PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
PROPOSAL SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
Proposal Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dan di pertahankan di hadapan
Tim Penguji Program Keperawatan
STIKes Bhakti Husada
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan rahmat yang diberikan sehingga penyusunan Proposal ini yang berjudul
WERDHA LUBUKLINGGAU TAHUN 2021” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
kasih kepada kedua orang tua, pacar saya, sahabat, teman-teman dan pembimbing
saya atas bimbingan, saran, dan kritik yang tiada henti-hentinya dalam penyusunan
Proposal ini.
1. Ibu Hj. Nurhasanah, SKM, Mkes, Ketua yayasan persada rafflesia dan selaku
2. Bapak H. Rusiandy. SKM, MS, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
5. Bapak Ns. Nunu Harison, S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing II yang banyak
iii
6. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Bengkulu
7. Ibu Lely, S.H., Selaku pimpinan panti sosial Tresna Werdha Kota
pengambilan data.
motivasi, dan perhatian dan bantuan dengan berbagai bentuk baik materi
terdapat kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat-Nya yang berlimpah kepada kita
semua. Akhir kata Proposal ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
C. Pertanyaan Penelitian............................................................... 6
1. Tujuan Umum.................................................................... 6
2 Tujuan Khusus.................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis................................................................. 7
2. Manfaat Praktis.................................................................. 7
F. Keaslian Penelitian................................................................... 7
v
A. Terapi Relaksasi Otot Progresif............................................... 10
vi
15. Klasifikasi Proses Lansia ................................................. 33
dengan Insomnia...................................................................... 34
E. Hipotesis................................................................................... 35
A. Desain Penelitian..................................................................... 36
B. Definisi Operasional................................................................ 37
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vii
Halaman
Werdha pertahun......................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR
viii
Halaman
DAFTAR BAGAN
ix
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
x
Lampiran 1 : Kuisioner Insomnia Rating Scale
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan
populasi lansia meningkat 3 kali dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah lansia
sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Tahun 2016
Indonesia punya 22,6 juta lansia atau 8,75% penduduk dengan umur tengah 28
tahun. Diperkirakan pada tahun 2030, jumlah itu akan naik jadi 41 juta orang
atau 13,82% penduduk dengan umur 32 tahun (Badan Pusat Statistik, 2016).
67% dari populasi yang berusia diatas 65 tahun. Hasil penelitian didapatkan
insomnia sebagian besar dialami oleh perempuan yaitu sebesar 78,1% dengan
kata lain, gejala insomnia sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia), bahkan
tidur dalam mempertahankan tidurnya. Sebanyak 50-70% dari semua lansia yang
50% pasien yang berusia >60 tahun mengalami insomnia (Dewy, 2013).
2
Menurut BPS (2016), bahwa pada tahun 2016 penduduk lansia Sumatera
Selatan telah mencapai 582.643 orang atau ada sekitar 7,14% dari jumlah
Sumatera Selatan tahun 2016 antara laki-laki dan perempuan 48,50% berbanding
51,50%. Populasi penduduk lansia tersebar secara tidak merata dibagian wilayah
(8,94%, 8,37% dan 8,20%) sedangkan yang lainnya relative sama, sekitar 5% -
yang dapat membantu mengurangi cemas serta stres. Efek terapi relaksasi otot
progresif ini mengurangi nyeri akibat ketegangan, kondisi mental lebih baik,
sehingga terapi relaksasi otot progresif memiliki efek jangka panjang dalam
mengelola stress.
3
lain, termasuk insomnia yang disebabkan ketegangan otot dan pikiran kacau .
kualitas tidur.
ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan
wajah dan berakhir pada otot kaki. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15-
30 menit dan dapat disertai dengan instruksi yang direkam yang mengarahkan
otot tersebut menyebabkan kekauan pada otot. Otot yang kaku akan
tingkat keparahan gejala disiang hari, dan sering diberikan pada penderita dengan
proses memulai tidur; 3) Lama kerja obat tidak mengganggu aktivitas disiang
4
hari. Obat tidur hanya digunakan dalam waktu yang singat, yaitu sekitar 2-4
(Ghadafi, 2010).
Dari data yang didapat dari Panti Budi Luhur Tresna Werdha Lubuklinggau
ada 32 jumlah lansia dan terdapat 17 lansia yang menderita insomnia pada tahun
2019, Dan pada tahun 2020 ada 30 jumlah lanisa dan terdapat 18 lansia yang
untuk tidur, sering terbangun dimalam hari, bangun terlalu pagi, tidur yang tidak
mengeluh sulit tidur, tidur tidak nyenyak, sering terbangun dimalam hari dan
belum ada penanganan untuk kasus insomnia ini, dan cara penanganan insomnia
Tahun 2021”.
5
B. Rumusan Masalah
masalah yaitu “Tingginya kasus insomnia pada lansia di Panti Budi Luhur Tresna
Werdha Lubuklinggau”.
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
kesehatan.
F. Keaslian Penelitian
dilakukan tetapi sejauh ini yang penulis ketahui untuk saat ini belum ada
pada lansia dengan insomnia. Terjadinya penurunan tanda dan gejala yang
berupa peningkatan kualitas atau jumlah jam tidur pada klien. Hasil
sebagian kecil tingkat insomnia berat dan sangat berat. Sesudah dilakukan
yaitu sebagian besar lansia tidak ada insomnia dan tidak ada lansia yang
progresif itu terjadi penurunan tingkat insomnia, dengan nilai dari 35,60,
Guna Budi Bakti Medan”. Hasil Penelitian adanya pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia di panti jompo yayasan guna
budi bakti medan tahun 2017 den p value = 0,003 (P<0,05) (Rostinah & Tri,
2017).
8
Lanjut Usia Binjai”. Hasil penelitian rata-rata skor kualitas tidur lansia
sebelum diberikan terapi relaksasi otot progressive 8,59 (±1,938) dan setelah
dilakukan terapi relaksasi otot progressive rata-rata skor kualitas tidur lansia
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
2011).
Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara peregangan otot
sistem saraf bekerja dengan baik, otot-otot tubuh menjadi rileks yang akan
menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan rasa kantuk. Hal ini sejalan
dengan penelitian Saedi (2015), teknik terapi relaksasi otot progresif menurun
aktivitas fisik maupun psikologis. Gerakan dari terapi relaksasi kontraksi otot
dapat merangsang sistem saraf parasimpatis yaitu nuclei rafe yang terletak
10
yang dapat mengakibatkan tubuh menjadi rileks dan mudah tertidur. Ketika
akan melakukan gerakan teknik relaksasi sel syaraf akan mengeluarkan opiate
peptides yaitu rasa nyaman sehingga mencapai keadaan yang tenang (Putri,
2017).
perangsangan pada sistem saraf otot, yang mana sel saraf tersebut dapat
menyebabkan tubuh menjadi rileks atau otot-otot perut yang tegang menjadi
Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
Menurut Setyoadi dan Kusharyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi
Menurut setyoadi dan Kusharyadi (2011) ada beberapa hal yang dapat
Otot Progresif
sendiri
3. Posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup, jangan dengan berdiri
5. Melakukan bagian kanan tubuh tiga kali dan bagian kiri tiga kali
7. Terus menerus memberikan instruksi dan tidak terlalu cepat, dan tidak
terlalu lambat
menurunkan insomnia pada lansia. Terapi ini dilakukan setiap hari selam 3
a. Persiapan
3) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
d. Kontrak waktu
yang terjadi.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
menghadap ke langit-langit.
14
Gambar 2.1
3) Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
Gambar 2.2
Gambar 2.3
a) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
Gambar 2.4
maupun belakang.
punggung atas.
b) Punggung dilengkungkan.
sebanyak-banyaknya.
Gambar 2.5
13) Gerakan 14-15 : ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha
dan betis).
Gambar 2.6
B. Konsep Insomnia
1. Pengertian Insomnia
Insomnia bisa disebakan oleh jet lag, stress, kecemasan dan masalah hormon
Insomnia ada yang kerap mengalami kesulitan jatuh tidur, tidur tak
merupakan suatu gangguan tidur yang paling sering terjadi dan paling dikenal
keluhan yang tidak spesifik, selain keluhan insomnia itu sendiri (Kaplan et.
al., 2010).
tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk
prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya. Gangguan pola tidur pada
lansia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dari faktor status kesehatan,
didefinisikan sebagai satu atau lebih dari keluhan yang berhubungan dengan
terlalu dini, atau tidur yang kronis tidak dapat diperbaiki atau buruk dalam
2. Epidemiologi Insomnia
hal ini juga berhubungan dengan bertambahnya usia dan adanya berbagai
penyebab lainnya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 5886 lansia
berusia 65 tahun ke atas, didapatkan bahwa lebih dari 70% lansia diantaranya
gangguan mental atau medis dan penyalahgunaan zat (Kaplan et. al., 2010).
Dilaporkan juga bahwa, kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut
3. Etiologi Insomnia
insomnia :
21
a. Usia
otak yang meregulasi waktu dan durasi tidur tersebut (Nicholi, 2011).
b. Jenis kelamin
cemas, gelisah ataupun saat emosi tidak dapat dikontrol akan dapat
menyebabkan hormon estrogen menurun, hal ini bisa menjadi salah satu
seperti penyalahgunaan zat, efek putus zat, kondisi yang menyakitkan atau
tidak menyenangkan dan bisa juga karena adanya kondisi psikiatri, seperti
dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur (Kaplan et. al., 2010).
pasangan hidup, suasana kamar tidur yang tidak nyaman dan adanya
22
kesulitan memulai tidur. Gangguan tidur pada lansia terjadi selain karena
faktor usia, juga disebabkan diet yang buruk, masalah psikologis, masalah
gangguan medis umum, gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan faktor
lingkungan sosial.
masalah yang belum terselesaikan ataupun kuatir akan hari esok (Univercity of
waktu tidur yang kurang, mudah terbangun saat malam hari, bangun pagi
lebih awal, rasa mengantuk yang dirasakan sepanjang hari dan sering tertidur
sejenak (Bestari, 2013). Hal ini menyebabkan kualitas tidur seseorang menjadi
menyebabkan tubuh terasa lemah, letih dan lesu akibat tidur yang tidak lelap
5. Pathway Insomnia
Ketidakpuasan
Menurunnya
Insomnia tidur
konsentrasi
Gangguan rasa
nyaman NOC
- Tidur
NOC - Tingkat kelelahan
- Koordinasi Pergerakan NOC
- Perilaku pencegahan jatuh - Status kenyamanan : Fisik
- Pengetahuan pencegahan jatuh - Tingkat kelelahan NIC
- Kontrol resiko - Kontrol gejala - Peningkatan tidur
- Manajemen energi
NIC
NIC - Manajemen lingkungan : Kenyamanan
- Pencegahan jatuh - Pemberian obat
- Manajemen nyeri
NOC
NIC
Bagan 2.1 - Tidur
- Peningkatan tidur
- Konsentrasi
(Ayu Nawangi, 2019)
25
6. Gejala Insomnia
beda bagi setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi oleh usia, gaya hidup,
lingkungan dan pola makan. Gejala- gejala insomnia yang paling umum
diantaranya:
b. Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur kembali
Berapa banyak tidur yang dibutuhkan tubuh bervariasi dari satu orang ke
orang lain. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan antara 7-8 jam setiap
insomnia sementara. Gejala berlangsung antara satu dan tiga minggu dianggap
insomnia jangka pendek dan gejala lebih dari tiga minggu diklasifikasikan
yang akhirnya mengarah pada kesulitan yang lebih besar (Suci, 2014).
26
7. Tingkat Insomnia
b. Insomnia sedang
8. Komplikasi Insomnia
fisiologis dari kualitas tidur yang buruk yaitu dapat menyebabkan gangguan-
dan membuat keputusan. Selain itu juga dapat meningkatkan resiko terkena
2010).
kondisi mental lansia yang memunculkan ide bunuh diri pada lansia (Nadorff
et al, 2013). Dampak lebih lanjut dikaitkan dengan peningkatan resiko jatuh,
Jakarta - Insomnia Rating Scale). Alat ukur ini mengukur insomnia secara
dan nilai scoring dari tiap item yang dipilih oleh subjek adala lamanya tidur,
mimpi, kualitas tidur, masuk tidur, masuk tidur, terbangun malam hari, waktu
untuk tidur kembali, lamanya tidur setelah terbangun, lamanya gangguan tidur
terbangun pada malam hari, terbangun dini hari, lamanya perasaan tidak segar
setiap bangun pagi. Kuisioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan dalam
Scale dan nilai scoring dari tiap item yang oleh subjek. Terdapat empat pilihan
3 : Sering atau sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan
dan mengatur fungsi fisiologis dan respons prilaku. Menurut teori tidur adalah
waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Tidur adalah
selama periode tertentu. Tidur membantu pikiran dan tubuh untuk pulih dan
suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu kesadaran kita terhadap
sejumlah fungsi, struktur, dan “pusat-pusat tidur” yang mengatur siklus tidur
dan terjaga. Pada saat yang sama, tubuh menghasilkan substansi yang ketika
dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat kita mengantuk. Jika proses
29
ini diubah oleh stres, kecemasan, gangguan, dan sakit fisik kita dapat
tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot
menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal
yang dalam NREM (nonrapid eye movement tahap IV), tubuh melepaskan
epitel dan sel khusus seperti sel otak. Sintesa protein dan pembagian sel untuk
terjadi juga selama tidur dan istirahat (Potter & Perry, 2010).
Lansia usia (Lansia) adalah kelompok usia 60 tahun keatas dan mengalami
memiliki kebutuhan dan masalah yang bervariasi rentang sehat sampai sakit,
2015).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
telah memulai tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psokologis. Memasuki usia tua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Jumlah Lanjut usia (di atas 60 tahun)
pada tahun 2000 adalah 11 % dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta)
31
diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan
pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi ±18,3 juta
c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60
d. Lansia Potensial
32
(Maryam, 2015).
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
psikologis. Gerakan dari terapi relaksasi kontraksi otot dapat merangsang sistem
saraf parasimpatis yaitu nuclei rafe yang terletak dibawah pons dan medulla
Menurut Safitri (2014) terapi relaksasi otot progresif merupakan terapi yang
saraf bekerja dengan baik, otot-otot tubuh menjadi rileks yang akan
Teknik terapi relaksasi otot progresif menurun produksi kortisol dalam darah,
untuk menghasilkan sensasi nyaman dan timbul rasa kantuk. (Nessma, 2016).
D. Kerangka Konsep
relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia diPanti
tingkat insomnia pada lansia diPanti Tresna Werdha Lubuklinggau tahun 2021.
Bagan 2.2
E. Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dan menurut Sugiyono (2014) Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan menganalisis setiap variabel
yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga digunakan untuk meneliti pada
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk
(Sugiyono, 2010).
posttest dalam satu kelompok (one group pretest posttest design), dalam
rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak
35
36
01 X 02
Tabel 3.1
Keterangan :
Peneliti melakukan intervensi satu kali sehari dalam 3 hari dengan waktu
intervensi ±30 menit dan pengukuran dilakukan setiap sebelum dan sesudah
B. Definisi Operasional
perubahan tingkat insomnia pada lansia yang dilakukan sesuai dengan SOP.
TABEL 3.2
Definisi Operasional
N Variabel Definisi Cara Alat Skala Hasil
o operasional ukur ukur ukur ukur
1. Variabel Terapi yang - SOP Nomin Dilakuka
Independe digunakan dengan al n sesuai
n cara menggerakkan SOP
Teknik bagian-bagian tubuh
relaksasi tertentu yang
otot bertujuan untuk
progresif merelaksasikan otot
dan mengatasi
insomnia.
2. Variabel Suatu keadaan Mengisi Kuesioner Ordinal a. Tidak
Dependen dimana lansia lembar : ada
37
1. Tempat Penelitian
peneliti juga lebih mudah mendapatkan informasi, data- data yang peneliti
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada Januari tahun 2021 dipanti Tresna Werdha
Kota Lubuklinggau.
38
1. Populasi
Lubuklinggau.
2. Sampel
sederhana berkisar 10-20 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 10
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
Lubuklinggau.
1. Pengumpulan data
sebagai berikut:
lubuklinggau.
40
mengenai insomnia.
pengolahan data.
2. Pengolahan data
ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah isian pada
kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat melakukan
41
penelitian, apabila ada soal yang belum diisi oleh responden maka
b. Coding
c. Entry
(Hidayat, 2010). Proses ini memasukkan data dalam bentuk kode kedalam
program computer.
d. Cleaning
Proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan
atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui missing data,
variasi data dan konsistensi data (Hidayat, 2010). Proses ini dilakukan
e. Tabulating
42
Penyusunan data dalam bentuk table nilai statistic. Setelah proses editing,
F. Analisis Data
untuk melihat adanya peubahan tingkat insomnia pada lansia sebelum dan
relaksasi otot progresif terhadap insomnia pada lansia dipanti tresna werdha
x=
∑X
n
dan non parametik pada analisis bivariat ( Saryono, 2011). Pada hasil uji
hipotesis yang digunakan adalah uji-t (paired sample test), untuk mengetahui
diberikan teknik relaksasi otot progresif. Apabila dari uji statistik didapatkan
p value ≤ dari α (0,05) maka dapat disimpulkan teknik relaksasi otot progresif
apabila p value > dari α (0,05) maka dapat disimpulkan teknik relaksasi otot
gagal ditolak.
t-test : ×-µ
α/√𝑛
(paired test)
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46