Anda di halaman 1dari 6

Nama: Muh.

Rifqy Halim Arkaan


Kelas: XII.3
NIS: 2019099
Analisis Novel Sang Pemimpi

Setelah 40 tahun bumi pertiwi merdeka, akhirnya Belitong Timur, pulau timah yang kaya
raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri, yaitu SMA Negeri Bukan Main. Artinya tidak perlu lagi
menempuh 120 kilometer untuk mengenyam pendidikan di bangku SMA. Namun tetap tidak
mudah, karena sang kepala sekolah, Drs. Julian Ichsan Balia, yang juga seorang guru
kesusastraan, sangat disiplin dan konsisten dalam menentukan siapa anak didiknya, NEM
minimal 42, tidak bisa ditawar-tawar. Bahkan Mustar M. Djai’din, B.A, seorang guru biologi
yang juga merupakan salah satu perintis berdirinya SMA Negeri Bukan Main, tidak berhasil
menggoyahkan kokohnya peraturan Pak Balia. Meski beropini apapun anak laki-lakinya
yang memiliki NEM 41,75 tetap gagal menjadi siswa di sekolah yang telah diusahakannya
itu. Ikal, Arai, dan Jimbron, yang merupakan tokoh protagonis dalam novel ini, diterima
bersekolah di SMA Negeri Bukan Main. Mereka salah satu anak dari keluarga kurang
beruntung di kampung terpencil di Belitong. Ikal sedikit lebih beruntung dari Arai dan
Jimbron. Karena walau ia hanyalah anak seorang pekerja PN Timah Belitong yang terancam
terseret gelombang PHK, setidaknya ia memiliki keluarga yang lengkap dan penuh cinta
kasih. Ia sangat mengagumi sosok ayahnya, yang ia sebut juara satu seluruh dunia.
Sedangkan Arai dan Jimbron memiliki kisah yang dapat dikatakan serupa. Arai merupakan
simpai keramat, yakni orang terakhir yang tersisa dari suatu klan. Saat ia kelas satu SD,
Ibunya meninggal ketika melahirkan, begitu pula adiknya yang baru lahir. Belum berakhir
masa dukanya, saat ia naik kelas tiga SD, ayahnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Arai
yang ternyata adalah sepupu jauh Ikal, kemudian diadopsi oleh Pak Seman Said Harun,
ayah Ikal.Jimbron yang kini gagap sebenarnya memiliki kisah amat pilu dibalik
kegagapannya. Jimbron memiliki dua adik kembar perempuan. Ibunya wafat ketika Jimbron
kelas empat SD. Sementara ayah yang ia jadikan orientasi hidupnya, terkena serangan
jantung saat membonceng Jimbron dengan sepeda. Saat itu belum sampai 40 hari ibunya
wafat. Jimbron sekuat tenaga pontang-panting membonceng ayahnya menuju Puskesmas.
Setelah beberapa menit di Puskesmas, ayah Jimbron meninggal. Sejak saat itu Jimbron
gagap. Kejadian memilukan itu juga berakibat munculnya ketertarikan Jimbron pada kuda
yang mencapai tingkat obsesi komplusif. Kedua adik kembarnya diasuh bibinya di Pangkal
Pinang, Pulau Bangka, sedangkan Jimbron diasuh oleh Pendeta Geovanny, sahabat
keluarganya. Ikal, Arai, dan Jimbron menyewa kamar kontrakan di Magai, karena jarak dari
sekolah ke kampungnya terlalu jauh, yaitu 30 kilometer. Demi membiayai kehidupan dan
membantu keluarga, mereka bekera menjadi kuli ngambat. Pekerjaan teramat berat dan
kasar ini mengharuskan ketiganya bangun pukul 2 pagi, mengangkut ikan-ikan yang
panjangnya rata-rata mencapai dua meter. Biasanya pekerjaan ini selesai pada pukul enam,
sehingga mereka akan tergesa-gesa menggunakan sisa waktu sebelum jam tujuh.Namun,
walau bekerja sebegitu berat sambil sekolah, mereka tetap tidak melupakan status pelajar
yang melekat dalam diri mereka. Buktinya, saat pembagian rapot, Ikal dan Arai berada di
garda depan (peringkat sepuluh besar), Ikal di peringkat ketiga dan Arai di peringkat kelima.
Sedangkan Jimbron, yang tumbuh invalid (kakinya panjang sebelah), namun memiliki
semangat dan ketenangan yang luar biasa, berhasil mempersembahkan kursi nomor 78
untuk Pendeta Geo. Mereka punya mimpi yang hebat: berkelana menjelajahi Eropa sampai
ke Afrika. Sekolah ke Prancis. Menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne. Ikal,
Arai, dan Jimbron, walau memberi inspirasi, tetap saja adalah remaja. Mereka tidak lepas
dari jeratan perasaan yang sulit diterjemahkan dengan berbagai pemahaman dan kata-kata,
yang disebut cinta. Ikal tetap setia pada cinta pertama yang entah dimana kini, A Ling, anak
pemilik Toko Sinar Harapan. Arai pantang menyerah menjaga dan membuktikan cintanya
pada sosok wanita yang sayangnya sangat tidak peduli. Pengorbanannya yang gigih, entah
menguap kemana bagi seorang Zakiah Nurmala binti Berahim. Dan Jambron, lebih dari
keobsesian komplusifnya terhadap kuda, ia mencintai Laksmi, gadis malang yang seakan
lupa bagaimana cara tersenyum sejak keluarganya terenggut dalam peristiwa kecelakaan
kapal di semenanjung yang kini dinamakan semenanjung Ayah. Sebagai remaja, mereka
terkadang lalai dan tergoda dengan gejolak perubahan menuju dewasa. Oleh karena itu,
ketiganya kadang terseret masalah-masalah yang menimpa remaja pada umumnya. Namun
dibalik setiap persoalan yang mereka ikut nimbrung atau bahkan yang mereka sebabkan,
mereka mampu memetik dan menyimpulkan menjadi salesman. Namun, jiwa pekerja kasar
yang melekat pada diri mereka bahkan selama tiga generasi sebelumnya tidak mampu
ditransformasi seketika menjadi pedagang dalam masa percobaan satu bulan. Mereka
kembali menganggur setelah diputuskan gagal menjadi salesman. Beruntung, salah satu
sahabat mereka yang mempunyai usaha fotokopi merekrut keduanya.Tawaran menjadi
pegawai pos ternyata cukup menggiurkan. Namun prosesnya lumayan berat. Mereka harus
menjalani beberapa test dan pelatihan fisik berbulan-bulan. Arai tersingkir pada test paru-
paru, sedangkan Ikal melenggang maju hingga sukses menjadi pegawai pos bagian
penyortiran surat. Tanpa sepengetahuan Ikal dan tanpa memberitahu alamat jelas, Arai
bersama seorang temannya pergi ke Kalimantan untuk bekerja. Ikal sangat lega karena
akhirnya dapat mengenyam pendidikan lagi, tidak tanggung-tanggung, Fakultas Ekonomi di
Universitas Indonesia. Di sumur ilmu yang kondang hingga berpuluh-puluh tahun berikutnya
itu, Ikal bertemu Zakiah Nurmala. Sayang, Arai sedang tidak bersamanya. Ikal baru saja
lulus kuliah saat membaca pengumuman beasiswa strata dua yang diberikan Uni Eropa
kepada sarjana-sarjana Indonesia. Ikal tidak sedetikpun melewatkan kesempatan berharga
ini. Ia belajar jungkir balik demi mewujudkan mimpinya. Ia akhirnya berhasil melalui berbagai
test panjang dan melelahkan, juga wawancara akhir. Saat itu, ia bertemu Arai kembali
setelah berbulan-bulan berpisah. Arai juga mengambil kesempatan ini. Keduanya lalu
memutuskan penantian hasil test akan mereka habiskan di kampung halaman, Belitong.
Arai dan Ikal menemui sahabat lamanya, yang turut menyumbang dalam kesuksesan
mereka hingga mencapai hari itu. Jimbron. Ia sukses merebut hati Laksmi dan membuat
gadis itu tersenyum sepanjang waktu. Mereka kini mempunyai seorang anak berusia lima
tahun. Arai dan Ikal lalu berkeliling kampung. Dua amplop surat berisi keputusan hasil tes
tiba di kediaman Bapak Seman Said Harun. Usai sholat Maghrib, Ikal dan kedua
orangtuanya, arai ditemani foto alm. kedua orangtuanya, membuka suratnya masing-
masing. Keduanya lulus tes dan berhak menerima beasiswa Uni Eropa, di Universitas yang
sama, Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.

Analisis Teks

 Analisis Isi :

1. Struktur
Abstrak

Setelah 40 tahun bumi pertiwi merdeka, akhirnya Belitong Timur, pulau timah yang
kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri, yaitu SMA Negeri Bukan Main. Artinya
tidak perlu lagi menempuh 120 kilometer untuk mengenyam pendidikan di bangku
SMA. Namun tetap tidak mudah, karena sang kepala sekolah, Drs. Julian Ichsan
Balia, yang juga seorang guru kesusastraan, sangat disiplin dan konsisten dalam
menentukan siapa anak didiknya, NEM minimal 42, tidak bisa ditawar-tawar. Bahkan
Mustar M. Djai’din, B.A, seorang guru biologi yang juga merupakan salah satu
perintis berdirinya SMA Negeri Bukan Main, tidak berhasil menggoyahkan kokohnya
peraturan Pak Balia. Meski beropini apapun anak laki-lakinya yang memiliki NEM
41,75 tetap gagal menjadi siswa di sekolah yang telah diusahakannya itu. Ikal, Arai,
dan Jimbron, yang merupakan tokoh protagonis dalam novel ini, diterima bersekolah
di SMA Negeri Bukan Main.

Orientasi

Mereka salah satu anak dari keluarga kurang beruntung di kampung terpencil di
Belitong. Ikal sedikit lebih beruntung dari Arai dan Jimbron. Karena walau ia
hanyalah anak seorang pekerja PN Timah Belitong yang terancam terseret
gelombang PHK, setidaknya ia memiliki keluarga yang lengkap dan penuh cinta
kasih. Ia sangat mengagumi sosok ayahnya, yang ia sebut juara satu seluruh dunia.
Sedangkan Arai dan Jimbron memiliki kisah yang dapat dikatakan serupa. Arai
merupakan simpai keramat, yakni orang terakhir yang tersisa dari suatu klan. Saat ia
kelas satu SD, Ibunya meninggal ketika melahirkan, begitu pula adiknya yang baru
lahir. Belum berakhir masa dukanya, saat ia naik kelas tiga SD, ayahnya dipanggil
oleh Yang Maha Kuasa. Arai yang ternyata adalah sepupu jauh Ikal, kemudian
diadopsi oleh Pak Seman Said Harun, ayah Ikal.Jimbron yang kini gagap
sebenarnya memiliki kisah amat pilu dibalik kegagapannya. Jimbron memiliki dua
adik kembar perempuan. Ibunya wafat ketika Jimbron kelas empat SD. Sementara
ayah yang ia jadikan orientasi hidupnya, terkena serangan jantung saat
membonceng Jimbron dengan sepeda. Saat itu belum sampai 40 hari ibunya wafat.
Jimbron sekuat tenaga pontang-panting membonceng ayahnya menuju Puskesmas.
Setelah beberapa menit di Puskesmas, ayah Jimbron meninggal. Sejak saat itu
Jimbron gagap. Kejadian memilukan itu juga berakibat munculnya ketertarikan
Jimbron pada kuda yang mencapai tingkat obsesi komplusif. Kedua adik kembarnya
diasuh bibinya di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, sedangkan Jimbron diasuh oleh
Pendeta Geovanny, sahabat keluarganya. Ikal, Arai, dan Jimbron menyewa kamar
kontrakan di Magai, karena jarak dari sekolah ke kampungnya terlalu jauh, yaitu 30
kilometer. Demi membiayai kehidupan dan membantu keluarga, mereka bekera
menjadi kuli ngambat. Pekerjaan teramat berat dan kasar ini mengharuskan
ketiganya bangun pukul 2 pagi, mengangkut ikan-ikan yang panjangnya rata-rata
mencapai dua meter. Biasanya pekerjaan ini selesai pada pukul enam, sehingga
mereka akan tergesa-gesa menggunakan sisa waktu sebelum jam tujuh.Namun,
walau bekerja sebegitu berat sambil sekolah, mereka tetap tidak melupakan status
pelajar yang melekat dalam diri mereka. Buktinya, saat pembagian rapot, Ikal dan
Arai berada di garda depan (peringkat sepuluh besar), Ikal di peringkat ketiga dan
Arai di peringkat kelima. Sedangkan Jimbron, yang tumbuh invalid (kakinya panjang
sebelah), namun memiliki semangat dan ketenangan yang luar biasa, berhasil
mempersembahkan kursi nomor 78 untuk Pendeta Geo. Mereka punya mimpi yang
hebat: berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. Sekolah ke Prancis.
Menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne. Ikal, Arai, dan Jimbron, walau
memberi inspirasi, tetap saja adalah remaja.

Komplikasi
Mereka tidak lepas dari jeratan perasaan yang sulit diterjemahkan dengan berbagai
pemahaman dan kata-kata, yang disebut cinta. Ikal tetap setia pada cinta pertama
yang entah dimana kini, A Ling, anak pemilik Toko Sinar Harapan. Arai pantang
menyerah menjaga dan membuktikan cintanya pada sosok wanita yang sayangnya
sangat tidak peduli. Pengorbanannya yang gigih, entah menguap kemana bagi
seorang Zakiah Nurmala binti Berahim. Dan Jambron, lebih dari keobsesian
komplusifnya terhadap kuda, ia mencintai Laksmi, gadis malang yang seakan lupa
bagaimana cara tersenyum sejak keluarganya terenggut dalam peristiwa kecelakaan
kapal di semenanjung yang kini dinamakan semenanjung Ayah. Sebagai remaja,
mereka terkadang lalai dan tergoda dengan gejolak perubahan menuju dewasa.
Oleh karena itu, ketiganya kadang terseret masalah-masalah yang menimpa remaja
pada umumnya. Namun dibalik setiap persoalan yang mereka ikut nimbrung atau
bahkan yang mereka sebabkan, mereka mampu memetik dan menyimpulkan
hikmah. Ikal yang kini menginjak usia delapan belas rupanya telah mulai memahami
realitas kehidupan. Ia kehilangan semangatnya. Dulu ia optimis bermimpi hingga
melampaui posibilities-line, tapi kini, membayangkan mimpinya yang sangat tinggi
itu, ia tersenyum pahit, menertawakan diri sendiri. Ia jadi banyak merenung
memikirkan nasibnya masa depan yang paling banter menjadi pelayan restoran mi
rebus atau kernet mobil omprengan reyot. Walhasil, ia mempermalukan ayah yang ia
cintai pada acara pembagian rapot di semester berikutnya. Ikal terhempas dari garda
depan, merosot ke peringkat 75. Pak Mustar menerjangnya dengan kata-kata yang
menyayat, ditambah kemarahan Arai yang membuat dadanya sesak.

Evaluasi

Puncaknya adalah ketabahan sang ayah yang pendiam, yang selalu menganggap
hari pembagian rapot anaknya adalah momentum penting dalam hidupnya. Ia
mengenakan setelan terbaiknya dan mengendarai sepeda sejauh 30 kilometer demi
menerima rapot anaknya. Ia tidak pernah berkata apapun, selain mengucap salam
dan tersenyum bangga. Semua itu, ditambah penyesalan yang amat sangat, mampu
membuatnya bangkit lagi. Di semester terakhirnya bersekolah di SMA Negeri Bukan
Main, Ikal berhasil membersihkan nama baik ayahnya, mempersembahkan kursi
nomor tiga. Arai melejit naik menempati kursi nomor dua, tepat di samping kirinya,
pujaan hati Arai bertengger, Nurmala tetap di posisi pertama sejak kelas sepuluh.

Resolusi

Berbekal tabungan hasil kerja sebagai kuli ngambat selama kurang lebih tiga tahun,
ditambah masing-masing sebuah celengan penuh, pemberian dari Jimbron, Arai dan
Ikal berangkat ke Jakarta. Mereka hanya memiliki dua petunjuk. Yang pertama
adalah dari mualim kapten kapal Bintang Laut Selatan: tujulah Ciputat di Jakarta
Selatan, tempat itu lumayan aman dibanding wilayah Jakarta lainnya. Yang kedua
adalah wejangan kedua orangtuanya agar setiba di Jakarta mereka harus
menemukan masjid terlebih dahulu. Namun, mereka malah terdampar di Bogor
dengan pengetahuan sangat minim tentang kota itu. Keberuntungan datang
berbondong-bondong kepada dua petualang pencari ilmu ini. Mereka berhasil
mencapai kompleks IPB, menemukan masjid, dan keesokan harinya menyewa
kamar kontrakan di kawasan tersebut. Lebih dari itu, mereka berhasil memperoleh
pekerjaan menjadi salesman. Namun, jiwa pekerja kasar yang melekat pada diri
mereka bahkan selama tiga generasi sebelumnya tidak mampu ditransformasi
seketika menjadi pedagang dalam masa percobaan satu bulan. Mereka kembali
menganggur setelah diputuskan gagal menjadi salesman. Beruntung, salah satu
sahabat mereka yang mempunyai usaha fotokopi merekrut keduanya.Tawaran
menjadi pegawai pos ternyata cukup menggiurkan. Namun prosesnya lumayan
berat. Mereka harus menjalani beberapa test dan pelatihan fisik berbulan-bulan. Arai
tersingkir pada test paru-paru, sedangkan Ikal melenggang maju hingga sukses
menjadi pegawai pos bagian penyortiran surat. Tanpa sepengetahuan Ikal dan tanpa
memberitahu alamat jelas, Arai bersama seorang temannya pergi ke Kalimantan
untuk bekerja. Ikal sangat lega karena akhirnya dapat mengenyam pendidikan lagi,
tidak tanggung-tanggung, Fakultas Ekonomi di Universitas Indonesia. Di sumur ilmu
yang kondang hingga berpuluh-puluh tahun berikutnya itu, Ikal bertemu Zakiah
Nurmala. Sayang, Arai sedang tidak bersamanya. Ikal baru saja lulus kuliah saat
membaca pengumuman beasiswa strata dua yang diberikan Uni Eropa kepada
sarjana-sarjana Indonesia. Ikal tidak sedetikpun melewatkan kesempatan berharga
ini. Ia belajar jungkir balik demi mewujudkan mimpinya. Ia akhirnya berhasil melalui
berbagai test panjang dan melelahkan, juga wawancara akhir. Saat itu, ia bertemu
Arai kembali setelah berbulan-bulan berpisah. Arai juga mengambil kesempatan ini.
Keduanya lalu memutuskan penantian hasil test akan mereka habiskan di kampung
halaman, Belitong. Arai dan Ikal menemui sahabat lamanya, yang turut
menyumbang dalam kesuksesan mereka hingga mencapai hari itu. Jimbron. Ia
sukses merebut hati Laksmi dan membuat gadis itu tersenyum sepanjang waktu.
Mereka kini mempunyai seorang anak berusia lima tahun. Arai dan Ikal lalu
berkeliling kampung.

Koda

Dua amplop surat berisi keputusan hasil tes tiba di kediaman Bapak Seman Said
Harun. Usai sholat Maghrib, Ikal dan kedua orangtuanya, arai ditemani foto alm.
kedua orangtuanya, membuka suratnya masing-masing. Keduanya lulus tes dan
berhak menerima beasiswa Uni Eropa, di Universitas yang sama, Universite de
Paris, Sorbonne, Prancis.
2. Kaidah Kebahasaan

 Penggunaan kata kerja : Mengenyam, menempuh, memikirkan


 Penggunaan kata benda : Sekolah, rapot, foto
 Penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal & jamak : Ia, kalian
 Penggunaan konjungsi temporal : Setelah, sebelum
 Penggunaan konjungsi sebab akibat : Karena, oleh karena itu
 Penggunaan konjungsi antarkalimat : Namun

 Analisis Wacana:
Teks novel ini merupakan teks novel yang ditujukan kepada khalayak umum, sebab
cerita yang disampaikan dalam novel dapat dinikmati oleh semua kalangan umur,
dan pesan yang disampaikan melalui cerita dalam novel dapat diaplikasikan oleh
semua orang.

 Analisis Korelasional
Dalam cerita yang dipaparkan dalam novel Sang Pemimpi, kita dapat menerapkan
pesan bahwa kita harus terus berusaha dan tidak mudah menyerah meski
dihadapkan banyak masalah dalam kehidupan kita sehari – hari. Dalam kehidupan
kita juga menghadapi banyak tantangan dalam kehidupan sehari – hari, maka pesan
dari novel ini sangatlah relevan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

 Analisis Kebijakan Redaksional


Novel Sang Pemimpi ini menunjukkan unsur sara dimana terdapat salah satu tokoh
yang diasuh oleh orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengannya,
namun mereka tetap saling menghormati. Namun, teks ini tetap dapat dinikmati oleh
semua kalangan orang.

 Analisis Semiotika Framing


Dalam teks ini, yang menjadi sebab adalah keinginan dan tekad yang kuat untuk
berkuliah keluar negeri, dan yang menjadi akibat adalah mereka berhasil meraih apa
yang mereka inginkan, dan diterima ke perguruan tinggi luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai