Oleh :
Kelompok 4
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Permulaan dari perpecahan umat Islam, boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi. Tetapi perpecahan
itu menjadi reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah.
Demikianlah berjalan masa-masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dalam kubu persatuan yang erat dan
persaudaraan yang mesrah. Dalam masa ketiga khalifah itulah dipergunakan kesempatan yang sebaik-
baiknya dan mengembangkan Islam keseluruh alam. Tetapi setelah Islam meluas kemana-mana, tiba-tiba
diakhir khalifah Utsman, terjadi suatu cedera yang ditimbulkan oleh tindakan Utsman yang kurang
disetujui oleh pendapat umum.
Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yang lapar kedudukan,
menggulingkan pemerintahan Utsman. Semenjak itulah, berpangkalnya perpecahan umat Islam sehingga
menjadi beberapa golongan.
Makalah ini akan mencoba menjelaskan sejarah dan pemikiran Jabariyah dan Qadariyah. Dalam makalah
ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah.
Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Qodariyah
Sedangkan pengertian Qadariyah dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab
Qadara yang artinya kemampuan atau kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi,
Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak
diintervensi oleh Tuhan. Artinya bahwa setiap manusia adalah pencipta bagi segala
perbuatannya tanpa ada campur tangan dari Tuhan, ia dapat berbuat atau meninggalkan
sesuatu atas kehendaknya sendiri.
Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian
bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
3. Doktrin-doktrin atau Pemikiran Jabariyah
Al-Syahrastānī membagi Jabariyah ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Jabariyah Ekstrim yang sama yang sama sekali tidak memperkenankan perbuatan apa
pun kepada manusia, tak terkecuali kekuasaan untuk berbuat;
b. Jabariyah moderat yang mengakui bahwa manusia memiliki kekuasaan, tetapi
mempertahankan bahwa ini merupakan sebuah kekuasaan yang sama sekali tidak
efektif.
Terjemahnya:
“Niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki.” [20]
(Q.S. Al-An’ām [6]: 111)
Terjemahnya:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.”[21]
(Q.S. Ash-Shaffāt [37]: 96)
‘
Terjemahnya:
“Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.”[22]
(Q.S. Al-Anfāl [8]: 17)
Terjemahnya:
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.”[23]
(Q.S. Al-Insān [76]: 30)
Ayat-ayat tersebut terkesan membawa seseorang pada alam pikiran Jabariyah. Mungkin inilah alasan
yang menyebabkan pola pikir Jabariyah masih tetap ada di kalangan umat Islam hingga kini walaupun
anjurannya telah tiada.
Sedangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan kelompok Qadariyah sebagai pijakan adalah sebagai
berikut:
Terjemahnya:
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir.”[24]
(Q.S. Al-Kahfi [18]: 29)
Terlihat jelas dalam ayat ini menurut mereka bahwa Tuhan memberikan kebebasan kepada sekalian
manusia untuk menentukan apakah ia mau beriman atau malah sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa
manusialah yang menentukan arah hidupnya sendiri bukan Tuhan.
Terjemahnya:
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana
datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.”[25]
(Q.S. Ali Imran [3]: 165)
Terkait ayat ini pun mereka berargumen, bahwa kekalahan kaum muslimin pada waktu peperangan Uhud
itu semua diakibatkan oleh kelalaian dan kedurhakaan pasukan panah terhadap perintah Rasulullah saw.,
dimana mereka diperintahkan agar tidak meninggalkan tempat mereka walau apa pun yang terjadi, tapi
karena tergiur akan harta rampasan perang mereka meninggalkan tempat mereka, hingga akhirnya
pasukan musuh memporak-porandakan pasukan muslim pada waktu itu. hal ini pun menunjuk-kan bahwa
kesalahan pada waktu itu sepenuhnya berada ditangan kaum muslimin (pasukan panah) tidak ada
sangkut-pautnya dengan Tuhan.
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.”[26]
(Q.S. Ar-Ra’d [13]: 11)
Lihatlah dan perhatikan ayat ini! dimana menurut mereka. “Tuhan tidak kuasa dan bisa merubah nasib
manusia kecuali kalau mereka sendiri yang merubahnya, kekuasaan Tuhan dalam soal ini tidak ada lagi,
karena kekuasaan itu sudah diberikan secara penuh kepada manusia.
Terjemahnya:
“Dan barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk
(kemudharatan) dirinya sendiri.”[27]
(Q.S. An-Nisa [4]: 111)
Dalam ayat ini, kata mereka, bahwa manusia sendirilah yang membuat dosanya, bukan Tuhan, kalau
Tuhan yang membuat dosa hamba-Nya tentulah Ia menganiaya hamba-Nya, dan ini mustahil karena
sampai kapan pun Tuhan tidak mungkin bersifat aniaya.
Demikianlah sebagian ayat yang dipakai kelompok Qadariyah sebagai dalil.
6. Perbedaan Paham Jabariyah dan Paham Qadariyah
Sebagaimana penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memandang manusia berada dalam posisi yang
sangat lemah. Perbuatan-perbuatan manusia adalah hal-hal yang harus dilakukan dan dilalui oleh manusia
tanpa diperlukan mereka memainkan peran. Diakui secara tegas bahwa perbuatan manusia merupakan
ciptaan Tuhan dan ia hanya tempat berlakunya perbuatan dan ciptaan-Nya.
Sedangkan dalam paham Qadariyah ini, keyakinaan penganutnya adalah bahwa perbuatan manusia
merupakan ciptaan dan pilihannya sepenuhnya, bukan ciptaan atau pilihan Allah. Hal ini didasarkan pada
kemampuan manusia membedakan antara orang yang berbuat baik atau berbuat jelek dengan dengan
orang yang baik atu jelek wajahnya. Kita memuji orang yang berbuat baik karena kebaikannya dan
mencela yang berbuat jelek karena kejahatannya. Yang demikian tidak berlaku terhadap orang yang baik
atau jelek wajahnya sebagaimana pula pada orang yang tinggi atau yang pendek. Terhadap orang yang
tinggi atau pendek tidak dapat dikatakan kepadanya “mengapa anda tinggi” atau “mengapa anda pendek”.
Terhadap orang yang berbuat Zalim atau berdusta dapat dikatakan “mengapa anda berbuat zalim” atau
“mengapa anda berdusta”. Kalau sekiranya yang terakhir itu (zalim dan dusta) tidak bergantung pada kita,
maka bukanlah kemestian membedakannya dengan yang lain (tinggi atau pendek). Yang bergantung pada
manusia adalah perbuatannya dan diadakan olehnya.[28]
Dan dapat disimpulkan bahwa perbedaan keduanya itu, Jabariyah memandang manusia tidak merdeka
dan mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa, sedangkan qadariyah itu memandang manusia
pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya
C. KESIMPULAN
Jabariyah adalah paham yang mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia baik itu jahat atau pun
baik, semuanya berasal dari Allah. Sedangkan Qadariyah sebaliknya, paham ini mengatakan bahwa
manusia manusia berkuasa atas semua tindakannya, Tuhan tidak ada sangkut-pautnya.
Jabariyah dan Qadariyah tidak hanya memprkuat paham mereka dengan berdasar pada akal, tapi mereka
juga menggunakan nash-nash Al-Qur’an, sehingga mereka tidak bisa langsung dianggap sebagai aliran
yang menyimpang dari Islam.
Inti dari perbedaan antara Jabariyah dan Qadariyah terletak pada kekuasaan manusia melakukan sesuatu.
Jabariyah memandang manusia tidak merdeka dan mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa,
sedangkan Qadariyah itu memandang manusia pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan
kehendaknya.
Tidak ada yang bisa disalahkan antara kelompok Jabariyah dan Qadariyah, keduanya memiliki dalil yang
kuat. Pada hakekatnya manusia diberi akal dan pikiran untuk berbuat dan berusaha, sedangkan nantinya
Allah lah yang menentukan hasilnya.
Aliran Jabariyah dan Qadariyah ini mempunyai dampak positif dan negatifnya masing-masing. Disatu
sisi, Jabariyah membuat manusia menjadi pasif, namun juga akan membuat manusia memiliki sifat
tawakkal yang tinggi. Di sisi lain, Qadariyah akan membuat manusia menjadi aktif, namun juga akan
menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan