik dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

25
> Pasal 44

1) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42. Bidan yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam keputusan ini dapat
dikenakan tindakan disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan
pencabutan izin.

2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan peralihan tentang surat tugas dan izin praktek

a. Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek


bidan pada Bab VI pasal 25 sampai pasal 28 mengenai ketentuan peralihan tentang
surat penugasan dan ijin praktek. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

> Pasal 25

1) Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan


Nomor 900 / Menkes / SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/1/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan
ini sampai dengan masa berlakunya berakhir.

2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat
Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya berdasarkan peraturan ini.

> Pasal 26

Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Tenaga


Kesehatan Provinsi (MTKP) belum dibentuk dan / atau belum dapat melaksanakan
tugasnya. Maka registrasi bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan.

26
➢ Pasal 27

Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum


ditetapkan peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan peraturan ini paling
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.

> Pasal 28

Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang


menjalankan praktik mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan peraturan ini
selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.

b. Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek


bidan pada Bab XI pasal 45 mengenai ketentuan perlihan yang mana bunyi pasal tersebul
ialah :

> Pasal 45

1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan no 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi dan praktek bidan dianggap
telah memiliki SIB dan SIPB berdasarkan ketentuan.

2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun dan
apabila telah habis maka masa berlakunya dapat di perbaharui sesuai ketentuan
keputusan ini.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai- nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif dari profesi bidan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam


pembuatan makalah ini. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

28
REFERENSI
Diah Arimbi, 2014, Etikolegal Kebidanan, Yogyakarta: Pustaka Rihama, Hal. 95
Masrudi Muchtar, 2016, Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan (Prespektif Profesi Bidan
Dalam Pelayanan Kebidanan Indonesia), Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal. 10

Desak gde ari wartika utami Rabu, 04 Juni 2014 teori asuhan kebidanan.

29

Anda mungkin juga menyukai