1. Sub Departemen Orthopaedi dan TraumatologiRumah Sakit Dr. Moehammad Hoesin Palembang
2. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
3. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Abstrak
Patah tulang terbuka derajat III mempunyai insidensi infeksi berkisar antara 10% sampai dengan 50%. Debridemen, Perawatan
luka di ruangan saat ini dengan menggunakan povidone iodine 10%. Chlorhexidine gluconate 4% memiliki keunggulan selain
bersifat antibakterial juga memiliki toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu penyembuhan luka. Dilakukan uji klinis untuk
membandingkan antara efektifitas chlorhexidine gluconate 4% dengan povidone iodine 10% dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri pada pasien dengan patah tulang ekstremitas bawah terbuka derajat III yang dirawat di RSMH Palembang.Tujuan
penelitian ini ntuk mengetahuiefektifitaschlorhexidine gluconate 4% dibandingkan dengan povidone iodine 10% dalam
menurunkan hitung koloni bakteri pada perawatan luka patah tulang ekstremitas bawah terbuka derajat III.Penelitian Randomized
Controlled Trialini dilakukan di RS Moehammad Hoesin Palembang dari bulan Mei sampai bulan September 2013, terdiri dari
30 pasien patah tulang ekstremitas bawah terbuka derajat III yang memenuhi kriteria inklusi yang didistribusikan secara Simple
Random Sampling menjadi 2 kelompok; Chlorhexidine Gluconate 4% (n=15) danPovidone Iodine 10% (n=15). Dilakukan
swabpenghitungan koloni bakteri sesudah debridemen hari ke-0, dan setelah debridemen hari ke-2.Hasil penelitian didapatkan:
Antara kelompok chlorhexidine gluconate 4% dan povidone iodine 10%, tidak didapatkan perbedaan bermakna untuk
karakteristik umur (p=0,603), jenis kelamin (p=0,651), tingkat pendidikan (p=0,630) dan pekerjan (p=0,898). Tidak didapatkan
perbedaan bermakna untuk jumlah bakteri awal (p=0,584) dan jumlah bakteri akhir (p=0,699) pada kedua kelompok
perlakuan.Simpulan: Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan povidone iodine 10% dan chlorhexidine
gluconate 4% dengan nilai p=0,699, meskipun ekftifitas chlorhexidine gluconate 4% (p=0,023) lebih baik dibandingkan
povidone iodine 10% (p=0,558) terhadap hitung koloni bakteri.
Abstract
The incidence of open fracture grade III is about 10%-50%. Povidone iodine 10% is the standard antiseptic in the wound care.
Chlorhexidine gluconate 4% is antibacterial antiseptic, low toxicity, not influences the wound healing. This study compares the
effectiveness between chlorhexidine gluconate 4% with povidone iodine 10% towards reduction of bacteria colony forming unit
in the wound care of open fracture of the lower extremities grade III in the Mohammad Hoesin General Hospital of Palembang.
Aim of Study: To find out the effectiveness of chlorhexidine gluconate 4% in comparison with povidone iodine 10% towards
reduction of bacteria colony forming unit in the wound care of open fracture of the lower extremities grade III. Methodology of
Study: Randomized Controlled Trial included 30 patients of open fracture of the lower extremities grade III in the Mohammad
Hoesin General Hospital of Palembang from Mei to September 2013, that require all inclusion criteria that distributed by simple
randomized sampling into 2 groups, chlorhexidine gluconate 4% (n=15) and povidone iodine 10% (n=15). The bacteria colony
forming unit was counted day 0 after debridement and also 2 days after treatment. Results: There was no significant difference
between chlorhexidine gluconate 4% and povidone iodine 10% in the characteristic of age (p=0,603), gender (p=0,651),
education (p=0,630), and occupation (p=0,898). There was no significant difference in the result of statistic analysis of bacteria
colony forming unit day 0 after debridement (p=0,584) and 2 days after treatment (p=0,699) on both group. Conclusion: There
was no significant difference in the result of statistic analysis of bacteria colony forming unit between chlorhexidine gluconate
4% and povidone iodine 10% (p=0,699), although there was significant difference in the effectiveness result of statistic analysis
of bacteria colony forming unit between chlorhexidine gluconate 4% (p=0,023) and povidone iodine 10% (p=0558).
35
36 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 35-40
terbuka adalah banyaknya jaringan yang mati, jenis dan Larutan antiseptik yang digunakan untuk perawatan luka
lokasi patah tulang, waktu antara terjadinya cedera dengan patah tulang terbuka di RSUP Dr. M Hoesin Palembang
tindakan debridemen, jenis fiksasi yang digunakan, dan adalah Povidone iodine 10%, sedangkanChlorhexidine
waktu pemberian antibiotik.23 Risiko terjadinya infeksi pada gluconate 4% belum pernah digunakan. Penelitian ini
patah tulang terbuka dapat sesuai dengan derajat patah akan melihat perbandingan efektifitas penggunaan larutan
tulang. Menurut Gustillo, pada patah tulang terbuka derajat I chlorhexidine gluconate 4% dan povidone iodine 10%
insidensi infeksi berkisar dari 0% sampai 2%, sedangkan berdasarkan penurunan jumlah koloni bakteri yang
derajat II berkisar dari 2% sampai 7%. Untuk patah tulang ditemukan pada perawatan luka patah tulang ekstremitas
terbuka derajat IIIA insidensi infeksi adalah 24%, sementara bawah terbuka derajat III.
untuk derajat IIIB angka tersebut berkisar antara 10%
sampai 50%. Insidensi infeksi pada patah tulang terbuka 2. Metode Penelitian
derajat IIIC berkisar antara 25% sampai dengan 50%,
dengan angka amputasi lebih dari 50%.13,26,27 Desain penelitian ini uji klinik berperbanding, buta ganda
dalam bentuk paralel untuk mengetahui perbandingan
Gustillo menyatakan bahwa 70% patah tulang terbuka efektifitas antara chlorhexidine gluconate 4% dan povidone
derajat III telah terkontaminasi oleh kuman, dan yang iodine 10% dalammenurunkan jumlah koloni bakteri yang
terbanyak adalah Staphylococcus aureus. Russel ditemukan pada perawatan luka patah tulang ekstremitas
mendapatkan sebagian besar kontaminan adalah bakteri bawah terbuka derajat III di RSMH Palembang. Penelitian
Gram-negatif.27 Penelitian Nursuandi dan Ismiarto di dilakukan di Instalasi Bedah Sentral dan laboratorium
Bandung mendapatkan angka kejadian infeksi tujuh hari mikrobiologi klinik RSMH Palembang. Penelitian dilakukan
pasca-debridemen adalah 55% dengan hasil kultur terutama pada Juni sampai Agustus 2013.Populasi penelitian adalah
Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter,Klebsiella sp, dan pasien patah tulang ekstremitas bawah terbuka derajat III
S. Epidermidis.28 yang mendapat tindakan debridemen di kamar operasi
RSMH Palembang. Sampel penelitian adalah pasien yang
Chlorhexidine gluconate merupakan antiseptik topikal akan mendapat tindakan debridemen di kamar operasi
dengan spektrum yang luas dan banyak digunakan dalam RSMH Palembang yang memenuhi kriteria inklusi
pembedahan. Pertama kali dikembangkan di Inggris awal didapatkan jumlah sampel sebanyak 30 untuk kedua
tahun 1950-an dan diperkenalkan di Amerika Serikat tahun perlakuan dengan tiap perlakuan 15 sampel.
1970-an. Aktifitas sebagai antimikroba adalah dengan
merusak membran sitoplasma dan tidak dihambat oleh darah 3. Hasil dan Pembahasan
dan serum protein.29 Bekerja sebagai antibakteri pada bakteri
di permukaan kulit dan terbukti efektif pada bakteri Karakteristik Subjek Penelitian
nosokomial patogen, antifungal, dan antiviral. Chlorhexidine Pada kelompok umur 18-23 tahun, penderita yang
gluconate mempunyai toksisitas rendah serta tidak mendapatkan perlakuan dengan povidone iodine 10%
mengganggu penyembuhan luka. Saat ini chlorhexidine sebanyak 5 orang dan chlorhexidine gluconate 4% sebanyak
gluconate banyak digunakan untuk berbagai indikasi seperti 7 orang. Kelompok umur 24-29 tahun yang mendapatkan
penggunaan lokal pada tali pusar untuk mencegah infeksi perlakuan dengan povidone iodine 10% sebanyak 2 orang
pada neonatus, pada pemasangan central venous pressure dan chlorhexidine gluconate 4% tidak ada. Kelompok umur
(CVP) catheter, sebagai sabun mandi antiseptik pada pasien 30-35 tahun yang mendapatkan perlakuan dengan povidone
untuk mengurangi angka infeksi nosokomial namun belum iodine 10% sebanyak 2 orang, sedangkan dengan
pernah ada penelitian mengkaji efektivitas chlorhexidine chlorhexidine gluconate 4% sebanyak 3 orang. Kelompok
gluconate pada perawatan luka patah tulang terbuka.30-31 umur 36-41 tahun yang mendapatkan perlakuan dengan
povidone iodine 10% sebanyak 3 orang dan chlorhexidine
Povidone iodine merupakan antiseptik yang banyak gluconate 4% sebanyak 2 orang. Kelompok umur 42-47
digunakan dalam perawatan bedah, mempunyai beberapa tahun yang mendapatkan perlakuan dengan povidone iodine
efek samping mulai dari alergi pada kulit sampai reaksi 10% sebanyak 3 orang dan chlorhexidine gluconate 4%
tirotoksikosis, tergantung dari tingkat konsentrasi sebanyak 3 orang. Tidak terdapat perbedaan bermakna umur
larutannya. Aktifitasnya dipengaruhi oleh darah dan penderita pada kedua kelompok (p = 0,603).
serum protein. Pemakaian jangka lama dapat menyebabkan
iritasi. Efek toksiknya dapat membunuh fibroblas sehingga Berdasarkan jenis kelamin yang mendapatkan perlakuan
meningkatkan angka kejadian infeksi. Juga ditemukan dengan povidone iodine 10%, laki-laki sebanyak 11 orang,
kerusakan mikrovaskular pada penelitian terhadap dan chlorhexidine gluconate 4%, laki-laki sebanyak 13
kelinci. Povidone iodine 10% mempunyai efek samping orang. Terdapat 4 orang penderita perempuan yang
menghambat penyembuhan luka dengan menekan sel mendapatkan perlakuan dengan povidone iodine 10%
imun lokal dan meningkatkan kecenderungan untuk sedangkan chlorhexidine gluconate 4% sebanyak 2
terjadinya infeksi. Pada penelitian lain menunjukkan orang. Tidak terdapat perbedaan bermakna jenis kelamin
povidone iodine 10% bersifat sitotoksik terhadap pada kedua kelompok (p = 0,651).
osteoblas dan menghancurkan jaringan sehat.32-36
38 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 35-40
Pada penelitian ini dapat kita lihat secara keseluruhan Untuk menilai kemampuan masing-masing kelompok
bahwa subjek penelitian secara keseluruhan pada kedua antiseptik yang digunakan terhadap hitung koloni
kelompok adalah laki-laki. Pada Tabel 1 juga menunjukkan bakteri dilakukan pengambilan sampel pada hari ke-0
bahwa jenis kelamin pada kelompok perlakuan povidone dan ke-2 dari tepi luka patah tulang terbuka dan
iodine 10%terbanyak adalah laki-laki, begitu pula pada kemudian dilakukan kultur serta penghitungan koloni
kelompok perlakuan chlorhexidine gluconate 4% terbanyak bakteri. Pada penelitian ini tidak dilakukan kultur untuk
adalah laki-laki. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak mengetahui jenis kuman pada luka patah tulang terbuka.
ada perbedaan bermakna untuk karakteristik jenis
kelamin antara kelompok perlakuan povidone iodine Jumlah Bakteri Awal Pada Kedua Kelompok
10% dan kelompok perlakuan chlorhexidine gluconate
4% dengan nilai p = 0,651. Dari penghitungan statistik jumlah hitung koloni mutlak
awal antara kedua golongan antiseptik tersebut tidak
Pada Tabel 1 juga terlihat rerata umur pada kelompok didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada
perlakuan povidone iodine 10% dan kelompok perlakuan pengambilan sampel pada hari ke-0 dengan rerata
chlorhexidine gluconate 4%. Dengan uji statistik 16.511 untuk perlakuan dengan povidone iodine 10%,
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna untuk umur dan rerata 19.688 untuk perlakuan dengan chlorhexidine
antara kelompok perlakuan povidone iodine 10% dan gluconate 4% (p = 0,584).
kelompok perlakuan chlorhexidine gluconate 4% dengan
nilai p = 0,603.
Tabel 2. Perbandingan Rerata Jumlah Bakteri Awal pada
Kedua Kelompok Chlorhexidine Gluconate 4% dan
Sedangkan untuk tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan Povidone Iodine 10%
pada kelompok perlakuan povidone iodine 10% dan
pada kelompok perlakuan chlorhexidine gluconate 4% Antiseptik Rerata t 95% CI p
didapatkan nilai p = 0,630 untuk tingkat pendidikan dan
Povidone Iodine 16.511 0,554 - 14.925 0,584
nilai p = 0,898 untuk jenis pekerjaan. Dari hasil uji statistik 10% - 8.569
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna untuk
karakteristik tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan Chlorhexidine 19.688
antara kelompok perlakuan povidone iodine 10% dan Gluconate 4%
kelompok perlakuanchlorhexidine gluconate 4%. Uji T Tidak Berpasangan, p = 0,05
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Berdasarkan rerata jumlah bakteri awal kedua kelompok
Perlakuan
perlakuan. Kelompok perlakuan povidone iodine 10%
Povidone Chlorhexidine Kemak
Karakteristik dengan rerata 16.511 dan kelompok perlakuan chlorhexidine
iodine 10% gluconate 4%. naan
(n = 15) (n = 15) gluconate 4% dengan rerata 19.688 dibuktikan dengan uji
1. Umur (Tahun): statistik yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna
18-23 5 7 secara signifikan pada kedua kelompok perlakuan dengan
p=
24-29 2 0 nilai p = 0,584.
0,603
30-35 2 3
(*)
36-41 3 2
42-47 3 3 Efektifitas Chlorhexidine Gluconate 4% Dibandingkan
2. Jenis Kelamin : p= Povidone Iodine 10% Terhadap Penurunan Jumlah
Laki-laki 11 13 0,651 Koloni Kuman
Perempuan 4 2 (**)
3. Pekerjaan : Dari penghitungan jumlah hitung koloni awal dan akhir
Belum Bekerja 2 3 kelompok perlakuan dengan povidone iodine 10%, tidak
IRT 3 3 p= didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada
Swasta 6 5 0,898 pengambilan sampel pada hari ke-2 dengan nilai p =
Petani 1 2 (*) 0,558. Sedangkan pada chlorhexidine gluconate 4%
Pedagang 2 2
didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada
PNS 1 0
4. Pendidikan: pengambilan sampel pada hari ke-2 dengan nilai p =
SD 4 4 p= 0,023.
SMP 2 4 0,630
SMA 8 7 (*) Dari analisis statistik di atas chlorhexidine gluconate
Perguruan Tinggi 1 0 4% lebih baik daripada povidone iodine 10% terhadap
* = T Test, ** = Chi Square, p = 0,05 hitung koloni kuman.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 1, NO. 1, OKTOBER 2014: 35-40 39
15. Patzakis, M. J., Wilkins, J.: Factors influencing 31. McGee DC, Gould MK. Preventing complications
infection rate in open fracture wounds. Clin. of central venous catheterization. N Engl J Med.
Orthop., 1989; 243: 36±40. 2003;348(12):1123-33.
16. Suedkamp, N. P., Barbey, N., Veuskens, A., 32. Reith PE, Granner DK. Iodine-Induced
Tempka, A., Haas, N. P., Hoffmann, R., Tscherne, thyrotoxicosis in a woman with a multinodular
H.: The incidence of osteitis in open fractures: An goiter taking levothyroxine. Arch Intern Med.
analysis of 948 open fractures. J. Orthop. Trauma, 1985;145: 355-6.
5: 473±482, 1993. 33. Shetty KR, Duthie EH Jr. Thyrotoxicosis induced
17. Advanced trauma life support program for doctors. by topical iodine application. Arch Intern Med.
Sixth ed. Chicago: American college of surgeons, 1990;150: 2400-1.
1997. 34. Lineaweaver W, McMorris S, Soucy D, Howard
18. Gregory P, Sanders R. The management of severe R. Cellular and bacterial toxicities of topical
fractures of the lower extremities. Clin Orthop antimicrobials. PlastReconstrSurg.1985;75: 394-6.
1995;318:95-105. 35. Balin AK, Pratt L. Dilute povidone-iodine
19. Gustillo RB. Management of open fractures in solutions inhibit human skin fibroblast growth.
orthopedic infections, diagnosis and treatment. 2008;28(3): 210-4.
Philadelphia: Saunders WB; 1995. p214-29 36. Brennan SS, Foster ME, Leaper DJ. Antiseptic
20. Patzakis M. Management of open fractures toxicity in wounds healing by secondary intention.
wounds. International course lectures, AAOS. J Hosp Infect. 1986;8: 263-7
1997.(36): 367-70 37. Mimoz O, Karim A, Mercat A. Chlorhexidine
21. Chapman MW, Olson SA. Open fractures. compared with povidone-iodine as skin
Rockwood and green's fractures in adults. Fourth preparation before blood culture. Ann Intern Med.
ed. philadelphia: Lippincott - Raven; 1996. p305- 1999(131): 834-7.
52.
22. Patzakis M. Management of open fractures
wounds. International course lectures, AAOS.
1997.(36): 367-70
23. Shen RK, Murthy NRS, Gill SS, Nagi NO.
Bacterial load in tissue and its predictive value for
infection in open fractures. J Orthop Surg.
2000(8): 1-5.
24. Goodson W, Hunt T. Wound healing and the
diabetic patient. Surg Gynecol Obstet 1979,
149:600.
25. Trafton P. Infected Fractures.In: Complications of
fracture management. Philadelphia: JB Lippincot
1984, 51±78.
26. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley's
system of orthopaedics and fractures. Edisi ke-8.
London; Arnold; 2001:558-561.
27. George W, Wood II. General principles of fracture
WUHDWPHQW ,Q &DQDOH VW FDPSEHOO¶V RSHUDWLYH
orthopaedics. Edisi ke-10. Philadelphia: Mosby;
2003:2669-2685.
28. Nursuandi, IsmiartoY.D. Lama masa perawatan
dan angka kejadian osteomelitis pada pasien patah
tulang terbuka derajat IIIA pasca-debridemen yang
dirawat di bangsal orthopaedi RS. Dr. Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2005.
29. Denton DW. Chlorhexidine. In: Disinfection,
sterilization, and preservation. Philadelphia Lea &
Febiger; 1991. p274-89.
30. Sievert D, Armola R, Halm MA. Chlorhexidine
gluconate bathing : Does it decrease hospital
acquired infections? AmJCritCare. 2011;20: 166-
70.